INFLUENCE OF ALTITUDE ON HTC (Heat Tolerance Coefficient) CROSSBREED CATTLE (LIMPO) HEIFER FEMALE BEFORE AND AFTER CONCENTRATE GIVEN

  

INFLUENCE OF ALTITUDE ON HTC (Heat Tolerance Coefficient)

CROSSBREED CATTLE (LIMPO) HEIFER FEMALE

BEFORE AND AFTER CONCENTRATE GIVEN

  1) 2) 2)

  Adhitya Susilawan Widada , Woro Busono and Hary Nugroho

1) Graduate Student at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang.

2) Lecturer at Department of Animal Production, Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang.

  

ABSTRACT

This research was conducted at beef cattle farming in Dandang Gendis Nguling, Pasuruan,

as low-land areas (2-8 m above sea level), and Belung II Poncokusumo, Malang as high-land areas

  

(600-800 m above sea level) for 3 months were started at October until December, 2012. The aim

of this research was to compare response of HTC in low-land area and in high-land area before

and after concentrate given. Research material in low-land area was 10 heads Limpo cattle 10-16

month and in high-land area 10 Limpo cattle 10-16 month. Research method used was trial and

direct observation. The value of HTC response calculated by Benezra Coefficient formula. The

result shows that a HTC of Limpo beef cattle in high-land area and low-land area with before and

after concentrate given are same. Concentrate given for Limpo Cattle is more optimal in the

highland area.

  Keywords : Heat Tolerance Coefficient, Altitude, Limpo Beef, Concentrate

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT TERHADAP NILAI HTC (Heat Tolerance

  

Coefficient) PADA SAPI PERANAKAN LIMOUSIN (LIMPO) BETINA DARA

SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI KONSENTRAT

  1) 2) 2)

  Adhitya Susilawan Widada , Woro Busono and Hary Nugroho

1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

  

ABSTRAK

  Penelitian ini dilaksanakan di peternakan rakyat desa Dandan Gendis, kecamatan Nguling, kabupaten Pasuruan sebagai lokasi penelitian pada daerah dataran rendah (2-8 m dpl), dan desa Belung II, kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang sebagai lokasi penelitian pada daerah dataran tinggi (600-800 m dpl), Provinsi Jawa Timur yang dimulai pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2012. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respon cekaman di ketinggian tempat yang berbeda pada sapi peranakan limousin (Limpo) betina dara sebelum dan sesudah diberi konsentrat di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah sapi Limpo betina dara dengan umur 10-16 bulan sebanyak 10 ekor di dataran rendah dan 10 ekor di daerah dataran tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan disertai pengamatan secara langsung. Nilai HTC dihitung dengan menggunakan rumus Benezra Coefficient. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa nilai HTC sapi Limpo betina dara di daerah dataran rendah dan di daerah dataran tinggi baik sebelum maupun sesudah diberi konsentrat adalah sama. Pemberian konsentrat pada sapi Limpo lebih optimal dilakukan pada dataran tinggi.

  PENDAHULUAN

  Propinsi Jawa Timur merupakan wilayah dengan beragam topografi berupa pegunungan dan perbukitan, oleh karena itu daerah ini yang sebagian besar berada pada ketinggian antara 0-400 m di atas permukaan laut (dpl), dari ketinggian tempat tersebut terbagi menjadi dua dataran, yaitu dataran rendah seperti di daerah Nguling, kabupaten Pasuruan dan dataran tinggi seperti di daerah Poncokusumo, kabupaten Malang. Kedua daerah tersebut dipergunakan oleh masyarakat peternak untuk berternak sapi peranakan Limousin (Limpo) yang merupakan sapi persilangan antara Limousin (Bos taurus) yang berasal dari daerah di Perancis dengan sapi lokal yaitu sapi Peranakan Ongole (Bos

  indicus) , dari dua daerah tersebut tentunya

  terdapat perbedaan suhu, kelembaban, dan ketersediaan pakan yang terdapat di daerah ini yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup dari ternak, diantaranya tingkah laku dan produktivitas ternak tersebut yang dipengaruhi oleh cekaman dan pakan.

  Iklim makro maupun iklim mikro pada suatu tempat dapat berpengaruh langsung terhadap penampilan produktivitas ternak. Pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan hijauan pakan ternak yang cepat tua dan menyebabkan tingginya serat kasar, sedangkan pengaruh langsung misalnya terjadinya cekaman panas atau dingin, sehingga ternak menderita cekaman atau ternak merasa tidak nyaman yang berakibat terhadap penurunan konsumsi pakan, produksi (bobot badan) dan reproduksi ternak.

  Sapi potong pada umumnya harus dipelihara pada kondisi lingkungan yang nyaman (comfort zone ), dengan batas maksimum dan minimum temperatur dan kelembaban lingkungan berada pada

  thermoneutral zone agar berproduksi dengan

  optimal. Di luar kondisi ini sapi potong akan mengalami stress. Sapi tergolong ternak berdarah panas (homeoterm) yang berusaha mempertahankan suhu tubuhnya antara 38-39

  °C (Purwanto, 2004). Prinsip keseimbangan panas yang dilakukan oleh ternak homeoterm adalah panas yang diterima sama dengan panas yang hilang (Swenson, 1970).

  Pemberian pakan konsentrat diharapkan dapat mengurangi cekaman akibat lingkungan yang ekstrim sehingga mempengaruhi cekaman pada sapi yang dipelihara pada dataran rendah yang tidak mengalami cekaman. Suhu tubuh dan frekuensi pernafasan merupakan parameter dasar yang dipakai untuk menduga daya adaptasi ternak terhadap cekaman.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan di peternakan rakyat desa Dandan Gendis, kecamatan Nguling, kabupaten Pasuruan sebagai lokasi penelitian pada daerah dataran rendah (2-8 m dpl), dan desa Belung II, kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malang sebagai lokasi penelitian pada daerah dataran tinggi (600-800 m dpl), Provinsi Jawa Timur yang dimulai pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2012. Penelitian ini mengunakan sapi Limpo betina dara dengan umur 10-16 bulan sebanyak 10 ekor di dataran rendah dan 10 ekor di daerah dataran tinggi. Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah konsentrat sebanyak 1,5 kg/ekor/hari. Pakan hijauan yang diberikan disesuaikan dengan pakan sehari-hari. Pemberian pakan pada dataran rendah adalah jerami padi, sedangkan pada dataran tinggi adalah rumput gajah dan pemberian minum secara ad libitum. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan disertai pengamatan secara langsung. Penelitian dilakukan selama 3 minggu di daerah dataran rendah dan 3 minggu di daerah dataran tinggi. Variabel yang diukur meliputi :

  a) Suhu dan kelembaban lingkungan diukur setiap jam pada awal penelitian menggunakan termohigrometer, untuk Rumus student-t (uji t) yang digunakan mengetahui suhu dan kelembaban sebagai berikut: lingkungan minimum dan maksimum t hitung pada lokasi penelitian serta acuhan

  |XA − XB| = untuk pengambilan data suhu tubuh nA S A + nB S B

  1 x 1 dan respirasi sapi. nA + nB nA + nB

  b) Suhu tubuh sapi diukur melalui suhu Keterangan : rektal dengan menggunakan

  XA : Rata-rata sampel A

  XB : Rata-rata sampel B

  termometer yang dimasukkan ke dalam

  nA : Jumlah data sampel A

  rektum selama 30-60 detik. Suhu tubuh

  nB : Jumlah data sampel B

  diukur pada saat sapi Limpo betina

  S A : Ragam sampel A tidak beraktivitas. S B : Ragam sampel B

  c) Frekuensi pernafasan dihitung menggunakan hand tally counter

HASIL DAN PEMBAHASAN

  dengan cara melihat kembang kempis perut atau suara dari pernafasan yang

  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  timbul pada sapi Limpo selama 1 Penelitian di daerah dataran rendah menit. berlokasi di kecamatan Nguling, yang terletak

  d) Heat Tolerance Coefficient (HTC) di bagian Utara kabupaten Pasuruan, terdiri merupakan suatu penilaian untuk dari dataran rendah pantai dengan tanah yang mengetahui apakah sapi Limpo betina kurang subur dengan ketinggian antara 2-8 m mengalami cekaman. Frekuensi dpl, kisaran suhu harian di kecamatan Nguling pernafasan dan suhu tubuh sapi Limpo antara 24-32 °C dengan rata-rata 31 °C merupakan parameter untuk kelembaban 56% (Anonymous, 2010). perhitungan Heat Tolerance

  Coefficient (HTC) dengan 68 68 71 72 72 72 72 64 66 62

  menggunakan rumus Benezra 56 57 60 48 40 45 45 50 58 61 (Benezra, 1954). 33 35 40 38 38 40 37 36 38 39 37 35 34 32 30 31 31 30 31 30 29 28 28 27 27 28 29 31 Tb Fr

  HTC = 38,3 +

  23 0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8: 9: 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 10: 11: 12: 13: 14: 15: 16: 17: 18: 19: 20: 21: 22: 23: 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 Keterangan :

  HTC : Heat Tolerance Coefficient Waktu Pengukuran Tb : Rataan harian suhu tubuh sapi Suhu (°C) Kelembaban (%) (°C) Fr : Rataan harian frekuensi pernafasan sapi selama 1 menit Gambar 1. Suhu dan Kelembaban Lingkungan

38,3 : Angka standart suhu tubuh sapi di Daerah Dataran Rendah.

  (°C) 23 : Angka standart frekuensi

  Berdasarkan Gambar 1 diketahui

  pernafasan sapi selama 1 menit

  bahwa rata-rata suhu lingkungan di daerah Nguling mencapai 31,9 °C dengan suhu

  Data dari penelitian ditabulasi tertinggi pada pukul 12.00-13.00 WIB yang menggunakan program microsoft excel untuk mencapai suhu 39 °C, sedangkan rata-rata mengetahui rata-rata nilai HTC sapi Peranakan kelembaban lingkungan yaitu 56,8%, hal Limousin bertina dara, dan analisis data lapang tersebut merupakan suhu yang sangat ekstrim mengunakan analisis statistik student-t (uji t). untuk memelihara ternak sapi khususnya sapi persilangan dari Bos taurus, , yang dapat Kusnadi, Sabrani, W Winugroho, Iskandar, menyebabkan sapi tercekam. . Hal tersebut Nuschati dan Sugandi di (1992) menyatakan sesuai dengan pernyataan oleh B Busono (2007) bahwa kisaran suhu lin lingkungan yang baik menyatakan bahwa bangsa sapi pi Eropa (Bos untuk pemeliharaan sapi api di Indonesia antara

  

taurus ) dapat berproduksi i baik pada 18–28 °C. Johnson (2005 005) menyatakan bahwa

  temperatur 4-24 °C. Kurihara ra and Shioya tinggi rendahnya suhu d dan kelembaban udara (2003) menyatakan pada suhu hu 28 °C dan sangat dipengaruhi oleh leh perubahan musim. kelembaban lingkungan 40–80% 0% suhu tubuh Pada saat cuaca panas, s, sinar matahari yang dan frekuensi pernafasan ma masih normal, sampai ke bumi jumlahn hnya meningkat (panas) namun lebih dari itu akan n berpengaruh sehingga dapat menaikk ikkan suhu lingkungan terhadap konsumsi pakan, pro produksi susu, sedangkan pada cua uaca hujan kondisi komposisi susu, produksi dan pel pelepasan panas lingkungan akan cenderu rung lebih lembab. tubuh.

  Suhu di daerah h dataran tinggi lebih Penelitian selanjutnya dil dilakukan pada rendah dibanding denga ngan di daerah dataran daerah dataran rendah, yaitu d di kecamatan rendah dikarenakan adanya perbedaan

  Poncokusumo, kabupaten Malan lang. Geografis ketinggian tempat yang ng berbeda. Rendahnya kawasan ini memiliki kondisi i lahan berupa suhu di daerah datara aran tinggi diharapkan hamparan lahan yang cenderu rung berbukit- dapat mengoptimalkan n pertumbuhan sapi bukit karena berada di sebelah ah barat lereng Limpo betina yang g dipengaruhi oleh gunung Semeru, berada pada keti etinggian antara pemberian pakan tambah ahan. 600 sampai dengan 1200 m dpl pl dengan curah hujan rata-rata antara 2.300 0 mm sampai

  2. Suhu Tubuh Sapi L i Limpo Betina Dara di

  dengan 2.500 mm/tahun dan s suhu rata-rata

  Daerah Dataran Re Rendah dan Dataran

  21,7 °C serta berjarak tempuh se sejauh ±24 km

  Tinggi Sebelum dibe iberi Konsentrat dari ibu kota kabupaten (Anonym ymous, 2013).

  Hasil pengamata atan suhu tubuh sapi 65 65 65 68 Limpo betina dara di d daerah dataran rendah

  68 68 70 70 70 65 65 66 64 50 56 48 dan di daerah dataran t tinggi sebelum diberi 42 44 54 56 58 60 62 62 30 30 30 31 30 29 29 konsentrat dapat dilihat p t pada Gambar 3.

  29 29 29 28 2828,527 26 25 24 24 24 25 25 2626,527 39 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 ) 0: 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8: 9: 10: 11: 12: 13: 14: 15: 16: 17: 18: 19: 20: 21: 22: 23: C 38.5 ( h 38 u b Waktu Pengukuran u 37.5 t u Suhu ( C) Kelembaba baban (%) u h 37 S L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 X Gambar 2. Suhu dan Kelembaban ban Lingkungan

  Nomor sapi api Limpo betina dara di Daerah Dataran Tin Tinggi. Dataran Rendah Dataran Tinggi

  Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa suhu dan kelembaban li lingkungan di Gambar 3. Suhu Tubuh uh Sapi Limpo Betina daerah Poncokusumo. Rata-rata ata kelembaban

  Dara di i Sebelum diberi lingkungan adalah 60,9%, sed edangkan suhu Konsentrat. lingkungan tertinggi 31 °C pada da pukul 13.00

  Berdasarkan Gam ambar 3 diatas diketahui WIB, dengan rata-rata adalah 2 27,5 °C, pada bahwa rata-rata suhu tub tubuh sapi Limpo betina rata-rata suhu lingkungan terseb ebut sapi dapat dara sebelum diberi ko konsentrat pada daerah dataran rendah adalah 37,88 °C tertinggi menunjukkan angka 3 terendah menunjukkan angka sedangkan rata-rata suhu tubuh betina dara pada daerah dataran 38,2 °C, suhu tubuh tertinggi angka 38,6 °C, dan terendah angka 38,2 °C.

  Hasil analisis student-t bahwa suhu tubuh sapi Limpo sebelum diberi konsentrat di da tinggi lebih tinggi dibanding Limpo betina dara di daerah da Duke’s (1995) temperatur rektal dipengaruhi beberapa faktor yait lingkungan, aktifitas, pakan, m pencernaan produksi panas oleh tidak langsung tergantung pada m diperolehnya dan banyaknya makanan dalam saluran pencernaa

  Hasil analisis stu bahwa suhu tubuh sapi sesudah diberi konsentr tinggi lebih tinggi dib Limpo betina dara di da Frandson (1992), men tinggi level pakan yang d yang dikonsumsi sem berakibat pada mening diproduksi dari dalam tu proses metabolisme yan tubuh.

  afasan Sapi Limpo aerah Dataran Rendah inggi Sebelum diberi

  api Limpo betina dara ntrat di daerah dataran dibanding dengan sapi daerah dataran rendah. enambahakan semakin g diberikan, maka energi emakin tinggi, yang ingkatnya panas yang tubuh, akibat tingginya yang terjadi di dalam

  student-t menunjukkan

  n angka 39 °C dan an angka 38 °C, uhu tubuh sapi Limpo ah dataran tinggi adalah tertinggi menunjukkan terendah menunjukkan

  °C, suhu tubuh 38,5 °C dan ka 37,2 °C, uh sapi Limpo an tinggi adalah i menunjukkan h menunjukkan menunjukkan po betina dara daerah dataran g dengan sapi dataran rendah. tal pada ternak aitu temperatur minuman, dan eh tubuh secara a makanan yang ya persediaan naan.

  4. Frekuensi Pernafa Betina Dara di Daer dan Dataran Ting Konsentrat

3. Suhu Tubuh Sapi Limpo Be Daerah Dataran Rendah d Tinggi Sesudah diberi Konse

  Limpo Betina sentrat. diatas diketahui pi Limpo betina at pada daerah tertinggi menunjukkan terendah menunjukkan sedangkan rata-rata suh betina dara pada daerah 38,77 °C, suhu tubuh t angka 39 °C, dan ter angka 38,5 °C.

  hu tubuh pada daerah dataran rat dapat dilihat

   Betina Dara di dan Dataran nsentrat

  Hasil pengamatan suhu daerah dataran rendah dan da tinggi sesudah diberi konsentrat pada Gambar 4. pada daerah dataran rendah kali/menit, frekuensi pernafas sebanyak 29 kali/menit dan teren 26 kali/menit, sedangkan rata-r pernafasan sapi Limpo betina dara dataran tinggi adalah 27,5 frekuensi pernafasan tertinggi kali/menit, dan terendah se kali/menit.

  Betina Dar Konsentrat. Berdasarkan Gam bahwa rata-rata frekue L9 L10 X

  tina dara inggi 25 26 27 28 29 30 L1 L2 L3 L4 L5 F re k u en si p er n af as an (k al i/ m en it )

  Nomor sap Dataran Rendah

  Nomor sapi Limpo betin Dataran Rendah Dataran Tin

  S u h u t u b u h ( C )

  Berdasarkan Gambar 3 dia bahwa rata-rata suhu tubuh sapi dara sesudah diberi konsentrat 38 38.5 39 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8

  Gambar 4. Suhu Tubuh Sapi L Sesudah diberi Konse

  ran frekuensi pernafasan dara sebelum diberi endah dan dataran tinggi bar 5.

  Pernafasan Sapi Limpo ara Sebelum diberi ambar 5 diatas diketahui uensi pernafasan sapi L5 L6 L7 L8 L9 L10 X

  api Limpo betina dara Dataran Tinggi

  Hasil pengukuran sapi Limpo betina d konsentrat di dataran rend dapat dilihat pada Gamba Gambar 5. Frekuensi Pe

  Hasil analisis student-t artinya frekuensi pernafasan sapi dara sebelum diberi konsentra dataran rendah dan sapi Limpo b daerah dataran tinggi adalah sam Ma’sum, Umiyasih, dan Yus menyatakan bahwa jumlah pernafasan dipengaruhi oleh ak pakan, ukuran tubuh dan lingkungan..

  26 menunjukkan pi Limpo betina trat di daerah o betina dara di ama. Mariyono, usran, (1993) lah frekuensi aktifitas, umur, an temperatur

  fasan sapi Limpo betina konsentrat di daerah pi Limpo betina dara di adalah sama. Mariyono, dan Yusran, (1993) jumlah frekuensi hi oleh aktifitas, umur, buh dan temperatur

  student-t menunjukkan

  26

  rendah adalah 28,2 pernafasan tertinggi t dan terendah sebanyak kan rata-rata frekuensi betina dara pada daerah lah 28,6 kali/menit, tertinggi sebanyak 30 rendah sebanyak

  Hasil analisis stu bahwa frekuensi pernafas dara sesudah diberi k dataran rendah dan sapi daerah dataran tinggi ada Ma’sum, Umiyasih, d menyatakan bahwa pernafasan dipengaruhi pakan, ukuran tubuh lingkungan.

  h adalah 27,4 fasan tertinggi endah sebanyak rata frekuensi ara pada daerah ,5 kali/menit, i sebanyak 30 sebanyak

5. Frekuensi Pernafasan S Betina Dara di Daerah Data dan Dataran Tinggi Sesu Konsentrat

  Sapi Limpo ataran Rendah esudah diberi

  2.40 L1 L2 L3 L4 L5 N il ai H T C

  api Limpo betina dara Dataran Tinggi

  Sapi Limpo Betina um diberi Konsentrat. Gambar 7 diatas rata nilai HTC sapi belum diberi konsentrat endah adalah 2,18, nilai 5 L6 L7 L8 L9 L10 X

  an nilai HTC pada sapi belum diberi konsentrat dah dan daerah dataran Gambar 7.

  Limpo Betina Dara di Rendah dan Dataran iberi Konsentrat

  Gambar 6. Frekuensi Pernafasan Betina Dara Sesu Konsentrat.

  Berdasarkan Gambar 6 dia bahwa rata-rata frekuensi per 25 26 27 28 29 30 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8

  F re k u en si p er n af as an

  (k al i/ m en it )

  Nomor sapi Dataran Rendah

  2.30

  ensi pernafasan sesudah diberi n dataran tinggi an Sapi Limpo esudah diberi diatas diketahui ernafasan sapi pada daerah dataran kali/menit, frekuensi sebanyak 30 kali/menit d 26 kali/menit, sedangka pernafasan sapi Limpo be dataran tinggi adalah frekuensi pernafasan te kali/menit, dan teren kali/menit.

  2.20

  2.10

  2.00

  Hasil pengukuran frekuen sapi Limpo betina dara ses konsentrat di dataran rendah dan d dapat dilihat pada Gambar 6.

  Limpo betina dara sebel pada daerah dataran rend L9 L10 X

  Dara Sebelum Berdasarkan Ga diketahui bahwa rata-ra

  Hasil perhitungan Limpo betina dara sebel di daerah dataran rendah tinggi dapat dilihat pada Gambar 7. Nilai HTC

  6. Nilai HTC Sapi Lim Daerah Dataran Re Tinggi Sebelum dibe

  Nomor sapi Limpo betin Dataran Rendah Dataran Tin

  etina dara inggi

  2,1, sedangkan rata-rata nilai HTC betina dara pada daerah dataran 2,20, nilai HTC tertinggi adala terendah adalah 2,14. Nilai HTC sebelum diberi konsentrat pada k menandakan bahwa ternak cekaman panas terhadap lingkung

  Hasil analisis m nilai HTC sapi Limpo diberi konsentrat di daera sapi Limpo betina dara di adalah sama. McDowell bahwa pakan yang dib dengan level yang berbed kondisi fisiologis sepert tubuh), denyut nadi dan berbeda akibat perbedaa atau metabolisme yang perbedaan tersebut akan respon produksi suatu ter menyatakan semakin tin diberikan, maka energ semakin tinggi, yan meningkatnya panas ya dalam tubuh, akibat metabolisme yang terjad ditambah lagi pengaruh p ini dapat menyebabk 2.00 2.05 2.10 2.15 2.20 2.25 2.30 2.35 L1 L2 L3 L4 L5

  api Limpo betina dara Dataran Tinggi

  Nilai HTC pada kedua antara 2,1-2,4 yang ternak mengalami p lingkungannya. menunjukkan bahwa o betina dara sesudah erah dataran rendah dan di daerah dataran tinggi ell (1972) menyatakan diberikan pada ternak beda akan menyebabkan erti suhu tubuh (panas an frekuensi nafas akan daan proses fermentasi g terjadi dalam tubuh, n berpengaruh terhadap ternak. Frandson (1992) tinggi level pakan yang ergi yang dikonsumsi ang berakibat pada yang diproduksi dari at tingginya proses adi di dalam tubuh dan h panas lingkungan, hal bkan ternak mudah L6 L7 L8 L9 L10 X

  HTC sapi Limpo betina konsentrat pada daerah lah 2,23, nilai HTC n terendah adalah 2,21, ilai HTC sapi Limpo ah dataran tinggi adalah inggi adalah 2,32, dan

  Sapi Limpo Betina ah diberi Konsentrat. Gambar 8 diketahui

  Nomor sapi Dataran Rendah

  N il ai H T C

  Berdasarkan Ga bahwa rata-rata nilai HT dara sesudah diberi kon dataran rendah adalah tertinggi adalah 2,3 dan sedangkan rata-rata nila betina dara pada daerah 2,26, nilai HTC terting terendah adalah 2,15. N dataran berkisar ant menandakan bahwa cekaman panas terhadap l

  Hasil analisis student-t bahwa nilai HTC sapi Limpo sebelum diberi konsentrat di da rendah dan sapi Limpo betina d dataran tinggi adalah sama. Ama ho (1979) menyatakan bahwa ni kelompok umur ternak berbeda dipengaruhi oleh perbedaan adaptasi dari masing-masing in (1994) menyatakan bahwa pro metabolisme basal berkaitan erat permukaan tubuh, yang makin bertambah kecilnya ukuran t karena itu makin kecil ukuran makin besar beban panas dan ce yang diterima oleh tubuh ternak s dalam lingkungan yang panas. Se pakan juga mempengaruhi karen diberikan pada ternak de menyebabkan kondisi fisiologis tubuh (panas tubuh), denyut nadi nafas akan berbeda akibat perb fermentasi atau metabolisme dalam tubuh, perbedaan ter berpengaruh terhadap respon pr ternak (McDowell, 1972).

  Gambar 8. Nilai HTC Dara Sesudah

  TC pada sapi eri konsentrat di daerah dataran ar 8.

  Betina Dara di dan Dataran udah diberi

  Selain itu faktor ena pakan yang dengan akan is seperti suhu di dan frekuensi erbedaan proses e yang terjadi tersebut akan produksi suatu

  TC sapi Limpo an tinggi adalah alah 2,31, dan TC sapi Limpo a kedua dataran k mengalami ngannya. menunjukkan po betina dara daerah dataran dara di daerah makiri and Funs nilai HTC tiap da-beda, karena n kemampuan individu. Putra produksi panas rat dengan luas n besar dengan ternak. Oleh n tubuh ternak cekaman panas k selama berada

7. Nilai HTC Sapi Limpo Bet Daerah Dataran rendah d Tinggi Ternak Sesud Konsentrat

  Hasil Perhitungan HTC Limpo betina dara sesudah diberi daerah dataran rendah dan da tinggi dapat dilihat pada Gambar mengalami stres. Monstma (1984) menyatakan Busono, W. 2007. Keseimbangan Fisiologis untuk Optimasi Produksi Ternak. bahwa semakin besar kenaikan suhu tubuh dan

  Pidato Pengukuhan Jabatan Guru

  frekuensi pernafasan maka Heat Tolerance

  Besar Bidang Fisiologi Produksi Coeffisien t (HTC) semakin tinggi. Ternak Ternak. 3 Desember 2007. Fakultas

  dengan peningkatan suhu tubuh rendah pada Peternakan. Universitas Brawijaya . hari yang panas mempunyai keseimbangan Malang. panas yang terbaik dan akan memberikan Duke’s. 1995. Physiology of Domestic Animal. produksi yang terbaik pula.

  Comstock Publishing. New York University Collage. Amerika. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi

KESIMPULAN DAN SARAN

  Ternak . Diterjemahkan oleh:

  Srigandono, B. dan K. Praseno. Gadjah

  Kesimpulan Mada University Press, Yogyakarta.

  Ketinggian tempat mempengaruhi suhu Kurihara, M. and S. Shioya. 2003. Dairy Cattle tubuh sapi Limpo betina dara, akan tetapi tidak

  Management In Hot Environment. mempengaruhi frekuensi pernafasan dan nilai

  http//www.fffc.agent.org/library/abstra

  HTC. Pemeliharaan sapi Limpo betina dara ct/eb529.html. lebih baik dipelihara pada daerah dataran Kusnadi, U., M. Sabrani, M. Winugroho, S. tinggi dengan penambahan konsentrat sebagai

  Iskandar, U. Nuschati dan D. Sugandi, tambahan nutrisi. 1992. Usaha Penggemukan Sapi Potong di Dataran Tinggi Wonosobo.

  Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Saran

  Hasil-hasil Penelitian Ruminansia

  Manipulasi lingkungan dan Besar. Balai Penelitian Ternak Ciawi. peningkatan kualitas pakan masih perlu Bogor. Hal: 24-28. dilakukan agar ternak tidak mengalami

  Johnson. H.D. 2005. The Lactating Cow In cekaman panas yang lebih tinggi sehingga The Various Ecosystems: produktivitas ternak dapat meningkat. Environmental Effects On Its Productivity. Australian Journal of Agricultural Research. Australia.

  24(5)775-782.

  DAFTAR PUSTAKA Mariyono, Ma’sum, Umiyasih dan Yusran.

  1993. Eksistensi Sapi Perah Induk Amakiri, S.P and O.N Funsho. 1979. Studies

  Berkemampuan Produksi Tinggi dalam of Rectal Temperature, Respiratory Usaha Peternakan Rakyat. Jurnal

  Rates and Heat Tolerance in Cattle in

  Ilmiah Penelitian Ternak Jurnal Balas

  Humit Tropics. Journal Animal Penelitian Ternak Grati. Pasuruan.

  Production.. Departement of Vol 3 Hal 2 . Veterinary Anatomy. University of Ibadan. Vol 1. Nigeria.

  McDowell, R.E. 1972. Improvement of

  Livestock Production in Warm

  Anonymous. 2010. Pemerintah Kabupaten

  Climates .W.H. Freeman and Co. San Pasuruan Gambaran Umum.

  Francisco. USA

  http://www.scribd.com/doc/44727470/ profil-pasuruan.

  Monstma,

  G. 1984. Tropical Animal Production I (Climats and Housing). Anonymous. 2013. Kecamatan Poncokusumo T20 D Lecture Notes E400-103.

  Situs Pemerintah Kabupaten Malang.

  http://poncokusumo. malangkab.go.id. Purwanto, B. 2004. Biometeorologi Ternak.

  http//www.gfm-ipb.net/kuliah/biomet/ Biometeorologi_ Ternak.htm .

  Putra, H.I.D.K. 1994. Produksi Kambing di

  Daerah Tropis (Alih bahasa dari Goat Production in the Tropic, 1983. Devendra and Burns) . Penerbit ITB.

  Swenson, M.J. 1970. Dukes’ Physiologis of Domestic Animals . Vail-Ballou Press.

  United States. Amerika.

Dokumen yang terkait

STRATEGI PENETAPAN HARGA AIR MINUM DALAM KEMASAN DI PT SYAHID GLOBAL INTERNATIONAL DENGAN MENGGUNAKAN CUSTOMER VALUE MAP DAN PRICE SENSITIVITY METER PRICING STRATEGY FOR BOTTLED WATER IN PT SYAHID GLOBAL INTERNATIONAL USING CUSTOMER VALUE MAP AND PRICE SE

0 0 8

IDENTIFIKASI KRITERIA TALENTA DARI KEY POSITIONS LEVEL KEPALA BAGIAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN ASSET VALUE MATRIX DI PT X TALENT CRITERIA IDENTIFICATION FOR KEY POSITIONS OF HEAD OF DEPARTMENT LEVEL USING HUMAN ASSET VALUE MATRIX METHOD IN PT X

0 0 8

PERANCANGAN ALAT BANTU PADA PROSES PENGERINGAN TEH HITAM ORTHODOKS MENGGUNAKAN PERANCANGAN PRODUK RASIONAL DAN SCADA DI PTPN VIII RANCABALI DESIGN OF SUPPORTING EQUIPMENT IN ORTHODOKS BLACK TEA DRYING PROCESS USING RATIONAL PRODUCT DESIGN AND SCADA AT PTP

0 6 9

ANALYSIS REQUIREMENT IMPROVEMENT OF DODOL STRAWBERRIES PRODUCT SME SHAGY LESTARI , BANDUNG REGION BY USING CANOE MODEL AND PRODUCT PACKAGING

0 0 8

OPTIMASI SENSOR KAMERA PADA PROSES IDENTIFIKASI WARNA DENGAN PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN DESIGN OF EXPERIMENT OPTIMIZATION SENSOR CAMERA IN COLOR IDENTIFICATION PROCESS WITH IMAGE PROCESSING USING DESIGN OF EXPERIMENT

0 7 8

ANALYSIS OF INDONESIA’S ISLAMIC BANKING BANKRUPTCY PREDICTION FOR PERIOD 2014-201

0 0 24

ABD SHAMAD AL-PALIMBANI’S ISLAMIC EDUCATION CONCEPT: ANALYSIS OF KITAB HIDAYAH AL-SĀLIKIN FI SULUK MĀSĀLĀK LIL MUTTĀQIN

0 0 14

IN PAYING ZAKAH OF INCOME: A CASE STUDY IN JAYAPURA

1 1 20

MINISTRY OF EDUCATION MALAYSIA Integrated Curriculum for Primary Schools

0 1 17

NILAI HTC (Heat Tolerance Coefficient) PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BETINA DARA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI KONSENTRAT DI DAERAH DATARAN RENDAH

1 1 11