PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM OKSALAT DENGAN REAKSI OKSIDASI ASAM NITRAT

  PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM OKSALAT DENGAN REAKSI OKSIDASI ASAM NITRAT Pamilia Coniwanti, Oktarisky, Rangga Wijaya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, UNSRI

  Abstrak Pembuatan asam oksalat dari limbah sabut kelapa telah dilakukan. Pembuatan asam oksalat ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : penyiapan bahan baku berupa sabut kelapa kering, pemotongan bentuk kasar, pemanasan sabut kelapa dengan campuran HNO 3 , penyaringan sampel dan proses pencucian. Variabel proses pada penelitin ini yaitu penggunaan temperature yang berbeda untuk dua percobaan, waktu yang digunakan, dan penggunaan HNO dengan ratio yang berbeda. Proses pemanasan dengan campuran

  3 o o HNO dengan variabel temperatur 75 C dan 90

C. Kemudian dari masing-masing percobaan untuk

  3 perlakuan pertama yaitu dengan ratio HNO dan dengan pengaruh waktu reaksi 45 menit, 60 menit 80 menit,

  3 100 menit, dan 120 menit terhadap produk yang dihasilkan lalu untuk perlakuan yang kedua adalah dengan menggunakan waktu optimum yang telah didapat dari perlakuan pertama dengan variable ratio HNO yaitu

  3 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6. Setelah produk didapat kemudian dicampur ditambahkan CaCl kemudian

  3 ditambahkan H SO pekat 2 N berlebih lalu dicuci dengan air panas lalu didapatkan asam oksalat. Hasil

  2

  4

o o

yang didapatkan pada temperatur 90 C lebih sedikit daripada temperatur 75

  C. Hal ini membuktikan bahwa waktu reaksi berpengaruh.

  Kata kunci : asam oksalat, temperatur, HNO , ratio

  3 Abstract Making of oxalic acid from coconut coir raffle has been done. Making of this oxalic acid done through some steps as follows : preparation of feedstock in the form of drought coconut coir, chopping of rugged form, heating of coconut coir with mixture HNO , screening of sample and cleaning process. Variable process at

  3 this penelitin that is usage of different temperature for two experiment, time applied, and usage of HNO with

  3 o o ratio which different. Heating process with mixture HNO 3 with variable temperature 75 C and 90

  C. Then from each experiment for first treatment that is with ratio HNO and with reaction time influence 45 minutes,

  3 60 minutes 80 minutes, 100 minutes, and 120 minutes to product yielded then for second treatment was by using optimum time which had been gotten from first treatment with variable ratio HNO that is 1:2, 1:3, 1:4,

  3 1:5, and 1:6. After product is gotten then is mingled added CaCl3 then is added condensed H SO of 2 N

  2

  4 o excessive then is scalded then is got oxalic acid. Result got at slimmer 90 C temperature than temperatures o

75 C. This thing proves that reaction time influential.

  Keyword : oxalic acid, temperature, HNO3, ratio I. PENDAHULUAN oksalat dari sabut kelapa.

  Indonesia merupakan negara Di Indonesia tanaman kelapa tersebar berkembang, yang berupaya untuk meningkatkan merata disetiap tempat, yang selama ini kurang kesejahteraan rakyat dengan melaksanakan dimanfaatkan secara optimal terutama untuk pembangunan di berbagai bidang. Untuk itu sabut kelapa. Kelapa (Imperata Cylendrika) bidang industri menjadi titik tolak pada rencana telah dikenal luas sebagai sebagai salah satu pembangunan lima tahun. Mengingat wilayah jenis tanaman yang memiliki banyak sekali Indonesia yang beriklim tropis sangat menunjang kegunaan terutama untuk kopra dan bahan perindustrian khususnya dalam pembuatan asam pangan lainnya. Namun limbah sabut kelapa

II. FUNDAMENTAL

  a. Proses Peleburan Dengan Basa Kuat

  Na

  kebanyakan hanya dibuang atau untuk dibakar. Sehubungan dengan itu kita mencoba memanfaatkan sabut kelapa ini sehingga dapat diolah menjadi sumber sellulosa untuk selanjutnya merupakan bahan baku untuk pembuatan asam oksalat. Potensi kelapa di indonesia diperkirakan 25 juta hektar yang setiap tahunnya bertambah dan 2/3 volume kelapa itu sendiri adalah sabut kelapa. Dengan potensi yang demikian besar, kiranya masalah kebutuhan asam oksalat di Indonesia yang setiap tahun makin meningkat dapat diatasi dengan pemanfaatan sabut kelapa tersebut.

  Dari sifat yang dipunyai sabut kelapa ternyata kehadirannya ditengah tehidupan kita lebih banyak menimbulkan masalah yang menghendaki perhatian dan pemikiran yang sungguh-sungguh dalam dalam menghadapinya. Oleh karena itu, sabut kelapa perlu diusahakan agar dapat bermanfaat sehingga bisa dicapai suatu keseimbangan alami dimana sabut kelapa tersebut mempunyai nilai tambah dalam kehidupan. Sekarang menjadi permasalahannya bagaimana cara pemanfaatan sabut kelapa tersebut.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konversi reaksi dan jumlah asam oksalat yang dihasilkan dari sabut kelapa, mengetahui pengaruh jumlah pelarut, temperatur dan waktu ekstraksi terhadap asam oksalat yang dihasilkan.

  Pohon kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota Family Arecaceae (Palm family). Pohon kelapa merupakan jenis dari Cocos, dan merupakan jenis palm besar, tumbuh dengan tinggi hingga 30 m, dengan daun-daun yang muda pada tangkai dengan panjang hingga 4-6 m. Pohon kelapa itu adalah tumbuh di tempat yang tropis yang pada buah ini terdapat sabut.

  Sabut terdapat antara sekam dan kulit terluar dari buah kelapa. Setiap sel-sel serabut bersifat sempit dan cekungan, dengan dinding yang tebal. Sabut ini berwarna pucat ketika belum dewasa tetapi kemudiannya menjadi keras dan berwarna kuning sebagai suatu lapisan lignin yang terdapat pada dinding buah kelapa.

  Proses peleburan dengan basa kuat, menggunakan larutan soda api, kalsium hidroksida atau campuran antara soda api dan kalsium hidroksida. Bahan-bahan yang diolah dengan proses ini adalah zat-zat yang mengandung selulosa. Suhu peleburan yaitu antara 240 C dan 285° C. Pada pemasakan akan terbentuk garam oksalat dan karbonat dan pemisahan antara kedua garam ini dapat dilakukan dengan jalan menambahkan kalsium hidroksida atau kalsium klorida, maka akan terbentuk endapan kalsium oksalat. Sesuai dengan reaksi :

Tabel 2.2.1 Komposisi kimia sabut kelapa

  Komposisi kimia Kandungan (%) Selulosa hemiselulosa lignin Abu

  30,6 19,9 38,9 2,9

  Sumber : Zulfansyah, 1998 Asam oksalat disentesa untuk pertama pada tahun 1776 oleh Schleele dengan oks dasi gula dengan asam nitrat. Sintesa secara komersil asam oksalat dilakukan dengan empat macam teknologi diantaranya adalah peleburan alkali dari sellulosa, glukosa, zat tepung atau sellulosa dengan katalis vanadium pentoksida, fermentasi larutan gula dengan jamur, dan sintesa dari sodium formate.

  Pengolahan bahan buangan hasil perkebunan menjadi asam oksalat ada beberapa macam cara antara lain proses peleburan dengan basa kuat dan proses oksidasi dengan asam nitrat.

  • Ca(OH)
  • 2NaOH Selanjutnya endapan yang diperoleh dilarutkan dengan asam sulfat sehingga didapat endapan kalsium sulfat dengan larutan asam oksalat, berdasarkan reaksi sebagai berikut ini :

  Ada dua variasi dari sabut, yaitu sabut coklat dipanen dari kelapa-kelapa yang telah masak, tebal, kuat dan mempunyai hambatan tinggi. Pada umumnya digunakan sebagai bahan pembuat sikat dan kain karung. Dewasa ini serabut-serabut sabut coklat mengandung lebih banyak lignin dibanding serabut-serabut seperti rami dan kapas dengan demikian bersifat yang lebih kuat hanya lebih sedikit yang fleksibel.Serabut ini terdiri dari benang kecil, masing-masing sekitar 1 juta dan 10 sampai 20 mikrometer di dalam garis tengah. Sabut kelapa mempunyai komposisi yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin dan abu. Seperti terdapat dalam tabel berikut :

  • 3H
  • 4H

  2

  4

  4

  2

  2 C

  4 H

  2 SO

  4

  2

  CaC

  2 O + 2 N 0

  10 6C0

  4

  2

  2 C

  3

  2 HN0

  4

  2

  4

  2

  2 C

  2 CaC

  • H
  • CaSO

b. Proses Oksidasi Dengan Asam Nitrat

  C. Proses oksidasi dari sellulosa yang terkandung didalam bahan buangan tersebut dengan asam nitrat akan menghasilkan asam oksalat, H

  1) Pada industri kulit digunakan sebagai formula pada proses penyamakan 2) Untuk menghilangkan karat yang tertimbun pada sistem pendingin 3) Untuk pemurnian pada crude karet alam 4) Sebagai bleaching agent pada industri kayu 5) Dapat digunakan sebagai katalis pada industri tekstil 6) Dapat digunakan untuk regenerasi dan pengaktifan kembali katalis-katalis 7) Sebagai formula pada photographics, medical dan laboratorium 8) Sebagai pembersih logam 9) Sering digunakan sebagai reagent dalam analisis kimia.

2 O, dan gas NO. Sesuai dengan

  reaksi berikut ini : 6nHN0

  Pada proses oksidasi dengan asam nitrat pekat zat- zat yang mengandung karohidrat, seperti gula, pati, dekstrin, dan sellulosa diubah menjadi asam oksalat. Oksidasi karbohidrat dengan asam mtrat pekat menghasilkan asam oksalat dengan bcmurnian yang cukup tinggi. Proses oksidasi bahan buangan dari pabrik pengolahan hasil perkebunan dengan asam nitrat dipelajari oleh Bailey dengan temperatur operasi berkisar antara 70 - 75

  °

  • (C6H
  • 5nH

  III. METODOLOGI

  Analisa Hasil

  1. Sebanvak 10 gr sabut kelapa yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam labu desrilasi kemudian ditambahkan asam nitrat dengan konsentrasi 40%.

  2. Kemudian dipanaskan pada temperatur titik didih larutan yaitu pada temperatur koasran 75°C selama 45 menit, lalu campuran tersebut didinginkan dan disaring.

  3. Filtrar yang didapat ditambah dengan Kalsium Klorida 4%, tunggu selama 12 jam.

  4. Kemudian campuran tersebut ditambahkan asam sulfat 2 N berlebih sehingga terbentuk endapan. Kemudian endapan ini dicuci dengan air panas sampai bebas ion klor.

  5. Endapan disaring, kemudian filtratnya dianalisis.

  6. Percobaan diulangi.

  • Larut dalam air panas maupun dingin serta larut dalam alkohol.
  • >Dapat memebentuk kristal dengan mengikat dua molekul air dan bila dipanaskan sedikit diatas 100°C airnya akan menguap.

      a. Anaiisa Kualitatif Dilakukan dengan metode pembentukan Uji Biru Anilina :

    • Keasamannya lebih kuat dari asam metanoat ataupun asam cuka.

      1. masukkan 10 mg cuplikan uji dalam sebuah tabung reaksi

    • Garam-garam alkali oksalat semuanya mudah larut dalam air kecuali kalsium oksalat hanya dapat larut dalam asam kuat.

      2. Tambahkan 2 mg Difenilamin murni.

      3. Lumerkan diatas nyala api bunsen

      4. Bila telah menjadi dingin, angkat bahan yang lumer itu kedalam 2 tetes alkohol.

    • Mudah untuk dioksidasi oleh KMnO

      5. Lalu dipanaskan maka akan didapatkan warna biru.

      b. Analisa Kuantitatif Dilakukan dengan Titrasi Permanganometri

      ° C.

      Asam oksalat mempunyai nama lain asam etanadioat merupakan suatu senyawa yang termasuk di dalam kelompok asam dikarboksilat. Senyawa ini banyak sekali kegunaannya. Kegunaan asam oksalat antara lain adalah :

      6nNO Asam oksalat yang dihasilkan akan mengalami reaksi oksidasi lanjut untuk menghasilkan gas C0

      10

      5

      )n 3nH

      2 C

      2 O

      4

      2 O +

      2

      3

      , gas NO dan H

      2

      0. Reaksi ini diharapkan dapat terjadi seminimal mungkin, karena asam oksalat yang dihasilkan akan semakin kecil. Percobaan ini telah dilakukan dengan metoda faktorial desain 2 level dengan temperatur, waktu dan konsentrasi HNO

      3

      Asam oksalat merupakan senyawa organik bervalensi dua dan mengandung dua gugus karboksilat. Asam ini merupakan senyawa organik yang keras dan bersifat toksin. Adapun sifat - sifat yang khas dari asam ini adalah :

      4 Asam oksalat yang dihasilkan dianalisa Tabel 4.3 Penentuan Waktu Optimum dengan

      dalam suasana pada temperatur 60 - 70

      sebagai variabel yang berubah. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan yield terbesar pada kondisi optimum reaksi yaitu pada temperatur 110oC dengan waktu reaksi 20 menit.

      o

      dengan titrasi KMn04 1 N pada ratio 1 : 2 dengan Temperatur 90 C

      °

      temperatur 60 - 70 C.

      No Waktu Residu(gr) Berat

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

      (menit) Oksalat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

      (gr) maka didapatkan data berdasarkan waktu, ratio 1 45 8,6163 5,7852 dan temperature. Pada penenlitian ini dilakukan 2 60 8,4850 7,9782 perbandingan hasil yang dipeoleh berdasarkan 3 80 6,5457 8,0679 pada temperature berbeda tetapi digunakan ratio 4 100 5,9614 10,5177 dan waktu yang sama. Setelah dilakukan 5 120 5,2623 10,2800 penelitian tersebut, menunjukan bahwa terdapat perbedan hasil dari temperature pertama yaitu

      o o

      75 C dengan temperature kedua yaitu 90 C. Berdasarkan perlakuan yang dilakuan tampak

    Tabel 4.4 Penentuan Ratio Optimum dengan o

      bahwa waktu optimum dan ratio optimum dari

      waktu 100 menit dengan Temperatur 90 C

      reaksi pembentukan asam oksalat ini sangat berperan penting sehingga jelas perbedaan antara No Ratio Residu(gr) Berat kedua temperatur yang digunakan tersebut,

      Oksalat (gr) Dari beberapa langkah penelitian dalam 1 1 : 2 8,3973 5,3278 memperoleh asam oksalat maka data dari 2 1 : 3 6,7159 5,6395 penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4.

      4 1 : 5 5,7738 7,0082 5 1 : 6 5,5815 9,2123

    Tabel 4.1 Penentuan Waktu Optimum dengan o ratio 1 : 2 dengan Temperature 75 C

      No Waktu Residu(gr) Berat

    Tabel 4.5 Konversi Berdasarkan Waktu o

      (menit) Oksalat

      dengan Ratio 1 : 2 dan Temperatur 75 C

      (gr)

      1 45 4,1273 8,1487 No Waktu (menit) Konversi

      2 60 4,7265 10,8806

      1 45 58,7270 %

      3 80 5,5674 7,9169

      2 60 52,7350 % 4 100 7,0349 7,5742 3 80 44,3260 % 5 120 7,2163 6,8779 4 100 29,6510 % 5 120 27,8370 %

    Tabel 4.2 Penentuan Ratio Optimum dengan o waktu 60 menit dengan Temperatur 75 CTabel 4.6 Konversi Berdasarkan Ratio dengan o

      No Ratio Residu(gr) Berat

      Waktu 60 Menit dan Temperatur 75 C

      Oksalat (gr)

      No Ratio Konversi 1 1 : 2 5,8901 9,4685 1 1 : 2 41,099 % 2 1 : 3 5,9239 7,7514 2 1 : 3 3 1 : 4 5,3450 12,7950

      40,761 % 3 1 : 4 4 1 : 5 5,2195 12,8288 4 1 : 5

      46,550 % 5 1 : 6 5,1372 13,2861 5 1 : 6

      47,805 % 48,628 %

    Tabel 4.7 Konversi Berdasarkan Waktu dengan Ratio 1 : 2 dan Temperatur 90 o C

      maka dalam prakteknya penambahan kandungan asam nitrat akan berpengaruh pada peningkatan produk asam oksalat yang dihasilkan sampai pada batas tertentu, dan setelah itu produk yang dihasilkan akan cenderung berkurang. Hal tersebut terlihat pada tabel tabel 4.2 dengan ratio 1 : 6 didapatkan jumlah asam oksalat yang terbesar untuk temperature

      , NO, dan H

      Hal ini dapat di hindari dengan mengatur waktu reaksi yang optimum dengan mengurangi resident time sehingga diperoleh asam oksalat sebanyak- banyaknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

      Pengaruh Ratio Asam Nitrat

      Asam nitrat yang digunakan untuk menguraikan selulosa yang terkandung dalam sabut kelapa untuk membentuk asam oksalat adalah berlebih. Kurangnya kandungan asam nitrat yang digunakan maka penguraian selulosa akan tidak optimal. Namun juga perlu diperhatikan bahwa semakin berlebih asam nitrat yang digunakan maka akan semakin besar pula kemungkinan terurainya kembali asam oksalat menjadi gas CO

      2

      , NO, dan H

      75

      No Waktu (menit) Konversi

      o

      C sedangkan untuk temperature 90 dapat dilihat tabel 4.4 dengan ratio 1 : 5

      Pengaruh Temperatur

      Reaksi asam nitrat dengan selulosa membentuk asam oksalat adalah merupakan reaksi yang endotermis, dimana dalam pelaksanaannya memerlukan sejumlah panas sampai pada kondisi tertentu. Oleh karena itu, peningkatan temperature akan berpengaruh pada kecepatan reaksi. Dengan membandingkan reaksi pada waktu yang sama namun dengan temperature berbeda, maka akan didapati asam oksalat yang dihasilkan akan lebih banyak dengan temperatur yang lebih tinggi. Namun jika temperature yang digunakan telah melebihi dari kondisi optimum, maka reaksi yang terjadi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan karena senyawaan yang terkandung akan dapat terurai menjadi bentuk lain.

      Dari Tabel 4.1 Penentuan Waktu Optimum dengan ratio 1 : 2 dapat dibuat dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :

      Grafik 4.1 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Waktu Untuk Temperatur 75 o C dan Ratio 1 : 2

      Berdasarkan dari grafik yang merupakan hasil dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa waktu optimum yang dicapai terdapat pada waktu sama dengan 60 menit. Dapat dilihat dari pencapaian produk yang pertama yaitu pada 8,1487 gram lalu kemudian naik menjadi 10,8806 gram. Hal menjadi suatu pencapain yang maksimal dari

      2

      Dalam reaksi pembentukan asam oksalat dari asam nitrat dan selulosa adalah merupakan reaksi yang berantai, dimana setelah asam oksalat terbentuk maka ada kemungkinan asam oksalat tersebut dapat pula bereaksi dengan asan nitrat sisa reaksi membentuk gas CO

      Pengaruh waktu reaksi

      60

      1

      2

      3

      4

      5

      45

      80 100 120

      16,027 % 32,841 % 34,271 % 44,185 %

      13,837 % 15,150 % 34,543 % 40,386 % 47,377 %

    Tabel 4.8 Konversi Berdasarkan Ratio dengan Waktu 100 Menit dan Temperatur 90 oC

      No Ratio Konversi

      1

      2

      3

      5 1 : 2 1 : 3 1 : 4 1 : 6

    2 O.

    2 O. Oleh karena itu

      produk yang di hasilkan pada temperatur 75

      o

      C dengan ratio 1 : 2. Dapat dilihat hasil setelah pencapaian ini kemudian mengalami penurunan setelah mengalami penurunan pada titik 10,8806. Hal ini sama dengan prinsip bahwa setelah pecapaian waktu optimum tercapai dari sekian banak reaksi yang terjadi maka setelah pencapaian yang maksimum tersebut akan mengalami penurunan dari pencapaian yang maksimum tersebut. Dari Tabel 4.2 Penentuan Ratio Optimum dengan waktu 60 menit dapat dibuat dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :

      Grafik 4.2 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Ratio Untuk Temperatur 75 o C dan Waktu 60 menit

      Pada grafik ini dapat dilihat bahwa waku yang digunakan menggunakan waktu yang optimum pada percobaan temperatur 75

      o

      C yang berdasarkan pada waktu. Hal ini dilakukan dengan tujuan pengunaan waktu optimum dapat meningkatkan hasil dari asam oksalat yang dihasilkan. Pada grafik percobaan ini terlihat peningkatan hasil asam oksalat dari ratio pertama yaitu ratio 1 : 2 sampai pada ratio yang ke-5 yaitu ratio 1 : 6. Kecenderungan untuk naik dapat diperhatikan dari grafik yang terbentuk. Jadi dengan ratio yang semakin tinggi dengan waktu yang digunakan adalah waktu optimum dan dengan suhu yang digunakan lebih tinggi maka produk yang dihasilkan akan semakin meningkat. Dari tabel 4.3 Penentuan Waktu Optimum dengan ratio 1 : 2 dapat dibuat dalam bentuk grafik seprti di bawah ini :

      Grafik 4.3 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Waktu Untuk Temperatur 90 o C dan Ratio 1 : 2

      Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa reaksi yang terjadi pada percobaan yang menggunakan fungdi waktu akan mengalami pencapaian pada titik tertentu dan pada grafik di atas pencapaian terdapat pada saat waktu sama dengan 100 menit dengan produk yang dihasilkan adalah sebesar 10,5177 gram. Dari hasil tersebut dapat diihat bahwa terdapat kenaikan jumlah oksalat yang dihasilkan pada titik maksimum. Pada saat pencapaian yang maksimum pada waktu sama dengan 100 menit maka dapat dilihat pada waktu setelah pencapaian yang maksimum tersebut akan mengalami penurunan dari produk yang dihasilkan pada saat waktu sama dengan 100meit yaitu sebesar 10,2800 gram. Akan tetapi penurunan produk setelah titik maksimum tidak begitu tajam. Temperatur berpengaruh pada pencapaian produk yang maksimum pada waktu 100 menit. Dari tabel 4.4 Penentuan Ratio Optimum dengan waktu 100 menit dapat dibuat dalam bentuk grafik dibawah.

      Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa dilihat bahwa jumlah produk yang dihasilkan mengalami perubahan berupa kenaikan produk yang dapat dilihat dari produk yang pertama yaitu sebesar 5,3278 gram dan pada titik maksimu yang dapat dicapai pada ratio 1 : 6 yaitu sebesar 9,2123. Pencapaian yang maksimum ini dapat dicapai karena adanya penggunaan waktu yang optimum yang telah didapat pada percobaan sebelumnya yang dapat mencapai waktu optimum sebesar 100 menit. Dari penggunaan waktu yang optimum tersebut maka didapatkan pula hasil berupa produk yang mengalami kenaikan pada tiap-tiap reaksinya. Dari Tabel 4.6 konversi berdasarkan ratio dengan waktu 100 menit dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

      Grafik 4.4 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Ratio o Untuk Temperatur 90 C dan Waktu 100 menit Grafik 4.6 Konversi Berdasarkan Ratio Untuk o

      Dari Tabel 4.5 konversi berdasarkan

      Temperatur 75 C dan Waktu 60 menit

      waktu dengan Ratio 1 : 2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut : Dapat dilihat pada grafik diatas yang terbentuk dari data pada tabel 4.6 konversi

      o

      berdasarkan ratio untuk temperatur 75 C dengan waktu 60 menit. Dari grafik di atas dapat diihat bahwa terjadi kenaikan konversi di setiap titik ratio dimulai dari ratio 1:2 dititik tersebut merupakan titik awal konversi yang terbentuk yaitu sebesar 41,099 % selanjutnya sediit mengalami penurunan pada saa ratio yang dignakan adalah ratio 1:3 yaitu sebesar 40,761 % tapi setelah itu terus mengalami kenaikan untuk ratio 1:4 sebesar 46,550 %, lalu untuk ratio 1:5 sebesar 47,805 % dan pada saat ratio 1:6 mejadi konversi yang paling tinggi yaitu sebesar 48,628 %. Dari Tabel 4.7 konversi berdasarkan waktu dengan Ratio 1 : 2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.6.

      Grafik tersebut terbentuk dari data

      o

      konversi yang di dapat pada temperatur 90 C

      Grafik 4.5 Konversi Berdasarkan Waktu o

      dengan ratio 1:2 yang di dasarkan pada

      Untuk Temperatur 75 C dan Ratio 1 : 2

      perubahan dari waktu ke waktu. Dapat dilihat dari keseluruhan hasil pada grafik di atas bahwa Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi disetiap titik tersus mengalami kenaikan hingga penurunan untuk konversi dari sabut kelapa. Hal titik maksimum yag didapat pada saat waktu 120 ini dapat dilhat dari perolehan pertama konversi menit yaitu sebesar 47,377 %. Jika dilihat dari sabut kelapa sebesar 58,7270 % lalu pada waktu titik sbelumnya yaitu pada titik pertama pada saat 60 menit mengalamai penurunan menjadi 52,7350 45 menit konversi yang didapat adalah 13,837 %, % serta it pn terjadi untuk waktu 80 menit yaitu kenaikan ini berlanjut pada saat 60 menit sebesar 44,3260 % serta pada menit ke 100 konversi naik menjadi 15,150 % dan pada saat menjadi 29,6510 %. Akhirnya penurunan terus konversi sebesar 34,543 %, ini dicapai pada terjadi hingga menit ke-5 yaitu 120 menit sebesar waktu 80 menit kemudian pada waktu 100 menit 27,8370 %. o

      . maka di dapat data sebagai berikut :

      1. Pada penelitian ini yang telah dilakukan membandingkan temperature 75

      C Waktu optimum : 60 menit Ratio optimum : 1 : 6

      o

      di dapatkan konversi sebesar 40,386 %. Dapat dilihat dari kenaikan ini waktu reaksi berperan pada konversi yang dicapai.

      90

      C dan

      o

      V. KESIMPULAN

    • Temperature 75
    • Temperature 90

      C dengan waktu reaksi adalah 100 menit. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan dari setiap titik tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan dari ratio 1:2 dicapai konversi sebesar 16,027 % dan hal ini terus diikuti kenaikan pada titik berikutnya yaitu pada ratio 1:3 dengan pencapaian konversi sebesar 32,841 % kemudian dicapai konversi sebesar 34,271 % pada titik ratio 1:4. Lalu pencapaian sebesar 42,262 % pada saat ratio 1:5 dengan waktu yang tetap digunakan untuk bereaksi yaitu 100 menit. Lalu pada titik akhir dengan ratio 1:6 di capai konversi sebesar 44,185 %.

      o

      Grafik 4.8 ini merupakan hasil dari data konversi yang didapat pada saat temperatur yag digunakan adalah 90

      Grafik 4.8 Konversi Berdasarkan Ratio Untuk Temperatur 90 o C dan Waktu 100 menit

      Dari Tabel 4.8 konversi berdasarkan ratio dengan waktu 60 menit dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

      Grafik 4.7 Konversi Berdasarkan Waktu Untuk Temperatur 90 o C dan Ratio 1 : 2

      o

      C Waktu optimum : 100 menit Ratio optimum : 1: 5

      2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan oksalat dengan hasil optimum yaitu pada ratio 1 : 6 dengan waktu 60 menit. optimum yaitu dengan %konversi sabut kelapa sebesar 48,628%.

    DAFTAR PUSTAKA

      Othmer, Kirk.1968.Encyclopedia of Chemical Thecnology 4th Ed. vol.17. John Wiley & Sons, Inc., New York

      Tsu-Ning Tsao, George. 1963.Production of Oxalic Acid by a Wood-Rotting Fungus. Divisiont of Chemnical Development, Tennessee Valley Authority, JVilson Dam, Alabanma

      Yonemitsu, Eiichi. 1972. Process for production oxalic acid . www.freepatentonline.com.

      United Stated. Diakses tanggal 27 Januari 2008

      Widiyarti, G. 2002. Stusdi awal pembuatan asam oksalat dari sabut kelapa dengan metoda oksidasi. www.lipi.co.id. Diakses tanggal 18 november 2007 http://en.wikipedia.org/wiki/Coconut.Diakses tanggal 27 Januari 2008 http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_oksalat. Diakses tanggal 18 November 2007 http://en.wikipedia.org/wiki/Oxalic_acid. Diakses tanggal 30 November 2007 http://ptcl.chem.ox.ac.uk/MSDS/OX/oxalic_acid_ dihydrate.html. Diakses tanggal 25 januari 2008 http://alsnetbiz.com/homeimprovement/projects/o xalic_acid. Diakses tanggal

      18 november 2007