Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Tahun 2013 Di Kota Batu Determination of Environmental Carrying Capacity Baced Of Land’s Balance In 2013 at Batu City
Putra, t al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
enentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Tahun 2013 Di
Kota Batu
etermination of Environmental Carrying Capacity Baced Of Land’s Balance
In 2013 at Batu City
1 2*
2
gus Maulana Putra , Bambang Rahadi , Liliya Dewi Susanawati
1 Mahasiswa Jurusan Keteknikan Pertanian Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145
2 Fakultas Teknologi Pertanian Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145
Email Korespondensi : jbrahadi.ub.ac.id
ABSTRAK
Pertumbuhan populasi manusia yang cepat menyebabkan peningkatan kebutuhan akan pangan dan tempat tinggal. Oleh karena itu dibutuhkan adanya keseimbangan antara daya dukung lingkungan pada suatu wilayah terhadap pemanfaatan lahan yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan status daya dukung Kota Batu berdasarkan keseimbangan lahan pada kondisi tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsif kuantitatif yaitu dengan mendeskripsikan hasil perhitungan untuk menentukan status daya dukung lingkungan. Hasil analisa status daya dukung wilayah administrasi kecamatan di Kota Batu untuk kondisi saat ini (xisting land us) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya Kecamatan Bumiaji yang memiliki status surplus dengan nilai ketersediaan lahan sebesar 47282.69 Ha dan nilai kebutuhan lahan sebesar 17569.94 Ha, sementara 2 kecamatan lain yaitu kecamatan Batu dan Junrejo dalam keadaan defisit dengan nilai ketersediaan masing- masing sebesar 3380.544 Ha dan 4263.973 Ha dan nilai kebutuhan masing-masing sebesar 28130 Ha dan 15005.47 Ha. Kata Kunci : Neraca Lahan, ketersediaan lahan, kebutuhan lahan, komoditas
Abstract
Rapid human population growth ld th nhancmnt nds for foods and shltr. Thrfor thr nds to
b a balanc btwn th carrying capacity of th nvironmnt in an ara of th xisting land us. Th
rsarch was conductd to dtrmin th status of th carrying capacity of th land balanc in Batu basd
on conditions in 2013. Th mthod usd in this rsarch is th mthod of Quantitativ Dskripsif by
dscribingth rsult of counting to dtrmin th status of th nvironmntal carrying capacity. Th
analysis rsults of th carrying capacity status of sub-district administrativ ara in Batu for currnt
utilization conditions (xisting land us) in 2013 showd that only Bumiaji which has a surplus status
with th valu of lands availability is 47282.69 Ha and th valu of lands rquirmnt is 17569.94 Ha,
whil th two othr districts, Batu and Junrjo ar dficits with th rspctiv availability valus ar
3380.544 Ha and 4263.973 Ha and ach othr's rquirmnt valus ar 28130 Ha and 15005.47 Ha.Ky Word : Land’s Balanc, land’s availability, land’s rquirmnt, commoditis
lingkungan yang baru, ini terjadi akibat
ENDAHULUAN
tekanan penduduk yang tinggi terhadap Jumlah penduduk suatu wilayah dari sumberdaya lahan yang ada pada suatu waktu ke waktu cenderung mengalami wilayah (Muta‘ali, 1993). peningkatan. Beragam aktivitas dilakukan
Permasalahan yang muncul akibat manusia dalam upaya memenuhi bertambahnya populasi penduduk adalah kebutuhan hidup mereka, sementara luas alih fungsi lahan yang berdampak pada lahan pertanian untuk memenuhi kurangnya produksi pangan pada suatu kebutuhan penduduk terus berkurang wilayah. Beradasarkan Data Menteri (Senawi, 2006). Kerusakan lahan yang
Pertanian, dari tahun 1982 sampai tahun semakin parah akan menyebabkan masalah 1985 dan dari tahun 1998 sampai tahun 1999
2 Putra, t al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
diperkirakan terjadi alih fungsi lahan sawah ke non padi atau areal pertanian mencapai 246000 Ha. lih fungsi ini digunakan untuk perumahan 30 %, perkebunan 25%, lahan kering 20%, industri 7%, kolam 3% dan penggunaan lainnya 15 %. Data diatas menunjukkan bahwa hanya dalam periode 5 tahun laju konversi hampir mencapai 50000 ha per tahunnya. Sangat disayangkan, 90 % lahan sawah yang mengalami alih fungsi terjadi di daerah Jawa (Jawa Barat, Jogjakarta dan Jawa Timur) yang merupakan wilayah penyumbang 60% dari produksi padi nasional (Suprapto, 2000).
Kota Batu merupakan salah satu kota yang mengalami dampak dari pengalihan fungsi lahan. Data Kantor Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa hutan di Kota Batu seluas 11227 Ha, dengan perincian hutan konservasi 5009.6 Ha, hutan produksi 3118.2 Ha, dan hutan lindung 3099.6 Ha. Dari luas hutan yang ada, 3900 Ha mengalami kerusakan. Hal ini menyebabkan kurangnya produktivitas biohayati di Kota Batu (KLH Kota Batu) (Trilia Viska K., Putu Gde riastita, 2012).
Wilayah dikatakan memiliki ketahanan pangan yang baik apabila pangan itu tersedia, bermutu baik, rakyat dapat membeli dengan harga terjangkau, dan rakyat tidak harus tergantung secara mutlak kepada sumber-sumber pangan wilayah lain (Pasal 3 ayat (4), PP. No. 68/2002) (Endang Lastinawati, 2010). Salah satu metode untuk menilai kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan pangan secara mandiri adalah dengan menilai daya dukung berbasis neraca lahan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan status daya dukung Kota Batu berdasarkan keseimbangan lahan pada kondisi tahun 2013. Status daya dukung ditentukan dengan membandingkan nilai ketersediaan lahan dengan kebutuhan lahan yang ada di Kota Batu tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus deskriptif dengan menggambarkan suatu objek studi, suatu set kondisi dan suatu suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1983). lasan pemilihan studi kasus karena fokus penelitian ini untuk mendeskripsikan kondisi keseimbangan lahan di Kota Batu pada tahun 2013 berdasarkan perhitungan (kuantitatif).
Kota Batu dilihat dari posisi astronomis terletak diantara 122°17’,10,90’’ sampai dengan 122°57’,00,00’’ Bujur Timur dan 7°44°,55°,00,00’’ sampai dengan 8°26°,35,45’’ Lintang Selatan. Secara administrasi Kota Batu memiliki luas 19908.750 Ha terdiri dari 3 kecamatan yaitu : Kecamatan Batu dengan luas 4545.81 Ha, Kecamatan Junrejo dengan luas 2565.02 Ha, dan Kecamatan Bumiaji dengan luas 12797.92 Ha.
Gambar 1. Peta Kota Batu (Trilia Viska K.&Putu Gde riastita, 2012)
engumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Kota Batu tahun 2013. Data sekunder yang digunakan meliputi data jumlah penduduk, data produksi padi, holtikultura, dan perkebunan. Data ini diambil dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu sebagai sumber yang kompeten dan legal sehingga memenuhi kriteria absah dan dapat dipercaya. Data harga komoditas di ambil dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu kecuali data harga beras yang diambil melalui website Kementrian Pertanian.
BAHAN DAN METODE
Ptv
2 3. nalisa Data Status daya dukung lahan diperoleh dari perbandingan antara ketersediaan lahan (S
b
2. Kebutuhan Lahan Kebutuhan lahan adalah kebutuhan hidup minimum. Tekanan penduduk terhadap daya dukung lahan dapat ditentukan berdasarkan nilai perbandingan antara jumlah penduduk dan persentase petani dengan luas lahan minimal untuk hidup layak.
Untuk mengetahui nilai kebutuhan lahan dilakukan dengan cara mengakumulasi jumlah penduduk dengan standart kebutuhan luas lahan untuk hidup layak. Menurut Permen LH No.17 (2009), luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan setara dengan luas lahan untuk menghasilkan 1 ton setara beras kapita
tahun
. Pada persamaan 2 total kebutuhan lahan setara beras di tuliskan sebagai (DL, ha), jumlah penduduk (N, jiwa), dan luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk (KHL
L , Ha).
DL=NxKHL
L
L
b
) dan kebutuhan lahan (D
L
) (Permen LH No. 17 Tahun 2009). Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus, sebaliknya bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
Klasifikasi Tingkat daya dukung lahan pertanian berbasis neraca lahan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Daya Dukung
Lahan Pertanian Daya Dukung Keterangan Lahan Pertanian σ > 2.47 Wilayah yang mampu swasembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak badi penduduknya 1 ≤ σ ≤ 2.47 Wilayah yang mampu swasembada pangan tetapi belum mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya
- 1
- 1 ).
σ < 1 Wilayah yang belum mampu swasembada pangan
Sumber : Vicky R.B. Moniaga (2011) HASIL DAN EMBAHASAN Ketersediaan Lahan
Kota Batu menghasilkan komoditas beragam yang meliputi padi, palawija, sayur dan buah, biofarma, tanaman hias dan hasil perkebunan. Tabel 2 menunjukkan data nilai produksi, harga satuan komoditas, dan ketersediaan lahan di Kota Batu pada tahun 2013. llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
1 H
llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll llllllllllllllllllllllllllllllmmmmmmmm
Rp), harga satuan beras (H
3 Putra, t al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan engolahan Data
1. Ketersediaan Lahan Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap komoditas di Kota Batu. Total produksi aktual diperoleh dari jumlah produksi dikalikan dengan harga komoditas tiap satuan Kg. Total produksi yang diperoleh kemudian dikonversi ke dalam harga beras dan produktivitas beras.
Perhitungan ketersediaan lahan menggunakan harga sebagai faktor konversi untuk menyetarakan produk non beras dengan beras. Menurut Permen LH No. 17 (2009), rumus yang digunakan untuk menghitung ketersediaan lahan seperti pada persamaan
1. Pada persamaan
1 ketersediaan lahan dituliskan sebagai (SL, ha), produksi aktual tiap jenis komoditas (P
i
, satuan tergantung pada jenis komoditas ), harga satuan tiap jenis komoditas (H
i,
b,
1 SL= x
Rp Kg
), dan produktivitas beras (Ptv
b
, Rp ha
∑(P
i
xH
i
)
- 1
- 1
- 1
(Kg Ha
Kecamatan Bumiaji. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode kebutuhan lahan menunjukkan bahwa terdapat angka yang tinggi untuk ketersediaan lahan di Kecamatan Bumiaji yaitu mencapai 86% dari total ketersediaan lahan yang ada di Kota Batu. Hal ini karena Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan yang memiliki sumbermata air yang banyak, lahan yang luas, dan produksi dan produktivitas tanaman yang paling besar dibandingkan kecamatan lain di Kota Batu. Ini juga ditunjukkan dengan adanya Peraturan Daerah Kota Batu No. 7 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030, dimana BWK III sebagai wilayah utama pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan kawasan wisata alam dan lingkungan serta kegiatan agrowisata dengan cakupan wilayah meliputi Kecamatan Bumiaji dengan pusat pelayanan di Desa Punten.
us) pada tahun 2013 begitu luas di
Ketersediaan lahan wilayah administrasi kecamatan di Kota Batu untuk kondisi pemanfataan saat ini (xisting land
Tanaman sayur dan buah merupakan tanaman dengan penyumbang nilai produksi tertinggi di Kota Batu, ini dikarenakan tingginya jumlah produksi khususnya tanaman apel yang mencapai 83891.5 Ton pada tahun 2013 di Kota Batu. Tingginya harga komoditas berpengaruh positif pada tingginya nilai produksi. Tabel 2 menunjukkan tanaman biofarma sebagai komoditas penyumbang nilai produksi terendah. Komoditas pada tanaman biofarma memiki ragam yang sedikit dengan jumlah produksi dan harga yang rendah.
beras di Kota Batu diperoleh dengan membagi total beras dari padi sawah dan ladang dengan luas panen padi di Kota Batu. Harga beras yang digunakan yaitu harga beras yang berlaku di Kota Batu pada tahun 2013, serta nilai produksi tiap komoditi didapat dengan mengalikan produksi aktual dengan harga tiap komoditi.
: Produktivitas Beras, SL : Ketersediaan Lahan Dalam penelitian ini, produktivitas
: Harga Beras, Ptv b
) : Nilai Produksi, H b
: Harga Satuan Komoditas, ∑P
i
xH
i: Total Produksi, H i
∑P i
Bumiaji 47286.69
) 3390 SL (Ha) Batu 3380.544 (Kecamatan) Junrejo 4263.973
b
4 Putra, t al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Ptv
(Rp) 8000
b
Bumiaji 1282306608500 H
) (Rp) Batu 91680368734 (Kecamatan) Junrejo 115638948050
i
xH
i
(Rp) Nilai Produksi (Rp) Tanaman Padi Ton 4799.9 4300 20553574300 Tanaman Palawija Ton 4863.3 3000 3202800000 Tanaman Sayur Ton 156912.3 8400 1405118723300 dan Buah Tanaman Biofarma Ton 114.485 6900 1336809500 Tanaman Hias Tangkai 20078.941 10900 40838601484 Tanaman Perkebunan Ton 5543.82 9150 2191551000 ∑(P
i
H
i
Komoditas Satuan ∑P
Tabel 2. Nilai Produksi, Harga satuan Komoditas dan ketersediaan lahan di Kota Batu Tahun 2013
Kecamatan Bumiaji memiliki lahan pengembangan berbagai sektor meliputi sektor perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan dan lain sebagainya, memiliki komoditas unggulan serta sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian utama di sektor pertanian. Ketersediaan lahan terendah ada di Kecamatan Batu yaitu 6.15 % dari total ketersediaan lahan yang ada di
5 Putra, t al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Kecamatan Nilai Klasifikasi Status DDL DDL (T/TM) Batu - 25140.376 σ < 1 (TM) Defisit Junrejo - 10857.23 σ < 1 (TM) Defisit Bumiaji +17619.53 σ > 2.47 (M) Surplus TM : Tidak mampu, M : Mampu (Klasifikasi berdasarkan Vicky R. B. Moniaga, 2011)
2013. Aplikasi Sig Dalam Analisis
Oktama, Roza., rdinanto, Gilangtriatama.
Sciences Education – Volume 7 Nomor 2, Mei 2011: 61 – 68. Diakses tanggal 15 Januari 2015
Dukung Lahan Prtanian. Anatomical
Moniaga, Vicky R. B. 2011. Analisis Daya
September 2010, International Standard Serial Number : 1979 – 8245X. Fakultas Pertanian Universitas Baturaja. Diakses tanggal 15 Januari 2015
Pangan dalam Mncapai Ktahanan Pangan. gronobiS, Vol. 2, No. 4,
Lastinawati, Endang. 2010. Divrsifikasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, stastus daya dukung Kota Batu pada tahun 2013 masih dalam keadaan defisit. Kecamatan Batu dan Junrejo dalam keadaan defisit dengan hanya Kecamatan Bumiaji yang berstatus surplus.
hanya Kecamatan Bumiaji yang dalam keadaan surplus dengan perbandingan tingkat daya dukung lahan diatas 2.47 dari ketersediaan lahan yang ada, ini menunjukkan Kecamatan Bumiaji sebagai wilayah yang mampu swasembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.
land us) tahun 2013 menunjukkan bahwa
Wilayah administrasi kecamatan di Kota Batu untuk kondisi saat ini (xisting
Kota Batu Tahun 2013
oleh Susanto (2013) menyatakan nilai produksi tiap komoditi dipengaruhi oleh produksi aktual dan harga tiap komoditi, semakin tinggi produksi aktual dan harga maka semakin tinggi pula nilai produksi yang dihasilkan demikian juga sebaliknya semakin rendah produksi aktual dan harga maka semakin rendah pula nilai produksi yang dihasilkan.
Status daya dukung lahan di Kota Batu tahun 2013 pada tiap kecamatan pada (Tabel 5). Penentuan status daya dukung lahan di klasifikasikan berdasarkan Moniaga (2011). Tabel 5. Status Daya Dukung Lahan di
Status Daya Dukung Lahan
Wilayah administrasi kecamatan di Kota Batu yang memiliki kebutuhan lahan yang paling tinggi adalah Kecamatan Batu yaitu 47% dari total kebutuhan lahan keseluruhan di Kota Batu. Hal ini dikarenakan Kecamatan Batu merupakan pusat pemerintahan dan pusat kota sehingga di wilayah ini terdapat banyak bangunan dan pemukiman. Kecamatan Batu memiliki jumlah penduduk lebih tinggi dari 2 kecamatan lainnya, ini berbanding terbalik dengan luas lahan dan produksi komoditas pangan yang dihasilkan. Hasil penelitian sebelumnya oleh Susanto (2013) menyatakan penurunan daya dukung lahan di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang semakin berkurang, persentase jumlah petani dan luas lahan yang diperlukan untuk hidup layak, serta jenis komoditas yang ada di wilayah setempat.
Kebutuhan lahan
KHL L : Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak perpenduduk, DL :
Batu 98344 0.29 28520.92 Junrejo 52138 0.29 15120.02 Bumiaji 60757 0.29 17619.53
DL (Jiwa) (Ha) (Ha)
L
dan DL di Kota Batu Tahun 2013 Kecamatan Penduduk KHL
L
Kebutuhan lahan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah penduduk dengan kebutuhan hidup layak per perpenduduk. Penduduk di Kota Batu dikatakan hidup layak apabila masing-masing memiliki lahan seluas 0.29 Ha. Tabel 4. Jumlah Penduduk, KHL
Kebutuhan Lahan
DAFTAR USTAKA
6 Putra, t al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Prtanian Di Kcamatan Smanu, TB, Catur ., Purwanto, J., Uchyani F, R., ni, Kabupatn Gunungkidul. Prosiding
Susi W. 2010. Dampak Alih Fungsi
Sminar Nasional Pndayagunaan Lahan Prtanian K Sktor Non Informasi Gospatial Untuk Optimalisasi Prtanian Trhadap Ktrsdiaan Bras Otonomi Darah 2013. International Di Kabupatn Klatn Provinsi Jawa
Standard Book Number : 978-979-636-
Tngah. Caraka Tani XXV No.1 Maret
152-6. Fakultas Geografi Universitas 2010. Fakultas Pertanian UNS. Gadjah Mada. iakses tanggal 15 Diakses tanggal 15 Januari 2015
Viska K, Trilia., riastita, Putu G. 2012.
Januari 2015
Arahan Pnggunaan Lahan di Kota Batu
Santosa , I Gusti N., dnyana, Gede M.,
Brdasarkan Pndkatan Tlapak
Dinata, I Ktut K. 2011. Dampak Alih
Fungsi Lahan Sawah Trhadap Ekologis. Jurnal Teknik Pomits Vol. 1,
No. 1, (2012) 1-6. Fakultas Teknik Sipil
Ktahanan Pangan Bras. Prosiding
dan Perencanaan Institut Teknologi Seminar Nasional Budidaya Pertanian Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.
International Standard Book Number Diakses tanggal 15 Januari 2015
978-602-19247-0-9. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali. Diakses tanggal 15 Januari 2015
Susanto, I Wayan. 2013. Analisis Daya
Dukung Lingkungan Sktor Prtanian Brbasis Produktivitas Di Kabupatn Bangli. Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 1, Februari 2013, hlm. 115-123.
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang. iakses tanggal 15 Januari 2015