BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tumbuhan Panamar Gantung (Tinospora crispa L.) - Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Panamar Gantung (tinospora crispa L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. - Digital Library IAIN Palangka Raya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tumbuhan Panamar Gantung (Tinospora crispa L.) Panamar gantung berasal dari Asia Tenggara dan dapat ditemui tumbuh liar di hutan atau ladang.
23 Tanaman panamar gantung di Asia
Tenggara tersebar cukup luas, meliputi wilayah Indo Cina, Semenanjung Melayu, Fillipina, dan Indonesia. Di Indonesia tanaman panamar gantung banyak ditemukan di pulau Jawa, Bali, dan Ambon. Di Indo Cina, semua bagian tanaman panamar gantung digunakan sebagai obat demam pengganti kina. Di Malaysia dan Fillipina, panamar gantung sudah dikenal secara turun-menurun sebagai obat untuk mengatasi kadar gula yang tinggi atau penyakit diabetes mellitus yang dikenal juga dengan kencing manis.
24 a.
Klasifikasi Tumbuhan Panamar Gantung (Tinospora crispa L.) Klasifikasi ilmiah untuk tanaman panamar gantung selengkapnya adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Anggiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Ranunculales Suku : Menispermaceae 23 Fauziah Muhlisah, Tanaman Obat Keluarga, Jakarta : Penebar Swadaya, 2008, h. 17. 24
Marga : Tinospora
25 Jenis : Tinospora crispa L.
Sedangkan nama atau sebutan untuk tanaman panamar gantung diberbagai daerah adalah sebagai berikut : Kalimantan Tengah : Panamar Gantung, Patarwali, dan Akar Sertin
26 Makasar : Kayu Ular
Sunda : Andawali Bali : Antawali Nusa Tenggara : Antawali
27 Jawa : Bratawali, Putrowali, dan daun gendel
28 Madura : Kebut, lalang b.
Karakteristik Tumbuhan Panamar Gantung (Tinospora crispa L.) Tanaman panamar gantung (Tinospora crispa L.) merupakan tanaman perdu pemanjat. Tingginya mencapai 2,5 m. Batang tanaman ini
29
berduri semu yang lunak serupa bintil-bintil , tinggi batangnya mencapai
30
2,5 m. Daun tunggal dan bertangkai panjang. Bentuk helaian daun seperti jantung, ujung meruncing, pangkal melekuk, tepi rata, tulang daun
25 Budi Kresnandy dan Tim lentera, Khasiat & Manfaat Brotowali si pahit yang menyembuhkan , Depok : Agromedia Pustaka, 2003, h. 1. 26 27 Fauziah Muhlisah, Tanaman Obat Keluarga, Jakarta : Penebar Swadaya, 2008, h. 17.
Budi Kresnandy dan Tim lentera, Khasiat & Manfaat Brotowali si pahit yang menyembuhkan , h. 2. 28 Setiawan dalimartha, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Jakarta : Pustaka Bunda, 2008,h.11. 29 30 Fauziah Muhlisah, Tanaman Obat Keluarga, h. 17.
31
melengkung, panjang 7-12 cm, lebar 5-10 cm. Bunga termasuk jenis bunga tidak sempurna, karena tidak memiliki bagian-bagian bunga yang lengkap. Ukuran bunga tanaman ini juga terbilang kecil. Bunganya termasuk majemuk tandan semu, letaknya menggantung, dan memiliki warna hijau muda atau putih kehijauan. Pada bunga jantan, bunganya bertangkai pendek, dimana terdapat mahkota yang berjumlah tiga helai dan enam buah kelopak. Sedangkan buahnya berkumpul dalam tandan. Warna buahnya merah muda. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan
32 cara stek.
33 Gambar 2.1. Tanaman Panamar Gantung (Tinospora crispa L.) c.
Zat yang terkandung dalam Tumbuhan Panamar Gantung (Tinospora
crispa L.)
Tanaman panamar gantung mengandung senyawa kimia yang 31 berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Kandungan senyawa kimia
Setiawan dalimartha, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Jakarta : Pustaka Bunda, 2008, h.11. 32 Neti Suriana dan Irni Sobari, Ensiklopedia Tanaman Obat, Malang : Rumah Ide, 2013,
yang berkhasiat obat tersebut terkandung di seluruh bagian tanaman, dari akar, batang, sampai daun. Akar panamar gantung mengandung senyawa
34
antimikroba berberin dan kolumbin. Sementara itu, kandungan zat kimia batang, di antaranya zat pahit (pikroretin), berberin, tinokrisposid,
saponin, kolumbin, palmatin, kaemferol, dan pati. Secara keseluruhan
tanaman panamar gantung mengandung alkaloid, damar lunak, pati,
35 glikosida pikroretosid, pikroretin, harsa, berberin, dan palmatin.
2. Antimikrobial dan Penggolongannya
Bahan antimokrobial diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Dalam penggunaan umum, istilah ini menyatakan penghambatan pertumbuhan, dan bila dimaksudkan untuk kelompok-kelompok organisme yang khusus, maka seringkali digunakan
36 istilah-istilah seperti antibakterial atau antifungal.
3. Evaluasi Desinfektan dan Antimikrobial
Evaluasi laboratoris terhadap zat kimia antimikrobial dilakukan dengan mengikuti salah satu dari tiga prosedur yang umum. Pada tiap prosedur zat tersebut diujikan terhadap mikroorganisme terpilih yang disebut organisme uji. Prosedur-prosedur tersebut ialah : a.
Zat antimikrobial berbentuk cair yang dapat larut dalam air diencerkan sebagaimana mestinya dan dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi 34 steril, ke dalam masing-masing tabung itu ditambahkan sejumlah
Budi Kresnandy dan Tim lentera, Khasiat & Manfaat Brotowali si pahit yang menyembuhkan , Depok : Agromedia Pustaka, 2003, h. 3. 35 36 Fauziah Muhlisah, Tanaman Obat Keluarga, Jakarta : Penebar Swadaya, 2008, h. 18.
organisme uji yang diketahui jumlahnya. Pada interval tertentu, dilakukan pemindahan dari tabung reaksi ini ke dalam tabung-tabung berisi media steril yang lalu diinkubasikan dan diamati nampak atau tidaknya pertumbuhan. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk menetapkan jumlah organisme yang mati per satuan waktu dengan cara melakukan hitungan cawan (plate count) terhadap sampel pada interval terpilih.
b.
Zat kimia itu dicampurkan ke dalam media agar atau kaldu, diinokulasi dengan organisme uji, diinkubasikan dan lalu dilakukan pengamatan terhadap (a) penurunan banyaknya pertumbuhan atau (b) tidak adanya pertumbuhan, bergantung kepada efek mana yang penting bagi penerapan yang dimaksudkan.
c.
Media agar dalam cawan petri, diinokulasikan dengan organisme uji. Zat kimia yang diuji ditempatkan di atas permukaan media itu. Setelah masa inkubasi tertentu, cawan itu diamati untuk melihat adanya zone penghambatan (tidak ada pertumbuhan) di sekeliling situs tempat ditaruhnya zat kimia tersebut. Metode ini terutama cocok untuk menguji zat antimikrobial yang akan digunakan dalam siapan setengah padat seperti jeli atau salep. Siapan cair ditaruh pada piringan kertas serap yang
37 kemudian ditaruh di atas medium agar.
37
Ada zona penghambatan Tidak ada zona penghambatan
Gambar 2.2. Zona penghambatan yang tampak antara koloni mikroba dengan sisi terluar paper disc yang mengandung zat38 antimikroba.
4. Cara Kerja Zat Antimikroba
Zat antimikroba dalam melakukan efeknya, harus dapat mempengaruhi bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein structural. Mekanisme kerja zat antimikroba dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut : a.
Merusak Dinding Sel Rusaknya dinding sel, bakteri secara otomatis akan berpengaruh pada membran sitoplasma, beberapa bahan antimikroba seperti fenol,
kresol , detergen dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan
pada membran sel, bahan-bahan ini akan menyerang dan merusak membran sel, sehingga fungsi semi permeabilitas membran mengalami kerusakan. Kerusakan pada membran sel ini akan mengakibatkan terhambatnya sel atau matinya sel.
b.
Mengubah Permeabilitas Membran Sel Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput yang disebut membran sel yang mempunyai permeabilitas selektif, membran ini 38 tersusun atas fosfolipid dan protein. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat antar sel dengan lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan aktif dan mengendalikan susunan dalam diri sel. Proses pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik ke dalam maupun keluar sel dimungkinkan karena di dalam membran sel terdapat enzim protein untuk mensintesis peptidoglikan komponen membran luar.
c.
Perubahan Molekul Protein dan Asam Nukleat (Kerusakan Sitoplasma) Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion organik dan berbagai senyawa dengan bobot molekul rendah. Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Konsentrasi tinggi beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi dan denaturasi komponen-komponen seluler yang fital.
d.
Menghambat Kerja Enzim Di dalam Sel terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan proses-proses metabolisme, banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia misalnya logam-logam berat, golongan tembaga, perak, air raksa dan senyawa logam, umumnya efektif sebagai bahan antimikroba pada konsentrasi relative rendah. Logam-logam ini akan mengikat gugus enzim silfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein yang terbentuk. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. e.
Menghambat Sintesis Asam Nukleat dan Protein DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting dalam sel, beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotik misalnya
cloramfenikol, tetrasiline, pyumysin menghambat sintesis protein.
Sedangkan sintesis asam nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotik misalnya mitosimin, bila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.
39 5.
Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Kerja Zat Antimikroba
Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba dalam menghambat atau membasmi organisme patogen. Semuanya harus dipertimbangkan agar zat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerja zat antimikroba adalah sebagai berikut: a.
Konsentrasi atau Intensitas Zat Antimikroba.
Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba semakin tinggi daya antimikrobialnya, artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.
b.
Jumlah Organisme Semakin banyak jumlah organisme yang ada maka semakin banyak pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya.
39 c.
Suhu Kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan suatu desinfektan atau bahan mikrobial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi kimia. Reaksi kimia bisa dipercepat dengan meninggikan suhu.
d.
Spesies Mikroorganisme Spesies mikroorganisme menunjukan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu bahan kimia tertentu.
e.
Adanya Bahan Organik Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia antimikroba dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut.
Adanya bahan organik dalam campuran zat antimikroba dapat mengakibatkan: 1)
Penggabungan zat antimikroba dengan bahan organik membentuk produk yang tidak bersifat antimikroba.
2) Penggabungan zat antimikroba dengan bahan organik menghasilkan suatu endapan, sehingga antimikroba tidak mungkin lagi mengikat mikroorganisme.
3) Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu pelindung yang akan mengganggu kontak antar zat antimikroba dengan sel. f.
Keasaman (pH) atau Kebasahan (pOH) Mikrooganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila
40 dibandingkan dengan mikroorganisme yang hidup pada pH basa.
6. Medium NA (Nutrien Agar) dan NB (Nutrien Broth)
Medium NA (Nutrien Agar) merupakan medium dasar yang dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri, ragi, dan jamur. Medium ini
41
terbuat dari Agar powder, beef exstract, dan becto pepton. Sedangkan medium NB (Nutrient Broth) merupakan medium cair yang terbuat dari
42 campuran Beef extract dan becto peptone.
7. Morfologi dan Sitologi Bakteri Secara Umum
Bakteri itu berasal dari kata
“bakterion” yang berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekolompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop.
a.
Bentuk Bakteri Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan basil, golongan kokus, golongan spiril.
40 M. J Pelczar, JR dan E. C. S Chan, Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2, Jakarta: Universitas Indonesia, 2009, h. 452-456. 41 42 Dwidjoseputro, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jakarta : Djambatan, 2005, h. 37-38.
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar , Purwokerto : Laboratorium Mikrobiologi
1) Golongan Basil, yaitu berupa bentuk serupa tongkat pendek, silindris.
Sebagian besar bakteri berupa basil. Basil dapat bergandeng- gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul , sedang ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam. 2)
Golongan Kokus, adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebut
streptokokus ada yang bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus,
kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut
stafilokoku s, sedang kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina .
3) Golongan Spiril, yaitu bakteri yang bengkok atau berbengkok- bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak terdapat. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibanding dengan golongan kokus maupun golongan basil.
b.
Susunan Sel Bakteri Bakteri memiliki susunan sel yang terbagi atas 3 daerah, yaitu : dinding luar, sitoplasma, dan bahan inti.
1) Dinding Luar
Dinding luar bakteri terdiri atas 3 lapis, dari luar kedalam berturut yaitu lapisan lendir, dinding sel, dan membran sitoplasma. a) Lapisan lendir terdiri atas karbohidrat. Pada beberapa spesies tertentu, lendir itu juga mengandung unsur N atau P. Lendir ini bukan suatu bagian integral dari sel, melainkan suatu hasil pertukaran zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap kekeringan, seakan- akan merupakan suatu “benteng” untuk bertahan.
b) Dinding sel bakteri dapat terdiri atas bermacam-macam bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, khitin (yaitu karbohidrat yang mengandung unsur N), hal itu bergantung kepada spesies bakteri. Fungsi dinding sel ialah untuk memberi bentuk tertentu pada sel, untuk memberi perlindungan, untuk mengatur keluar- masuknya zat-zat kimia, serta dinding sel memegang peranan dalam pembelahan sel.
c) Membran sitoplasma merupakan bungkus dari pada protoplasma dan membran ini ikut menyusut bersama-sama dengan menyusutnya protoplasma pada waktu mengalami plasmolisis.
2) Sitoplasma (isi sel atau protoplasma) Protoplasma disebut juga sitoplasma atau plasma sel.
Protoplasma merupakan suatu koloid yang mengandung karbohidrat, protein, enzim-enzim, belerang, kalsium karbonat, dan volutin (suatu zat yang banyak mengandung asam ribonukleat (ARN) dan yang mudah menghisap zat warna yang bersifat basa). Volutin inilah yang nampak sebagai titik-titik metakromatis (berwarna) yang terdapat pada basil dipteri.
3) Bahan Inti
Inti bakteri terdiri atas asam deoksiribonukleat (ADN) dan asam
ribonukleat (ARN). Inti bakteri tidak mempunyai membran atau
dinding inti (prokaryon). ARN merupakan bagian dari ribosom , sedangkan ribosom itu sendiri adalah komponen yang terdapat di dalam sel dan berfungsi sebagai organel penyusun protein. Bakteri juga mempunyai satuan-satuan kecil yang terdiri dari ADN. Tubuh- tubuh kecil itu disebut plasmida, yang mana plasmida ini terbagi menjadi 2 macam yaitu faktor F (fertilitas) memegang peranan dalam konjugasi dan faktor R (resistan) memegang peranan dalam kekebalan
43 terhadap obat-obatan.
44 Gambar 2.3 Struktur Bakteri.
43 44 Dwidjoseputro, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jakarta : Djambatan, 2005, h. 22-26.
Fisharmanto.blogspot.com, %252F2009%252F11%252, Fstruktur-bakteri.html,
8. Staphylococcus aureus a.
Klasifikasi Klasifikasi ilmiah untuk Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
Kingdom : Monera Divisio : Protophyta Classis : Schyzomicetes Ordo : Eubacteriales
45 Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
46 Spesies : Staphylococcus aureus b.
Botani
Staphylococcus aureus merupakan salah satu genus dari Staphylococcus . Staphylococcus aureus bersifat koagulase positif yang
membedakannya dari spesies yang lain, serta patogen utama pada
47
manusia. Staphylococcus aureus memiliki ciri bentuk coccus, memiliki formasi staphylae, mengeluarkan endotoxin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, dan sangat tahan terhadap
45 Sri Widya Kurniawati, “Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus Indica Linn.) Teradap Kultur Aktif Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
”, Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 37. 46 Jawetz, melnick & Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran Jilid 2, alih bahasa Eddy pengeringan. Pada pemeriksaan padat koloninya berwarna kuning emas.
48 Sedangkan di alam terdapat pada tanah, air, dan debu di udara.
49 Gambar 2.4 Staphylococcus aureus c.
Pertumbuhan Staphylococcus aureus Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah
o o o
35-37
C, dengan suhu minimum 6,7 C dan suhu maksimum 45,5 C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0-9,8 dengan pH optimum sekitar 7,0-7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhanya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan 48 optimum diperlukan 11 asam amino, yaitu valin, leusin, theronin,
Indan Entjang, Mikrobiologi & Parasitologi untuk akademi keperawatan dan sekolah tenaga kesehatan yang sederajat , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003, h. 118. (online 30 Agustus 2014).
phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin, dan arginin.
Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak
50
mengandung asam amino atau protein. Staphylococcus aureus
51
membelah diri setiap 27-30 menit.d.
Sifat-Sisat Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit dan
saluran pernapasan. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis, dan
52 osteomyelitis. Staphylococcus aureus mempunyai koagulase atau faktor
penggumpalan pada permukaan dinding sel, ikatan koagulase secara non enzimatik pada fibrinogen menyebabkan agregasi pada bakteri. Selain itu
Staphylococcus aureus juga dapat membunuh sel darah putih pada
53
berbagai binatang. Staphylococcus aureus dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya eksotoksin- α yang sangat beracun, toksin-β yang terdiri dari hemolisin yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah, toksin F dan S yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukositik, hialuronidase yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan sehingga
50 Imam Supardi dan Sukamto, Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan , Bandung : Alumni, 1999, h. 140. 51 Indan Entjang, Mikrobiologi & Parasitologi untuk akademi keperawatan dan sekolah tenaga kesehatan yang sederajat , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003, h. 89. 52 53 Ibid , h. 118. mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh, dan suatu grup
54 enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.
B. Kerangka Konseptual
Tanaman panamar gantung di Kalimantan digunakan sebagai bahan obat tradisional. Masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah biasa menggunakan panamar gantung sebagai obat malaria, bagian yang digunakan adalah batangnya yaitu dengan cara direbus kemudian airnya diminum. Sedangkan masyarakat Dayak Benuaq Kalimantan Timur tepatnya di Desa Tanjung Isuy, Lempunah, dan Mancong mereka menggunakan panamar gantung sebagai obat antimalaria, batu ginjal, dan amandel. Bagian panamar gantung yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat tersebut adalah batangnya yaitu dengan cara direbus, diparut, ataupun dioleskan. Tanaman panamar gantung mengandung alkoloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, pikroretin, harsa, berberin, dan palmatin.
Penumbukan dalam pembuatan ekstraksi berkaitan dengan proses sederhana secara mekanik, yaitu proses pengeluaran sari pati dari daun panamar gantung dengan cara ditumbuk atau dihaluskan sampai menjadi lembut, sehingga sari pati dapat keluar dan larut dalam alkohol yang digunakan sebagai pelarutnya. Proses ekstraksi yang dilakukan bukan ekstraksi murni karena sari pati yang dikeluarkan dari sari pati yang hancur tidak dipisahkan antara masing-masing zat yang ada di dalamnya. 54
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, maka diharapkan implikasi dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Penelitian ini berupa petunjuk praktikum, dimana akan memberikan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa. Dari petunjuk pembuatan ekstraksi dan medium dasar tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi yang ada dalam diri mereka, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Data yang diperoleh akan menjadi jawaban dari permasalahan pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus.
Keanekaragaman alam dan isinya baik benda mati maupun makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan yang belum diketahui manfaat dan bahayanya
Tumbuhan obat mempunyai Mikroorganisme ada yang daya pengobatan karena bersifat menguntungkan memiliki banyak senyawa- dan ada yang merugikan. senyawa yang berkhasiat obat ataupun bersifat antibiotik.
Tumbuhan panamar gantung
Staphylococcus aureus
(Tinospora crispa L.)
Staphylococcus aureus
Tanaman panamar gantung merupakan bakteri patogen mengandung alkoloid, utama pada manusia yang
damar lunak, pati,
dapat menimbulkan
glikosida pikroretosid,
berbagai macam infeksi
pikroretin, harsa,
seperti keracunan makanan berberin, dan palmatin. yang berat, serta infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
Studi pendahuluan kemampuan ekstrak daun panamar gantung (Tinospora crispa L.) dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus
Menarik Kesimpulan
Gambar. 2.5 Kerangka Konseptual