Metode Nucleic Acid Test untuk Uji Saring Virus Hepatitis B pada Darah Donor dengan Hepatitis B Occult

  Artikel Riset Metode Nucleic Acid Test untuk Uji Saring Virus Hepatitis B pada

  

Darah Donor dengan Hepatitis B Occult

1* 2 1 Ulfah Suryani , Vivi Setiawaty 2 Program Magister Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Indonesia

Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

,Kementerian Kesehatan, Indonesia

  • *Email : ulfah.suryani@yahoo.com

  

Abstract

HBsAg is the primary screening at the Blood Transfusion Unit (UTD) in Indonesia. Blood with HBsAg

negative still have potential to transmit the Hepatitis B Virus (HBV) infection. To improve blood safety,

examination needs to be done is the detection of HBV DNA in window period. This study aim to determine the

NAT can detect HBV DNA positive in blood donors with Occult Hepatitis B (HBO). A cross-sectional study on

4973 blood samples from the donor 4 UTD: DKI Jakarta, Tangerang district and municipality, Depok.

Examination of HBsAg, anti - HBc, anti - HBs done UTD while NAT, quantitative and qualitative PCR,

performed at the Eijkman Institute for Molecular Biology . Quantitative and qualitative PCR performed to

measure viral load that is used as a confirmation of HBV were detected by the method of NAT. A 20 of 4973

subjects (0.4%) had negative results and NAT multiplex HBsAg positive. 16 of the 20 subjects of HBsAg

negative and positive discriminatory NAT. Results of the examination of anti-HBc anti-HBs negative and

positive / negative feedback only one subject (6.25%), 9 samples positive anti-HBc and anti-HBs negative

(56.25%), the results of anti-HBc and anti- HBs positive 5 samples (31.25%). The results of qualitative and

quantitative PCR obtained three samples (18.75%) are not detectable, 6 (37.5%) samples showed results of a

high viral load and 7 samples (43.75%) showed low detection. The NAT assay which was performed as a

screening of donor blood parameters are effective to detect HBV DNA in blood donors with HBO.

  Key words. Hepatitis B occult, Nucleic Acid Test, Blood Donor

Abstrak

  HBsAg merupakan pemeriksaan utama di Unit Transfusi Darah (UTD) di Indonesia. Darah HBsAg

negatif masih berpotensi menularkan infeksi Virus Hepatitis B (VHB). Untuk meningkatkan keamanan darah,

perlu dilakukan pemeriksaan yang dapat mendeteksi DNA VHB pada window period. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pemeriksaan Nucleic Acid Test (NAT) dalam mendeteksi DNA VHB pada darah donor

dengan Hepatitis B Occult (HBO). Penelitian potong lintang terhadap 4973 sampel darah donor dari 4 UTD,

yaitu DKI Jakarta, kota dan kabupaten Tangerang, kota Depok. Pemeriksaan HBsAg, anti-HBc, anti-HBs

dilakukan UTD sedangkan NAT, PCR kuantitatif dan kualitatif, dilakukan di Lembaga Biologi Molekuler

Eijkman. Pemeriksaan PCR kuantitatif dan kualitatif dilakukan untuk menghitung viral load yang digunakan

sebagai konfirmasi VHB yang berhasil dideteksi dengan metode NAT. Sebanyak 20 dari 4973 subjek (0,4%)

mempunyai hasil HBsAg negatif dan NAT multipleks positif. 16 dari 20 subyek HBsAg negatif dan NAT

discriminatory positif. Hasil pemeriksaan anti-HBc negatif dan anti-HBs positif/negatif didapatkan hanya satu

subyek (6,25%), 9 sampel anti-HBc positif dan anti-HBs negatif (56,25%), hasil pemeriksaan anti-HBc dan anti-

HBs positif 5 sampel (31,25%). Hasil pemeriksaan PCR kualitatif dan kuantitatif didapatkan 3 sampel (18,75%)

tidak terdeteksi, 6 (37,5%) sampel menunjukkan hasil viral load yang tinggi dan 7 sampel (43,75%)

menunjukkan low detection. Pemeriksaan NAT sebagai parameter uji saring darah donor efektif untuk

mendeteksi DNA VHB pada darah donor dengan HBO. .

   Kata kunci: Hepatitis B Occult, Nucleic Acid Test, Donor Darah Diterima: 2 Juli 2015 Direvisi: 29 Juli 2015 Disetujui: 11 Agustus 2015

  Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.4.2.2015:51-58 Pendahuluan

  Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi biologi molekul, saat ini telah ditemukan teknologi deteksi DNA yang lebih cepat, sehingga uji saring molekuler untuk donor darah dalam jumlah besar dan waktu singkat sangat mungkin dilakukan. Uji saring molekuler yang dimaksud adalah tes kualitatif DNA VHB yang secara simultan dikombinasikan dengan tes terhadap

  dari hepatitis B kronis, DNA-VHB masih terdapat di sel hati.

  10 Keadaan DNA-VHB

  ditemukan dalam hati atau serum dari seseorang dengan HBsAg negatif, disertai atau tanpa adanya anti-HBs disebut dengan infeksi hepatitis B occult (HBO).

  8,9

  Dari penelitian terdahulu yang dilakukan di Indonesia, prevalensi donor dengan HBO berkisar antara 8-10%.

  7,8

  Ribonucleic Acid (RNA) HIV dan virus

  VHB tetap ada walaupun dalam jumlah kecil, baik dalam sirkulasi ataupun dalam hati.

  hepatitis C yang dikenal dengan

  NucleicAcid Test

  (NAT) ”Multiplex”. Tes NAT VHB dengan sensitivitas yang tinggi akan menurunkan window period yang tertinggal oleh tes HbsAg.

  10,11

  Pemeriksaan molekuler lain yang sering digunakan untuk diagnosa infeksi VHB adalah metoda Polymerase Chain Reaction Real

  Time (PCR-RT) yang mampu mendeteksi viral load .

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemeriksaan Nucleic Acid Test (NAT) dalam mendeteksi DNA VHB pada darah donor dengan Hepatitis B Occult (HBO).

  8 Demikian juga setelah penyembuhan

  Pada kebanyakan infeksi VHB akut pada orang dewasa ternyata HBsAg menghilang diikuti dengan terbentuknya anti-HBs, Deoxyribonucleic Acid (DNA)-

  Transfusi darah merupakan tindakan medis berisiko, Salah satu risiko transfusi adalah penularan infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD). Di Indonesia, sesuai dengan peraturan yang ada wajib melakukan uji saring IMLTD pada semua kantong darah yang dikumpulkan terhadap HIV, virus hepatitis B, virus hepatitis C dan sifilis.

  7,9

  VHB sebagai cara yang lebih pasti untuk mengetahui darah donor infeksius atau tidak terhadap VHB.

  1,2

  Dalam upaya menjaga keamanan darah donor dari infeksi virus hepatitis B (VHB), setiap kantong darah donor diuji saring terhadap hepatitis B

  Surface Antigen (HBsAg) sejak tahun

  1985. Bila hasil uji saring HBsAg negatif maka darah tersebut dianggap aman untuk ditranfusikan. Namun, banyak peneliti menemukan bahwa darah dengan hasil uji saring HBsAg negatif saja tidak dapat dinyatakan aman, karena darah donor dengan HBsAg negatif masih dapat mengakibatkan infeksi

  VHB pada penerimanya.

3 Beberapa penelitian menemukan

  core antigen (anti-HBc) sebagai petanda

  4,5

  bahwa darah dengan hasil uji saring HBsAg negatif saja tidak dapat dinyatakan aman, karena darah donor dengan HBsAg negatif dapat mengakibatkan infeksi VHB seperti hasil penelitian di India sebanyak 14,6% dan di Inggris sebanyak 0,57% penerima darah HBsAg negatif masih terinfeksi VHB.

  paparan terhadap VHB dan antibodi terhadap hepatitis B surface antigen (anti- HBs) sebagai petanda respon imun terhadap infeksi VHB ke dalam uji saring donor. Darah dengan anti-HBc titer rendah disertai anti-HBs titer tinggi (>100 IU/L) diperbolehkan untuk transfusi.

  6,7,8

  Namun demikian, uji saring serologi anti-HBc dan anti-HBs masih tetap tidak dapat menghilangkan kemungkinan didapatnya darah yang tidak aman dari donor dalam

  window period pre-serokonversi. Untuk itu

  perlu dilakukan deteksi keberadaan DNA

  Sehingga beberapa negara menambahkan parameter serologi terhadap antibodi terhadap hepatitis B

  Pemeriksaan nucleic Acid Test ….(Ulfah Suryani)

  0.40

  4

  4 Kab. Tangerang 702 693

  2

  7 Total % 4973 100

  4879

  98.11

  20

  8

  3 Kota Depok 178 173

  0.16

  66

  1.33 Sebanyak 20 sampel penelitian

  yang menunjukkan hasil pemeriksaan EIA HbsAg negative dan NAT Multipleks positif, hanya16 sampel penelitian yang dapat dilanjutkan ke pemeriksaan NAT

  discriminatory , oleh karena 4 sampel

  penelitian lainnya tidak memiliki volume yang mencukupi.

  Hasil pemeriksaan NAT discrimina-

  tory tertera pada Tabel 2. Hasil peme-

  1

  40

  Metode

  prinsip sandwich, dengan mengikuti prosedur yang disertakan dalam reagen. Reagensia yang digunakan adalah ADVIA Centaur XP 3947 dari Siemmens dan Architect anti-HBs. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya virus dilakukan dengan pemeriksaan molekular Nucleid Acid Test (NAT) dan dikonfirmasi dengan realtime RT-PCR.

  Penelitian ini merupakan studi cross-

  sectional untuk menentukan parameter uji

  saring darah donor yang paling efektif untuk meningkatkan keamanan darah terhadap infeksi VHB. Subyek penelitian adalah sampel darah donor yang dipilih secara acak di UTD PMI dengan kriteria inklusi adalah sampel dengan hasil uji saring tidak reaktif terhadap HBsAg, anti- HIV, anti-HCV dan sifilis.

  Pengambilan sampel darah donor dilakukan bersamaan dengan pengambilan darah yang disumbangkan baik didalam gedung UTD dan pada kegiatan mobil unit yang diselenggarakan oleh UTD PMI DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Depok dan Kabupaten Tangerang. Donor darah bisa merupakan donor baru maupun donor ulang.

  Pemeriksaan sampel dilakukan di Unit Transusi Donor Darah Pusat (UTDP) dan Lembaga Biologi Molekul Eijkman (LBME) dari Maret 2013 – Juni 2014. Pemeriksaan antibodi HBsAg pada sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda Enzyme Immuno Assay (EIA).

  Reagen EIA HBsAg yang digunakan adalah Hepanostika Biomeriux®. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya penanda anti-HBc dan anti-HBs dilakukan dengan teknik Electro chemiluminescence

  Immuno Assay (ECLIA) berdasarkan

  Penelitian telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas Indonesia No.783/H2. F1/VII/2013

  8

  Hasil

  Hasil pemeriksaan EIA HBsAg dan NAT Multipleks secara paralel pada 4.973 bahan penelitian di Laboratorium uji saring IMLTD UTD PMI Pusat. Hasil pemeriksaan EIA HBsAg dan NAT Multipleks dapat dilihat pada Tabel 1

  

Tabel 1. EIA HbsAg dan NAT Multipleks

No Asal Sampel Total sampel HBsAg (-) NAT (-) HBsAg(-) NAT (+) HBsAg (+) NAT (-) HBsAg (+) NAT (+)

  1 Kota Jakarta 2012 1993

  4

  15

  2 Kota Tangerang 2081 2020

  13

  riksaan EIA pada Tabel 1 menunjukkan bahwa 4879 sampel berasal dari pendonor yang benar-benar tidak terinfeksi oleh

NAT VHB (-)

  1

  

10 5742A Positif Reaktif Non reaktif Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

11 37604A Positif Reaktif Non reaktif <37,3 <50 12 2575BA Positif Reaktif Non reaktif <37,3 <50 13 3445A Positif Non Reaktif Non reaktif <37,3 <50 14 6335BA Positif Reaktif Non reaktif <37,3 <50

15 9445A Positif Reaktif Reaktif Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

16 8036A Positif Reaktif Non Reaktif Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

  IU/ml ** 1 4391B Positif Reaktif Non Reaktif 6,66 x 10 3 8,66 x 10 2 2 0181B Positif Reaktif Reaktif 4,30 x 10 3 5.59 x10 3 3 1204 A Positif Reaktif Reaktif 3.35 x 10 7 4.36 x 10 7 4 1800A Positif Reaktif Reaktif 3,95x10 7 5,13 x 10 7 5 1587A Positif Non Reaktif Reaktif 2.23 x 10 1 2,29x10 1 6 4531B Positif Reaktif Non reaktif 2,29 x 10 2 2,98 x 10 2 7 4011A Positif Reaktif Reaktif <37,3 <50 8 4391A Positif Reaktif Non reaktif <37,3 <50 9 4970A Positif Reaktif Non reaktif <37,3 <50

  VHB Serologi Viral Load* anti-HBc anti-HBs Copy/ml

  

Tabel 3. Viral Load

No. Sampel NAT

  Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa jumlah viral load hanya dapat ditentukan pada enam sampel, yakni sampel nomor 1 sd 6; jumlah viral load tidak dapat ditentukan pada tiga sampel, yakni sampel nomor 10,15 dan 16; dan viral load berada dibawah sensitivitas alat pada 7 sampel, yakni sampel nomor 7 ,8, 9, 11, 12, 13 dan14. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa DNA VHB tidak terdeteksi pada 3 dari 16 sampel (18,75%), meskipun hasil anti-HBc reaktif.

  menunjukkan seluruh sampel mengandung DNA VHB. Pemeriksaan anti-HBc dan anti-HBs pada 16 sampel HBsAg negatif dan NAT VHB positif menunjukkan hasil anti-HBc dan anti-HBs negatif pada satu sampel (6,25%); anti-HBc positif pada sembilan sampel (56,25%), anti HBs positif pada satu sampel (6,25%) serta anti- HBc dan anti-HBs positif pada lima sampel (31,25%).

  discriminatory pada 16 sampel penelitian

  Hasil pemeriksaan NAT

  1 Total (%) 20 16 (80) 16 (100)

  1

  2

  4 Kab. Tangerang

  1

  Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.4.2.2015:51-58

  VHB, sedangkan 20 sampel lainnya menunjukkan bahwa darah tersebut berasal dari pendonor dengan infeksi hepatitis B occult (HBO). HBsAg positif dan NAT multipleks negatif pada delapan sampel, menunjukan sampel tersebut berasal dari pendonor dengan infeksi kronis VHB. HBSAg dan NAT multipleks positif menunjukkan darah tersebut berasal dari donor yang terinfeksi VHB .

  3 Kota Depok

  12

  12

  13

  2 Kota Tangerang

  2

  2

  4

  1 Kota Jakarta

  (+) HBsAg (-)

  Discriminatory HBsAg (-) NAT VHB

  NAT Multipleks (+) Total sampel yang periksa NAT

  

Tabel 2. NAT Discriminatory

No Asal sampel Total sampel HBsAg (-)

  1

  14 Sementara itu, darah

  Pemeriksaan nucleic Acid Test ….(Ulfah Suryani)

  Pembahasan

  Darah dari donor yang HBO, meskipun titer DNA VHB-nya rendah, dampak pemberian darahnya masih memerlukan kajian, oleh karena daya infeksi VHB sebagaimana juga virus lainnya tergantung pada dua faktor utama, yakni dosis infeksius dan kompetensi kekebalan host.

12 Mempertimbangkan

  volume materi infeksius pada transfusi darah, baik darah lengkap maupun komponen darah, anggapan bahwa infeksi akan terjadi jika ditemukan VHB DNA umumnya dapat diterima. Hal ini diperkuat dengan temuan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan tingginya risiko infeksi VHB pasca transfusi dibandingkan dengan risiko infeksi HCV atau HIV pasca transfusi. Lebih lanjut penelitian menunjukkan adanya risiko infeksi VHB melalui transfusi darah asal donor HBO pada fase resolusi hepatitis akut, yaitu saat DNA VHB mulai menghilang dan HBsAg menjadi negatif.

  6

  VHB dan belum membentuk kekebalan. Anti-HBc merupakan antibodi pertama yang muncul di dalam darah pasca infeksi, biasanya mulai terdeteksi pada minggu ke

  dari kelompok anti-HBc positif dengan anti-HBs negatif yang besarnya 56,25% masih diragukan keamanannya karena darah tersebut berasal dari donor yang pernah terpapar

  penelitian ini, sebagaimana tampak pada profil serologi di Tabel 2, darah yang paling aman untuk ditransfusikan adalah darah dari kelompok anti-HBc negatif dengan atau tanpa anti-HBs, yaitu sebesar 6.25%. Individu dengan anti-HBc negatif dianggap tidak terinfeksi VHB karena anti-HBc merupakan parameter paparan terhadap VHB.

  • –8 pasca infeksi. Mula-mula IgM anti- HBc muncul dan akan mendominasi selama 6 bulan pertama dan setelah itu bentuk IgG anti-HBc akan mendominasi. IgM anti-HBc merupakan petanda serologik hepatitis B akut atau hepatitis B kronik fase reaktivasi.

  Untuk meningkatkan keamanan darah dari infeksi VHB, beberapa negara dengan tingkat endemisitas infeksi VHB rendah seperti Amerika dan Jepang menambahkan parameter anti-HBc dalam uji saring darah donornya.

  untuk VHB pada seluruh 16sampel (100%). Tingginya prevalensi infeksi VHB pada pendonor darah Indonesia sejalan dengan tingginya prevalensi HBsAg positif di masyarakat (rata-rata 9,4%) yang menyebabkan Indonesia oleh WHO dikategorikan ke dalam negara dengan tingkat endemisitas medium hingga tinggi. Hal ini juga bisa dikaitkan dengan baru dimulainya vaksinasi hepatitis B di Indonesia, yakni sekitar 30 tahun yang lalu, sementara kelompok usia donor darah yang tertinggi adalah usia 31-50 thn (56%) dan usia 51-60 thn (17%) sehingga risiko untuk mendapatkan donor dengan window period infeksi VHB cukup tinggi.

  dicriminatory menunjukkan hasil positif

  15 Pada window period juga didapat IgM anti-HBc positif,

  namun pada penelitian ini hanya dilakukan pemeriksaan anti- HBc kuantitatif.

  Ditemukannya anti-HBc dengan atau tanpa anti-HBs pada 14 dari 16 (87,5%) sampel HBsAg negatif dan NAT VHB positif menunjukkan bahwa pada kondisi dimana HBsAg negatif, baik parameter DNA VHB maupun anti-HBc dapat digunakan untuk menetapkan status keamanan darah. Namun demikian, anti- HBc sebagai parameter paparan terhadap

  VHB negatif belum bisa menentukan bahwa darah aman, hal ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan anti-HBc negatif pada 2 dari 16 (12,5%) sampel HBsAg negatif dan NAT positif. Adanya anti-HBs pada darah donor yang merupakan parameter penyembuhan dari infeksi VHB sama sekali tidak dapat dijadikan acuan keamanan darah terhadap

  VHB . Hal ini ditunjukan dari ditemukannya anti-HBs positif pada 6 dari

  Hasil pemeriksaan NAT

13 Pada

  Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.4.2.2015:51-58

  16 (37,5%) sampel HBsAg negatif dan NAT VHB positif. Parameter DNA VHB merupakan parameter yang paling efektif untuk menentukan keamanan darah donor. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sastri yang melakukan pemeriksaan anti-HBc dan DNAVHB pada100 sampel donor darah asal Unit Tranfusi Darah PMI Kota Padang yang sudah lolos uji saring HBsAg. Hasil penelitiannya menunjukkan DNA VHB lebih tinggi ditemukan pada individu dengan anti-HBc positif daripada individu dengan anti-HBc negatif.

  7. Thedja MD, Roni M, Harahap AR. Occult hepatitis B in blood donors in Indonesia: altered

  6. Schödel F, Peterson D, Zheng J. Structure of Hepatitis B Virus Core and e-Antigen: A single precore amino acid prevents nucleocapsid assembly. The Journal of Biological Chemistry;1993:268(15):1332-37.

  Panigrahi R, Biswas A, Datta S. Anti-hepatitis B core antigen testing with detection and characterization of occult hepatitis B virus by an in-house nucleic acid testing among blood donors in Behrampur, Ganjam, Orissa in southeastern India: implications for transfusion. Virology Journal.2010;7:204-206.

  4. Annual Report Red Cross of Indonesia 2013 5.

  3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 241/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik.

  2. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2011 tentang Pelayanan Darah.

  WHO Aide Memoire for National Health Programmes, Blood Safety. Blood Transfusion Safety Department of Essential Health Technologies World Health Organization 1211 Geneva 27, Switzerland.

  Daftar Rujukan 1.

  Penulis mengucapkan terima kasih untuk masukan dan dukungan penuh dari Dr. dr. Yuyun SM. Soedarmono, MSc dan dr. Meta Dewi Theja, M.Biomed, PhD. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada dr. Sumarti, M.Kes, Direktur Unit Transfusi Darah PMI Kab Bekasi untuk rekomendasi yang diberikan dan Prof. dr. David Handojo Muljono, SpPD, PhD, Kepala Laboratorium Hepatitis di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di lembaga tersebut.

  Ucapan Terima Kasih

  Perlu dilakukan pemeriksaan deteksi HBsAg dan HBV DNA secara parallel sebagai pemeriksaan skrining darah donor untuk meningkatkan keamanan darah donor dari infeksi HBV.

  Saran

16 Pemeriksaan DNA VHB terhadap

  Pemeriksaan NAT sebagai parameter uji saring darah donor efektif untuk mendeteksi DNA VHB pada darah donor dengan HBO.

  Kesimpulan

  tersebut menunjukkan hasil serologi anti- HBc dan anti-HBs reaktif, sehingga hal ini menunjukkan pendonor tersebut berada pada fase infeksius.

  dan 4,36x10

  7

  10

  pemeriksaan lanjutan PCR kualitatif, dan didapatkan nilai viral load tertinggi pada 2 sampel yaitu nomor 3 dan 4 sebesar 5,13x

  load nya positif sehingga dilakukan

  sampel (43,75%) dapat dideteksi viral

  IU/mL (low detection) dan 5 sampel menunjukkan hasil anti-HBc reaktif, artinya mungkin saja pendonor sudah mempunyai riwayat terpajan oleh VHB karena anti-HBc merupakan parameter paparan terhadap VHB.

  16 bahan penelitian, didapatkan hasil DNAVHB tidak terdeteksi pada 3 dari 16 sampel (18,75%), meskipun hasil anti- HBc reaktif. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah virus masih jauh dibawah sensitifitas hitung alat yang digunakan. Sebanyak 7(37,5%) sampel ,yakni sampel nomor 7, 8, 9, 11, 12, 13 dan 14 menunjukkan hasil viral load dibawah 50

17 Sebanyak enam

7 IU/mL. Kedua sampel

  Pemeriksaan nucleic Acid Test ….(Ulfah Suryani) antigenicity of the hepatitis B virus surface 13.

  Kann M. Structural and Molecular Virology:

protein. Hepatol Int. 2010;4:608-14. Hepatitis B virus, human virus guides Dalam:

  8. lai CL and Locarnini S, penyunting. London. Soedarmono YS. Keamanan darah Transfusi terhadap virus Hepatitis B di Indonesia: Internat med press. 2002:9-41.

  Kegagalan deteksi serologi dan dasar 14.

  Locarnini S. Molecular virology of hepatitis B

molekulnya. Jakarta:FKUI; 2010. virus. Seminar in liver disease. 2004; 24. (Suppl

  9.

  1):3-10. Said ZNA. An overview of occult hepatitis B virus infection. World J Gastroenterol. Apr 21,

  15. Seeger C, Mason WS. Hepatitis B virus 2011;17(15):1927 biology. Mol Biorev. 2000; 64:51-68.

  • –38.

  10.

  16. Soedarmono YS, Lusinanto A, Indonesia Sastri S. Uji Anti-HBc pada donor darah yang sudah lolos skrining pada unit tranfusi darah individual donation screening experience with ® PMI cabang Padang. 2008. the improvement sensitivity Ultrio-Plus ® ® 17.

  Chiou HL, Lee TS, Kuo J. Altered antigenicity reagent on Procleix Tigris System for of ‘a’ determinant variant of hepatitis B virus. J detection of HIV, HCV, and HBV nuclei acid.

  Gen Virol. 1997; 78:2639-45. Vox Sanguinis. 2012;103:258.

  11. Reesink HW, Engelfriet CP, Hen G. Occult hepatitis B infection in blood donors. Vox Sanguinis. 2008;94:153-66.

  12. Hollinger FB. Occult hepatitis B virus infection; A covert operation. J Viral hepat. 2010; 17(1):1-15.

  

Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.4.2.2015:51-58