Penyuluhan Hukum tentang Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat terhadap Perlindungan Karya Cipta Musik dan Lagu

  

LAPORAN AKHIR HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENYULUHAN HUKUM TENTANG

PENINGKATAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT

TERHADAP PERLINDUNGAN KARYA CIPTA MUSIK DAN LAGU

Oleh :

Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum, (NIDN : 0013026203)

  Dr. Edy Ikhsan, SH, MA, (NIDN : 0016026304) Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum (NIDN : 0115086502)

Atas Biaya Sendiri

  

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2015

  

1

  

SUMMARY

LEGAL COUNSELING REGARDING THE ACCELERATION OF

SOCIETY LEGAL AWARENESS OF MUSIC AND SONG

PROTECTION

  • )

  Dr. OK. Saidin, SH, M. Hum

  • )

  Dr. Edy Ikhsan, SH, MA

  • )

  Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum Legal counseling to accelerate the society legal awareness to music and song protection as regulated in Act number 28 of 2014 is necessary because of the massive piracy without the consent from the copyright holder which put the producer, author and copyright holder in disadvantage.

  Song copyright, both in arrangement (without lyric, or in instrumental or in measured note) is protected as copyright in music. In song cretion, beside the arrangement, there is another party related, the lyric composer. Not all of the created songs copyrighted in one person. There is always possibility that the lyric is composed by another person who is not the arranger of the music.

  The issue nowadays is that even though the knowledge of the society is high enough regarding the restriction of piracy and regarding the legal sanction both from duplication without consent using VCD or DVD legal instrument or by using internet or intranet, the obedience is still very low. Beside there is no firmness in the legal sanction application, its also morally, the doer doesn’t have any guilty feeling doing such thing.

  Music and song copyright violation today has entered nodern technology. Copyright infringement, before today, used optical fiber technology through some records in VCD, DVD, and USB. Nowadays, the piracy has been using technology through downloads media, using intranet and internet.

  Legal instrument which protecting the Author or the right holder, is not capable of following the recent technology, so the perpetrators of the piracy tend to be hard to be justified by law. National Copyright Law must be revised from time to time, to handle the developing legal incidents. Because of that, its necessary to provide the society regarding the important meaning of copyright protection both to the copyright holder and to the creativity development of the musician, producer, and

  • *) also recording industry in Indonesia.
    • **) Lecturer in Law Faculty USU ***)

      Lecturer in Law Faculty USU Professional Lecturer in Law Faculty USU

      This legal counseling is conducted not only by using normative approach but also using moral approach that violation of copyright, even though the law is not capable yet to reach it, but morally need to be concerned and awarded from the society as music and song producer.

      The implementation of this activity involving many social levels was attended by 109 people exceeding the target of 100 people invited. The issue was the difficulty to invite the guest because the field of law is not what they need in tbeir daily life. Finally to fill the invitation capacity of this activity, we had no choice but to cooperate with the student council of law faculty USU and Non-Governmental Heritage Foundation.

      In whole, it can be concluded that this activity will open the paradigm in society regarding the important meaning of copyright protection of song and music. It is expected that in the future this socialization can be continued to be conducted which in turn can grow legal awareness in society.

      Keywords: Copyright, Music and Song, Legal Awareness.

      

    RINGKASAN

    PENYULUHAN HUKUM TENTANG PENINGKATAN

    KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP

    PERLINDUNGAN KARYA CIPTA MUSIK DAN LAGU

    • )

      Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum

    • )

      Dr. Edy Ikhsan, SH, MA

    • )

      Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum Penyuluhan hukum guna meningkatkan kesadaran hukum masyarakat terhadap perlindungan karya cipta musik dan lagu sebagaimana diatur dalam Undang- undang No. 28 Tahun 2014 perlu dilakukan dengan alasan bahwa selama ini hasil karya cipta musik dan lagu banyak dibajak dengan cara tanpa ijin dari pemegang hak cipta dan hal ini tentu saja merugikan kalangan produser, pencipta dan pemegang hak cipta.

      Hak cipta lagu baik itu merupakan aransemen (tanpa syair, atau dalam bentuk instrumentalia nada atau dalam bentuk susunan nada yang teratur) dilindungi sebagai hak cipta dalam bidang musik. Dalam karya cipta lagu, disamping aransemen ada lagi pihak yang terkait yaitu penyusun lirik lagu. Tidak semuanya lagu-lagu yang diciptakan itu hak ciptanya berada pada satu orang. Selalu ada kemungkinan lirik lagunya dikarang oleh orang lain yang berbeda dengan pencipta aransemen musiknya.

      Permasalahannya saat ini adalah bahwa sekalipun tingkat pengetahuan masyarakat cukup tinggi terhadap larangan pembajakan dan sanksi hukum atas pembajakan karya musik dan lagu baik itu melalui perbanyakan tanpa ijin dengan menggunakan instrument VCD dan DVD maupun menggunakan jaringan intranet dan internet, tetapi sangat rendah dalam hal tingkat kepatuhan. Disamping karena tidak adanya ketegasan dalam penerapan sanksi hukum, tetapi lebih dari itu juga dikarenakan secara moral para pelaku tak pernah ada perasaan bersalah jika melakukan hal-hal yang demikian.

      Pelanggaran hak cipta musik dan lagu saaat ini telah memasuki teknologi modern. Jika dahulu pembajakan hak cipta menggunakan teknologi serat optik melalui rekaman yang wujudnya dalam bentuk VCD, DVD dan USB, Sekarang ini pembajakan-pembajakan karya musik dan lagu telah menggunakan teknologi IT

    • *) melalui media download dengan menggunakan jaringan intranet dan internet.
      • **) Dosen Fakultas Hukum USU ***)

        Dosen Fakultas Hukum USU Dosen Tenaga Profesional Fakultas Hukum USU

        Instrumen hukum yang melindungi pencipta atau pemegang hak cipta tak mampu mengikuti kemajuan teknologi itu, sehingga kerap kali para pelaku pembajakan hak cipta tak terjangkau tangan hukum. Undang-undang hak cipta nasional pun harus mengalami perubahan dari waktu ke waktu, guna menampung peristiwa hukum yang terus berkembang. Oleh karena itu, perlu diberikan pencerahan kepada masyarakat tentang arti penting perlindungan hak cipta baik bagi pemegang hak cipta maupun bagi pertumbuhan kreativitas para musisi, produser serta industri rekaman suara di Indonesia.

        Penyuluhan hukum ini dilakukan tidak semata-mata menggunakan pendekatan normatif akan tetapi juga menggunakan pendekatan moral bahwa pelanggaran terhadap hak cipta sekalipun hukum belum mampu menjangkaunya tetapi secara moral perlu mendapat perhatian dan penghargaan dari kalangan masyarakat sebagai produsen karya cipta musik dan lagu.

        Pelaksanaan kegiatan yang melibatkan berbagai lapisan sosial dalam masyarakat yang dihadiri sebanyak 109 orang, melebihi target dari 100 orang yang diundang. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah karena sulitnya untuk menghadirkan para peserta penyuluhan karena bidang hukum ini bukanlah bidang yang mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya untuk memenuhi kuota undangan dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami terpaksa bekerjasama dengan Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Hukum USU dan Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Pusaka.

        Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini akan membuka cakrawala masyarakat tentang arti penting perlindungan hak cipta atas karya musik dan lagu. Diharapkan untuk masa-masa yang akan datang, sosialisasi ini dapat terus dilakukan yang pada gilirannya dapat menumbuhkan kesadaran hukum di kalangan masyarakat luas.

        Kata Kunci : Hak Cipta, Musik dan Lagu, Kesadaran Hukum

      TARGET LUARAN

        Target yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah : 1. Mahasiswa 2.

        Anggota masyarakat 3. Pengurus dan anggota Lembaga Swadaya Masyarakat Luaran yang dicapai adalah publikasi nasional dan laporan.

      KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

        Permasalahan Dalam Masyarakat “Longgarnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Ada kesenjangan Ketidak pahaman antara tingkat

        Masyarakat terhadap undang-undang pengetahuan dengan

        Mahasiswa Fakultas - hak cipta dan tidak ada Pasif tingkat kepatuhan” Hukum USU tingkat kepatuhan

        (Sebelum

      • Anggota masyarakat terhadap

        Penyuluhan) Masyarakat hukum

      • Pengurus dan Anggota Lembaga Swadaya Masyarakat Pemahaman Mahasiswa

        Aktivitas Fakultas Hukum USU,

        Penyuluhan oleh Anggota Masyarakat dan

        Tim LSM Setelah Penyuluhan, paling tidak masyarakat mendapat pengetahuan pesan moral bahwa pelanggaran hak cipta tanpa izin pencipta tidak saja merupakan pelanggaran hukum ttapi juga pelanggaran moral yang berdampak pada menurunnya kreativitas para pencipta dalam karya musik dan lagu

      PELAKSANAAN KEGIATAN

        Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Desember 2015 di Medan yang dihadiri oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebanyak 109 orang. Peserta terdiri dari mahasiswa S1, mahasiswa S2, mahasiswa S3 masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat serta sejumlah para dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

      HASIL KEGIATAN

        Kegiatan ini pada tahap awal dapat disimpulkan memberi makna yang sangat berarti bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tersebut. Mereka yang selama ini tidak memahami undang-undang hak cipta dan tidak patuh terhadap hukum jadi mengerti dan mematuhi hukum. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa kegiatan ini paling tidak telah membawa pesan moral bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, masyarakat luas dan pengurus serta anggota Lembaga Swadaya Masyarakat bahwa pelanggaran hak cipta tanpa izin pencipta tidak saja merupakan pelanggaran hukum tetapi juga pelanggaran moral yang berdampak pada menurunnya kreativitas para pencipta dalam karya musik dan lagu.

      KESIMPULAN DAN SARAN

        Bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas hukum cukup tinggi terhadap larangan pembajakan dan sanksi hukum atas pembajakan karya musik dan lagu melalui jaringan intranet dan internet, akan tetapi sangat rendah dalam hal kepatuhannya. Disamping karena tidak adanya ketegasan dalam penerapan sanksi hukum, tetapi lebih dari itu juga dikarenakan secara moral para pelaku tak pernah ada perasaan bersalah jika melakukan hal-hal yang demikian.

        Oleh karena itu perlu kiranya ketegasan aparat penegak hukum dalam hal ini, disamping dicarikan penangkalan atas prilaku pembajakan mulai dari peristiwa “Upload” Sampai dengan “download” jika hal itu dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta. Pihak pemerintah melalui instansi terkait memblokir situs yang bersangkutan seperti yang dilakukan oleh kementrian kominfo dalam kasus situs pornografi. Alternatif lain juga dapat dilakukan dengan mengenakan biaya kepada pendownload seperti pembebanan biaya pada pemakaian listrik atau telefon.

      TIM PELAKSANA

        1. Nama Lengkap : Dr. Edy Ikhsan, SH, MA

        6. No. Telepon (HP) : 08111658654

        5. Jenis Kelamin : Laki-laki

        4. Tempat Lahir : Medan

        16 Februari 1963

        3. Tanggal Lahir :

        2. NIP/NIDN : 196302161988031002 / 0016026304

        I. Ketua

        1. Nama Lengkap : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum

        6. No. Telepon (HP) : 081264798135

        5. Jenis Kelamin : Laki-laki

        4. Tempat Lahir : Kisaran

        13 Februari 1962

        3. Tanggal Lahir :

        2. NIP/NIDN : 196202131990031002 / 0013026203

        II. Anggota I

        III. Anggota II

        1. Nama Lengkap : Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, MA

        2. NIDN : 0115086502

        3. Tanggal Lahir :

        15 Agustus 1965

        4. Tempat Lahir : A.Bon Bon

        5. Jenis Kelamin : Laki-laki

        6. No. Telepon (HP) : 0811605692

      KATA PENGANTAR

        Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan KaruniaNya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas penyuluhan hukum tentang peningkatan kesadaran hukum masyarakat terhadap perlindungan karya cipta musik dan lagu ini sebagai bahagian dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

        Kegiatan ini kami laksanakan pada tanggal 15 Desember 2015 yang dihadiri oleh 109 peserta dari mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat.

        Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya mengetahui hak cipta untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat terhadap perlindungan karya cipta musik dan lagu.

        Kegiatan penyuluhan hukum ini diselenggarakan atas dasar : 1. Persetujuan Usulan Program Pengabdian Pada Masyarakat yang ditandatangani oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat

        Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tanggal 5 Nopember 2015.

      2. Surat Izin Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat yang diterbitkan Dekan

        Fakultas Hukum USU No. 4012/UN5.2.1.2/KMS/2015 tanggal 14 Desember

        2015 atas nama : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum, Dr. Edy Ikhsan, SH, MA dan Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum.

      3. Surat Tugas yang diterbitkan oleh Ketua Lembaga Penelitian dan

        Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tanggal 12 November 2015.

        Tentu saja kami berterima kasih kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Edison Purba yang telah memberikan peluang kepada kami untuk dapat melaksanakan kegiatan ini.

        Selain itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Untuk itu secara khusus kami sampaikan ucapan terima kasih kepada :

        1. Fatwa Fadillah, SH, selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan Pusaka Indonesia yang telah memberikan fasilitas berupa izin pemakaian gedung Yayasan Pusaka Indonesia untuk pelaksanaan kegiatan ini.

        2. Para staf Yayasan Pusaka dan Pemerintahan Mahasiswa FH-USU serta seluruh mahasiswa FH-USU yang telah turut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan hukum ini.

        3. Anggota masyarakat dari berbagai lapisan sosial peminat dalam bidang kajian hak cipta musik dan lagu yang telah menyempatkan waktunya untuk hadir dalam penyuluhan ini.

      4. Semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan sosialisasi ini.

        Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan hukum ini tidak luput dari berbagai macam kekurangan yang kiranya dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan di masa yang akan datang.

        Semoga kegiatan yang telah kami lakukan ini membawa manfaat bagi masyarakat kita semua.

        Medan, 18 Desember 2015 Koordinator Pelaksana

        (Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum)

        NIP. 196202131990031002

        

      DAFTAR ISI

        LEMBAR PENGESAHAN ABSTRACT ...................................................................................................... i RINGKASAN ..................................................................................................... iii TIM PELAKSANA ............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................

        1 A.

        1 Analisis Situasi .......................................................................

        B.

        3 Permasalahan ..........................................................................

        C.

        4 Tinjauan Pustaka .....................................................................

        BAB II : TARGET DAN LUARAN ...........................................................

        36 BAB III : KERANGKA PEMECAHAN MASALAH .................................

        37 BAB IV : PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................

        38 A.

        38 Khalayak Sasaran yang Strategis ............................................

        B.

        39 Keterkaitan ..............................................................................

        C.

        39 Metode Kegiatan .....................................................................

        D.

        40 Rencana dan Jadwal ................................................................

        E.

        41 Susunan Personalia .................................................................

        BAB V : HASIL KEGIATAN ....................................................................

        43 A.

        43 Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian .........................................

        B.

        45 Analisis Hasil Kegiatan ..........................................................

        C.

        45 Faktor Pendorong dan Penghambat ........................................

        BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................

        47 A.

        47 Kesimpulan .............................................................................

        B.

        48 Saran ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

        50 LAMPIRAN

      BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Penyuluhan hukum guna meningkatkan kesadaran hukum masyarakat

        terhadap perlindungan karya cipta musik dan lagu sebagaimana diatur dalam Undang- undang No. 28 Tahun 2014 perlu dilakukan dengan alasan bahwa selama ini hasil karya cipta musik dan lagu banyak dibajak dengan cara tanpa ijin dari pemegang hak cipta dan hal ini tentu saja merugikan kalangan produser, pencipta dan pemegang hak cipta.

        Hak cipta lagu baik itu merupakan aransemen (tanpa syair, atau dalam bentuk instrumentalia nada atau dalam bentuk susunan nada yang teratur) dilindungi sebagai hak cipta dalam bidang musik. Dalam karya cipta lagu, disamping aransemen ada lagi pihak yang terkait yaitu penyusun lirik lagu. Tidak semuanya lagu-lagu yang diciptakan itu hak ciptanya berada pada satu orang. Selalu ada kemungkinan lirik lagunya dikarang oleh orang lain yang berbeda dengan pencipta aransemen musiknya.

        Pencipta lagu dan pencipta aransemen musik, oleh Undang-undang No. 28 Tahun 2014 dapat berupa orang perorang pribadi atau kelompok seperti yang dirumuskan dalam Pasal 1 butir 2 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 berikut ini : “Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi”.

        1 Tidak

        semua pencipta adalah pemegang hak cipta akan tetapi sering kali pencipta adalah merupakan pemegang sekaligus pemilik hak cipta. Pemegang hak cipta yang lain adalah apabila yang bersangkutan menerima hak atas dasar pengalihan dari pihak pencipta.

      2 Pemegang hak cipta memiliki hak yang disebut sebagai hak ekonomi dan itu

        merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaannya tersebut.

        

      3

      Namun sering kali dalam praktek, para

        pencipta dan pemegang hak cipta tidak dapat menikmati hak ekonomi itu oleh karena karya cipta mereka dibajak.

      4 Seperti yang diungkapkan oleh Adi MS dalam Harian Suara Karya

        5

        sebagai berikut : Para pelaku industri musik Indonesia sudah pasrah bahkan apatis menghadapi para pembajak karya musik yang tak kunjung reda. Pelaku industri musik sudah sampai pada titik pasrah, apatis. Dari pemerintahan sebelumnya ke pemerintahan berikutnya tetap saja begini. Banyak yang tidak memahami dan tidak peduli terhadap penciptaan karya musik. Adi MS melihat bahwa tidak ada perhatian pemerintah yang serius untuk mengatasi pembajakan karya musik di tanah air. Lanjutnya lagi :

        1 Pasal 1 butir 2 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 2 Ibid, Pasal 1 butir 4. 3 Ibid, Pasal 8. 4 Menurut Pasal 1 butir 23 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 terminologi pembajakan itu

      diartikan sebagai “Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara tidak sah dan

      pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan

      ekonomi”. 5 Harian Suara Karya, Musisi Sudah Apatis, Jakarta, Jumat, 17 April 2015, hal. 6.

        Putera saya, Kevin Aprilio dan bandnya Vierratale baru saja memproduksi musik. Setelah mencipta lagu dan merekamnya lalu membuat klip video. Ujung-ujungnya karya itu langsung diunggah ke You Tube dan seketika itu karya tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

        Masih menurut Adi MS, modal untuk memproduksi karya musik itu belum sempat kembali. Barang-barang yang diproduksi masih bergerak menuju toko, tetapi di jaringan internet, orang-orang lebih cepat mengunduhnya. Kalau zaman dulu, para musisi merekam lagu dalam pita kaset atau CD untuk dijual lalu kemudian mereka mendapat royalty, saat ini semakin sulit, akibat dari tidak dilindunginya karya musik dan lagu melalui jaringan intranet dan internet.

      B. Permasalahan

        Instrumen hukum yang melindungi pencipta atau pemegang hak cipta tak mampu mengikuti kemajuan teknologi itu, sehingga kerap kali para pelaku pembajakan hak cipta terjangkau tangan hukum. Undang-undang hak cipta nasional pun harus mengalami perubahan dari waktu ke waktu, guna menampung peristiwa hukum yang terus berkembang. Namun demikian prilaku pembajakan tidak juga berhenti. Untuk mengatasi perilaku pembajakan hak cipta musik dan lagu itu perlu kiranya kepada masyarakat diberikan pencerahan melalui penyuluhan hukum. Persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini adalah tidak hanya menyangkut persoalan ketidak pahaman terhadap undang-undang hak cipta tetapi lebih jauh juga longgarnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Disini ada kesenjangan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan.

        Penyuluhan hukum yang akan dilakukan ini paling tidak membawa pesan moral bahwa pelanggaran hak cipta tanpa izin pencipta tidak saja merupakan pelanggaran hukum tetapi juga pelanggaran moral yang berdampak pada menurunnya kreativitas para pencipta dalam karya musik dan lagu.

      C. Tinjauan Pustaka

      1. Karya Musik dan Lagu Sebagai Hak Kebendaan

        Karya musik dan lagu merupakan ekspresi/bentuk lahiriah dari sebuah ide atau gagasan yang lahir dari talenta manusia berkat rahmat Tuhan Yang Maha Pencipta, pencipta langit dan bumi dengan segala isinya. Tak semua manusia mendapatkan talenta ini. Talenta untuk mencipta musik dan lagu. Sesuai dengan prinsip perlindungan dalam hak cipta yang pada intinya melindungi ekspresi dari ide atau gagasan dan bukan memberikan perlindungan pada wujud hasil ciptaan dari ide atau gagasan itu sendiri. Bentuk atau wujud dari sebuah ide atau gagasan amatlah luas dan beraneka ragam sesuai dengan kreativitas masyarakat yang seiring waktu akan semakin berkembang sesuai kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dicapai oleh kemajuan peradaban manusia, bahkan manusia dapat menemukan kreativitas yang sama sekali belum pernah ada sebelumnya.

        Segala kreativitas manusia yang bernuansa nilai seni dan sastra yang dilahirkan dalam bentuk apapun mendapatkan perlindungan hak cipta. Sejalan dengan konvensi Berne sebagai salah satu perjanjian internasional yang menyepakati mengenai perlindungan terhadap karya cipta sastra dan karya seni bahwa tiap-tiap ekspresi di bidang sastra dan kesenian yang diciptakan oleh pihak manapun dalam cara, isi, bentuk pengutaraan apapun haruslah mendapatkan perlindungan sebagai hak cipta. Perlindungan terhadap karya seni dan sastra adalah kreativitas manusia yang merupakan penghargaan bagi hak-hak dasar manusia, yaitu kebebasan untuk berkreativitas atau berekspresi. Itulah karya seni musik dan lagu.

        Dalam Undang-undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 karya musik dan lagu merupakan salah satu dari hak cipta yang mendapatkan perlindungan. Hak semacam itu juga dilindungi sebagaimana dimuat dalam Article 2 Berne Convention.

        Hak cipta dalam bidang karya musik dan lagu menjadi sangat kompleks manakala ditinjau dari sudut obyeknya yang beraneka ragam. Keberagaman itu karena obyek hak cipta karya musik dan lagu tidak saja berupa hak ekonomi, tetapi juga berupa hak terkait (neighboring rights) dan hak moral (moral rights). Saat ini karya musik dan lagu sebagai obyek perlindungan hak cipta menjadi lebih signifikan, mengingat bahwa pelanggaran hak cipta karya musik dan lagu oleh pihak ketiga khususnya di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun yang terbukti amat merugikan pencipta baik secara ekonomis maupun secara moral. Hal ini membuktikan bahwa penghargaan terhadap karya musik dan lagu di Indonesia perlu dicarikan akar persoalannya. Akar persoalanya tidak saja pada ketersediaan normanya

      • atau mengacu pada pandangan Friedman – tetapi lebih jauh menyangkut aspek struktur dan kulturnya.

        Penelusuran tentang karya musik dan lagu sebagai hak kebendaan, diawali dari kedudukan hak cipta dalam sistem hukum keperdataan. Karya musik dan lagu adalah sebahagian dari karya yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta. Hak cipta adalah hak kebendaan immateril.

        Dalam bahasa Belanda hak kebendaan ini disebut "zakelijk recht". Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, memberikan rumusan tentang hak kebendaan yakni : hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas

        6 suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.

        Rumusan bahwa hak kebendaan itu adalah hak mutlak yang juga berarti hak absolut yang dapat dipertentangkan atau dihadapkan dengan hak relatif, hak nisbi atau biasanya disebut juga persoonlijk atau hak perorangan. Hak yang disebut terakhir ini hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu, tidak terhadap semua

        7 orang seperti pada hak kebendaan.

        Ada beberapa ciri pokok yang membedakan hak kebendaan ini dengan hak relatif atau hak perorangan yaitu :

      1. Merupakan hak yang mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.

        2. Mempunyai zaaksgevolg atau droit de suite (hak yang mengikuti). Artinya hak itu terus mengikuti bendanya dimanapun juga (dalam tangan siapapun

      6 Sri Soedewi, Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981, hal. 24.

        7 Misalnya hak sewa, seorang penyewa hanya dapat mempertahankan haknya dengan siapa

      dia menyewa benda itu. Jika ada orang lain yang berkeberatan atas obyek yang disewanya itu lalu

      kemudian ia meminta si penyewa untuk mengembalikan barang yang disewanya itu, maka ia tak dapat

      mempertahankan benda itu, kecuali ia kembali kepada pihak yang menyewakan dan meminta

      pertanggungjawaban perbuatan hukum “menyewakan benda” yang bukan miliknya. Apabila ia terbukti

      bukan sebagai pemilik yang sah (memiliki hak kebendaan), maka ia wajib mengembalikan uang sewa

      itu kepada si penyewa. Itu berarti juga, pihak yang menyewakan bukan sebagai beschikking bevoegheid vide Pasal 384 KUH Perdata. juga) benda itu berada. Hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya.

        3. Sistem yang dianut dalam hak kebendaan dimana terhadap yang lebih dahulu terjadi mempunyai kedudukan dan tingkat yang lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian. Misalnya, seorang eigenar menghipotikkan tanahnya, kemudian tanah tersebut juga diberikan kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka disini hak hipotik itu masih ada pada tanah yang dibebani hak memungut hasil itu. Dan mempunyai derajat dan tingkat yang lebih tinggi daripada hak memungut hasil yang baru terjadi kemudian.

        4. Mempunyai sifat droit de preference (hak yang didahulukan).

        5. Adanya apa yang dinamakan gugat kebendaan.

        6. Kemungkinan untuk dapat memindahkan hak kebendaan itu dapat secara

        8 sepenuhnya dilakukan.

        Demikian ciri-ciri hak kebendaan itu meskipun dalam praktek ciri-ciri itu kelihatannya tidak tajam lagi jika dihadapkan dengan hak perorangan. Artinya perbedaan yang semacam itu tidak begitu penting lagi dalam praktek. Sebab dalam kenyataannya ada hak perorangan yang mempunyai ciri-ciri sebagaimana ciri-ciri yang terdapat pada hak kebendaan. Hal ini dapat kita lihat sifat absolut terhadap hak sewa, yang dilindungi berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata. Juga hak sewa ini mempunyai sifat mengikuti bendanya (droit de suit). Hak sewa itu akan terus 8 Ibid., hal. 25-27 mengikuti bendanya meskipun berpindahnya atau dijualnya barang yang disewa, perjanjian sewa tidak akan putus. Demikian juga halnya sifat droit de preference.

        9 Akan tetapi sekalipun demikian, tetap hak sewa itu bukan merupakan hak mutlak.

        Oleh Mariam Darus Badrulzaman, mengenai hak kebendaan ini dibaginya atas dua bagian, yaitu : Hak kebendaan yang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi si pemilik. Selanjutnya untuk hak yang demikin dinamakannya hak kemilikan. Sedangkan hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenikmatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik. Artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau

        10 kurang sempurnanya jika dibandingkan dengan hak milik.

        Jadi jika disimpulkan pandangan Mariam Darus Badrulzaman di atas, maka yang dimaksudkan dengan hak kebendaan yang sempurna itu adalah hanya hak milik, sedangkan selebihnya termasuk dalam kategori hak kebendaan yang terbatas.

        Jika dikaitkan dengan hak cipta maka dapatlah dikatakan hak cipta itu sebagai hak kebendaan. Hak kebendaan sempurna dipegang oleh pencipta, sedangkan hak kebendaan terbatas dipegang oleh penerbit, produser, penyewa dan lain sebagai penerima hak dari pencipta. Pandangan ini dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 1 ayat (4) UHC Indonesia yang mengatakan bahwa hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak 9 Dalam bahasa UUPA, bukan hak kebendaan atas tanah yang terkuat dan terpenuh. Sifat hak perorangannya tetap saja melekat. 10 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, BPHN - Alumni, Bandung, 1983, hal. 43.

        ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini

        11

        menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si

        12

        penerima hak. Hanya namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususlah yang boleh menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subyek lain yang mengganggu atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hukum. Misalnya perbanyakan tanpa izin pencipta, mengunduh dari jaringan intranet dan internet untuk karya sinematografi, lagu dan musik.

        Kemudian jika dilihat rumusan tentang ketentuan pidana, di sini ada rumusan mengenai ancaman pidana terhadap pelanggaran hak cipta suatu bukti bahwa hak itu dapat dipertahankan terhadap siapa saja yang mencoba untuk mengganggu keberadaanya. Pidana yang diancamkan ialah, penjara dan denda. Ini juga bukti adanya hak absolut sebagai ciri dari hak kebendaan. Tindak pidana ini juga digolongkan dalam tindak pidana kejahatan dan masuk dalam kategori delik aduan (versi UU No. 28 Tahun 2014). Kesemuanya ini memberikan kesan pertanda adanya

        13

        hak absolut. Sifat hak absolut ini lebih jelas lagi jika dilihat rumusan pasal-pasal tentang pengalihan hak cipta, pendaftarannya dan yang berhubungan dengan penyelesaian sengketa UHC Indonesia. Dalam kaitannya dengan hal ini Mahadi 11 12 Memiliki hak kebendaan. 13 Memiliki hak perorangan.

        OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal. 68. mengatakan, sebagaimana dikutip oleh OK. Saidin, dari skripsi Ida Haryati, hasil wawancara beliau dengan Prof. Mahadi : Hak cipta memberikan hak untuk menyita benda yang diumumkan bertentangan dengan hak cipta itu serta perbanyakan yang tidak diperbolehkan, dengan cara dan dengan memperhatikan ketentuan yang ditetapkan untuk penyitaan benda bergerak baik untuk menuntut penyerahan benda tersebut menjadi miliknya ataupun untuk menuntut suatu benda itu dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat dipakai lagi. Hak cipta tersebut juga memberikan hak yang sama untuk penyitaan dan penuntutan terhadap jumlah uang tanda masuk yang dipungut untuk menghadiri ceramah,

        14 pertunjukan atau pameran yang melanggar hak cipta.

        Pandangan Mahadi tersebut jelas menunjukkan bahwa hak cipta itu termasuk dalam ruang lingkup hak kebendaan. Sebab disamping mempunyai sifat mutlak juga hadirnya sifat droit de suit.

        Sifat droit de suit itupun tidak hilang dalam hal hak cipta itu dibajak di luar negeri, dimana negara si pencipta atau si pemegang hak tidak turut dalam konvensi internasional. Hal ini dapat dilihat dari apa yang diungkapkan oleh Mahadi, bahwa :

        Sifat droit de suit itu tidak hilang disebabkan adanya ketentuan tentang perjanjian internasional, oleh karena perjanjian internasional itu gunanya untuk melindungi, jadi kalau tidak menjadi anggota Konvensi Internasional, negara lain tidak wajib melindungi. Ini telah menjadi kebiasaan

      15 Internasinal.

        Oleh karena itu ”batasan teritorial” yang membatasi perlindungan hak cipta lebih dari sekedar kedaulatan politis. Untuk menjaga agar kedua negara atau sesama

        14 15 OK. Saidin, Ibid.

        Mahadi, Hak Milik Dalam Sistem Hukum Perdata Nasional., Jakarta, BPHN, 1981, hal.

        75. negara saling melindungi, yang dikenal dengan azas reprositas dalam hukum internasional .

        Tidak dilindunginya hak cipta di luar negeri, (karena bukan negara peserta konvensi internasional) bukanlah berarti hilangnya sifat droit de suite, tetapi pencipta atau si pemegang hak oleh negara yang bersangkutan tidak memberikan jaminan terhadap pelanggaran haknya yang mungkin akan terjadi di negara-negara yang tidak menjadi anggota konvensi. Justru kesulitan yang dihadapi pencipta adalah

        16

        dalam hal penuntutan haknya. Syarat keanggotaan dalam Konvensi Internasional adalah syarat menurut hukum publik, bukan syarat menurut hukum privat.

        Kedudukan hak cipta sebagai hak kebendaan, tidak tunduk pada syarat hukum publik. Akan tetapi ketika hak kebendaan itu lahir hukum publik akan melindunginya, seperti hukum administrasi negara dan hukum pidana, termasuk hukum internasional. Hak kebendaan itu tunduk pada karakteristik, asas serta sistem hukum privat.

        Hak cipta lagu dan musik adalah suatu hak kekayaan immateril yang obyek haknya adalah benda tidak berwujud (benda tidak bertubuh). Hak cipta lagu dan musik sebagaimana penulis ungkapkan di atas, secara sederhana dapat dirumuskan bahwa, semua bentuk instrumen dan syair yang didendangkan ditulis dalam notasi not berdasarkan urutan nada/tangga lagu. 16 Droit de suite, adalah merupakan asas hukum, setiap asas hukum mempunyai sifat

        pengecualian. Sifat pengecualian dari asas hukum itulah membuat ia menjadi supel dan fleksibel, mampu mengikuti perkembangan dan secara terus menerus menyesuaikan diri dengan tuntutan peradaban manusia. Jadi, pengecualian dalam asas hukum itu sudah merupakan sifat dari setiap asas hukum.

        Karya musik dan lagu sebagai hak kebendaan tidak berwujud tersirat dalam bunyi Pasal 499 KUH Perdata. Pasal ini secara implisit (tersirat) dan menunjukkan, bahwa hak cipta musik dan lagu itu dapat digolongkan sebagai benda yang dimaksudkan oleh pasal tersebut.

        Pasal 499 KUH Perdata memberikan batasan tentang rumusan benda, menurut pasal tersebut bahwa : Menurut paham Undang-undang yang dinamakan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai menjadi obyek kekayaan (property) atau hak milik.

        Rumusan ini sebagaimana yang telah disinggung di atas akan menempatkan hak cipta musik dan lagu sebagai hak yang merupakan bahagian dari benda. Hak cipta musik dan lagu menurut rumusan ini dapat dijadikan obyek hak milik, oleh karena itu ia memenuhi kriteria pasal 499 KUH Perdata. Si pemegang hak cipta musik dan lagu dapat menguasai hak tersebut sebagai hak milik. Di pihak lain orang yang memiliki kepingan VCD atau DVD karena membeli di counter resmi, adalah pemegang hak kebendaan materil, hak atas barang atau benda berwujud.

        Dalam hal ini dapatlah diungkapkan apa yang dikutip oleh Mahadi dari buku Pitlo yang mengatakan : "........ serupa dengan hak tagih, hak immateril tidak mempunyai benda berwujud sebagai obyek (melainkan benda tidak berwujud, peneliti). Hak milik immateril termasuk kedalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH Perdata. Oleh sebab itu hak milik immateril itu sendiri dapat menjadi

        17 17 obyek dari sesuatu hak benda”.

        Mahadi, Hak Milik Immateril, BPHN, Jakarta, 1985, hal. 5. Penulis cenderung

      mengartikan hak milik dalam kalimat di atas sebagai hak atas kekayaan (property), hal ini untuk menjaga konsistensi peristilahan yang digunakan dalam buku ini. Selanjutnya beliau mengatakan, bahwa hak benda adalah hak absolut atas sesuatu benda, tetapi ada hak absolut yang obyeknya bukan benda berwujud (barang)

        (goederen)

        melainkan benda tidak berwujud atau hak (rechten). Itulah apa yang

        18 disebut dengan nama hak milik intelektual (intelellectual property rights).

        Jadi dapatlah dikatakan bahwa hak cipta atas karya musik dan lagu itu berdiri sendiri yang dibedakan dengan hak atas barang. UHC Indonesia sendiri membedakan antara hak cipta musik dan lagu dengan hak atas barang (benda berwujud). Oleh penyusun UHC Indonesia dikatakan bahwa, istilah ciptaan diberi arti sebagai hasil setiap karya pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Karya musik dan lagu

        19 adalah perpaduan antara seni dan sastra.

        Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa yang dilindungi oleh Undang- Undang Hak cipta sebagai karya musik dan lagu adalah karya dan kesenian, kesusastraannya. Sedangkan yang termasuk dalam cakupan hak kebendaan materilnya tidak termasuk dalam rumusan pasal tersebut.

        Jadi, bukan kepingan VCD, DVDnya yang dilindungi, tetapi hak untuk memperbanyak atau mengumumkan karya musik dan lagunya itu. Kepingan VCD atau DVD yang merekam karya musik atau lagu itu hanya dilindungi sebagai hak atas benda berwujud, benda materil yang dalam terminologi Pasal 499 KUH Perdata

        18 19 Ibid., hal. 6.

        Seni untuk irama atau notasi lagunya, sastera untuk syair-syairnya. dirumuskan sebagai "barang". Dengan demikian semakin jelas bahwa benda yang dilindungi dalam hak cipta musik dan lagu itu adalah benda immateril (benda tidak berwujud) yaitu dalam bentuk hak.

      2. Subyek Hukum Karya Musik dan Lagu

        Mahadi ketika menulis buku tentang Hak Milik Immateril mengatakan, tidak diperoleh keterangan yang jelas tentang asal usul kata "hak milik intelektual". Kata "Intelektual" yang digunakan dalam kalimat tersebut, tak diketahui ujung

        20 pangkalnya.

        Berbagai referensi dan catatan-catatan yang berkaitan dengan asal-usul kata

        "intellectual"

        (intelektual) yang ditempelkan pada kata "Property Rights" (hak kekayaan) tak diperoleh keterangan tentang hal tersebut. Namun maksud dan cakupan dari istilah itu dapatlah kira-kira diuraikan sebagai berikut.

        Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda

        21

        yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja ratio dan hasil dari kerja “hati” renungan jiwa. Hasil dari pekerjaan ratio manusia yang menalar dan renungan jiwa

        22 atau rasa.

        20 21 Mahadi., Hak Milik Immateril, BPHN-Bina Cipta, Jakarta, 1985 hal. 4.

        Otak yang dimaksudkan bukanlah otak yang kita lihat seperti tumpukan daging yang enak

      digulai, yang beratnya 2% dari total berat tubuh, tetapi otak yang berperan sebagai pusat pengaturan segala kegiatan fisik dan psikologis, yang terbagi menjadi dua belahan ; kiri dan kanan. 22 Kata "menalar" ini penting, sebab menurut penelitian pakar antropologi fisik di Jepang,

      seekor monyet juga berfikir, tetapi pikirannya tidak menalar. Ia tidak dapat menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Hasil kerjanya itu berupa benda immateril. Benda tidak berwujud. Kita ambil misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berkhayal, menghayati kerohanian, termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Fungsi ini disebut sebagai fungsi non verbal, metaforik, intuitif, imaginatif dan emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistic dan mampu memproses informasi secara simultan.

        Hasil kerja otak dan hati itu kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas. Orang yang optimal memerankan kerja otak dan renungan jiwanya disebut sebagai orang yang terpelajar, mampu menggunakan ratio, mampu berpikir secara rasional dengan menggunakan logika (metode berfikir, cabang filsafat), kemudian dipertimbangkan dengan arif dengan nilai rasa kemanusiaan karena itu hasil pemikirannya disebut rasional atau logis, patut dan pantas. Orang yang tergabung

        23 dalam kelompok ini disebut kaum intelektual.

        Begitulah, ketika irama lagu tadi tercipta berdasarkan hasil kerja otak, ia dirumuskan sebagai hak atas kekayaan intelektual. Berbeda misalnya dengan hasil kerja physik, petani mencangkol, menanam, menghasilkan buah-buahan.

      23 Kalau kaum intelektual ini kemudian menjalankan pengetahuan yang dirumuskannya sebagai kebenaran itu dan mengabdi kepada kepentingan manusia, ia disebut pula kaum cendikiawan.

        

      Seringkali kita menemukan istilah jika terjadi suatu peristiwa kemasyarakatan, orang menanyakan

      siapa pelaku (dader) intelektualnya. Kata intelektual menunjukkan "kaum pemikir" dibalik peristiwa

      tersebut.

        24 Buah-buahan tadi adalah hak milik juga tapi hak milik materil. Hak milik atas benda berwujud.

        Demikian pula hasil kerja otak (intelektualitas) manusia dalam bentuk penelitian atau temuan dalam bidang teknologi ia juga dirumuskan sebagai hak atas kekayaan intelektual. Kemampuan otak untuk menulis, berhitung, berbicara, mengingat fakta dan menghubungkan berbagai fakta menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, disebut juga sebagai fungsi preposisi verbal-linguistis, logis dan analitis yang merupakan pekerjaan belahan otak kiri.

        Dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan subyek hak cipta musik dan lagu adalah pencipta yang memiliki kemampuan olah pikir, ratio (otak) oleh jiwa manusia (hati).

        Tidak semua orang dapat dan mampu mempekerjakan otak (nalar, ratio, intelektual) dan hati secara maksimal. Oleh karena itu tak semua orang pula dapat menghasilkan "intellectual property rights" berupa karya musik dan lagu. Hanya orang yang mampu mempekerjakan otak dan hatinya secara seimbang atau talenta khusus yang diberikan atas berkah dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang dapat menghasilkan hak kebendaan immaterial yang disebut sebagai "intellectual

        

      property rights" . Itu pulalah sebabnya hasil kerja otak dan hati yang membuahkan

        hak atas kekayaan intelektual itu bersifat eksklusif dan didalamnya melekat hak ekonomi dan hak moral. Hanya orang tertentu saja yang dapat melahirkan hak 24 Padahal untuk pekerjaan itu diperlukan uga ratio dan akal, yang membedakannya pada pertimbangan dan renungan jiwa yang dalam. semacam itu. Berkembangnya peradaban manusia, dimulai dari kerja otak dan hati

        25 manusia itu.

        Terhadap karya cipta musik dan lagu bias terdapat banyak pihak yang menjadi subyek haknya. Misalnya untuk karya lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”. Hak cipta syair atau lirik dipegang oleh Taufiq Ismail, hak cipta arengement musik dipegang oleh Hendar Dimas Anggara dan Akhmad Fawwaz. Pada mulanya, lagu ini

        26

Dokumen yang terkait

PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP KAFEIN DALAM KOPI Irma Zarwinda dan Dewi Sartika Akademi Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) YHB Aceh Email: zarwindairmayahoo.co.id Abstract - PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP KAFEIN DALAM KOPI

0 1 12

EVALUASI KINERJA PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA DENGAN TEKNIK SELF ASSESMENT MAHASISWA FKIP UNIMAL Hayatuz Zakiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh Email: hayatuzzakiyahgmail.com Abstract - EVALUASI KINERJA PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA

0 0 15

ANALISA HIDROKUINON DALAM KRIM DOKTER SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Azmalina Adriani dan Rifa Safira Akademi Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Banda Aceh Email: azmalina77gmail.com Abstract - ANALISA HIDROKUINON DALAM KRIM DOKTER SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-

0 0 11

Central Figure Illiza Sa’aduddin Djamal sebagai Pemimpin Perempuan Aceh Lailatussaadah Adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry lailatussaadahar-raniry.ac.id Abstrak - Central Figure Illiza Sa’aduddin Djamal sebagai Pemimpin Perempuan

0 0 14

Pemahaman Konsep Perlindungan Anak di kalangan Dosen dan Karyawan Perguruan Tinggi di Aceh Salma Hayati Adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry salma_uinarraniryyahoo.co.id Abstrak - Pemahaman Konsep Perlindungan Anak di kalangan Dosen d

0 0 12

A. Pendahuluan - Gambaran Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Ibu pada Anak Usia Dini di Gampong Pante Gajah Kecamatan Matang Glumpang Dua Kabupaten Bireuen

0 0 10

Mencari Dan Menjadi Hukum Indonesia : Refleksi Pemikiran Prof. Mahadi

2 57 692

Model Pengawasan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Anak Kota Banda Aceh Zulfatmi Nurlaila Zulfahmi adalah Dosen Senior Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry dan NurlailaDosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Abstrak - Model

0 0 18

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Elektronika Dasar Dalam Materi Hukum Ohm Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Di Kelas X Smk Muhammadiyah 1 Banda Aceh

0 1 10

Pengembangan DeanLEP Application pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh

0 0 11