PENGARUH WAKTU PEMERAMAN FASE PADAT PADA ASBUTON EMULSI TERHADAP KADAR ASPAL DENGAN EMULGATOR TEXAPON MENGGUNAKAN GRINDER TIPE MB 60

  

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN FASE PADAT PADA

ASBUTON EMULSI TERHADAP KADAR ASPAL DENGAN

EMULGATOR TEXAPON MENGGUNAKAN GRINDER TIPE MB 60

1) 2) 3) 1) 2) Djoko Sarwono , Djumari , Rifqi Surya Darendra

Laboratorium Jalan Raya Program Studi Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3)

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret,

  

Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp. 0271-634524.

  

e-mail :

  Abstract

Buton asphalt (asbuton) could not be utilized optimally in Indonesia. Asbuton utilization rate was still low because processed product

of asbuton still have impracticable form in the term of use and also requiring high processing costs. This research aimed to obtain asphalt

products from asbuton practical for be used through the extraction process and not requiring expensive processing cost. This research

was done with experimental method at laboratory. The composition of emulsify asbuton were 5/20 grain, premium, texapon, HCl,

and aquades. Solid phase was the mixture asbuton 5/20 grain and premium used grinder tipe MB 60 with 3 minutes mixing time.

Solid phase aging process was done after solid phase mixing process in order to reaction and tie of solid phase mixed become more

optimal for high solubility level of asphalt production. Aging variable time were 30, 60, 90, 120, and 150 minutes. Liquid phase

consisted texapon, HCl and aquades. Solid and liquid phase was mixed for emulsify asbuton production then extracted for 25 minutes.

Solubility level of asphalt, water level, and asphalt characteristic was tested at extraction result of emulsify asbuton with most optimum

ashphal level. The result of analysis tested data asphalt solubility level at extract asbuton resulted 94.77% on 120 minutes aging

variable time. Water level test resulted water content reduction on emulsify asbuton more long time on occurring of aging solid phase.

Examination of asphalt characteristic at extraction result of emulsify asbuton with optimum asphalt solubility level indicated that the

premium fluxing evaporated during the process of removal water content before the testing process is done.

  Keywords : Aging solid phase, Emultion asbuton, Extraction result of emulsify asbuton Abstrak

  Aspal Buton (Asbuton) belum dapat dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Tingkat pemanfaatan asbuton masih rendah karena produk hasil olahan asbuton masih berupa produk-produk yang tidak praktis dalam hal penggunaan serta membutuhkan biaya pengolahan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk aspal dari asbuton yang praktis untuk digunakan melalui proses ekstraksi dan tidak memerlukan biaya yang besar saat pengolahan. Penelitian ini menggunakan metode asbuton emulsi. Bahan penyusun asbuton emulsi adalah asbuton butir 5/20, premium, texapon, HCl dan aquades. Fase padat adalah campuran asbuton butir 5/20 dan premium dengan waktu mixing menggunakan grinder tipe MB 60 selama 3 menit. Pemeraman fase padat dilakukan setelah proses pencampuran fase padat agar reaksi dan ikatan campuran fase padat semakin optimal untuk menghasilkan kadar kelarutan aspal yang tinggi. Variabel waktu pemeraman adalah 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Fase Cair terdiri dari texapon, HCl dan aquades. Fase padat dan fase cair dicampur untuk menghasilkan asbuton emulsi kemudian dilakukan proses ekstraksi asbuton emulsi dengan waktu 25 menit. Pengujian yang dilakukan adalah kadar kelarutan aspal, kadar air, dan karakteristik aspal pada hasil ekstraksi asbuton emulsi dengan kadar aspal teroptimum. Analisis data pada hasil ekstraksi asbuton emulsi menghasilkan kadar aspal tertinggi sebesar 94,77% pada variabel waktu pemeraman 120 menit. Kadar air ada hasil ekstraksi asbuton emulsi menunjukkan semakin lama pemeraman fase padat berlangsung maka kandungan air yang ada dalam benda uji akan mengalami penurunan. Pengujian karakteristik aspal pada hasil ekstraksi asbuton emulsi dengan kadar kelarutan aspal paling optimum menunjukkan bahwa peremaja premium menguap saat proses penghilangan kandungan air sebelum proses pengujian dilakukan.

  Kata kunci

  : Asbuton Emulsi, Hasil Ekstraksi Asbuton Emulsi, Pemeraman Fase Padat

  PENDAHULUAN

  Asbuton Emulsi adalah salah satu metode ekstraksi asbuton untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang mempunyai kemiripan sifat layaknya bitumen pada produk aspal hasil residu pengolahan minyak mentah. Penelitian yang pernah dilakukan mengenai ekstraksi asbuton baru sebatas meninjau kadar/komposisi optimum bahan penyusun asbuton emulsi untuk menghasilkan kadar bitumen tertinggi. Karena itu penelitian ini berusaha mendapatkan kadar aspal terbaik dengan mengoptimalkan reaksi atau ikatan yang terjadi antara asbuton dan premium dengan memeram atau mediamkan kedua campuran bahan tersebut dalam suatu wadah yang telah dipersiapkan. Peremaja adalah zat cair berunsur minyak yang fungsinya melunakkan/meremaja aspal pada asbuton butir. Emulgator Texapon adalah larutan pengemulsi yang membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur. Grinder Tipe MB 60 adalah alat mixing yang pada penelitian ini difungsikan sebagai pencampur fase padat antara asbuton butir 5/20 dengan peremaja premium. Grinder Tipe MB 60 tersebut mempunyai kecepatan putaran 3000 rpm.

METODE PENELITIAN

  Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental untuk mendapatkan hasil ekstraksi asbuton emulsi yang selanjutnya dilakukan penelitian. Pembuatan hasil ekstraksi asbuton emulsi menggunakan metode emulsi. Metode emulsi karena proses pemisahan aspal pada asbuton dari mineralnya membutuhkan emulsifier yang mirip dengan pengolahan aspal emulsi. Proses pembuatan benda uji ini terdapat dua fase yaitu padat dan cair. Fase Padat merupakan campuran antara asbuton butir 5/20 dengan peremaja premium menggunakan grinder tipe MB 60 dengan waktu mixing 3 menit. Campuran fase padat kemudian diproses pada tahap pemeraman fase padat dengan variasi waktu pemeraman 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Varian waktu pada pemeraman fase padat diharapkan dapat memengaruhi nilai kadar aspal yang didapat dari pengujian kadar kelarutan aspal. Sedangkan fase cair terdiri dari texapon sebagai emulgator, HCl dan aquades. Texapon berperan sebagai pengemulsi agar terjadi proses emulsi minyak didalam air. Fase padat dan fase cair dicampur menggunakan bor modifikasi dengan kecepatan putaran 2000 rpm. Kemudian proses ekstraksi pada mesin centrifuge extractor selama 25 menit berkecepatan 20x100 rpm. Hasil ekstraksi akan memisahkan aspal dari mineral pada asbuton. Mineral akan tertinggal pada bowl mesin ekstraksi sedangkan aspal emulsinya akan keluar dari bowl dan tertampung pada wadah galvalum yang telah dipersiapkan. Aspal emulsi yang tertampung pada wadah galvalum selanjutnya disebut hasil ekstraksi halus asbuton emulsi yang menjadi benda uji kadar kelarutan aspal, kadar air dan karakteristik aspal.

  Perencanaan Komposisi Campuran

  Benda uji dibuat triple sample artinya tiga benda uji akan memiliki berat komposisi bahan penyusun serta metode pembuatan yang sama pada masing-masing varian waktu pemeraman. Tujuannya agar hasil rata-rata dari ketiga benda uji yang sama tersebut dapat memberikan nilai yang lebih akurat. Kendala yang dihadapi adalah ketika mixing fase padat, Grinder tipe MB 60 tidak mampu menjaga ketetapan komposisi campuran saat proses mixing berjalan. Akibatnya campuran fase padat terpental keluar serta menempel pada hampir seluruh dinding tempat mixing pada

  

grinder. Sebagai solusi Grinder tipe MB 60 masih tetap difungsikan namun dengan kegunaan yang berbeda dari awal

  perencanaan. Benda uji Berikut Tabel 1. yang berisi perencanaan berat masing-masing bahan yang digunakan Tabel 1. Perencanaan Benda Uji Penelitian

  Kode Asbuton Waktu Waktu Waktu Benda Premium HCl Texapon Aquades Butir Pemeraman Ekstraksi Mixing Uji (gram) (gram) (menit) (menit) (gram) (gram) (gram) (menit)

  1A

  30

  1B

  60

  1C 400 133,33

  3 90 4,80 3,13 200

  25

  1D 120

  1E 150

  2A

  30

  2B

  60

  2C 400 133,33

  3 90 4,80 3,13 200

  25

  2D 120

  2E 150

  3A

  30

  3B

  60

  3C 400 133,33

  3 90 4,80 3,13 200

  25

  3D 120

  3E 150

  Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji

  1) Penghalusan asbuton butir 5/20 yang mengalami penggumpalan akibat lama waktu penyimpanan menggunakan grinder tipe MB 60 dengan pisau pemutar tumpul.

  Waktu Pemeraman (Menit)

  Gambar 1. Grafik Hubungan Waktu Pemeraman Fase Padat Terhadap Rata-rata Kadar Kelarutan Aspal Emulsi pada Benda Uji P1 P2 dan P3 Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh koefisisien determinasi r

  % Ka da r Ke la ru ta n A sp al E m u ls i

  60 90 120 150 180

  30

  100,00

  88,00 90,00 92,00 94,00 96,00 98,00

  2

  94,77 93,44 y = -0,0005x

  90,88 93,47 93,44

  = 0,8863 sedangkan nilai koefisien korelasi r = 0,9414. Indek yang digunakan untuk menentukan kategori keeratan hubungan berdasarkan nilai 0,9 ≤ r ≤ 1 atau dapat dikatakan korelasi sangat kuat. Semakin lama waktu pemeraman fase padat maka akan diperoleh kadar kelarutan aspal dalam asbuton emulsi hasil ekstraksi yang semakin tinggi hingga pada waktu tertentu mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena pada rentang waktu tertentu, peremaja bensin premium telah bekerja

  2

  90,88 93,47 93,44 94,77 93,44 Dari Tabel 2 dapat dibuat grafik hubungan waktu pemeraman fase padat dengan kadar kelarutan aspal pada asbuton emulsi. Adapun grafik hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

  2) Pembuatan fase padat asbuton ekstraksi yang merupakan campuran asbuton butir 5/20 dan peremaja

  Rata-rata

  91,04 91,18 92,49 92,86 90,65

  P3

  90,10 93,75 93,60 94,69 94,03

  Kode Benda Uji Variasi Waktu Pemeraman 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 150 menit (%) (%) (%) (%) (%) P1 91,50 95,48 94,23 96,76 95,63 P2

  Uji kadar kelarutan aspal dari asbuton emulsi hasil ekstraksi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kertas saring dan pelarut adalah TCE (trichloroethylene). Metode tersebut mengacu pada SNI 2438:2015 tentang Cara uji kelarutan aspal. Tabel 2. Hasil Uji Kadar Kelarutan Aspal Pemeraman Fase Padat Asbuton Emulsi

  HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kadar Kelarutan Aspal

  Proses ekstraksi asbuton emulsi mengunakan waktu 25 menit. Kecepatan putaran alat ekstraksi agar aspal dan mineral yang terkandung di dalam asbuton emulsi dapat terpisahkan adalah 20x100 rpm.

  3,13 gram, HCl 4,80 gram, dan Aquades adalah 200 gram. Kemudian fase cair tersebut didiamkan selama ±24 jam agar busa yang terbentuk saat pencampuran menghilang dan fase cair berbentuk cairan kembali. 5) Beberapa modifikasi mesin ekstraksi centrifuge extractor dilakukan dengan menambahkan galvalum wadah sebagai penampung hasil ekstraksi asbuton emulsi halus, saringan #60 yang diletakkan antara bowl dan penutup bowl, serta double plat galvalum berlubang sebagai pengapit saringan #60. 6)

  (premium) dengan berat sesuai perencanaan. Berat premium yang digunakan adalah 133,33 gram atau setara dengan perbandingan 1:3 dengan berat asbuton. Mencampur asbuton butir 5/20 sejumlah 400 gram dan bensin premium menggunakan bor yang telah dimodifikasi dengan alat pengaduk waktu mixing fase padat selama 3 menit. Kecepatan putaran bor adalah 2000 rpm. 3) Ketika fase padat selesai dikerjakan, kemudian melakukan pemeraman hasil fase padat tersebut pada cawan porselin yang telah disiapkan dengan variasi waktu pemeraman 30,60,90,120 dan 150 menit. 4) Pembuatan fase cair yang terdiri dari bahan texapon (emulgator), HCl dan aquades. Berat texapon yang sebesar

  • 0,1138x + 88,038 R² = 0,8863
maksimum menarik aspal yang menempel pada batu asbuton. Pada penelitian ini rentang waktu tertentu tersebut adalah 120 menit atau 2 jam. Pengujian kadar aspal menghasilkan nilai uji kelarutan aspal diatas 90% yang mengartikan bahwa kandungan aspal pada benda uji tersebut tergolong tinggi. Namun 90% yang dimaksud bukanlah seluruhnya adalah aspal murni melainkan masih menyisakan kandungan bahan penyusun emulsi lainnya seperti pemium, HCl, texapon dan aquades yang belum dihilangkan. Kadar aspal hasil ekstraksi yang didapat peneliti meningkat drastis dibandingkan data sekunder dari pabrik yang berkisar 5-20% dan penelitian mengenai ekstraksi asbuton emulsi terdahulu yang berkisar 26-32% (Arif W, 2015). Hal tersebut terjadi karena metode pengolahan yang dipakai peneliti berbeda dari pabrik serta mengalami pengembangan modifikasi metode dibandingkan penelitian ekstraksi asbuton emulsi terdahulu. Peneliti memakai metode emulsi yang memungkinkan aspal yang melekat pada mineral asbuton dapat terlepas, kemudian dengan proses ekstraksi dapat memisahkan aspal dari mineral asbuton meskipun tidak secara keseluruhan. Beberapa modifikisi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menambahkan saringan #60 dan plat galvalum berlubang agar mineral tertahan saringan #60 tidak ikut keluar dari bowl saat proses ekstraksi berlangsung. Hal tersebut berdampak signifikan untuk mendukung turunnya kadar kandungan filler dalam hasil ekstraksi asbuton emulsi. Ini terbukti dengan hasil uji kelarutan aspal yang menghasilkan kadar di atas 90%.

  Uji Kadar Air Uji kadar air dari hasil ekstraksi asbuton emulsi pada dasarnya sama dengan uji water content.

  Tabel 3. Hasil Pengujian Kadar Air dari Hasil Ekstraksi Asbuton Emulsi Benda Uji P1 P2 dan P3

  Waktu Kadar Air Rata- Kadar Air P1 Kadar Air P2 Kadar Air P3 Pemeraman rata

  (menit) (%) (%) (%) (%) 30 5,00 6,53 6,78 6,10 60 4,27 4,11 5,02 4,47 90 4,01 5,68 4,49 4,72

  120 4,23 4,50 4,83 4,52 150 4,20 4,36 5,54 4,70 Hasil grafik hubungan waktu pemeraman fase padat terhadap kadar air pada asbuton emulsi disajikan pada Gambar 2 berikut ini:

  8,00 7,00 6,10 s e

  6,00 ad

  4,72 4,70 u

  4,52 4,47 q

  5,00 A ir

  4,00 A ar

  3,00 y = -0,0092x + 5,73 ad

  R² = 0,4105 2,00 K %

  1,00 0,00

  30

  60 90 120 150 180 Waktu Pemeraman (menit)

  Gambar 2. Grafik Hubungan Waktu Pemeraman Fase Padat Terhadap Rata-rata Kadar Air dari Ekstraksi Asbuton Emulsi pada Benda Uji P1 P2 dan P3

  2 Berdasarkan Gambar 2. diperoleh koefisisien determinasi r = 0,4105 sedangkan untuk nilai koefisien korelasi r =

  0,6407. Indek yang digunakan untuk menunjukkan kategori keeratan hubungan korelasi termasuk dalam nilai 0,4 ≤ r ≤ 0,7 atau dapat dikatakan korelasi cukup kuat. Dari analisis regresi tersebut dapat dinyatakan semakin lama waktu pemeraman fase padat maka akan diperoleh kadar air dalam hasil ekstraksi asbuton emulsi yang semakin kecil. Korelasi hanya tergolong cukup kuat, hal tersebut disebabkan karena semakin lama waktu pemeraman fase padat (asbuton butir dan premium) akan membuat aspal yang terikat oleh peremaja semakin banyak. Fungsi fase cair (texapon, HCl dan aquades) untuk memisahkan campuran aspal dan peremaja premium dari mineral semakin dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Maka kadar air yang masih terkandung dalam emulsi semakin menurun sejalan dengan semakin lama waktu pemeraman fase padat.

  Uji Karakteristik Aspal Hasil Ekstraksi Asbuton Emulsi

  Pengujian karakteristik aspal ini bertujuan untuk mengetahui nilai uji daktilitas, penetrasi, titik lembek, titik nyala dan bakar, berat jenis serta kelekatan Tabel 4. Hasil Pengujian Karakteristik Aspal Hasil Ekstraksi Asbuton Emulsi

  Nama Pengujian Pedoman Pengujian Nilai uji Satuan

  • Daktilitas SNI 06-2432-1991 cm
  • Penetrasi

  RSNI 06-2456-1991 10 mm

  • 1

  o

  Titik Lembek RSNI 06-2434-1991 >100 C

  o

  Titik Nyala dan Bakar SNI 06-2433-1991 270 dan 290 C Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1,66 gr/cc Kelekatan PA-0312-76 100 %

  Keterangan :

  • belum terukur Tabel 4 merupakan gambaran sifat properities aspal pada hasil ekstraksi asbuton emulsi yang mempunyai kadar aspal paling optimum. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, tidak didapatkan nilai uji daktilitas dan penetrasi
    • 1

  k ada karena nilai ≤ 3x10 (dianggap tida mm) serta nilai menghasilkan uji titik lembek yang sangat tinggi. Faktor utama yang membuat tidak adanya nilai penetrasi dan daktilitas adalah peremaja yang dipakai yaitu premium (bensin). Hal ini terjadi karena premium sebagai peremaja ikut menguap ketika proses pemanasan emulsi asbuton untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada emulsi tersebut sebelum dituang pada alat uji karakteristik aspal.

  Pemilihan bensin premium sebagai peremaja dikarenakan berdasarkan hasil penelitian ekstraksi asbuton terdahulu bahwa peremaja yang dipakai yaitu kerosin, membutuhkan waktu yang cukup lama (bulan) untuk mengalami

  

settlement/pengendapan campuran emulsi. Tujuan utama pemakaian bensin premium sebagai peremaja agar

  mempercepat waktu pengendapan aspal. Akan tetapi peneliti kurang mengantisipasi sifat bensin yang mudah sekali menguap sehingga komponen oil /minyak pada aspal hilang dan setelah proses pemanasan didapat tekstur aspal yang sangat keras. Langkah pemanasan untuk menghilangkan unsur air pada emulsi ditempuh agar pengujian karakteristik dapat dilakukan. Tekstur keras dan kaku yang didapat setelah kandungan air hilang mengindikasikan bahwa tidah hanya unsur air saja yang menguap namun unsur lain termasuk minyak juga ikut menghilang mengingat sifat premium yang mudah menguap. Pembuktian dengan melakukan uji kelarutan aspal kembali hanya menghasilkan kadar aspal sebesar 65,42 %. Hasil produk atau benda uji ini tentu belum cocok apabila dijadikan campuran dalam lapis perkerasan jalan karena kekakuan yang sangat tinggi dan tidak adanya nilai penetrasi serta daktilitas. Namun hasil produk ini bisa dikembangkan lagi menjadi bahan tambah atau modifikasi bagi aspal penetrasi 60/70 guna mengurangi jumlah pemakaian aspal residu hasil pengolahan minyak mentah tersebut dan untuk mengoptimalkan aspal asbuton yang belum begitu termanfaatkan.

  KESIMPULAN

  1) Kadar Aspal paling optimum yang dihasilkan dari pengujian kadar kelarutan aspal yaitu sebesar 94,77 % pada variasi waktu pemeraman fase padat 120 menit. 2) Kadar air aquades dalam ekstraksi asbuton emulsi menunjukkan penurunan kandungan air dalam asbuton emulsi semakin lama waktu pemeraman fase padat berlangsung. 3)

  Hasil pengujian karakteristik aspal dari hasil ektraksi asbuton emulsi dengan kadar kelarutan aspal paling optimum memberi gambaran bahwa peremaja premium (bensin) hilang saat proses penghilangan kandungan air.

  REKOMENDASI

  Pengujian karakteristik properties aspal ekstraksi asbuton emulsi dengan peremaja bensin premium tidak menghasilkan nilai uji sesuai harapan. Maka peneliti memberikan rekomendasi untuk mengganti peremaja dari bahan selain premium yang masih mengandung unsur minyak didalamnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

  Ucapkan terima kasih kepada Ir. Djoko Sarwono, MT dan Ir. Djumari, MT yang telah membimbing, memberi arahan serta masukan selama proses pengerjaan penelitian ini.