Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual dalam Membentuk Kepribadian Muslim Peserta Didik di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung. A. Pendahuluan - PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBE
Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual dalam Membentuk Kepribadian Muslim Peserta Didik di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
A. Pendahuluan 1.
Konteks Penelitian Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai permasalahan. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkadang hanya dilakukan sebatas sebagai proses penyampaian
“pengetahuan tentang Agama Islam”. Mayoritas metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi Pendidikan Agama Islam yang menyebabkan tidak adanya motivasi peserta didik untuk belajar materi Pendidikan Agama Islam.
Disamping itu penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah penuh tantangan, diantaranya kemampuan guru dalam menerjemahkan dan kemudian menyusun indikator ketercapaian pembelajaran pada silabus sejauh ini hanya mengedepankan aspek kognitif dan psikomotorik saja. Sedangkan aspek afektif nyaris tidak tersentuh. Secara gamblang, dapat kita lihat dari ketercapaian yang diperoleh peserta didik misalnya pada materi shalat, masih sebatas pengetahuan tantang tata cara shalat yang benar serta bagaimana mempraktekkannya. Esensi serta hikmah shalat masih belum menancap kuat pada sanubari peserta didik, dan belum terlihat dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari Pendidikan Agama Islam yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat kita lihat penerapannya di dua sekolah ditingkat SLTA yakni SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung dimana di dua sekolah ini ditengah krisis kepercayaan terhadap proses pembelajaran yang konvensional namun mampu menerapkan pembelajaran yang penuh makna, melatih kemandirian siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Berbagai fasilitas pembelajaran disediakan oleh pihak sekolah dalam rangka menunjang keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik, disamping itu para guru senantiasa menumbuhkan kreatifitasnya dalam memberikan pengajaran. Pembelajaran ini biasa disebut dengan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini senantiasa mewarnai di kedua sekolah ini sebagaimana diungkapkan Istiqomah salah seorang GPAI :
Di sekolah ini selalu menekankan sholat berjama‟ah, membaca AlQur‟an, disamping itu juga ada kegiatan santunan anak yatim piatu, bhakti sosial dan pada jam istirahat masjid tidak pernah sepi dari anak yang melakukan sholat sunat dhuha atas kesadaran mereka
1 sendiri.
Begitu juga di SMAN 1 Boyolangu merupakan sekolah yang mempunyai banyak media pembelajaran yang mendukung dalam penyampaian materi PAI. Menurut Wildan Hansen salah seorang guru PAI di SMAN 1 Boyolangu mengatakan ;
Di sekolah ini juga mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam bidang kesenian Islam seperti Qori‟ah dan seni Hadrah dalam rangka syi‟ar agama Islam. Di samping itu juga ada kegiatan social terutama di HUT Sekolah yaitu setiap memperingati Hari Ulang Tahun Sekolah peserta didik mengadakan kegiatan sepeda sehat dan pemberian santunan kepada siapa saja yang tidak mampu yang
2 1 ditemui ketika melakukan aktivitas bersepeda tersebut”. 2 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 20-2-2015
Penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan kontekstual di SMAN 1 Kedungwaru kabupaten Tulungagung dan SMAN 1 Boyolangu kabupaten Tulungagung ini diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, toleran, gotong royong, berjiwa patiotik, dinamis, melek iptek yang dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk menyusun sebuah karya ilmiah yakni tesis dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Pendekatan Kontekstual dalam Membentuk Kepribadian Muslim Peserta Didik”
2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian a.
Berdasarkan dari konteks penelitian diatas, maka focus dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dalam membentuk kepribadian muslim peserta didik SMAN 1 Kedungwaru kabupaten Tulungagung dan SMAN 1 Boyolangu kabupaten Tulungagung.
b. Pertanyaan Penelitian 1)
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dalam membentuk kepribadian muslim peserta didik di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung ?
2) Bagaimana implikasi pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dalam membentuk kepribadian muslim peserta didik di
SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung?
3) Apa alasan penerapan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SMAN 1 Kedungwaru Kabupaten Tulungagung dan
SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung?
B. KAJIAN PUSTAKA 1.
Pendekatan Contekstual Teaching and Learning (CTL) a.
Pengertian Pendekatan Kontekstual atau CTL Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) menurut Masnur Muslich adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
3
kehidupan mereka sehari-hari . Lebih lanjut Komalasari menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan
4 makna materi tersebut bagi kehidupannya.
Sedangkan Elaine B. Johnson mengungkapkan sebagai berikut:
The CTL system is an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of
5 their personal, social and cultural circumstance .
Artinya adalah System Contekstual Teaching And Learning merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, 3 sosialnya dan kultur kesehariannya. Kutipan diatas menegaskan
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual; Panduan Bagi
4 Guru, Kepala Sekolah, dan Pengurus Sekolah. (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 41.
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi (Bandung : Refika
5 Aditama, 2010), 7.
Elaine B. Jhonson, Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna (Bandung : Kaifa learning Centre, Edisi Baru : Cet. I 2014), 19. hakikat CTL yang dapat diringkas dalam tiga kata, yaitu makna, bermakna dan dibermaknakan.
b.
Komponen CTL Menurut Johnson CTL terdiri dari delapan komponen, yaitu
(1) membuat keterkaitan yang bermakna, (2) pembelajaran mandiri (3) melakukan pekerjaan yang berarti, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik.
6 Sedang menurut Wina Sanjaya sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran CTL memiliki 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekata CTL. Asas ini sering juga disebut dengan Komponen pembelajaran
7
yang meliputi: (1) Konstruktivisme,(2) Tanya jawab, (3) Inkuiri, (4) Komunitas belajar, (5) Pemodelan,(6) Refleksi, (7) Penilaian otentik.
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Makna pembelajaran menurut Corey sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Sagala adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
8 Sedang Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, sehingga mengimani ajaran agama Islam, diimbangi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
6 E. Johnson, Contextual Teaching …, 15. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkata Satuan Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2004), 253. 8 dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
9 terwujud kesatuan dan kesatuan bangsa.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia, dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan mengenai Agama Islam, sehingga menjadi manusia Muslim, berakhlak mulia dalam kehidupan baik secara pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan menjadi insan yang beriman hingga mati dalam keadaan Islam, sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al- yaitu ;
Qur‟an surat Ali Imran ayat 102
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati
10
kecuali dalam keadaan beragama Islam ”. Dalam konteks ini, pengertian kepribadian muslim menjadi satu komponen. Menurut D. Marimba kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya mewujudkan
11
kepribadian kepada Tuhan dan menyerahkan diri kepadaNya. Jadi kepribadian muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang dari cirri khas keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah SWT, berbuat baik kepada sesamanya dan lingkungan alam sekitarya sehingga membentuk 9 kepribadian yang sempurna. 10 Masnur Muslich, KTSP … 3.
Kementerian Agama RI, 11 Al Qur’an dan Terjemah Cordova, (Jakarta :2012), 63.
C. Metode Penelitian 1.
Rancangan Penelitian
Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Best, seperti yang dikutip Sukardi adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa
12
adanya. Sedang menurut Ahmad Tanzeh mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif dan induktif artinya pendekatan berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh
13 pembenaran dalam bentuk dukungan data empiris dilapangan.
Jika dilihat dari lokasi penelitiannya, maka jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Menurut Suryasubrata, penelitian lapangan bertujuan "mempelajari secara intensif latar belakang, keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit
14
sosial; individu, kelompok, lembaga atau masyarakat". Penelitian ini memang dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu.
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus, yaitu berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau peristiwa tertentu secara rinci dan mendalam. Studi kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit sosial tertentu, yang
15
meliputi individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. Penelitian ini akan menghasilkan informasi yang detail yang mungkin tidak bisa 12 didapatkan pada jenis penelitian lain
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara,
13 2005), 157. 14 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), 66. 15 Sumadi Suryasubrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 22.2. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data sebanyak mungkin, detail dan juga orisinil maka selama penelitian di lapangan, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat atau instrumen pengumpul data utama.Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data, karena dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah
16 manusia.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di SMAN 1 Kedungwaru yang terletak di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo 12 ,
17
kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung dan SMAN 1 Boyolangu JL. KI Mangunsarkoro, Beji, Boyolangu, Kabupaten
18 Tulungagung. Alasan peneliti mengambil lokasi di kedua tempat ini
dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan atas dasar kekhasan atau kemenarikan yang ada di dua sekolah tersebut.
4. Sumber Data
Sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah sumber data dari kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data tambahan seperti dari dokumen dan lain sebagainya. Kata-kata ini tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama yang bisa dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video, tape,
19 pengambilan foto, ataupun film .
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru dengan tehnik
snowball sampling yaitu informant kunci akan menunjuk orang-orang
yang mengetahui masalah yang akan diteliti untuk melengkapi
16 17 Rochiati Wiriaatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), 96. 18 www.smariduta.sch.id 19 Hasil observasi di SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung tanggal 25 Maret 2015.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet.XIII, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, keterangannya dan orang-orang yang ditunjuk akan menunjuk orang lain
20 bila keterangan yang diberikan kurang memadai begitu seterusnya. .
Data yang dijadikan sebagai subyek penelitian ini ada dua yaitu; Data primer dan data skunder.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan penelti dalam penelitian ini adalah: observasi partisipan (Partisipant Observation), wawancara mendalam (Indepth Interview), dan dokumentasi (Documentation).
6. Analisis Data engingat penelitian dalam tesis ini menggunakan rancangan studi multi situs, maka dalam menganalisis datanya dilakukan dalam dua tahap, yaitu: a.
Analisis Data Situs Tunggal Analisis data interaktif (interactive model) dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu: (1) reduksi data (data reduction),
(2) penyajian data (data display ), dan (3) penarikan
21 kesimpulan/verivikasi (conclution drawing/verification).
b.
Analisis Data Lintas Situs Analisis data lintas situs dimaksudkan sebagai proses membandingkan temuan-temuan yang diperoleh dari masing-masing situs, sekaligus sebagai proses memadukan antar situs.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan data sebagaimana Moleong menyebutkan ada empat kriteria yaitu: (1) kredibilitas (validasi internal), (2) transferabilitas (validasi eksternal ), (3) dependabilitas (reliabilitas), dan (4)
22
konfirmabilitas (obyektivitas). Dengan menggunakan beberapa tehnik yaitu perpanjangan Keikutsertaan, Ketekunan / Keajegan 20 Pengamatan,Triangulasi, dan Pengecekan Sejawat
W. Mantja, Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Dan Manajemen Pendidikan, (Malang: 21 Winaka Media, 2003), 52.
Huberman A.Mikel & Miles M.B, Qualitative Data Analisis, Beverly Hills: SAGE Publication,
22 Inc, 1992, 16-21D. Hasil Penelitian 1.
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan data yang telah di dapat pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung meliputi : membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Membuat keterkaitan yang bermakna, antara lain dengan memanfaatkan media yang ada di sekolah, seperti masjid, LCD, internet atau dengan mengaitkan materi PAI dengan peristiwa yang baru atau sering terjadi dalam lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik maupun peristiwa yang di ketahui dari media. Pembelajaran mandiri, dengan menyiapkan dan mempelajari materinya sendiri sebelum kegiatan belajar mengajar baik dari internet, buku dan sumber-sumber lain yang relevan, peserta didik melakukan proses mengamati, menanya, mengeksplorasi dan kemudian mengkomunikasikan di dalam kelas, Pembelajaran mandiri juga dapat diterapkan di luar KBM di setiap kegiatan keagamaan peserta didik. Melakukan pekerjaan yang berarti, antara lain melaksanaan ibadah sunat seperti puasa sunat Senin Kamis, sholat dhuha, sholat sunat malam, mengucapkan salam ketika bertemu, berjabat tangan dengan teman maupun gurunya, menyisihkan dari uang saku setiap hari untuk diberikan kepada orang-orang miskin, anak-anak yatim, orang-orang jompo dan memberikan baju bekas seragam sekolah setelah lulus ujian di kelas XII, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, sholat jum‟at, kajian Islami, membaca Surat Yasin dan Tahlil dan kegiatan sosial pada bulan Ramadhan, peringatan Hari Kelahiran sekolah. Bekerja sama, antara lain dengan kerja kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru baik diskusi, praktek ibadah dan karya seni Islami. Berpikir kritis dan kreatif, antara lain Untuk menumbuhkan sifat kritis dengan cara memberi kesempatan peserta didik bertanya, mengumpulkan data atau menemukan gejala atau kejadian yang ada di dalam masyarakat dan memberi kesempatan mengkomunikasikan terhadap materi yang sifatnya actual atau baru dalam masyarakat. Sedang menumbuhkan sikap kreatif pada peserta didik dengan membuat kesimpulan atau menyusun tugasnya dengan dikemas menjadi lebih menarik. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, dilakukan melalui proses identifikasi dalam rangka mengenal karakteristik peserta didik melalui proses pembelajaran diantaranya dari gaya belajar dan keaktifan peserta didik di dalam kelas kemudian diadakan pendekatan individual dan tindak lanjut. Mencapai standar yang tinggi, antara lain nilai peserta didik tidak hanya mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) namun harus melebihi KKM baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Menggunakan penilaian autentik, yaitu penilaian menyeluruh meliputi aspek kognitif (pengetahuan) yaitu, penilaian afektif (sikap) dan ketiga penilaian psikomotorik.
Temuan diatas sesuai dengan delapan komponen CTL yang diutarakan oleh Johnson, yaitu (1) membuat keterkaitan yang bermakna, (2) pembelajaran mandiri (3) melakukan pekerjaan yang berarti, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8)
23
menggunakan penilaian autentik.Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang berpandangan bahwa hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, karena belajar bukanlah sekadar menghafal akan tetapi mengonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil „‟pemberian‟‟ dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari 23 proses mengonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Elaine B. Jhonson, Contextual Teaching
2. Implikasi Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di di SMAN
1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Implikasi Contekstual teaching And Learning (CTL) dari hasil temuan penelitian di dua sekolah SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1
Boyolangu Kabupaten Tulungagung adalah : pertama pembelajaran PAI tidak hanya bertujuan mentransfer materi pelajaran namun lebih dari itu bagaimana peserta didik bisa berempati, bersimpati, bersyukur atas kenikmatan yang diperoleh. Pembelajaran tidak hanya mencangkup kognitif saja, namun ketrampilan dan pembentukan sikap, yang merupakan tuntutan kebutuhan peserta didik pada saat ini, kedua penyediaan fasilitas untuk keberhasilan dalam pembelajaran PAI, kreatifitas dan ide yang muncul dari para guru sangat dihargai dan semua kegiatan yang positif oleh Kepala Sekolah dan sponsor, ketiga kegiatan belajar mengajar melibatkan semua elemen, seperti keluarga, lembaga sekolah dengan semua warganya mulai dari Kepala Sekolah, semua guru tidak hanya guru PAI saja dan karyawan, keempat supervise Kepala Sekolah tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas namun juga di luar kelas dengan ikut aktif mengikuti kegiatan ketika guru dan peserta didik melasanakan kegiatan yang ada di luar sekolah seperti kegiatan social atau yang lainnya, kelima memberikan pengalaman yang mendalam, antara lain lebih cepat menguasai materi pelajaran, memahami makna dan manfaat materi secara nyata, meningkatnya motivasi belajar, daya kreatifitasnya, pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, kedisiplinan dan meningkatnya amalan-amalan dan ibadah yang dilakukan peserta didik, s ehingga lebih mandiri khusu‟dan bertanggungjawab sehingga akhlak menjadi lebih baik, peduli terhadap orang lain, optimis dalam menggapai masa depan dan semakin teguh dalam memegangi nilai-nilai agamanya dan mampu memposisikan dirinya menjadi manusia yang lebih bermartabat atau mempunyai harga diri, menjadi tauladan dan menemukan jati dirinya sebagai anak yang senatiasa harus belajar,
keenam Guru menjadi action for example atau menjadi suri tauladan bagi anak didiknya, dan guru senantiasa belajar agar bisa mengikuti perkembangan sehingga mampu memberikan yang terbaik kepada peserta didik.
Dari temuan diatas dapat digaris bawahi ada kencenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Sebagaimana diungkapkan Wina bahwa dalam Contekstual
Teaching And Learning pembelajaran adalah pertama proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada, kedua pembelajaran kontekstual adalah belajar dengan memperoleh dan menambah pengetahuan baru, ketiga pemahaman pengetahuan yang artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal akan tetapi untuk difahami dan diyakini, keempat mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman, kelima melakukan refleksi
24 terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
3. Alasan Penerapan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual
(Contekstual Teaching And Learning) di di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung
Dari temuan data di dua sekolah pendekatan Kontekstual (
Contekstual Teaching And Learning ) mampu membentuk kepribadian
muslim di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung adalah dikarenakan beberapa hal yaitu ; Pertama, komponen-komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual diantaranya membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi,dan 24 menggunakan penilaian autentik sesuai dengan kebutuhan dan
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran merupakan sebuah proses yang tepat dalam rangka membentuk pribadi muslim peserta didik. Kedua, pembelajaran mengarah pada keaktifan peserta didik (student oriented) berbeda dengan pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru (teacher oriented). Sehingga peserta didik lebih menyukai proses pembelajaran yang mengaktifkan mereka sehingga menjadi lebih semangat dalam belajar. Ketiga, pendekatan kontekstual merupakan sarana yang efektif bagi guru untuk mempermudah proses pembelajaran kepada peserta didik dalam memberikan pendidikan yang bermakna dan berkesan.Keempat, pembelajaran kontekstual menggunakan penilaian autentik yaitu penilaian menyeluruh sehingga peserta didik senantiasa membiasakan diri berperilaku yang baik. Kelima, Komponen-komponen dalam pendekatan kontekstual sesuai dan sangat mendukung bagi terwujudnya visi dan misi sekolah. Dari temuan diatas bahwasannya pendekatan kontekstual dapat membantu pada pembentukan kepribadian peserta didik kearah yang lebih baik, menurut Johnson ada tiga pilar dalam system CTL antara lain
25
: a.
CTL mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan b.
CTL mencerminkan prinsip berdeferensiasi c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri
Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal .Peserta didik harus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah ,tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
25
E. KESIMPULAN 1.
Pelaksanaan Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual di Sekolah, meliputi : Membuat keterkaitan yang bermakna, dengan memanfaatkan media yang ada di sekolah dan lingkungan, Pembelajaran
mandiri , dengan menyiapkan dan mempelajari materinya sendiri, Melakukan pekerjaan yang berarti , antara lain melaksanaan ibadah sunat
dan kegiatan sosial, Bekerja sama, dengan kerja kelompok, Berpikir kritis
dan kreatif , dengan memberi kesempatan peserta didik bertanya,
mengumpulkan data dan mengkomunikasikan, Membantu individu untuk
tumbuh dan berkembang , melalui proses pembelajaran, Mencapai standar yang tinggi , mendapatkan nilai melebihi KKM, Menggunakan penilaian autentik , yaitu penilaian menyeluruh.
2. Implikasi Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Contekstual di SMA yaitu
: pembelajaran mencangkup kognitif, ketrampilan dan pembentukan sikap, penyediaan fasilitas serta kreatifitas dan ide dari para guru dihargai, kegiatan belajar mengajar melibatkan semua elemen, supervise Kepala Sekolah tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas namun juga di luar kelas, memberikan pengalaman yang mendalam, dan meningkatnya amalan- amalan dan ibadah yang dilakukan peserta didik serta akhlak menjadi lebih baik, guru menjadi action for example atau menjadi suri tauladan bagi anak didiknya.
3. Alasan Penerapan Pembelajaran PAI dengan pendekatan Kontekstual
(Contekstual Teaching And Learning) di SMA yaitu komponen-komponen dalam CTL sesuai dengan kebutuhan dan merupakan sebuah proses yang tepat dalam rangka membentuk pribadi muslim peserta didik, pembelajaran mengarah pada keaktifan peserta didik, sehingga peserta didik lebih senang dan lebih semangat dalam belajar, merupakan sarana yang efektif bagi guru dalam proses pembelajaran yang bermakna dan berkesan, menggunakan penilaian menyeluruh sehingga peserta didik senantiasa membiasakan diri berperilaku yang baik, sesuai dan sangat mendukung bagi terwujudnya visi dan misi sekolah.
F. DAFTAR PUSTAKA
B. Jhonson, Elaine, Contextual Teaching and Learning : Menjadikan , Cet. VII,
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna
Mizan Learning Centre, Bandung, 2007.D. Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Al Ma‟arif, 1989.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
Kementerian Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah Cordova, Jakarta :2012. Komalasari, Kokom, Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi.
Bandung : Refika Aditama, 2010. Mantja,W. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Dan Manajemen
Pendidikan . Malang: Winaka Media. 2003
Mikel A., Huberman & Miles M.B, Qualitative Data Analisis, Beverly Hills: SAGE Publication, Inc, 1992. Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual; Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengurus Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
Riyanto,Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : SIC,2001. Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2003. Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2005.
Suryasubrata, Sumadi ,Psikologi Kepribadian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998. Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras. 2009. Wiriaatmaja, Rochiati Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT.
Rosdakarya, 2007. www.smariduta.sch.id
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBENTUK
KEPRIBADIAN MUSLIM PESERTA DIDIK
( Studi Multisitus di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1
Boyolangu Kabupaten Tulungagung)
EXECUTIVE SUMMARY
TESIS
Oleh:
CHUNI MASROKAH
NIM : 2846134007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
PROGRAM PASCASARJANA
IAIN TULUNGAGUNG
JULI 2015