RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

  DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Pembangunan infrastruktur merupakan aktivitas penyediaan sarana

  prasarana dasar yang meliputi penyediaan sarana prasarana transportasi, air bersih, energi listrik, telekomunikasi, drainase dan persampahan di suatu wilayah. Ketersediaan infrstruktur dalam suatu wilayah merupakan hal yang mutlak harus dipersiapkan, karena kemajuan pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan oleh faktor ini. Untuk itu pembangunan infrastruktur sangat membutuhkan perhatian kita semua bila kita ingin mewujudkan harapan- harapan yang tercantum dalam visi misi pada bab sebelumnya.

  Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa Pembangunan Daerah tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus dilakukan oleh semua pihak. Artinya, selain pemerintah juga oleh masyarakat dan pihak swasta atau dunia usaha. Selama ini penyediaan infrastruktur utama (social overhead capital) sebagai penggalangan investasi (induce investment) dilakukan oleh pemerintah pusat, Provinsi maupun daerah. Sehubungan dengan hal ini, pihak pemerintah tidak akan bertindak sebagai pelaku monopoli dalam penyediaan, dan mengelola infrastruktur di masa mendatang, tetapi sebagian penyediaan prasarana dan sarana dimaksud akan dialihkan kepada sektor swasta yang memiliki manajemen, teknologi, dan finansial untuk membangun dan mengelola fasilitas-fasilitas dasar dan penunjang tersebut.

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Pembangunan infrastruktur merupakan aktivitas penyediaan sarana prasarana dasar yang meliputi penyediaan sarana prasarana transportasi, air bersih, energi listrik, telekomunikasi, drainase dan persampahan di suatu wilayah. Ketersediaan infrstruktur dalam suatu wilayah merupakan hal yang mutlak harus dipersiapkan, karena kemajuan pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan oleh faktor ini. Untuk itu pembangunan infrastruktur sangat membutuhkan perhatian kita semua bila kita ingin mewujudkan harapan-harapan yang tercantum dalam visi misi pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa Pembangunan Daerah tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus dilakukan oleh semua pihak. Artinya, selain pemerintah juga oleh masyarakat dan pihak swasta atau dunia usaha.

  Selama ini penyediaan infrastruktur utama (social overhead capital) sebagai penggalangan investasi (induce investment) dilakukan oleh pemerintah pusat, Provinsi maupun daerah. Sehubungan dengan hal ini, pihak pemerintah tidak akan bertindak sebagai pelaku monopoli dalam penyediaan, dan mengelola infrastruktur di masa mendatang, tetapi sebagian penyediaan prasaran a dan sarana dimaksud akan dialihkan kepada sektor swasta yang memiliki manajemen, teknologi, dan finansial untuk membangun dan mengelola fasilitas -fasilitas dasar dan penunjang tersebut.

7.1.1 Kondisi Eksisting Pembangunan Permukiman Dan Infrastru ktur Permukiman Perkotaan A.

  Berikut data kondisi eksisting kawasan kumuh dikabupaten Bolaang Mongondow Utara

Tabel 7.1 Luas Kawasan Kumuh Kab. Bolaang Mongondow Utara

  Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

  Demikian juga Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah melakukan pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan, seperti: a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah La yak Huni tersebar di 6 (enam ) kecamatan; b. Peningkatan Kualitas Permukiman, bagi masyarakat miskin yang tersebar di beberapa lokasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara; c. Penataan dan Peremajaan Kawasan;

  Luas Kumuh:

  50.76 Ha Ha Luas Kumuh Berat : Ha Ha Luas Kumuh Sedang :

  Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan menuju 100-0-100, dilengkapi dengan SK bupati/walikota.

  50.76 Capaian Penanganan Kumuh (%) - Total Investasi (dalam Jutaan) 8,648.72 - 8,620.63 8,606.62 Kebutuhan Pendanaan Kumuh Berat (dalam jutaan ) - - - - Kebutuhan Pendanaan Kumuh sedang (dalam jutaan) 8,648.72 - 8,620.63 8,606.62 Kebutuhan Pendanaan Kumuh Ringan (dalam jutaan) - - - - Target Luas penanganan kumuh berat (ha)/tahun - - - - Target Luas penanganan kumuh sedang (ha)/tahun 1.54 -

  1.54

  1.54 Target Luas penanganan kumuh ringan (ha)/tahun - - - - Proyeksi Penanganan Kumuh (%) 100.00

  96.96

  96.96

  93.92

  90.90 Tertangani Kumuh: Tertangani Kumuh Berat : Tertangani Kumuh Sedang : Tertangani Kumuh Ringan :

  50.76 Ha Ha Luas Kumuh Ringan : Ha Ha STRATEGI OPTIMIS Penangan Kumuh Kab. Bolaang Mongondow Utara 2015 2016 2017 2018 2019 Trend Pembiayaan untuk Kumuh 8,648.72 - 8,620.63 8,606.62 Luas Kumuh (ha) d. Pengembangan kawasan perbatasan antar kabupaten sekitarnya juga telah dilakukan dll.

  Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Penetapan DPP dengan memp erhatikan banyak faktor, antara lain potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang. Di sisi lain terdapat lingkungan permukiman yang telah berkembang sangat cepat dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi dan mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh (slum area) serta terbatasnya prasarana dan sarana dasar. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diarahkan pada Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.

  a. Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas Tridaya yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman. Harapan keberadaan DPP dan KTP2D dapat meningkatkan pelayanan dan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan sekitarnya dengan saling menunjang antara potensi-potensi desa pengembangan kawasan dengan konsep KTP2D di Kabuapten Bolaang Mongondow Utara sangat tepat guna mempercepat dan mempermudah pembangunan dan pengembangan desa.

  Aksesibilitas warga menjadi lebih dekat karena prasarana dan sarana kota tersedia di kawasan atau bila belum tersedia dapat dikembangkan/ dibangun dengan memperhatikan potensi masing-masing desa yang ada.

  Keberadaan KTP2D diharapkan mampu melayani desa-desa yang berada di kawasan tersebut sehingga kawasan menjadi lebih mandiri dan saling melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya.

  b. Pembangunan Kawasan Agropolitan Selain pengembangan kawasan perdesaan dengan konsep KTP2D, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara juga mengembangkan kawasan agropolitan. Kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan agropolitan adalah Kawasan Agropolitan Kec. Bolangitang Barat, Kecamatan Pinogaluman,Kecamatan Bolangitang Timur,Kecamatan Bintauna,dan Kecamatan Sangkub serta Kecamatan Kaidipang.

  Strategi pengembangan wilayah dan usaha agribisnis perlu disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan. Pengembangan pertanian perlu disiapkan secara matang dengan memperhatikan keterkaitan aktivitas yang akan dikembangkan, baik dampak ke belakang (backward linkage) maupun dampak ke depan (forward linkage). Agribisnis sebagai suatu sistem perlu disediakan infrastruktur dasar dan pendukungnya, seperti: jaringan jalan, air bersih, sarana pengolahan, pemasaran serta adanya kemandirian sumber daya manusia dan kelembagaan yang memadai (suprastruktur) dan berakar kuat. Artinya bahwa membangun kawasan perdesaan dengan kegiatan utama agribisnis, tak pelak lagi merupakan pembangunan sub sistem infrastruktur dan suprastruktur dalam suatu sistem kawasan agropolitan. Agropolitan (kota dengan basis ekonomi pertanian) merupakan salah satu upaya memepercepat pembangunan perdesaan sehingga tidak lagi bertumpu pada pusat- pusat pertumbuhan yang biasanya terletak di pusat-pusat kota. Melalui agropolitan, desa dengan fasilitas kota akan tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) wilayah sekitarnya sehingga menjadi suatu sistem kawasan yang komplementer dan terpadu. Diharapkan melalui pengembangan kawasan agropolitan ini, dapat meningkatkan:

  • Keterkaitan desa dan kota sehingga dapat diwujudkan sinergi pertumbuhan antar wilayah perdesaan dan perkotaan;
  • Mendorong tumbuhnya wilayah-wilayah perdesaan melalui pengembangan potensi wilayah terutama di bidang usaha pertanian dengan sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan;
  • Hubungan spasial antara hierarki wilayah pembangunan;
  • Mewujudkan platform daya saing agribisnis Kabupaten Bolaang Mongondow Utara agar mampu menarik investor untuk terlibat secara intensif dalam pendayagunaan potensi daerah; - Pendapatan dan kesejahteraan warga masyarakat.

  c. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana Beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan kawasan rawan bencana alam antara lain tanah banjir dan longsor.Peristiwa bencana alam tersebut tidak menimbulkan korban jiwa,tetapi mnimbulkan kerugian material.sehingga untuk menghindari akan adanya korban.Adapun wilayah

  • –wilayah yang rawan dengan bencana alam tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 7.1 Daerah Rawan Bencana Alam

  B. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, permukiman Perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana, perbatasan, dan pulau kecil Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Bolaang

  Mongondow Utara diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman.

  Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.

  Pada tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melaksanakan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP-PNPM) di kecamatan kaidipang. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan khususnya masyarakat miskin serta mengurangi jumlah penduduk miskin di perkotaan.

  Berkembangnya kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan belum membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks. Untuk mencegah timbulnya kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan menata lingkungan guna menciptakan kemandirian A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman.

  Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.

  Pada tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melaksanakan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP-PNPM) di kecamatan kaidipang. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan khususnya masyarakat miskin serta mengurangi jumlah penduduk miskin di perkotaan.

  Berkembangnya kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan belum membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seirin g dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perko taan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

  Untuk mencegah timbulnya kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan menata lingkungan guna menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan permukimannya agar tetap tertata, bersih dan layak huni. Kawasan rawan bencana menjadi prioritas perbaikan lingkungan permukiman, seperti kawasan rawan, genangan/ banjir, kebakaran dll.

  2. Prasarana Dan Sarana Dasar Permukiman Keberadaan desa-desa di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki potensi lebih, seperti: potensi ekonomi, sosial budaya, wisata, prasarana dan sarana. Sebagian desa telah ditetapkan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan sebagian kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan.

  Desa pusat pertumbuhan didukung oleh desa-desa sekitar (hinterland-nya) yang diharapkan menjadi satu kawasan yang saling mendukung dan saling melengkapi dari potensi-potensi yang ada. Pola KTP2D ini sangat tepat untuk mempercepat pembangunan kawasan, efektif dan efisien dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar serta meningkatkan akses pada pasar. Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara saat ini telah ditetapkan 2 (dua) DPP yaitu di Desa Buko Kecamatan Pinogaluman, Desa Sangub Kecamatan Sangkub.Jumlah DPP ini masih terbatas sedangkan desa-desa lain yang memiliki potensi dan dapat dikembangkan sebagai DPP belum dikaji secara mendalam.

  Dengan telah ditetapkannya desa-desa menjadi kawasan terpilih pusat pengembangan dan kawasan agropolitan akan lebih efektif dan efisien dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaan guna peningkatan perekonomian kawasan serta kesejahteraan masyarakatnya.

  Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu diting katkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya. Warga masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagian besar bertempat tinggal di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan), hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll. Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah dilakukan selama ini. Selain itu bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD, permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, yang diberikan kepada warga/ masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannya.

Tabel 7.2 Presentase Jumlah Rumah Tangga Menurut Luas Lantai

  Luas Lantai (M2) 2007 2008 < 20 7,08

  3 20 67,29 5,35

  • – 49 50 22,92 67,53
  • – 99 100 1,25 2
  • – 149 > 150 1,46 3,41 Jumlah 100,00 100,00

  0,85 Catatan : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

Tabel 7.3 Presentase Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai

  Jenis Lantai % Bukan Tanah 89,74 Jumlah 100,00 Tanah 10,26

  Catatan : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

Tabel 7.4 Presentase Rumah Tangga Menurut Dinding Terluas Yang Di Gunakan

  Jenis Dinding 2007 2008 Tembok 53,75 59,18 Kayu 21,04 20,74 Bambu 22,92 20,08 Lainnya 2,29 0,00 Jumlah 100,00 100,00

  Catatan : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

Tabel 7.5 Presentase Rumah Tangga Menurut Atap Terluas Yang Di Gunakan

  Jenis Lantai % Beton 3,42 Genteng 1,28 Sirap 1,28 Seng 53,62 Asabes 0,64 Ijuk/Rumbia 39,75

  • Lainnya Jumlah 100,00

  Catatan : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

  Dari tabel di atas terlihat bahwa bangunan yang memiliki luas lantai < 20 M2 mengalami penurunan.ini di akibatkan banyaknya rumah yang telah direnovasi dan menambah luas lantainya. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya. Banyak ditemui sebagian dari warga masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongo ndow Utara bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, tidak teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

  C. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN Besaran masalah yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui PSD Permukiman, dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran pembangunan PSD Permukiman baik dari segi teknis, kelembagaa dan keuangan yang ada, disajikan pada tebel berikut.

Tabel 7.6 Presentase Rumah Tangga Menurut Atap Terluas Yang Di Gunakan

  No. Kondisi Sistem Yang

  Target Nasional RPJMD Besaran Permasalaha

  1. Teknis

  Pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang market friendly, efisien, dan akuntabel

  Terpenuhinya kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang didukung oleh sistim pembiayaan perumahan jangka panjang yang market friendly, efisien, dan akuntabel

  Terbatas (belum memenuhi parameter teknis wilayah)

  • Belum tersedianya masterplan dan rencana teknis pembangunan prasarana dan sarana dasar RSH
  • Prasarana dan sarana perumahan yang ada masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya

  2. Kelembagaan

  Terbentuk dan optimalnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman

  Terbentuk dan optimalnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman

  Belum Mantap (belum memenuhi parameter teknis wilayah)

  • Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman belum terbentuk/berfungsi optima
No. Kondisi Sistem Yang Ada Target Nasional RPJMD Besaran Permasalahan

3. Keuangan

  • 4. Promosi - Perbaikan dan pembangunan rumah berbasis keswadayaan masyarakat belum terbangun Terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan dan pembangunan rumah baru yang berbasis keswadayaan masyarakat Terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan dan pembangunan rumah baru yang berbasis keswadayaan masyarakat Terbatas (belum memenuhi parameter teknis)
  • Pembiayaan pembangunan perumahan terbatas Terbentuknya pola subsidi yang tepat sasaran dan tidak mendistorsi pasar, akuntabel, dan mempunyai kepastian dalam hal tetersediaan setiap tahun Terbentuknya pola subsidi yang tepat sasaran dan tidak mendistorsi pasar, akuntabel, dan mempunyai kepastian dalam hal tetersediaan setiap tahun

  Permasalahan yang dihadapi adalah:

  a. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan oleh pemerintah untuk kawasan rumah sederhana sehat bagi masyarakat berpendapatan rendah.

  b. Rendahnya daya beli masyarakat untuk memperoleh perumahan.

  I. Alternatif Pemecahan melalui Arah Kebijakan a. Mengutamakan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat, penyediaan hunian bagi masyarakat berpendapatan rendah.

  b. Memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat berpendapatan rendah.

  c. Menciptakan kepastian hukum dalam permukiman.

  d. Meningkatan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan dan pesisir.

  D. Rekomendasi melalui Program-Program Pembangunan

  a. Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman dan terjangkau dengan memfokuskan pada masyarakat miskin dan berpendapatan re ndah.

  Kegiatan:

  1. Penyediaan prasarana dan sarana dasar kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat.

  2. Pengembangan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif sebagai pengganti subsidi.

  3. Peningkatan akses masyarakat pada kredit mikro untuk pembangunan dan perbaikan rumah yang berbasis swadaya masyarakat.

  4. Memfasilitasi pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dan rumah susun sederhana milik.

  b. Penanggulangan dan rehabilitasi perumahan akibat bencana alam/ kerusuhan sosial. Kegiatan:

  1. Fasilitasi dan simulasi pembangunan dan rehabilitasi rumah akibat bencana alam dan kerusuhan sosial.

  2. Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan yang tanggap terhadap bencana

  3. Pengembangan sistim penanggulangan kebakaran

  4. Pembangunan Cek Dam pencegah banjir pasir c. Penyehatan lingkungan perumahan.

  Kegiatan: 1. Perbaikan lingkungan permukiman kumuh.

  2. Lantainisasi Perumahan Keluarga Prasejahtera.

  3. Pembangunan Sarana MCK Analisis Kelayakan Program Pembangunan Permukiman Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman:

  a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar permukiman) b.Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah d.Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman .

  Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:

  a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman b.Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA

  c. Terarahnya pertumbuhan wilayah d.Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:

  a. Lahan siap bangun b.Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan

  c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat d.Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni

  e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah:

  a. Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat berpenghasilan rendahMengacu pada UU no. 4/1992 b.tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman yang layak huni dan mendukung pengembangan perkotaan. Selain itu, mampu mendorong kerjasama antar stakehoder dalam mendanai dan menyelenggarakan Program Pengembangan Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang diwujudkan dalam Program Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan.

7.1.2 Sasaran Program

  Sasaran pembangunan permukiman, antara lain:

  a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman;

  b. Tersedianya perumahan sederhana, sehat dan layak huni;

  c. Terarahnya pertumbuhan wilayah; Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.

  Kebijakan dan strategi pembangunan prasarana dan sarana dasar RSH dari segi teknis, pendanaan dan pelaksanaan adalah:

  • Meingkatkan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat.
  • Mengembangkan kawasan perumahan skala besar.
  • Meningkatkan penyediaan hunian (sewa dan milik) bagi masyarakat berpendapatan rendah melalui gerakan nasional pengembangan sejuta rumah (GN -PSR).

  • Meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat berpendapatan rendah dalam penyediaan lahan, sumber pembiayaan dan prasarana dan sarana lingkungan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat.
  • Mengembangkan kredit mikro pembangunan danperbaikan rumah yang terkait dengan kredit mikro peningkatan pendapatan dalam rangka upaya pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin dan penciptaan lapangan kerja.
  • Menciptakan pola subsidi baru yang lebih tepat sasaran.
  • Mengembangkan lembaga yang bertanggung jawab dalam pembangunan perumahandan permukiman pada semua tingkatan pemerintahan serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisip atif - Pemantapan pasar primer perumahan.
  • Berkembangnya secondary mortgage facility (SMF) dan secondar y mortgage market (SMF).
  • Terbentuknya peraturan perundang-undangan dan kelembagaan pendukung SMF dan SMM.
  • Mengembangkan insentif fiskal bagi swasta yang menyediakan hunian bagi buruh/karyawannya.
  • Menciptakan kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure).

Tabel 7.7 Sasaran Program Kawasan Kumuh Kab. Bolaang Mongondow Utara TOTAL SASARAN PROGRAM NO URAIAN SASARAN PROGRAM LUAS 2015 2016 2017 2018 2019 KET

  • -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

    KAWASAN

  I Kawasan Kumuh Perkotaan

  16.29 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha 3.258 Ha Kawasan Permukiman

  II

  26.46 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha 5.292 Ha Perdesaan Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman Nelayan,

  III

  8.02 Ha 1.604 Ha 1.604 Ha 1.604 Ha 1.604 Ha 1.604 Ha Perbatasan, Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

  A. PROGRAM KERANGKA DASAR PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN RSH/ PN S/TNI/POLRI Target:

  Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghas ilan rendah, - khususnya PNS/TNI/Polri.

  • Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.
  • Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS
  • Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerj a masyarakat berpenghasilan rendah

  Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera - mendorong perkembangan wilayah

  • Sudah mendatangani MOU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum. Penanganan:
  • Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman barn (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI.

  Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros ya ng menghubungkan - kawasan bare Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.

  • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali B . PENATAAN DAN PEREMAJAAN KAWASAN Target:

  Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan - kualitas lingkungan permukiman perkotaan.

  • Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur perkotaan.
  • Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.
  • Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif. Penanganan:

  • Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan.
  • Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.

  Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan - perkotaan.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.

  • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

  C. PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA Target:  Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat berpendapatan rendah.

  a. Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal).

  b. Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.

  c. Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.

   Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh

  a. Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat.

  b. Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik. Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.

  c. Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama. Penanganan:

  a. Penetapan Pedoman Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.

  b. Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa. c. Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa. Kontribusi Pemerintah Daerah:

  • Menyusun renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan Rusunawa.
  • Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).
  • Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.

  Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca - konstruksi.

  • Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD.

  D. PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN Target: - Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.

  • Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta melaksanakan proses secara partisipatif.

  Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap - tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki. Penanganan:

  Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan - Permukiman.

  • Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.
  • Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR.
  • Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan Pelatihan dan Pendampingan. Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.
  • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

  • Review minimal setahun sekali

  E. PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PERDESAAN

  1. PENGEMBANGAN KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA Target:

  Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih - dari 35% Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai - lebih dari kawasan lainnya Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang punya kaitan erat - terutama di bidang ekonomi, (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )

  • Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dan Desa sesuai data PODES/BPS.
  • Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
  • Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana, strategis - Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.
  • Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten. Penanganan  Bantuan Teknis berupa: - Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya).
  • Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara mandiri
  • Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi lokal, bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.

   Bantuan Fisik berupa bantuan prasarana kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dan DPP ke desa -desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.

   Peningkatan prasarana desa pusat pertumbuhan diarahkan pada Penyediaan PSD Perdesaan yang dapat menstimulasi "Kegiatan Ekonomi Perdesaan". Kontribusi Pemerintah Daerah:  Menyediakan dana pendamping.

   Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada Renstrada  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

  2. PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN Target:

  Kawasan pertanian yang terdiri dan kota Pertanian, desa-desa sentra produksi - pertanian dan desa penyangga yang ada di sekitarnya, yang memiliki fas ilitas untuk berkembangnya pertanian industri.

  • Penanganan:
  • Pembangunan prasarana sarana untuk mendukung kawasan agropolitan. Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.
  • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

  3. PENGEMBANGAN KAWASAN EKS TRANSMIGRASI Target:

  Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya mengembangkan - Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan prasarana di kawasan transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT Bina).

  • Penanganan:

  Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan identifikasi - kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di kawasan eks transmigrasi.

  • Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, dilaksanakan dalam rangka mendukung program Departemen Transmigrasi Kontribusi Pemerintah Daerah:
  • Menyediakan dana pendamping.
  • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati.
  • Review minimal setahun sekali.

  4. PENANGANAN INFRASTRUK TUR DESA TERPENCIL, DESA TERTINGGAL DAN PULAU - PULAU KECIL Target:

  Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan - lainnya.

  Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya - maupun ekonomi.

  • Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah) Penanganan:
    • Bantuan teknis berupa:

  • Pedoman Pengembangan prasarana di Pulau Kecil dan Terpencil Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam - pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

  Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan - meningkatkan kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat

  • Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan Rencana Tindak Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.
    • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

  F. PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN Target:

  • Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan - Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya Penanganan:
    • Bantuan Teknis berupa:

  • Pedoman Pengembangan prasarana Kawasan Perbatasan Identifikasi lokasi-lokasi pada kawasan perbatasan dengan negara lain serta - pulau terluar.

  Penyusunan PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata sesuai dengan kriteria - kawasan perbatasan dan pulau terluar.

  • Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM.
    • Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.
    • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali.

  G. PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA DALAM RANGKA PASCA BENCANA Target:

  Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana - dasar permukimannya.

  Sudah ada laporan dan Pemerintah Daerah atau media massa mengenai - kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan. Penanganan:

  Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa - memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana

  Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman - untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.

  • Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

  Menurut Pedoman Krieria Teknis Kawasan Budidaya menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 oleh Direktorat Penataan Ruang Dep. Pekerjaan Umum, bahwa parameter teknis kawasan permukiman adalah sebagai berikut: A. KETENTUAN UMUM

  a. Fungsi utama Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:

  1.Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial;

  2.Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga. b.Kriteria umum dan kaidah perencanaan:

  1.Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);

  2.Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

  3.Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum;

  4.Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);

  5.Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;

  6.Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;

  7.Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

  B. KETENTUAN TEKNIS

  a. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:

  1.Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);

  2.Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 L/org/hari

  • – 100 liter/org/hari;

  3.Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);

  4.Drainase baik sampai sedang;

  5.Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/ pantai/ waduk/ danau/ mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;

  6.Tidak berada pada kawasan lindung;

  7.Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;

  8.Menghindari sawah irigasi teknis. b.Kriteria dan batasan teknis:

  2. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan;

  3. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai;

  4. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

  5. Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:

  a) Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;