PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL GO PUBLIC - Perbanas Institutional Repository

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank me tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalamrangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2010 : 12). Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu : menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya.

  Kegiatan pokok perbankan adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya merupakan pendukung dari kedua kegiatan tersebut. Menghimpun dana adalah mengumpulkan danadengan cara membeli dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan menggunakan berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka ,dimana masing-masing jenis simpanan memiliki kelebihantersendiri. Kegiatan penghimpunan dana disebut dengan istilah funding. Menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk kredit bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Kegiatan penyaluran dana disebut dengan istilah lending. Dalam pemberian kredit, disamping dikenakan bunga bank juga mengenakan jasa pinjaman kepada penerima kreditdalam bentuk biaya administrasi, biaya provisi dan komisi. Jasa lainnyamerupakan jasa pendukung kegiatan perbankan. Jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.

  Salah satu tujuan bank adalah untuk mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha maupun ekspansi di masa yang akan datang. Keuntungan tersebut juga berguna bagi bank untuk mempertahankan kelangsungan hidup bank. Untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan, dapat menggunakan rasio Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan asset yang dimiliki. Kinerja bank yang baik adalah apabila ROA suatu bank meningkat dari waktu ke waktu. Namun, tidak terjadi pada bank umum swasta nasionalgo public yang menjadi obyek penelitian ini.Penurunan ROA ini dapat dilihat dari perkembangan ROA bank umum swasta nasional go

Tabel 1.1 POSISI ROA BANK UMUM SWASTA NASIONAL

  18. PT. Bank Of India Indonesia, Tbk

  1.89 1.66 -0.23 1.7 0.04 1.57 -0.13 -0.11

  20. PT. Bank Permata, Tbk

  0.02

  0.15 1.96 -0.06 1.94 -0.02

  2.02

  1.87

  19. PT. Bank Pan Indonesia

  0.25

  0.53

  3.67

  0.73 3.14 -0.52

  3.66

  2.93

  0.23

  8.25 0.98 5.73 0.23 -0.75

  0.82 1.79 -0.12 1.77 -0.02

  1.91

  1.09

  17. PT. Bank OCBC NISP, Tbk

  0.01

  0.03 1.57 0.04 1.54 -0.03

  1.53

  1.50

  16. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk

  2.53 2.17 -0.36 1.06 -1.11 0.76 -0.30 -0.59

  15. PT. Bank Mutiara, Tbk

  2.45 2.29 -0.16 2.74 0.45 1.19 -1.55 -0.42

  14. PT. Bank Mega, Tbk

  0.60

  21. PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk -13.00 -4.75

  4.41

  3.02

  2.42

  0.38 0.65 -0.48

  0.22

  1.63

  0.82

  0.29 -0.81 -1.27

  0.46

  0.17

  26. PT. QNB Bank Kesawan, Tbk

  0.29

  1.11 0.96 -0.15 2.04 1.08 1.98 -0.06

  25. PT. Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk

  0.24

  0.25

  0.94 2.17 -0.48

  22. PT. Bank Sinarmas, Tbk

  2.65

  1.71

  24. PT. Bank Victoria Internasional, Tbk

  0.28

  0.12

  4.83

  0.39 4.71 0.33

  4.38

  3.99

  23. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk

  0.13

  0.09

  1.83

  1.44 1.07 -0.37 1.74 0.67

  0.61

  0.85 2.41 0.34

  

GO PUBLIC PERIODE 2010-2013

(DALAM PERSEN)

Sumber : Laporan Keuangan Publikasi Bank, Diolah Keterangan : sampai dengan triwulan II tahun 2013

  1.62

  0.84

  0.74

  5. PT. Bank Capital Indonesia, Tbk

  0.21

  0.59 2.47 0.36 2.14 -0.33

  2.11

  1.52

  4. PT. Bank Bumi Artha, Tbk

  0.07

  0.01

  1.84

  0.25 1.83 -0.04

  1.87

  3. PT. Bank Bukopin, Tbk

  1.52

  0.26

  0.88

  1.54

  0.76 0.72 -0.04 0.66 -0.06

  2. PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk

  0.25

  0.12

  1.75

  0.39 1.63 0.24

  1.39

  1.00

  1. PT. Bank Agroniaga, Tbk

  

Central Asia mengalami penurunan rata-rata tren -0,03 persen, dimana pada

  Berdasarkan tabel 1.1 diatas, diketahui bahwa secara rata-rata tren bank umum swasta nasional go public pada tahun 2010 sampai dengan triwulan II tahun 2013 mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh rata-rata tren 0,18 persen, namun ternyata masih terdapat tujuh bank yang mengalami penurunan ROA selama periode tahun 2010 sampai dengan triwulan II tahun 2013. Bank

  0.10 1.32 0.48

  0.20

  2.07

  1.78 1.49 -0.29 1.02 -0.47

  1.22

  13. PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk

  0.14

  0.10 1.49 0.38 1.42 -0.07

  1.11

  1.01

  12. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk

  11. PT. Bank ICB Bumiputera, Tbk 0.51 -1.88 -2.39 8.87 10.75 -4.00 -12.87 -1.50

  0.22 2.78 -0.22 2.12 -0.66 -0.22

  3.00

  2.78

  10. PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk

  1.09 0.07 -0.23

  9. PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk

  0.26

  0.01

  0.18

  3.36

  3.34 2.84 -0.50 3.18 0.34

  8. PT. Bank Danamon,Tbk

  0.03

  0.05 3.11 0.33 2.81 -0.30

  2.78

  2.73

  7. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk

  0.31 3.59 -0.23 3.42 -0.17 -0.03

  3.82

  3.51

  6. PT. Bank Central Asia, Tbk

  0.18 Rata-Rata Tren Bank No Nama Bank 2010 Tren 2011 Tren 2012 Tren Rata- Rata Tren 2013 mengalami penurunan ROA sebesar 0,23 persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan ROA sebesar 0,17 persen. Bank Ekonomi Raharja mengalami penurunan rata-rata tren -0,23 persen, dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan ROA sebesar 0,29 persen, tahun 2012 mengalami penurunan ROA sebesar 0,47 persen, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan ROA sebesar 0,07 persen. Bank Himpunan Saudara 1906 mengalami penurunan rata-rata tren

  • 0,22 persen, dimana pada tahun 2011 mengalami peningkatan ROA sebesar 0,22 persen, tahun 2012 mengalami penurunan ROA sebesar 0,22 persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan ROA sebesar 0,66 persen. Bank ICB

  

Bumiputera mengalami penurunan rata-rata tren -1,50 persen, dimana pada tahun

  2010 mengalami penurunan ROA sebesar 2,39 persen, tahun 2011 mengalami peningkatan ROA sebesar 10,75 persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan ROA sebesar 12,87 persen. Bank Mega mengalami penurunan rata- rata tren -0,42 persen, dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan ROA sebesar 0,16 persen, tahun 2012 mengalami peningkatan ROA sebesar 0,45 persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan ROA sebesar 1,55 persen.

  

Bank Mutiara mengalami penurunan rata-rata tren -0,59 persen, dimana pada

  tahun 2011 mengalami penurunan ROA sebesar 0,36 persen, tahun 2012 mengalami penurunan ROA sebesar 1,11 persen, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan ROA sebesar 0,30 persen. Bank permata mengalami penurunan rata- rata tren -0,11 persen, dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan ROA sebesar 0,23 persen, tahun 2012 mengalami peningkatan ROA sebesar 0,04

  Hal ini lah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan semaksimal mungkin.

  Bank umum swasta nasional go public dapat meningkatkan kinerja profitabilitasnya (ROA), dengan cara pihak manajemen bank umum swasta nasional go public harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan ROA, yang salah satunya adalah risiko usaha yang dihadapi oleh bank.

  Dalam upaya bank untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan, maka pihak manajemen harus melakukan pengelolaan asset dan

  

liabilities dengan hati-hati, karena setiap keputusan manajemen bank akan

  menimbulkan risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau yang diharapkan akan diterima, yang terdiri dari risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional.

  Risiko likuiditas adalah ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Dengan kata lain, bank tidak dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta tidak dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan (Kasmir, 2010 : 286). Risiko Likuiditas dapat diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Investing Policy Ratio (IPR).

  Apabila LDR digunakan untuk mengukur likuiditas berarti mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang sudah pengaruh positif terhadap ROA, hal ini terjadi apabila LDR meningkat menunjukkan kredit yang disalurkan bank meningkat, sehingga pendapatan dan laba yang diperoleh bank meningkat maka risiko yang dihadapi bank rendah atau semakin kecil. Disisi lain hubungan LDR dengan ROA adalah positif atau searah, hal ini terjadi jika LDR meningkat berarti menunjukkan kredit yang disalurkan bank meningkat, sehingga pendapatan dan laba yang diperoleh bank meningkat serta ROA pun akan ikut meningkat. Dengan demikian hubungan LDR dengan ROA adalah positif.

  Hubungan antara IPR dengan ROA adalah posotif, karena tingginya IPR menunjukkan tingginya surat berharga sehingga pendapatan bunga surat berharga meningkat dan laba bank juga meningkat maka risiko yang dihadapi bank rendah atau semakin kecil. Dengan demikian ROA juga akan meningkat.

  Risiko kredit adalah risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo (Ferry N. Idroes, 2008 : 22). Risiko kredit dapat diukur dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL) dan Aktiva Produktif Bermasalah (APB).

  Apabila NPL digunakan untuk mengukur kualitas aktiva berarti mengukur tingkat kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank. NPL memiliki pengaruh negative terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila NPL meningkat akan berakibat pada naiknya kredit bermasalah, kemudian pendapatan bunga bank turun pada akhirnya laba bank juga ikut turun dan risiko yang dihadapi bank akan semakin pengaruh negative atau berlawanan arah. Hal ini disebabkan apabila NPL naik maka kredit bermasalah bank juga meningkat, sehingga mengakibatkan pendapatan dan laba menurun, dan pada akhirnya ROA pun ikut turun. Sehingga hubungan NPL dengan ROA adalah negative.

  Semakin tinggi rasio APB maka semakin rendah kualitas aktiva bank. Hal ini berakibat menurunnya pendapatan yang diperoleh bank dari aktiva produktifnya. Dengan menurunnya pendapatan dari aktiva produktif maka laba yang diperoleh oleh bank pun akan menurun. Dengan menurunnya laba yang diperoleh bank maka ROA bank pun akan mengalami penurunan. Dengan demikian APB dengan ROA berpengaruh negative.

  Risiko pasar ( sensitifitas ) adalah risiko dari suatu entitas yang mungkin mengalami kerugian sebagai akibat dari fluktuasi pergerakan harga pasar karena perubahan harga (volatilitas) instrumen-instrumen pendapatan tetap, instrumen- instrumen ekuitas, komoditas, kurs mata uang, dan kontrak-kontrak di luar neraca terkait (Hennie Van Greuning dan Sonja Brajovic Bratanovic, 2011 : 197). Risiko pasar dapat diukur dengan menggunakan Interest Rate Risk (IRR) dan Posisi Devisa Neto (PDN).

  IRR merupakan perbandingan rasio antara Interest Rate Sensitive Asset (IRSA) dengan Interest Rate Sensitive Liabities (IRSL), Rasio ini memiliki hubungan yang positif dan negative bagi ROA. Hubungan antara IRR dengan ROA dipengaruhi oleh tren suku bunga. Hubungan positif terjadi apabila IRR meningkat menggambarkan peningkatan IRSA yang lebih besar dibandingkan mengakibatkan peningkatan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya bunga, maka laba bunga akan mengalami peningkatan, ROA juga akan mengalami peningkatan, maka IRR memiliki hubungan yang positif terhadap ROA. Kedua, hubungan positif terjadi apabila IRR mengalami penurunan pada saat tren suku bunga mengalami peningkatan. IRR menurun menggambarkan peningkatan IRSA lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan biaya bunga, maka laba akan mengalami penurunan. ROA juga akan mengalami penurunan, maka IRR memiliki hubungan yang positif terhadap ROA.

  Hubungan negative terjadi apabila IRR mengalami peningkatan, pada saat tren suku bunga mengalami penurunan. IRR meningkat menggambarkan penurunan IRSA lebih besar dibandingkan dengan penurunan IRSL. Dalam kondisi tren suku bunga menurun hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya bunga, maka laba akan mengalami penurunan, ROA juga akan mengalami penurunan, maka

  IRR memiliki hubungan yang negative terhadap ROA. Kedua, hubungan negative terjadi apabila IRR mengalami penurunan pada saat tren suku bunga mengalami penurunan. IRR menurun menggambarkan penurunan IRSA yang lebih kecil dibandingkan dengan penurunan IRSL. Dalam kondisi tren suku bunga menurun hal tersebut mengakibatkan penurunan biaya bunga, maka laba akan mengalami peningkatan, ROA juga akan mengalami peningkatan, mak IRR memiliki hubungan yang negative terhadap ROA.

  Hubungan risiko nilai tukar dengan PDN bias searah bias berlawanan arah Karena PDN dipengaruhi oleh hasil selisih bersih antara aktiva valas dengan passive valas, modal dan perubahan niali tukar.

  1. Perbandingan positif = aktiva valas > passive valas (diatas 0%), kondisi seperti ini dapat dikatakan saat terjadi kenaikan kurs niali tukar, maka risiko nilai tukar rendah, karena pendapatan valas lebih besar dari pada biaya valas sehingga laba cenderung naik dan ROA pun ikut naik. Sebaliknya apabila terjadi penurunan nilai tukar, maka risiko nilai tukar tinggi, karena pendapatan valas lebih kecil dari pada biaya valas sehingga laba cenderung turun dan ROA pun ikut turun.

  2. Perbandingan negative = aktiva valas < passive valas (dibawah 0%), kondisi seperti ini dapat dikatakan saat terjadi kenaikan kurs nilai tukar, maka risiko nilai tukar tinggi, karena pendapatan valas lebih kecil dari pada biaya valas sehingga laba cenderung turun dan ROA pun ikut turun. Sebaliknya apabila terjadi penurunan nilai tukar, maka risiko nilai tukar rendah, karena pendapatan valas lebih besar dari pada biaya valas sehingga laba cenderung naik dan ROA pun ikut naik. Sehingga hubungan PDN dengan ROA bisa positif dan bisa juga negative

  Risiko operasional adalah risiko kerugian sebagai akibat dari tindakan manusia, proses, infrastruktur, atau teknologi yang mempunyai dampak operasional bank (Imam Ghozali, 2007 : 15). Risiko operasional dapat diukur dengan menggunakan BOPO.

  Apabila BOPO digunakan untuk mengukur operasional berarti mengukur operasional. BOPO memiliki pengaruh negative terhadap ROA. Hubungan BOPO dengan ROA adalah tidak searah atau negative karena semakin besar BOPO berarti menunjukkan peningkatan pendapatan operasional lebih kecil dari pada peningkatan biaya operasional sehingga laba operasional yang diperoleh turun, keuntungan turun dan ROA pun ikut turun. Sehingga hubungan BOPO dengan ROA adalah negative atau berlawanan arah.

  Risiko usaha yang dihadapi oleh bank sangat memengaruhi besar kecilnya ROA bank tersebut. Oleh sebab itu, agar bank dapat memperoleh ROA sesuai dengan yang diharapkan, maka pihak manajemen bank perlu mengetahui seberapa besar pengaruh tiap-tiap risiko bank terhadap ROA dan dapat menetapkan strategi dalam mengelola bank tersebut.

  ROA penting bagi bank, karena setiap aset yang dimiliki bank pasti mempunyai risiko dalam pengelolaannya. Pengelolaan risiko merupakan hal yang harus dilakukan karena akan selalu ada dalam dunia usaha dimana setiap langkah dalam pengambilan keputusan telah mengandung risiko yang senantiasa dihadapkan pada kondisi ketidakpastian dan pada umumnya bersumber dari faktor internal dan eksternal bank

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penurunan ROA. Salah satu faktornya adalah risiko usaha yang dihadapi oleh bank. Maka inilah yang menjadi dasar peneliti untuk me lakukan penelitian dengan judul “PENGARUH RISIKO

  USAHA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK UMUM

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

  1. Apakah rasio yang terdiri dari LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, dan BOPO secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA pada bank umum swasta nasional go public?

  2. Apakah LDR secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public?

  3. ApakahIPR secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public? 4. Apakah NPL secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public?

  5. Apakah APB secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public?

  6. Apakah IRR secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public?

  7. Apakah PDN secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public?

  8. Apakah BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public?

  9. Variabel manakah diantara LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, dan BOPO yang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap ROA bank umum

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

  1. Mengetahui signifikansi pengaruh LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, dan BOPO secara bersama-sama terhadap ROA bank umum swasta nasional go public .

  2. Mengetahui signifikansi pengaruh positif LDR secara parsial terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

  3. Mengetahui signifikansi pengaruh positif IPR secara parsial terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

  4. Mengetahui signifikansi pengaruh negatif NPL secara parsial terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

  5. Mengetahui signifikansi pengaruh negatif APB secara parsial terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

  6. Mengetahui signifikansi pengaruh IRR secara parsial terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

  7. Mengetahui signifikansi pengaruh PDN secara parsial terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

  8. Mengetahui signifikansi pengaruh negatif BOPO secara parsial terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

  9. Mengetahui variabel mana yang memiliki pengaruh yang dominan terhadap ROA bank umum swasta nasional go public.

1.4 Manfaat Penelitian

  Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain :

  1. Bagi Bank Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan tolak ukur bagi pihak manajemen bank dalam mengelola risiko usaha. Apakah pengelolaannya telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Sehingga dalam menjalankan manajemen bank dapat memperbaiki kesalahan dan menjalankannya dengan baik sesuai dengan regulasi perbankan serta tujuan utama bank untuk mencapai keuntungan.

  2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang dunia perbankan, terutama mengenai pengaruh risiko usaha terhadap ROA pada bank umum swasta nasional go public.

  3. Bagi STIE Perbanas Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan perbendaharaan koleksi perpustakaan STIE Perbanas Surabaya dan sebagai bahan pembanding atau acuan bagi semua mahasiswa yang akan mengambil judul yang sama untuk bahan penelitian sehingga penelitian yang dihasilkan akan menjadi lebih baik.

1.5 Sistematika Penulisan

  Penyajian pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, dan sistematika penulisannya secara rinci adalah sebagai berikut :

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan tentang penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka penelitian dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

  BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini diuraikan tentang gambaran subyek penelitian yang akan dianalisis. Selain itu bab ini juga membahas analisis deskriptif untuk menjelaskan tentang variabel yang diteliti dan penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis serta pembahasan dari pengujian hipotesis tersebut.

  BAB V : PENUTUP Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran yang diharapkan berguna untuk penelitian berikutnya.