SISTEM PERENCANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

  SISTEM PERENCANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Tim Penyusun : Paimin Irfan Budi Pramono Purwanto Dewi Retna Indrawati Penyunting : Dr. Harry Santoso Prof. Ris. Dr. Pratiwi Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi

  Paimin, et al Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai / oleh Paimin, Irfan Budi Pramono, Purwanto, Dewi Retna Indrawati

Bogor, Indonesia : Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan

Rehabilitasi (P3KR), 2012

  ISBN : 978-602-99218-2-3 Foto Sampul : Paimin © P3KR 2012 Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (P3KR) Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Indonesia Telp: +62 (0251) 8633234 Fax: +62 (0251) 8638111 E-mail: p3hka_pp@yahoo.co.id Website: http://www.p3kr.org Dicetak oleh : Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS)

  

PRAKATA

  Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai sist em alami yang menjadi t em pat berlangsungnya proses-proses biofisik-hidrologis maupun kegiat an sosial-ekonom i dan budaya masyarakat yang kompleks. Kerusakan kondisi hidrologis DAS sebagai dam pak perluasan lahan kaw asan budidaya dan pem ukiman yang t idak t erkendali, t anpa mem perhat ikan kaidah-kaidah konservasi t anah dan air seringkali menjadi penyebab peningkat an erosi dan sediment asi, penurunan produkt ivit as lahan, percepat an degradasi lahan, dan banjir.

  Kondisi hut an, dilihat dari penut upan lahan/ veget asi, mengalami perubahan yang cepat dan dinamis, sesuai perkem bangan pembangunan dan perjalanan w akt u. Fakt or yang mengakibat kan perubahan t ersebut ant ara lain pert am bahan penduduk dan pem bangunan di luar sekt or kehut anan yang sangat pesat memberi pengaruh besar t erhadap meningkat nya kebut uhan lahan hut an dan produk-produk dari hut an. Kondisi dem ikian diperparah dengan adanya peram bahan hut an dan t erjadinya kebakaran hut an yang mengakibat kan semakin luasnya kerusakan hut an alam t ropika di Indonesia. Sejak t ahun 1970-an degradasi DAS berupa lahan gundul, t anah krit is, erosi pada lereng-lereng curam baik yang digunakan unt uk pert anian maupun unt uk penggunaan lain sepert i pemukiman dan pert am bangan, sebenarnya t elah mem peroleh perhat ian pemerint ah. Nam un proses degradasi t ersebut t erus berlanjut , karena t idak adanya ket erpaduan t indak dan upaya yang dilakukan dari sekt or at au pihak-pihak yang berkepent ingan dengan DAS.

  Kerusakan hut an t ersebut , menjadi penyebab t erjadinya penurunan kualit as DAS. Sebagai akibat nya, kest abilan ekosist em t erganggu dan menimbulkan dam pak negat if t erhadap peran hut an sebagai penyangga kehidupan t ermasuk dalam menjaga st abilit as t at a air. Penerapan pendekat an one river - one plan -

  

one management t idak m udah diw ujudkan mengingat banyak pihak yang

  t erkait dan berkepent ingan dalam pengelolaan DAS. Rehabilit asi DAS t erut ama yang kondisinya krit is dengan pendekat an pengelolaan DAS t erpadu menjadi kunci pent ing unt uk mem perbaiki kondisi DAS.

  

iii Kement erian Kehut anan t elah menet apkan 108 DAS Krit is (SK. 328/ M enhut -

  II/ 2009) yang harus segera dit angani m elalui perencanaan, pengelolaan, monit oring dan evaluasi DAS secara t erpadu baik ant ar w ilayah administ rasi (Provinsi dan Kabupat en/ Kot a), ant ar sekt or, dan ant ar disiplin ilm u. Dalam rangka mendukung penyelesaian masalah pengelolaan DAS t ersebut , Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kehut anan t elah menyusun program penelit ian pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan menunjuk Balai Penelit ian Teknologi Kehut anan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang w ilayah kerjanya seluruh Indonesia unt uk melakukan penelit ian pengelolaan DAS yang salah sat unya aspeknya t ent ang sist em perencanaan pengelolaan DAS.

  Buku “ Sist em Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai” merupakan salah sat u hasil ilm u penget ahuan dan t eknologi (IPTEK) Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kehut anan unt uk m enjaw ab permasalahan dan t ant angan perencanaan pengelolaan DAS kini dan masa depan. Isi buku ini t elah mengakomodir dua kepent ingan ant ara perencanaan w ilayah DAS dan perencanaan w ilayah administ rasi daerah. Oleh karena it u dengan t erbit nya buku ini diharapkan dapat mendukung kebijakan pengelolaan DAS ke depan, bagi para pengguna baik di Kement erian Kehut anan, kement erian t erkait , pemerint ah daerah, perguruan t inggi, dll. Disadari bahw a unt uk mew ujudkan buku ini diperlukan serangkaian penelit ian yang panjang, berkesinambungan, dan menunt ut sinergit as yang t inggi dengan melibat kan banyak penelit i dan t eknisi dari berbagai bidang kepakaran dan dukungan para pihak t erkait . Oleh karena it u, t erw ujudnya buku ini merupakan prest asi yang mem banggakan. Unt uk it u kepada: 1). Tim penulis, 2). Koordinat or Rencana Penelit ian Int egrat if (RPI) Sist em Pengelolaan DAS Hulu, Lint as Kabupat en, Lint as Provinsi, 3). Seluruh penelit i dan t eknisi t erkait , 4). Para Penyunt ing, 5). Kepala Balai Penelit ian Teknologi Kehut anan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, dan 6). Kepala Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Konservasi dan Rehabilit asi, kami ucapkan “ Selamat at as t erbit nya buku ini” dan kepada semua pihak yang t elah membant u t erw ujudnya buku ini kami ucapakan t erima kasih. Kami mengharapkan t et ap t erus menjaga semangat berkarya karena masih banyak karya nyat a yang dit unggu oleh pengguna dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan kehut anan.

  

iv Semoga karya yang t elah dihasilkan merupakan amalan yang bermanfaat bagi kehidupan, t erut ama dalam meningkat kan daya dukung daerah aliran sungai.

  Jakart a, April 2012 Kepala Badan Lit bang Kehut anan Dr. Ir. R. Iman Sant oso, M .Sc

  

v

SEKAPUR SIRIH

  Kepada segenap jajaran Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kehut anan, kami menyam paikan selamat at as t erbit nya buku “ Sist em Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai” sebagai buah karya para penelit inya. Buku ini t ent u bermanfaat unt uk digunakan sebagai salah sat u rujukan dalam mengakt ualisasikan t ugas dan f ungsi Direkt orat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhut anan Sosial (Dit jen BPDASPS). Pokok-pokok pikiran yang t ert uang didalam nya dapat dimanfaat kan sebagai landasan pengam bilan kebijakan dalam bidang pengelolaan DAS. Bersamaan dengan diundangkannya Perat uran Pemerint ah No. 37 t ahun 2012 t ent ang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada bulan M aret 2012, buku ini sangat mem bant u dalam menjabarkan arah kebijakan, sert a dalam mengimplement asikan perat uran pemerint ah t ersebut . Dengan demikian t ujuan dan sasaran Program Peningkat an Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pem berdayaan M asyarakat , sebagai mandat kepada Kement erian Kehut anan c/ q Dit Jen BPDASPS, akan dapat diw ujudkan secara nyat a.

  Kiranya sum bangan pem ikiran dan dukungan t eknologi bidang pengelolaan DAS lainnya dari Badan Penelit ian dan Pengem bangan Kehut anan sepert i t elah dit uangkan dalam Not a Kesepahaman Bulan Juni 2011 dapat t erus dilanjut kan dan dit ingkat kan.

  Semoga buku ini dapat lebih luas daya jangkau manfaat nya bagi berbagai pihak.

  Jakart a, April 2012 Direkt ur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhut anan Sosial Dr. Ir. Harry Sant oso

  

vi

  UCAPAN TERIM A KASIH

  Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) bersifat dinamis sejalan dengan dinam ika alam dan perilaku manusia t erhadap sumberdaya alam. Buku Sist em Perencanaan Pengelolaan DAS disusun sebagai upaya unt uk mem bant u para pihak dalam memaham i dinam ika alam dan manusia sebagai dasar perencanaan. Telaah perat uran perundangan perlu dilakukan agar perencanaan yang disusun kom pat ibel dengan sist em pemerint ahan yang berlaku. Dalam pemanfaat annya buku ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan buku Pedoman at au Pet unjuk Teknis bagi inst it usi penyelenggara pengelolaan DAS. Dengan t ersusunnya buku ini, disampaikan ucapan t erima kasih yang sebesar- besarnya at as kont ribusi pemikiran dan hasil penelit iaannya, kepada Kepala Balai sert a para penelit i dan t eknisi t erkait pada Balai Penelit ian Teknologi Kehut anan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Balai Penelit ian Kehut anan M akassar, Balai Penelit ian Kehut anan M anado, dan Balai Penelit ian Kehut anan Aek Nauli. Demikian juga kepada Kepala Badan Penelit ian dan Pengembangan Kehut anan dan Kepala Pusat Penelit ian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilit asi diucapkan t erima kasih dan penghargaan set inggi-t ingginya at as saran dan arahan yang t elah diberikan dalam pelaksanaan Rencana Penelit ian Int egrat if (RPI) Sist em Pengelolaan DAS Hulu, Lint as Kabupat en dan Lint as Provinsi sebagai dasar penyusunan buku ini. Kepada penyunt ing buku ini, Dr. Harry Sant oso dan Prof. Ris. Dr. Prat iw i, diucapkan t erima kasih at as krit ik dan masukannya. Kepada Direkt ur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhut anan Sosial disam paikan penghargaan yang set inggi-t ingginya at as perkenannya mem berikan sam but an t erhadap t erbit nya buku ini. Ucapan t erima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Kepala Balai Penelit ian Teknologi Kehut anan Pengelolaan DAS yang t elah memberikan dukungan t erhadap penyusunan buku ini dan fasilit asi t erhadap koordinasi RPI Sist em Pengelolaan DAS Hulu, Lint as Kabupat en, dan Lint as Provinsi. Tidak lupa kami sampaikan penghargaan yang t iada t ernilai kepada almarhum Ir. Sukresno, M Sc at as sumbangan pemikirannya dalam merum uskan dasar

  vii pem ikiran buku ini. Kepada Sdr. Agung B. Supangat , S.Hut ., M .Si., M T. dan Sdr. Eko Priyant o, SP diucapkan t erima kasih at as bant uannya dalam melakukan edit ing buku ini. Kepada sem ua pihak yang t elah mem bant u dalam bent uk apapun diucapkan t erima kasih.

  Disadari bahw a buku ini masih banyak kekurangan sehingga penyempurnaan akan t erus dilakukan dengan mem perhat ikan krit ik dan saran mem bangun sert a seiring dinam ika permasalahan dan t eknologi yang berkem bang.

  Surakart a, April 2012

   Tim Penyusun

viii

  DAFTAR ISI

  PRAKATA KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN................................ iii SEKAPUR SIRIH DIREKTUR JENDERAL BPDASPS .................................. vi UCAPAN TERIM A KASIH ..................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................... x DAFTAR GAM BAR ............................................................................... xi DAFTAR LAM PIRAN ............................................................................ xii

  I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

  II. KERANGKA DASAR PERENCANAAN ............................................. 5

  A. Hierarki Perencanaan Pengelolaan DAS Dalam Perencanaan Pembangunan ........................................................................ 5

  B. Penselarasan Wilayah DAS dan Wilayah Administ rasi Daerah ............................................................... 9

  C. Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS ......................... 13

  III. PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS LINTAS KABUPATEN .................................................................... 19

  A. Karakt erisasi DAS Sebagai Basis Ident ifikasi M asalah ............. 19

  B. Analisis Karakt erist ik DAS dan Usulan Kegiat an ...................... 25

  C. M ekanisme Perencanaan dan Peran Para Pihak..................... 30

  IV. PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS DALAM KABUPATEN ................................................................... 35

  A. Karakt erisasi Daerah Tangkapan Air dalam Kabupat en Dominan .............................................................. 35

  B. Analisis Karakt erist ik Daerah Tangkapan Air .......................... 40

  C. Usulan Kegiat an ..................................................................... 51

  D. Pert im bangan Ekonom i Wilayah dalam Pengelolaan Sub DAS 52

  E. M ekanisme Perencanaan dan Peran Para Pihak..................... 59

  V. PENUTUP .................................................................................... 61 PUSTAKA ............................................................................................. 62 LAM PIRAN ........................................................................................... 68

  ix

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Hierarki perencanaan pembangunan nasional ..................... 5 Tabel 2. Alt ernat if penselarasan bat as daerah t angkapan air dengan wilayah kabupat en dom inan di DAS Tunt ang ....................... 11 Tabel 3. Penselarasan pem bagian w ilayah DAS Progo ant ara sat uan adm inist rasi dan daerah t angkapan air. ................................ 12 Tabel 4. Skala kerent anan/ sensit ivit as lahan t erhadap erosi............... 20 Tabel 5. Klasifikasi t ipologi at au kerent anan lahan t erhadap erosi ..... 21 Tabel 6. Formula t ipologi pasokan air banjir ....................................... 21 Tabel 7. Sist em lahan rent an kebanjiran ............................................. 22 Tabel 8. Formula t ipologi/ kerent anan penduduk t erhadap lahan ....... 22 Tabel 9. Formula t ipologi ekonom i DAS .............................................. 23 Tabel 10.Skala kerent anan/ sensit ivit as kew ilayahan pengelolaan DAS 24 Tabel 11.Tipologi pengelolaan DAS ..................................................... 25 Tabel 12.Tipologi daerah t angkapan air di DAS Tunt ang ..................... 28 Tabel 13.Luas penut upan lahan pada set iap Bagian DAS di

  DAS Tunt ang ......................................................................... 29 Tabel 14.Klasifikasi t ingkat kerent anan/ degradasi Sub DAS ................ 36 Tabel 15.Pot ensi pasokan air banjir set iap daerah t angkapan air

  (DTA) di DAS Tunt ang Bagian Hulu ........................................ 45 Table 16.Luas t ingkat keraw anan kebanjiran set iap daerah t angkapan air (DTA) di Sub DAS Tunt ang Hulu ...................... 46 Tabel 17.Karakt erist ik kekeringan di Sub DAS Tunt ang Hulu ............... 47 Tabel 18.Pengamat an debit sungai di DAS Tunt ang (Juni 2011) .......... 47 Tabel 19.Luas t ingkat kekrit isan lahan di Sub DAS Tunt ang Hulu ........ 48 Tabel 20.Luas dan t ingkat kerent anan t anah longsor di

  Sub DAS Tunt ang Hulu .......................................................... 49 Tabel 21.Paramet er sosial ekonomi dan kelembagaan

  Sub DAS Tunt ang Hulu .......................................................... 50 Tabel 22.Klasifikasi sekt oral at as dasar analisis int ernal ...................... 54 Tabel 23.Input -Out put suat u kot a/ kabupat en .................................... 55

  x

  DAFTAR GAM BAR

  Gambar 1. Pet a alt ernat if penselarasan bat as daerah t angkapan air dengan w ilayah kabupat en Di DAS Tunt ang .................... 11 Gambar 2. Pet a penselarasan ant ara sat uan daerah t angkapan air dengan w ilayah adm inst rasi di DAS Progo ....................... 13 Gambar 3. Diagram alir sist em pengelolaan DAS ............................... 15 Gambar 4. Proses diagnosis kesehat an DAS sebagai basis karakt erisasi ............................................................ 17 Gambar 5. Diagram alir analisis t ipologi DAS ..................................... 19 Gambar 6. Para pihak t erkait perencanaan pengelolaan DAS ............ 31 Gambar 7. M ekanisme at au proses perencanaan pengelolaan DAS t ingkat provinsi ................................................................ 34 Gambar 8. M odel analisis kerent anan pot ensi banjir ........................ 41 Gambar 9. M odel analisis kerent anan daerah raw an banjir .............. 42 Gambar 10.M odel analisis kerent anan kekeringan ............................. 42 Gambar 11.M odel analisis kerent anan kekrit isan lahan ...................... 43 Gambar 12.M odel analisis kerent anan t anah longsor ......................... 43 Gambar 13.M odel analisis kerent anan sosial ekonomi kelem bagaan . 44 Gambar 14. Pet a t ingkat pasokan air banjir t iap DTA di

  Sub DAS Tunt ang Hulu .................................................... 45 Gambar 15. Pet a sebaran t ingkat keraw anan kebanjiran set iap

  DTA di Sub DAS Tunt ang Hulu ........................................ 46 Gambar 16. Pet a Lahan krit is pada set iap daerah t angkapan air di Sub DAS Tunt ang Hulu ........................................... 48 Gambar 17. Sebaran t ingkat t erent anan t anah longsor di

  Sub DAS Tunt ang Hulu .................................................... 49

  xi

  DAFTAR LAM PIRAN Lam piran 1.

  Tabel A.1. Form ulasi banjir dan daerah raw an banjir .............. 68 Tabel A.1.a. Teknik penyidikan paramet er-paramet er kerent anan banjir ................................................... 70 Tabel A.1.b. Teknik penyidikan paramet er-paramet er daerah raw an banjir ................................................ 71 Tabel A.1.a.1. Bent uk-bent uk DAS ................................................ 72 Tabel A.1.a.2. Kerapat an drainase................................................. 73 Tabel B.1. Formulasi kerent anan kekeringan dan pot ensi air .. 74 Tabel B.2. Teknik penyidikan/ invent arisasi paramet er- paramet er kerent anan kekeringan dan pot ensi air . 75 Tabel C.1. Formulasi kekrit isan dan pot ensi lahan ................... 76 Tabel C.2. Teknik penyidikan kekrit isan lahan ......................... 78 Tabel D.1. Formulasi kerent anan t anah longsor ...................... 79 Tabel D.2. Teknik penyidikan paramet er kerent anan t anah longsor .......................................................... 81 Tabel D.2.1. Ilust rasi t anda-t anda raw an lonngsor pada pet a geologi ............................................................ 82 Tabel E.1. Formulasi kerent anan dan pot ensi sosial ekonom i kelem bagaan ............................................ 83 Tabel E.2. Teknik penyidikan paramet er soseklem .................. 85

  Lam piran 2. Hubungan t ingkat kerent anan sub DAS dengan f ungsi kaw asannya sebagai dasar unt uk pengusulan rencana kegiat an pengelolaan sub DAS ...................................... 88

  Lam piran 3. Kegiat an rehabilit asi lahan dan konservasi t anah (RLKT) dan at au rehabilit asi hut an dan lahan (RHL) ................. 93 Lam piran 4. Pengert ian-pengert ian .................................................. 95 Lam piran 5. Singkat an-singkat an ...................................................... 100

  xii

I. PENDAHULUAN

  Daerah aliran sungai (DAS) merupakan ruang di mana sumberdaya alam , t erut ama veget asi, t anah dan air, berada dan t ersim pan sert a t empat hidup manusia dalam memanfaat kan sum berdaya alam t ersebut unt uk memenuhi kebut uhan hidupnya. Sebagai w ilayah, DAS juga dipandang sebagai ekosist em dari daur air, sehingga DAS didefinisikan sebagai suat u w ilayah darat an yang merupakan sat u kesat uan dengan sungai dan anak- anak sungainya, yang berf ungsi menam pung, menyim pan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau at au ke laut secara alami. Bat as di darat merupakan pem isah t opografi dan bat as di laut sam pai dengan daerah perairan yang masih t erpengaruh akt ivit as darat an (UU No. 7 Tahun 2004). Dengan demikian DAS merupakan sat uan w ilayah alam i yang mem berikan manfaat produksi sert a m emberikan pasokan air melalui sungai, air t anah, dan at au mat a air, unt uk memenuhi berbagai kepent ingan hidup, baik unt uk manusia, flora maupun fauna. Unt uk mem peroleh manfaat yang opt imal dan berkelanjut an perlu disusun sist em perencanaan pengelolaan DAS yang obyekt if dan rasional. Perencanaan pengelolaan DAS bersifat dinamis karena dinam ika proses yang t erjadi di dalam DAS, baik proses alam , polit ik, sosial ekonomi kelembagaan, maupun t eknologi yang t erus berkem bang. Pemanfaat an air bagi kehidupan ant ara lain unt uk kebut uhan irigasi, pert anian, indust ri, konsumsi rumah t angga, w isat a, t ransport asi sungai, dan kebut uhan lainnya. Nam un, air yang dihasilkan dari DAS juga bisa merupakan ancaman bencana sepert i banjir dan sediment asi hasil angkut an part ikel t anah oleh aliran air. Pot ensi air yang dihasilkan dari suat u DAS perlu dikendalikan melalui serangkaian pengelolaan sehingga ancaman bencana banjir pada m usim penghujan dapat dit ekan sekecil m ungkin dan jaminan pasokan air pada musim langka hujan (kemarau) t ercukupi secara berkelanjut an. Sejalan dengan prinsip t ersebut maka salah sat u t ujuan penyelenggaraan kehut anan adalah unt uk sebesar-besarnya kemakm uran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjut an dengan meningkat kan daya dukung DAS (UU No. 41 Tahun 1999). Pengelolaan lahan yang produkt if dengan memperhat ikan asas konservasi dan ekologi t at a air perlu disusun dalam suat u sist em perencanaan dalam sat uan pengelolaan DAS.

  Proses alam sepert i gempa bum i dan perubahan iklim merupakan fakt or alam yang harus dicermat i perilakunya unt uk bisa dilakukan adapt asi. Pada beberapa t em pat , gem pa bum i mengakibat kan perubahan kest abilan t anah sehingga sering t erjadi bencana t anah longsor. Demikian juga adanya perubahan iklim yang berakibat pada perubahan int ensit as hujan, dist ribusi erosivit as hujan, dan sifat hujan lainnya yang akhirnya berakibat pada semakin t ingginya erosi t anah (Paimin, 2010.a) dan sering t erjadinya bencana banjir. Proses alam yang t erjadi mem bent uk kekhasan set iap DAS, baik keberagaman dalam cakupan luasan, ket erkait an dengan w ilayah adm inist rasi, maupun karakt erist iknya.

  Dinam ika polit ik t ercermin dari t erbit nya berbagai perat uran perundangan yang merupakan acuan ut ama penyelenggaraan pemerint ahan. Perundangan yang perlu diperhat ikan dalam menunt un penyusunan perencanaan pengelolaan DAS ant ara lain Undang–Undang (UU) No. 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan, UU No. 7 Tahun 2004 t ent ang Sum ber Daya Air, UU No. 32 t ahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, UU No. 25 Tahun 2004 t ent ang Sist em Perencanaan Pembangunan Nasional, dan UU No. 26 t ahun 2007 t ent ang Penat aan Ruang, besert a perat uran perundangan t urunannya.

  Perkembangan penduduk seiring dengan w akt u menjadikan pengelolaan DAS sepert inya t anpa akhir. Pengelolaan DAS merupakan suat u usaha yang t erus berjalan, karena fakt or alam maupun fakt or buat an manusia selalu ada dan berubah set iap w akt u (Sheng, 1986 dan 1990). Pert am bahan penduduk mengakibat kan peningkat an penyediaan kebut uhan pangan, t ermasuk air, dan papan. Sement ara it u lapangan kerja masih t erbat as sehingga jumlah masyarakat pet ani sem akin bert ambah dan belum bisa beranjak dari lapangan kerja pert anian. Dengan dem ikian pemilikan dan luas lahan garapan semakin sem pit , sehingga t ekanan penduduk t erhadap lahan unt uk pert anian semakin berat . Tekanan berat t ercermin dari pemanfaat an lahan yang melampaui bat as kemampuannya sert a penyerobot an lahan non pert anian. Akibat lanjut adalah pendapat an dari bidang pert anian semakin rendah.

  Penduduk bert am bah berart i kebut uhan air bert am bah. Paw it an (2002) menyat akan bahw a meskipun Indonesia m emiliki sum berdaya air melim pah t et api kenyat aan kelangkaan air dan sum ber air menjadi kenyat aan, t erut ama daerah perkot aan dan pusat pengembangan w ilayah di sekit ar perkot aan. Daerah yang rent an ket ersediaan air adalah pulau Jaw a, Bali, Nusa Tenggara, Sulaw esi, dan M aluku.

  Pert ambahan penduduk juga berdam pak pada peningkat an kebut uhan papan sehingga t erjadi konversi lahan, t erut ama lahan pert anian, menjadi lahan pem ukiman. Tekanan t erhadap lahan t idak hanya oleh pert am bahan penduduk t et api juga desakan pem bangunan yang memerlukan lahan, sepert i indust ri, jalan dan lain-lain. Dengan merujuk Sumaryant o dan Suhaet i (1997), Sumaryant o, et al. (2001) mem berikan dat a luas perkiraan konversi lahan saw ah di Jaw a sebesar 138.266 ha yang t ersebar di Provinsi Jaw a Barat seluas 37.033 ha selama 5 (lim a) t ahun (t ahun 1987 - 1991), di Provinsi Jaw a Tengah 40.327 ha (t ahun 1981 – 1986), di Provinsi Daerah Ist imew a Yogyakart a 2.910 ha (t ahun 1986 – 1990), dan Provinsi Jaw a Tim ur 57.996 ha (t ahun 1987 – 1993). Konversi lahan mengakibat kan perubahan neraca air DAS baik secara spasial maupun t em poral.

  Pengelolaan DAS dalam pelaksanaannya melibat kan banyak st akeholders (para pihak) dan pengam bil keput usan, khususnya dalam pemanfaat an sum berdaya alam dengan berbagai t ujuannya, sehingga pendekat an mult i- disiplin merupakan keharusan esensial. Kegiat an dalam pengelolaan DAS harus melibat kan inst it usi pemerint ah dari berbagai bidang at au sekt or sert a berbagai kelompok masyarakat . Akan t et api t erlalu banyak pelibat an unsur at au elemen dalam perencanaan dan pengam bilan keput usan menjadikan hasil akhir yang kurang efisien/ opt imal dan kurang mem uaskan. Part isipasi kelem bagaan dalam pengelolaan DAS perlu dibat asi pada kom unit as yang secara langsung berpengaruh dan berkait an. Sist em pem bangunan nasional yang t elah diat ur dalam sist em perat uran perundangan dapat diacu sebagai dasar penyusunan perencanaan pengelolaan DAS, yait u dengan melibat kan berbagai unsur kelembagaan secara efisien.

  Perencanaan adalah suat u proses unt uk menent ukan t indakan-t indakan di masa depan dengan t epat , m elalui t ahapan pilihan-pilihan yang sesuai, sert a mem perhit ungkan sum berdaya yang t ersedia (UU No. 25 Tahun 2004). Tindakan di masa depan yang direncanakan didasarkan pada permasalahan akt ual suat u DAS yang ada pada saat t ersebut dan sedang berkem bang, yang dicerminkan oleh t ingkat keraw anan at au sifat rent an dan pot ensi sum berdaya dalam DAS (Paim in, 2010.b). Karakt erist ik sum berdaya dalam DAS dari aspek biofisik dan sosial ekonom i, merupakan t umpuan dasar dari sist em perencanaan pengelolaan yang dit erapkan.

  Penerbit an buku ini bert ujuan unt uk memberikan salah sat u acuan t eknis dalam melakukan perencanaan pengelolaan DAS secara rasional dan aplikat if yang disusun pada berbagai hierarki pengelolaan yang diselaraskan dengan sist em penyelenggaraan pemerint ahan. Diharapkan buku ini dapat digunakan oleh perencana pengelolaan DAS baik inst ansi Pemerint ah yang t erkait dalam perencanaan pengelolaan DAS maupun Sat uan Kerja Pemerint ah Daerah (SKPD) Provinsi, Kabupat en/ Kot a yang diberi mandat dalam perencanaan pengelolaan DAS sesuai dengan PP No. 37 t ahun 2012 t ent ang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

II. KERANGKA DASAR PERENCANAAN

  

A. Hierarki Perencanaan Pengelolaan DAS Dalam Perencanaan

Pembangunan

  Perencanaan pengelolaan DAS merupakan salah sat u bent uk perencanaan pem bangunan sum berdaya alam (veget asi, t anah, dan air) dengan menggunakan sat uan at au unit pengelolaan daerah t angkapan air ( cat chment area ) at au daerah aliran sungai dengan bagian-bagian w ilayahnya. Salah sat u acuan ut ama perat uran perundangan yang mendasari penyusunan perencanaan pembangunan di Indonesia adalah Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 t ent ang Sist em Perencanaan Pembangunan Nasional. Oleh karena it u sist em perencanaan pengelolaan DAS yang dibangun harus kompat ibel dengan sist em perencanaan nasional.

  Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 pasal 3, 4, 5, dan 7, hierarki perencanaan pem bangunan nasional dapat diringkas sepert i pada Tabel 1.

  Tabel 1. Hierarki perencanaan pembangunan nasional

  Jenjang Pemerint ahan Jangka Wakt u Pembangunan Panjang M enengah Tahunan Nasional RPJP Nasional RPJM Nasional RKP

  Renst ra-KL Renja-KL - Kement erian/ Lembaga Provinsi RPJP Daerah RPJM Daerah RKPD SKPD - Renst ra-SKPD Renja-SKPD

  RPJP Daerah RPJM Daerah RKPD Kabupaten/ Kota

  Renst ra-SKPD Renja-SKPD - SKPD Sumber: UU No. 25 Tahun 2004 (Diolah)

  Perencanaan pem bangunan nasional, provinsi, maupun kabupat en/ kot a t erdiri dari: (a) Rencana Pem bangunan Jangka Panjang (RPJP), (b) Rencana Pembangunan Jangka M enengah (RPJM ), dan (c) Rencana Pembangunan Tahunan At au Rencana Kerja Pemerint ah/ Daerah (RKP/ D). Rencana Pembangunan Jangka M enengah (RPJM ) Kement erian/ Lem baga, yang kem udian disebut Rencana St rat egis Kement erian/ Lembaga (Renst ra-KL), merupakan dokumen perencanaan Kement erian/ Lem baga unt uk periode lima t ahun yang mem uat visi, misi, t ujuan, st rat egi, kebijakan, program, dan kegiat an pem bangunan sesuai dengan t ugas dan fungsi. Rencana Pembangunan Tahunan Kement erian/ Lembaga, yang kemudian disebut Rencana Kerja Kement erian/ Lem baga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan Kement erian/ Lembaga unt uk periode sat u t ahun yang disusun dengan berpedoman pada Renst ra-KL dan m engacu pada priorit as pem bangunan nasional dan pagu indikat if , sert a mem uat kebijakan, program , dan kegiat an pem bangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerint ah maupun yang dit em puh dengan mendorong part isipasi masyarakat . Demikian juga unt uk daerah, RPJM Sat uan Kerja Pemerint ah Daerah (SKPD), selanjut nya disebut Renst ra-SKPD, merupakan dokumen perencanaan SKPD unt uk periode lima t ahun yang mem uat visi, misi, t ujuan, st rat egi, kebijakan, program , dan kegiat an pembangunan sesuai dengan t ugas dan fungsi SKPD yang disusun berdasarkan RPJM Daerah dan bersifat indikat if. Rencana Pem bangunan Tahunan SKPD, yang kem udian disebut Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan SKPD unt uk periode sat u t ahun yang disusun dengan berpedoman pada Renst ra-SKPD dan mengacu kepada RKP, mem uat kebijakan, program , dan kegiat an pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerint ah daerah maupun yang dit em puh dengan mendorong part isipasi masyarakat .

  Dalam PP No. 37 t ahun 2012 t ent ang Pengelolaan DAS pada pasal 22 disebut kan bahw a Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan oleh: a. M ent eri unt uk DAS lint as negara dan DAS lint as Provinsi;

  b. Gubernur sesuai kew enangannya unt uk DAS dalam provinsi dan/ at au lint as kabupat en/ kot a; c. Bupat i/ w alikot a sesuai kew enangannya unt uk DAS dalam kabupat en/ kot a.

  Secara operasional lapangan, im plement asi at au pelaksanakan pengelolaan DAS diselenggarakan pada t ingkat kabupat en; sedangkan t ingkat provinsi dan lint as provinsi bersifat koordinasi dan pengendalian t erhadap hubungan pengelolaan DAS lint as w ilayah administ rasi. Oleh karena it u w ilayah DAS yang lint as provinsi dan lint as kabupat en perlu dibagi menjadi daerah t angkapan air yang selaras dengan w ilayah adimist rasi kabupat en unt uk disusun perencanaan lebih rinci. Dalam proses penselarasan, perlu disadari bahw a bat as w ilayah DAS yang alami jarang sekali, bahkan t idak m ungkin, berhim pit an dengan bat as w ilayah administ rasi pemerint ahan. Sem ent ara it u luas DAS di Indonesia sangat beragam, sehingga DAS perlu dikelompokkan dengan menyesuaikan keberadaannya dalam w ilayah administ rasi pemerint ahan yang “ dom inan” yakni bagian DAS at au daerah t angkapan air dalam w ilayah kabupat en dominan, daerah t angkapan air dalam w ilayah provinsi dom inan, dan lint as provinsi. Bagian DAS dalam w ilayah adm inist rasi bisa t erdiri dari sat u at au lebih sub DAS dan at au sub-sub DAS. Dengan dem ikian perencanaan yang t ersusun akan memiliki kom pat ibilit as dengan pem bangunan w ilayah yang berangkut an. Perencanaan pengelolaan DAS lint as kabupat en dan lint as provinsi disusun unt uk jangka w akt u 15 t ahun sedangkan DAS at au bagian DAS dalam kabupat en dom inan disusun unt uk jangka w akt u lima t ahun at au rencana pembangunan jangka menengah (RPJM ).

  Dalam UU No. 32 t ahun 2004 tent ang Pemerint ahan Daerah, pasal 17 ayat (1) disebut kan bahw a hubungan dalam bidang pemanfaat an sum berdaya alam dan sum berdaya lainnya ant ara Pemerint ah dan pemerint ah daerah meliput i: (c) penyerasian lingkungan dan t at a ruang sert a rehabilit asi lahan. Pada pasal 17 ayat (2) disebut kan bahw a hubungan dalam bidang pemanfaat an sumberdaya alam dan sum berdaya lainnya ant ar pemerint ahan daerah meliput i: pelaksanaan pemanfaat an hubungan dalam bidang pemanfaat an sum berdaya alam dan sum berdaya lainnya ant ara pemerint ah dan pemerint ahan daerah m eliput i: pelaksanan pemanfaat an sum berdaya alam dan sum berdaya lainnya yang menjadi kew enangan daerah, kerjasama bagi hasil at as pemanfaat an hubungan dalam bidang pemanfaat an sumberdaya alam dan sum berdaya lainnya ant ar pemerint ahan daerah, dan pengelolaan perizinan bersama dalam pemanfaat an sum berdaya alam dan sum berdaya lainnya. Pada pasal 196 dinyat akan bahw a pelaksanaan urusan pemerint ahan yang mengakibat kan dam pak lint as daerah dikelola bersama oleh daerah t erkait melalui badan kerjasama. Apabila daerah t idak bisa melaksanakan kerjasama maka pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerint ah (pusat ). UU No. 25 t ahun 2004 pasal 33 menyebut kan bahw a gubernur menyelenggarakan koordinasi, int egrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan ant ar kabupat en/ kot a.

  Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 7 menyebut kan bahw a negara menyelenggarakan penat aan ruang unt uk sebesar-besarnya kemakm uran rakyat dengan mem berikan kew enangan penyelenggaraan penat aan ruang kepada pemerint ah dan pemerint ah daerah. Pasal 10 menyebut kan w ew enang pemerint ah daerah provinsi dalam penyelenggaraan penat aan ruang meliput i: (a) pengat uran, pembinaan, dan pengaw asan t erhadap pelaksanaan penat aan ruang w ilayah provinsi, dan kabupat en/ kot a, sert a t erhadap pelaksanaan penat aan ruang kaw asan st rat egis provinsi dan kabupat en/ kot a, (b) pelaksanaan penat aan ruang w ilayah provinsi, (c) pelaksanaan penat aan ruang kaw asan st rat egis provinsi, dan (d) kerja sama penat aan ruang ant ar provinsi dan pem fasilit asan kerja sama penat aan ruang ant ar kabupat en/ kot a. Pasal 11 ayat (1) mengamanat kan bahw a w ew enang pemerint ah daerah kabupat en/ kot a dalam penyelenggaraan penat aan ruang meliput i: (a) pengat uran, pem binaan, dan pengaw asan t erhadap pelaksanaan penat aan ruang w ilayah kabupat en/ kot a dan kaw asan st rat egis kabupat en/ kot a, (b) pelaksanaan penat aan ruang w ilayah kabupat en/ kot a, (c) pelaksanaan penat aan ruang kaw asan st rat egis kabupat en/ kot a; dan (d) kerja sama penat aan ruang ant ar kabupat en/ kot a. Pada pasal 14 Perat uran Pemerint ah No. 150 t ahun 2000, t ent ang Kerusakan Tanah Unt uk Produksi Biomassa, disebut kan bahw a gubernur melakukan pengaw asan at as pengendalian kerusakan t anah yang berdam pak at au diperkirakan berdam pak lint as kabupat en/ kot a, dan bahw a ment eri dan/ at au kepala inst ansi yang bert anggung jaw ab, melakukan pengaw asan at as pengendalian kerusakan t anah yang berdam pak at au diperkirakan berdam pak lint as provinsi.

  Hierarki perencanaan berim plikasi pada skala pet a kerja yang digunakan. Dalam PP No. 15 Tahun 2010 t ent ang Penyelenggaraan Penat aan Ruang disebut kan bahw a skala pet a unt uk t ingkat kabupat en paling sedikit 1 :

  50.000, unt uk t ingkat provinsi digunakan t ingkat ket elit ian skala minimal 1 : 250.000, dan unt uk skala nasional 1 : 1.000.000. Dengan demikian skala perencanaan pengelolaan pada t ingkat DAS at au t ingkat bagian DAS dalam w ilayah administ rasi (sub DAS) mengikut i hierarki skala ini.

B. Penselarasan W ilayah DAS dan W ilayah Administrasi Daerah

  Daerah aliran sungai (DAS), yang dipandang sebagai ekosist em t at a air dan digunakan sebagai unit pengelolaan sum berdaya alam veget asi, t anah dan air yang rasional, merupakan w ilayah darat an dengan bat as alam berupa punggung-punggung bukit sehingga t idak selalu bisa berhim pit an dengan bat as adm inist rasi pemerint ahan. Dengan demikian perbedaan bat as w ilayah t ersebut t idak perlu dipert ent angkan t et api perlu dit at a keselarasannya, agar ket erkait an ant ar w ilayah adm inist rasi dalam sat uan DAS bisa t erhubung secara serasi melalui jalinan daur hidrologi. Penggunaan DAS sebagai sat uan w ilayah pengelolaan adalah unt uk mem berikan pemahaman secara rasional dan obyekt if bahw a set iap kegiat an yang dilakukan di suat u t em pat ( on sit e ) di bagian hulu DAS mem iliki dam pak at au im plikasi di t em pat lain ( off sit e ) di bagian hilir DAS; at au sebaliknya bahw a pemanfaat an sumberdaya alam di w ilayah hilir merupakan hasil dari daerah hulu yang secara daerah ot onomi at au adm inist rasi berbeda w ilayah pengelolaannya. Jumlah DAS di Indonesia sangat banyak dengan luasan yang sangat beragam dan t erlet ak pada ham paran w ilayah administ rasi yang berada dalam sat u kabupat en, lint as kabupat en maupun lint as provinsi, bahkan lint as negara. Dalam Keput usan M ent eri Kehut anan No. 511/ M enhut - V/ 2011 t ent ang Penet apan Pet a Daerah Aliran Sungai disebut kan bahw a jum lah DAS di Indonesia meliput i 17.088 DAS dengan ukuran luas sangat beragam m ulai kurang dari 100 ha hingga lebih dari em pat jut a hekt ar. Dalam Rencana Pem bangunan Jangka M enengah (RPJM ) Tahun 2009 – 2014 dit et apkan DAS yang berada dalam kondisi krit is dan memerlukan priorit as penanganan mencakup 108 DAS (Keput usan M ent eri Kehut anan No. SK. 328/ M enhut -II/ 2009).

  Wilayah DAS t idak selalu dan bahkan t idak pernah berhimpit an dengan bat as w ilayah administ rasi pemerint ahan, akan t et api sist em perencanaan pengelolaan DAS harus memiliki kompat ibilit as at au keselarasan dengan sist em pemerint ahan daerah ot onom i, sist em perencanaan pem bangunan nasional, dan sist em t at a ruang w ilayah yang menggunakan sat uan w ilayah adm inist rasi. Dengan penselarasan ini akan bisa dicapai 2 (dua) t ujuan pengelolaan DAS, dari aspek ekonomi (produksi) dan aspek lingkungan (perlindungan) secara t erint egrasi (Brooks, et al ., 1990).

  M engingat w ilayah adm inist rasi secara alami t erhubung dalam sat uan siklus air dalam w ilayah DAS, maka w ilayah DAS dapat dibagi dalam beberapa bagian sat uan daerah t angkapan air yang paling sesuai dengan w ilayah aminist rasi. Pem bagian ini t idak m ungkin bisa t epat sama maka bagian daerah t angkapan air t ersebut dinyat akaan dalam ‘satuan daerah

  administrasi dominan’

  , m isal kabupat en dom inan. Secara kart ografis penselarasan w ilayah DAS dilakukan dengan coba-coba ( t rial and error ) dengan cara mendeliniasi bat as punggung bukit yang dim ulai dari alt ernat if beberapa t it ik luaran ( out let s) hidrologis dengan mem pert imbangkan cakupan w ilayah administ rasi. Dengan demikian berdasarkan hasil deliniasi dapat dihit ung luas daerah t angkapan air yang berada dalam sat u w ilayah kabupat en dominan. Sebagai ilust rasi adalah pem bagian w ilayah DAS Tunt ang yang merupakan DAS dalam sat u provinsi yait u Jaw a Tengah at au DAS lint as kabupat en. Dengan cara coba-coba dengan dua alt ernat if pem bagian w ilayah hasilnya sepert i disajikan pada Tabel 2. dan Gam bar 1. (Paim in, et al ., 2011). Tabel 2. Alt ernat if penselarasan bat as daerah t angkapan air dengan w ilayah kabupat en dominan di DAS Tunt ang

  No Kabupaten Sub DAS (Ha) Alternatif I Sub DAS (Ha) Alternatif II Jumlah Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir

  14

  Kabupat en Boyolali (minor) aksesnya lebih m udah ke Kabupat en Semarang (dom inan) dibandingkan ke Kabupat en Grobogan (dominan)

  a. Daerah t angkapan air yang berada di dalam w ilayah kabupat en lebih dominan dibandingkan dengan alt ernat if I b. Kem udahan komunikasi at au akses ant ara w ilayah adm inist rasi kabupat en dominan dengan w ilayah kabupat en minor; sepert i

  Berdasarkan dat a Tabel 2. maka dipilih alt ernat if II dengan pert im bangan:

  Sumber: Paimin, et al. (2011)

  25.085 Jumlah 53.334 46.312 30.394 66.926 38.032 25.082 130.040

  428 24.657

  5

25.080

  7. Demak

  14

  14

  6. Kendal

  1. Semarang 44.629

  66

  66

  66

  5. M agelang

  

4. Kot a Salat iga 4.777 4.777 4.777

  3. Boyolali 68 4.362 2.597 1.833 4.430

  424 41.914

  5.314 5.718 35.772

  2. Grobogan 3.780 32.820

  53.754

  9.125 53.754

  Gambar 1. Pet a alt ernat if penselarasan bat as daerah t angkapan air dengan w ilayah kabupat en di DAS Tunt ang. (Paim in, et al., 2011) c. Pembagian w ilayah dalam unit hidrologis t erukur Hasil penselarasan kew ilayahan sepert i Tabel 2. t erlihat bahw a secara Administ rat if dom inan DAS Tunt ang Bagian Hulu berada di Kabupat en Semarang. DAS Tunt ang Bagian Tengah berada di Kabupat en Grobogan, dan DAS Tunt ang Bagian Hilir berada di Kabupat en Demak.

  Cont oh lain adalah pembagian w ilayah DAS Progo yang merupakan w ilayah DAS lint as provinsi yakni Provinsi Jaw a Tengah dan Provinsi Daerah Ist imew a Yogyakart a (Paimin, et al ., 2009). Pembagian w ilayah dim ulai dari bat as daerah t angkapan air ant ara w ilayah provinsi, baru kemudian dilakukan deliniasi bat as daerah t angkapan air dalam kabupat en dominan, sepert i pada Tabel 3. dan Gam bar 2.

  Tabel 3. Penselarasan pem bagian w ilayah DAS Progo ant ara sat uan adm inist rasi dan daerah t angkapan air

  Bagian DAS Provinsi Kabupaten/ Kota Luas (Ha) Progo Hulu Jawa Tengah M agelang 1.619,67

  Semarang 1.289,22

Temanggung *

) 54.342,86 Wonosobo 244,36

   Luas Sub DAS Progo Hulu 57.496,12 Progo Tengah Jawa Tengah Boyolali 3.096,78

   M agelang * ) 107.838,34 Purw orejo 77,73 Semarang 923,76 Temanggung 3.555,02 Wonosobo 344,40 Kota M agelang 1.240,31 DIY Kulon Progo 2.742,18 Sleman 3.714,31

  Luas Sub DAS Progo Tengah 123.532,84 Progo Hilir DIY

   Bantul 12.609,88

Kulon Progo *

) 29.730,19 Sleman 20.158,20 Kota Yogyakarta 23,55 Jawa Tengah M agelang 72,22 Purw orejo 315,11

  Luas Sub DAS Progo Hilir 62.909,13 Total Luas DAS Progo 243.938,09 Ket erangan: * ) kabupat en dom inan Sumber : Paimin, et al. (2009) Gambar 2. Pet a penselarasan ant ara sat uan daerah t angkapan air dengan w ilayah administ rasi di DAS Progo. (Paimin, et al., 2009)

  Dengan penselarasan w ilayah alam i daerah t angkapan air dengan w ilayah adm inist rasi pemerint ahan, maka dat a sosial ekonomi budaya dan kelembagaan yang diperoleh dari inst it usi provinsi maupun kabupat en dapat didayagunakan unt uk analisis perencanaan pengelolaan DAS secara lebih obyekt if dan rasional.

C. Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS

  Daerah aliran sungai (DAS) bisa dipandang sebagai suat u sist em pengelolaan, dimana DAS memperoleh masukan ( input ) yang kem udian diproses di DAS unt uk menghasilkan luaran (out put ) (Asdak, 1995 dan Becerra, 1995). Dengan dem ikian DAS merupakan prosesor dari set iap masukan yang berupa hujan dan int ervensi manusia (manajemen) unt uk menghasilkan luaran yang berupa produksi, lim pasan dan sedimen. Daerah aliran sungai juga dapat dipandang sebagai suat u sist em ekologi yang t erdiri dari komponen-kom ponen biot ik dan abiot ik yang saling berint egrasi dalam suat u kesat uan. Hubungan ant ara berbagai komponen berlangsung dinamis unt uk memperoleh keseim bangan secara alami. Dinam ika keseim bangan t ersebut bisa menuju ke arah baik at au ke arah buruk, yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh besarnya int ervensi manusia t erhadap sum berdaya alam dan proses int eraksi alam sendiri. Oleh karena it u, dalam daerah t angkapan air at au DAS t erjadi hubungan t im bal balik ant ara sum berdaya manusia dengan sumberdaya alam yang mem pengaruhi kelest arian sum berdaya alam t ersebut . Hubungan t im bal balik ini t idak hanya set empat ( onsit e ) t et api juga di t em pat lain ( offsit e ), sehingga diperlukan sist em pengelolaan menyeluruh dari hulu sampai hilir.