PUNKS WOMEN: COUNTER CULTURE AGAINST NORMATIVE GENDER (A STUDY CASE IN CIJAMBE VILLAGE, UJUNG BERUNG)

PEREMPUAN PUNK: BUDAYA PERLAWANAN TERHADAP GENDER NORMATIF (Kasus di Desa Cijambe Ujung Berung) PUNKS WOMEN: COUNTER CULTURE AGAINST NORMATIVE GENDER (A STUDY CASE IN CIJAMBE VILLAGE, UJUNG BERUNG)

Ani Rostiyati dan Aquarini Priyatna

Peneliti Utama Balai Pelestarian dan Nilai Budaya Bandung Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung – Bandung

e-mail: anirostiyati@yahoo.com

Naskah Diterima: 14 April 2017

Naskah Direvisi: 12 Juni 2017

Naskah Disetujui: 13 September 2017

Abstrak

Punk merupakan sekelompok orang yang memiliki budaya tersendiri, berbeda dengan budaya yang lebih banyak dipraktikkan orang. Punk dicirikan sebagai bentuk budaya tanding yakni perlawanan terhadap budaya dominan. Tulisan ini bertujuan untuk mengemukakan cara perempuan punk mengidentifikasi dirinya melalui makna penampilan dan fashion yang dikenakan, sehingga terungkap ide, gagasan, dan cara pandang mereka dalam meresistensi diri dari kontruksi gender normatif . Hasil penelitian terungkap bahwa dalam estetika punk, mereka berupaya untuk menghilangkan diri dari budaya dominasi dan gender normatif yang diresepkan. Mereka keluar dari pusat patriarki dan menentang ide-ide feminitas. Penelitian ini berupa studi kasus terhadap 5 (lima) perempuan punk di Ujung berung Bandung dan dikaji secara mendalam dengan menggunakan pendekatan kualitatif utuk memperoleh data akurat, menyeluruh, dan detail mengenai makna penampilan perempuan punk. Jenis penelitian bersifat analisis deskriptif yakni menganalisis dan menyajikan fakta sehingga lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Adapun pengambilan data melalui observasi, wawancara mendalam, foto, dan studi pustaka. Kata kunci: perempuan punk, budaya perlawanan, gender normatif.

Abstract

Punk is a group of people who have their own culture, unlike the more widely practiced cultures. Punk is characterized as a form of sparring culture that is the opposition to a dominant culture. Counter culture movements are expressed in various forms of identity,such as, work, and lifestyle to show their ideology and ideals. This paper aims to reveal women punk, based on their appearance or fashion that has a symbolic meaning as a form of resistance to normative gender

that tends to be established. A dirty, dull punk, a "sneaky" behavior shows resistance against

something considered ideal. This paper also wants to find out how punk women identify themselves through the meaning of appearance and fashion, so that their ideas, and perceptions are expressed in self-respecting of normative gender constructions. The results reveal that in a punk aesthetics, they seek to remove themselves from the normative dominance culture and gender that are prescribed. They emerge from the patriarchal center and oppose the ideas of femininity. Punk women have different gender experiences and relationships with women in general, this can

be seen from gender acts (gender aesthetics). Punk women exhibit gender acts subjectively that are not subject to social rules as their identity. This research is a case study of 5 (five) punk women in the Edge of Bandung and studied in depth using qualitative approach. With a qualitative approach, it will obtain accurate, comprehensive and detailed data about the actions and the meaning behind the appearance of punk women. The type of research is descriptive

262 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 261 - 276

analysis which analyzes and presents facts systematically. Therefore, it is easier to understand and concluded. The data collection through observation, in-depth interview, photo and literature study.

Keywords: Punk Women, counter culture, and normative gender.

A. PENDAHULUAN

otoritas, dan sikap Jeans belel, asesoris rantai, tindik,

terhadap

penolakan terhadap legitimasi dari tato, rambut cat warna warni, dan sepatu

Karenanya, punk lars adalah penampilan punk yang unik.

otoritas.

menemukan ekspresi politis dalam Apalagi dikenakan oleh perempuan punk

anarkisme atau bentuk lain dari anti yang dikatakan sebagai suatu keberanian

Fashion punks ikut dalam menentang busana yang biasa

otoritas.

meramaikan dalam menyampaikan dikenakan

pikiran, kritik sosial, protes terhadap kebanyakan, yang umumnya ingin tampil

norma sosial yang diekspresikan cantik, anggun, sopan, bersih dan menarik.

penampilannya. Punk Inilah salah satu hal yang menarik

melalui

menggunakan musik dan fashion perhatian untuk dikaji lebih dalam

sebagai simbolisasi dan bentuk mengapa mereka mengenakan fashion

spektakuler dari perlawanan dan seperti itu, identitas dan gaya hidup apa

resis tensi”

yang akan mereka tampilkan sebagai Sejalan dengan apa yang diuraikan di bentuk perlawanan terhadap gender atas maka tujuan kajian ini adalah normatif. Gender normatif menurut mengemukakan cara perempuan punk Sharifah (2016: 28) adalah memperkuat mengidentifikasi dirinya melalui makna atau memaksa standar ideal dari penampilan dan fashion yang dikenakan, kemaskulinan atau kefemininan. Sebagai mulai dari baju, rambut, tata rias, dan contoh bahwa perempuan harus pintar asesoris yang dikenakan, sehingga memasak, berdandan, mengurus anak dan terungkap ide, gagasan, dan cara pandang suami atau laki-laki harus bekerja di luar, mereka dalam meresistensi diri dari ini gender normatif yang akhirnya berubah kontruksi gender normatif. Mengungkap menjadi tidak berkuasa pada dirinya bagaimana perempuan punk membangun sendiri dan di masyarakat. Tulisan ini ingin identitas dan gaya hidupnya serta membahas tentang perempuan punk yang kedudukannya terhadap dominasi laki-laki ditilik dari segi penampilannya sebagai dan budaya patriarkat. bagian

dari budaya

masyarakat.

Penampilan yang terdiri dari berbagai Komunitas punk tidak hanya terdiri dari atribut ini memiliki makna simbolis anak laki-laki. Fenomena yang saya lihat,

sebagai bentuk perlawanan terhadap anak perempuan juga termasuk di budaya dominan yang cenderung ideal. dalamnya.

Namun sedikit sekali Pakaian punk yang kotor, belel, kelakuan perempuan yang masuk dalam komunitas yang “nyeleneh” menunjukkan perlawanan punk.

terhadap sesuatu yang ideal. Menurut Ary Prasetyo Frans peneliti mandiri asal

Punk menurut Irwan Abdullah Bandung dalam suatu diskusi tentang (2006: 1999) merupakan budaya tanding

“Punk, (counter culture) yakni bentuk perlawanan Penentangan dan Politik Transnasionalisme” (2017) mengatakan dari budaya dominan. Budaya dominan

adalah jenis budaya yang menguasai bahwa: masyarakat (kelas penguasa), sedangkan

“Inti dari punk adalah tanpa budaya tanding adalah sub budaya yang kompromi dan perlawanan terhadap berada dalam posisi pinggiran (periferal). otoritas. Ini dapat dilihat dari Budaya pinggiran bisa menjadi bentuk “Fashion

Punks ”, budaya tanding ketika agen budaya tanding tantangan

Perempuan Punk… (Ani Rostiyati dan Aquarini Priyatna) 263 ini menolak untuk mengikuti gaya kelas rumah

kontrakan. Mereka tinggal yang mempraktikkan budaya dominan. mengelompok

atau bersama dan Budaya tanding memadukan dua bentuk membayar rumah kontrakan atau indekos protes yaitu penentangan terhadap nilai secara patungan, baik yang masih lajang dominan, dan struktur kekuasaan. Budaya maupun sudah menikah. Setiap malam dominan biasanya melahirkan budaya bisu, minggu atau libur dan ada even musik, budaya patuh, tunduk dan takut. Ini pola mereka keluar dan berkumpul untuk komunikasi yang diciptakan penguasa kebersamaan dan mencari kebebasan. Saat (Agger, 2014: 105). Budaya tanding seperti itu mereka tampil dengan atribut biasanya

mencoba

bersuara

untuk punknya.

menyampaikan gagasan untuk menjelaskan Secara teoritis, hasil penelitian ini identitas, pikiran, gaya hidup dan cita- memberikan sumbangan pemikiran bagi citanya. Hal ini juga dikemukakan oleh pemerintah, bagaimana upaya pembinaan, Dominic (2004: 29) bahwa budaya tanding pengembangan dan penerimaan terhadap mengacu

pada gaya hidup yang kelompok minoritas ini. Untuk melihat menyimpang dari praktik sosial yang telah identitas dan gaya hidup mereka, peneliti mapan. Budaya tanding yang terkenal menggunakan teori performativitas Judith dengan nama punk ini menunjukkan gaya Butler, identitas dari Stuart Hall, dan gaya hidup dengan penampilan yang unik.

hidup dari Suwardi.

Sebagai budaya tanding terhadap Terkait kajian tentang perempuan budaya dominan kapitalis, punk sudah punk tidak bisa dipisahkan dengan menyebar kemana-mana di seluruh identitas gendernya. Identitas menurut Hall Indonesia. Punk sebagai budaya tanding sebagaimana yang dikutip oleh Butler sifatnya kritis terhadap budaya dominan. (1990) berkaitan dengan konsepsi yang Ekspresi budaya perlawanan individual dimiliki individu tentang dirinya sendiri melahirkan budaya tanding seperti budaya dan citra diri individu itu di mata orang punk yang menolak konsumerisme dan lain. Identitas merujuk pada pertanyaan membangun kemandirian serta kebebasan.

tentang siapa perempuan punk dan Menurut Irwan Abdullah (2015: 199) bagaimana orang lain melihatnya. Identitas punk juga memiliki ciri-ciri budaya itu bukan sesuatu yang given, tetapi sebuah jalanan, karena mereka lepas menyimpang produksi yang tidak pernah final, selalu dari budaya induknya yang mapan ingin dalam proses dan dikontruksi direkontruksi mandiri dan kebebasan. Budaya jalanan dalam sistem penandaan atau representasi. bukan sekedar budaya yang timbul di Yudith Butler (1990) dalam bukunya

jalan, tetapi suatu kecenderungan sistem gender trouble mengatakan bahwa berpikir, nilai, dan praktik sosial yang identitas itu dibentuk secara performatif lepas menyimpang dari budaya induknya melalui wacana, tidak muncul by nature di yang dianggap mapan.

masyarakat atau ada sejak lahir, melainkan Penelitian ini dilakukan di Ujung dibentuk secara performativitas. Jadi Berung Bandung, tepatnya di Kelurahan identitas gender itu adalah efek yang Cijambe dengan alasan di lokasi tersebut diproduksi

individu karena banyak ditemui komunitas perempuan menampilkan secara berulang tindakan punk, bahkan menurut sejarahnya di lokasi atau praktik yang secara sosial diterima tersebut awal tumbuhnya punk di sebagai penanda identitas laki-laki atau Bandung.

oleh

perempuan.

Seorang tokoh punk terkenal di Tindakan atau praktik itu oleh Butler Bandung bernama Kimung (2012: 23) diistilahkan

sebagai gender acts . menceritakan bahwa Ujung Berung dikenal Performativitas gender menyiratkan bahwa dengan pusatnya anak punk, mereka individu membentuk identitas gendernya, tinggal secara mandiri hidup di kos atau seperti layaknya memilih baju. Untuk

264 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 261 - 276 menjadi seorang perempuan misalnya, hidup yang menyimpang dari praktik sosial

individu akan memilih baju yang secara yang sudah mapan. Perempuan punk sosial dianggap menampilkan femininitas. menempati tempat yang berbeda dalam Jadi pilihan baju, cara berjalan, bermake gender acts nya, bagaimana mereka up , bertingkah laku feminim itu bukan melepaskan diri dari dominasi budaya dan produk identitas feminim. Identitas gender

yang diresepkan. feminim diperoleh karena individu Perempuan punk adalah perempuan yang menampilkan sikap dan perilaku berulang. pergi dari pusat patriarkal untuk mencari Buttler mengatakan bahwa gender acts kebebasan dan kemandirian. tersebut tidak diinternalisasi oleh tubuh,

normatif

Gaya hidup (Hasan, 2011: 221) tetapi dilekatkan atau ditorehkan pada adalah

cara individu tubuh.

suatu

mengekspresikan atau mengaktualisasikan Oleh karena itu menurut Buttler kebiasaan, cita-cita, hobi, opini dan lain gender tidak lebih dari a corporeal style

sebagainya, dengan lingkungannya melalui (segala sesuatu yang melekat pada fisik cara unik yang menyimbolkan status dan tubuh) yang bertahan secara sosial, karena peran. Gaya hidup bisa dijadikan jendela jika

individu tidak menampilkan dan kepribadian. Tiap individu berhak gendernya secara ”benar” maka mereka punya gaya hidup mana yang dijalani akan ”dihukum” oleh masyarakat. Individu seperti gaya hidup mewah, sederhana,

dalam hal ini, memang bisa memilih untuk termasuk gaya hidup punk yang anti menampilkan gender acts-nya, namun kemapanan dan kebebasan. pilihan itu sudah disediakan oleh norma

Menurut Vicous seperti yang dikutip yang disepakati secara sosial atau oleh Sandi Suwardi Hasan (2011), masyarakat. Norma sosial ini membatasi mengkaji punk tidak lepas dari 4 (empat) individu

dalam mengkontruksi faktor yakni musik, fashion (penampilan), identitasnya. Jadi norma sosial inilah yang tempat tongkrongan, dan ideologi atau mengikat

untuk cara pandang. Untuk membatasi masalah, menampilkan gender acts nya. Buttler dalam kajian ini hanya membatasi gaya mengatakan hal ini sebagai gender penampilan atau fashion saja yang normatif yakni norma sosial yang tercermin dari pakaian, asesoris yang memperkuat atau memaksa standar ideal dipakai, tata rias muka dan rambut, sepatu, dari kemaskulinan atau kefeminiman.

individu

tersebut

tindik dan tato.

Namun, menurut Buttler juga

menyebutkan bahwa agensi individu tidak B. METODE PENELITIAN

sepenuhnya tunduk atau dibatasi oleh Penelitian ini merupakan studi kasus norma-norma

tersebut, karena terhadap 5 (lima) perempuan punk yang performativitas itu melibatkan reiterated diteliti secara mendalam dan menggunakan practices yaitu proses repetisi gender acts pendekatan kualitatif. Adapun pendekatan yang dilakukan oleh individu. Ketika kualitatif digunakan untuk menganalisis melakukan repetisi tersebut, individu bisa terhadap

dinamika hubungan juga melakukan modifikasi radikal atau antarfenomena yang diamati dengan menampilkan gender acts tersebut secara menggunakan logika ilmiah. Pendekatan subversif untuk menggoyang prinsip kualitatif ini menekankan data-data yang gender yang diterima secara sosial, bersifat gagasan, ide, nilai-nilai, dan meskipun bisa jadi ”dihukum” oleh pikiran yang tidak bisa diukur dengan

masyarakat. Perempuan punk sebagai angka (Miharja, 2012: 12). Pendekatan ini contoh bagaimana melakukan perlawanan dilakukan

usaha menjawab terhadap

pada

yang pertanyaan melalui cara berfikir formal diekspresikan melalui performativitas dan argumentatif. Bila dilihat dari gender yang membentuk identitas dan gaya kedalaman analisisnya,

gender

normatif,

maka jenis

Perempuan Punk… (Ani Rostiyati dan Aquarini Priyatna) 265 penelitian bersifat analisis deskriptif yakni mengetahuinya. Sayangnya dalam tulisan

menganalisis dan menyajikan fakta secara Andre Palebangan Bana ini hanya meneliti sistematik sehingga dapat lebih mudah anak punk secara umum yang sebagian untuk

disimpulkan. besar punk laki-laki, perempuan punk Penelitian deskriptif menggambarkan dilihat sepintas hanya sebagai pacar punk secara sistematik dan akurat mengenai laki-laki, yang disebut dengan istilah populasi atau bidang tertentu, dalam hal ini betina punk. Sebutan betina ini sangat punk perempuan di Ujung Berung kasar dan merendahkan kaum perempuan, Bandung. Adapun pengambilan data perempuan punk hanya dianggap sebagai melalui observasi, wawancara mendalam objek laki-laki. pada kelima informan, bagaimana mereka

dipahami

dan

Penelitian juga dilakukan oleh Ricky mengidentifikasi dirinya sebagai punk, Sihombing (2009), sebuah tesis S2 STKS bagaimana

asesoris Bandung dengan judul penelitian tentang berkontribusi terhadap identitasnya, ”Tanggapan

fashion

dan

Masyarakat Terhadap dan bagaimana perempuan punk Perilaku Budaya Anak Punk di Kota meresistensi

konstruksi gender Medan”. Hasil penelitian menemukan normatif.

bahwa

besar masyarakat berpendapat bahwa perilaku budaya anak

sebagian

Tinjauan Pustaka

punk dinilai kurang menarik dan terkesan Beberapa hasil

besar responden dikemukakan

bacaan akan negatif.

Sebagian

perilaku punk itu pembanding dan tinjauan pustaka untuk menyimpang dan budaya yang diadopsi mengetahui sejauh mana tulisan tentang oleh anak punk berbeda dengan budaya perempuan punk ini pernah ditulis dan yang ada pada masyarakat Indonesia pada dikaji. Agar tidak terjadi penulisan ulang umumnya. Budaya anak punk adalah dan benar-benar yang ditulis adalah budaya jalanan seperti halnya anak jalanan, sesuatu yang baru belum pernah dikaji dan yang dianggap menyimpang dari norma memberi manfaat pada pemerintah dan masyarakat. Punk dianggap sebagai masyarakat.

berikut

ini

sebagai menganggap

budaya perlawanan terhadap budaya Komunitas punk banyak ditemui di dominan

cenderung mapan. Ujung Berung Bandung, bahkan menurut Dikatakan dalam penelitian ini bahwa

yang

sejarah di lokasi tersebut awal tumbuhnya perempuan punk yang tergabung dalam punk di Bandung. Tulisan Andre komunitas punk ini sangat sedikit, namun Palebangan Bana (2007) dalam bukunya

merupakan gerakan perempuan yang ingin berjudul ”Catatan Kecil Punk Ujung lepas dari dominasi laki-laki. Hal ini Berung”, melakukan penelitian tentang ditunjukkan dengan keinginan mereka

profil komunitas punk di Ujung Berung membuat film tentang kekerasan terhadap Bandung, meneliti tentang awal mulanya anak perempuan, perkosaan, dan isu terbentuk komunitas punk, faktor yang tentang perempuan. melatarbelakangi

Penelitian yang serupa dilakukan oleh aktivitas punk, dan interaksi punk dengan Harry Setiawan Burhan (2014) dalam punk dan di luar kelompok punk. Hasil skripsinya di STKS, tentang penerimaan penelitian menunjukkan bahwa komunitas masyarakat terhadap komunitas punk di punk menganut ideologi anarkisme dan Aceh.

komunitas punk,

penelitiannya adalah menganut etika do it your self (dikerjakan menggambarkan bahwa masyarakat tidak

Hasil

sendiri). bisa sepenuhnya menerima komunitas Penelitian ini juga menunjukkan punk, dengan alasan tidak sesuai dengan aktivitas komunitas punk baik dari segi norma masyarakat dan agama di Aceh, positif maupun negatif yang kebanyakan apalagi perempuan punk. Perempuan punk masyarakat

pada

umumnya

tidak yang berpenampilan aneh cenderung

266 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 261 - 276 urakan sama sekali tidak diterima dalam berjudul “Ujung Berung Rebels, Panceg

pandangan masyarakat Aceh, karena Dina Galur ”, memberi inspiratif untuk dianggap melanggar norma agama dan menulis perempuan punk. Tulisan tersebut sosial yang dilekatkan pada perempuan mengupas tentang musik anak punk yang yang harus berpenampilan sesuai kaidah bernama Rebels, sebuah musik rock agama Islam yang harus menutup aurat. legendaris yang merupakan cikal bakal Dalam penelitian tersebut sangat menarik musik punk di Bandung. Musik adalah karena Aceh adalah kota agamis yang nafas dan sarana anak punk untuk cukup ketat menjalankan syariat Islam. menyuarakan aspirasinya, melalui musik Aturan Islam memberi nafas kehidupan mereka berkreasi dan ada pesan-pesan masyarakat Aceh, namun masih ada yang disampaikan pada pemerintah dan perempuan yang masuk kelompok punk.

masyarakat. Dalam kelompok musik punk Penelitian lain yang agak berbeda, ini, memang sebagian besar adalah punk tentang harga diri (self-esteem) komunitas laki-laki. Posisi perempuan punk di sini punk dilakukan oleh Andria Yogatama hanya sebagai pacar punk laki-laki. Dunia (2013) dalam skripsinya di STKS, melihat musik memang tidak terlepas dari punk dari sudut pandang ilmu psikologi. minuman keras, obat, rokok, dan Penelitian ini tentang harga diri yang perempuan. Sebelum pentas mereka dimiliki anggota punk dari aspek kekuatan menggunakan obat sebagai dopping dan (power),

keberartian (significant), sesudah pentas mereka merayakan dengan kebajikan (virtue), dan kemampuan perempuan

minuman keras. (competence).

dan

sebagai asesoris menunjukkan bahwa anggota komunitas pelengkap dalam kehidupan punk laki-laki. punk ternyata memiliki harga diri tinggi, Ganti-ganti pasangan adalah hal yang dengan etos kerja tinggi, mandiri, dan biasa. kegiatan yang dilakukan juga positif,

Hasil

penelitian Perempuan

punk

Apa yang sudah dibaca dari beberapa hanya saja masyarakat umumnya tidak tulisan di atas adalah lebih banyak mengetahui yang mengakibatkan adanya mengupas atau meneliti komunitas punk stigma (ciri negatif). Kajian ini melihat secara

Padahal fenomena sisi positif anak punk yang memiliki perempuan punk ini perlu dikaji karena kreativitas tinggi di bidang seni yakni mereka tidak bisa diterima oleh norma musik, menciptakan kaos dan asesoris sosial masyarakat dan agama. Namun yang dijual di distro, seni tato dan lain disisi lain mereka ingin diakui identitasnya sebagainya. Kajian ini juga menyoroti dengan melakukan gaya hidup dan busana punk yang sudah menjadi trend penampilan yang berbeda, melakukan setter atau fashion ala punk mulai dari gerakan perempuan, ingin keluar dari pusat baju, jaket, sepatu, dan celana jeans. patriarkat meskipun tetap saja berada di Penampilan

umum.

baju perempuan punk bawah dominasi laki-laki. Sebutan kata dijadikan model yang bisa digunakan oleh betina bagi perempuan punk sangat kasar kaum remaja perempuan. ideologi punk dan merendahkan kaum perempuan, yang mulai terkikis oleh budaya kapitalis yang hanya dijadikan objek sex bagi laki-laki. mengadopsi budaya punk untuk dijual Fenomena yang tidak kalah menarik sehingga mengaburkan ideologi punk itu adalah busana perempuan punk jadi trend sendiri. Banyak remaja perempuan setter fashion bagi remaja perempuan. menggunakan busana ala punk hanya

Hubungan tulisan yang sudah sekedar ikut-ikutan tapi tidak tahu ideologi dilakukan tersebut dengan tulisan yang punk. Hal ini mengikis ideologi punk akan saya lakukan ini adalah ingin secara pelan-pelan.

melengkapi data perempuan punk tentang Sebuah buku tebal tulisan Kimung identitas dan gaya hidup perempuan punk, pada tahun 2012 tentang punk yang barangkali bisa menjawab siapa dan

Perempuan Punk… (Ani Rostiyati dan Aquarini Priyatna) 267 bagaimana perempuan punk ini. Beberapa bekerja di perusahaan tapi prosentasenya

bahan bacaan lebih banyak mengungkap kecil seperti pegawai toko dan pabrik. komunitas Punk, namun minim tulisan Setiap malam minggu atau libur dan ada secara khusus tentang perempuan punk, even musik, mereka keluar dan berkumpul padahal mereka memiliki gaya penampilan untuk kebersamaan dan mencari kebebasan tersendiri.

seperti di cafe, alun-alun, perempatan jalan, dan lapangan terbuka.

C. HASIL DAN BAHASAN

Punk pertama kali muncul di

1.Komunitas Punk Ujung Berung

Inggris pada tahun 1970 (Suwardi, 2011: Komunitas punk banyak ditemui di Ujung 224), berawal dari kumpulan anak muda di Berung Bandung, bahkan menurut sejarah London. Kelompok ini kebanyakan dari di lokasi tersebut awal tumbuhnya punk di anak-anak kelas pekerja yang sudah Bandung. Ujung Berung sangat padat terbiasa dengan kerasnya kehidupan di penduduknya dan cukup ramai, karena London, dengan penampilan yang lusuh, kawasan ini tidak terlalu jauh dari pusat sepatu boots, rantai, spike, jaket kulit, dan kota. Tipikal masyarakat agraris dan celana jeans yang ketat dan komunitas ditunjang dengan kedekatan Ujung Berung punk ini lebih sering di jalan. Pertengahan dengan pusat pemerintahan membuat tahun 1970, salah satu anggota punk

kawasan ini kaya akan potensi kesenian. mempunyai inisiatif untuk membuat Tercatat puluhan seni tradisional yang sebuah group band, karena mereka hadir di Ujung Berung antara lain seni beranggapan

dengan musik bisa benjang yang sangat terkenal di Bandung, menyampaikan suara-suara perlawanan kuda lumping, kecapi suling, angklung, terhadap pemerintah Inggris saat itu. pencak silat, dan lain-lain.

Group band ini bernama Sex-Pistols yang Lalu satu seni muncul berkembang di didirikan oleh Sid Vicous. Tahun 1980, tahun 1980-an adalah musik metal punk mulai merambah Amerika Serikat underground yang sangat digandrungi dan bermunculan aliran punk yang lain kaum muda untuk menyampaikan hasrat seperti punk rock dan punk hardcore, akan ketidakpuasan

terhadap pemerintah tetapi mereka tetap memegang teguh melalui lirik musik. Menurut Kimung ( ideologi anarkisme dan anti pemerintah. 2012: 23). Ujung Berung Rebels adalah Punk rock dikenal lebih urakan dengan grup musik rock terkenal yang memiliki busana yang lusuh robek dan rambut gaya ciri atribut sendiri layaknya sebuah mohawk . komunitas punk yang memiliki label

Tahun 1990 punk mulai masuk ke rekaman sendiri, fashion, bahasa prokem Indonesia dan punk masuk di Bandung atau slang , jaringan distribusi, dan jauh melalui akses kaset, CD, dan internet. Di dari tangan kapitalis yang mengeksploitasi Indonesia,

dianggap sebagai mereka. Prin sip “do it your self” dan dekat gerombolan remaja berperilaku nyeleneh dengan true spirit melahirkan budaya atau sekedar group band yang vokalisnya perlawanan terhadap budaya dominan.

punk

tidak jelas. Demikian pula di Bandung, Pada akhirnya Ujung Berung tepatnya di Ujung Berung terdapat sekarang, tumbuh komunitas punk yang komunitas punk, mereka membentuk tersebar di berbagai kelurahan di Ujung group band bernama Rebels yang cukup Berung, mereka tinggal dengan menyewa dikenal di Bandung. Anggota punk di rumah atau indekos seperti di daerah Ujung Berung sebagian besar adalah laki- Cilengkrang, Cigending, dan Gunung laki, barangkali dunia punk adalah dunia Sembung. Kehidupan sehari-hari bekerja yang keras, cenderung brutal, bebas, dekat di sektor informal, mengamen, membuat dengan narkoba, lusuh, dan stigma lainnya sablon baju, berdagang atribut punk (kaos, sehingga perempuan enggan ikut dalam bandana, asesoris), tapi ada juga yang komunitas punk tersebut. Oleh karena itu

268 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 261 - 276 tidak banyak perempuan yang masuk

Itu pandangan umum laki-laki dalam komunitas punk, karena pada terhadap perempuan yang dianggap gender umumnya perempuan senang dengan normatif di bidang penampilan, fashion keindahan, kebersihan, kecantikan, dengan (termasuk clothing dan aksesoris) dan tata berpenampilan elegan, tidak seronok, dan rias muka maupun rambut. Perempuan terlihat feminim.

punk melawan pandangan umum tersebut, Secara sosial, perempuan sering karena mereka memiliki gaya hidup atau diposisikan sebagai objek dan atraktif style penampilan yang memiliki fungsi dan tidaknya seorang perempuan menjadi simbol tertentu. Menurut Irwan Abdullah sangat tergantung pada definisi yang (2006: 102) sebagaimana yang dikatakan ditetapkan oleh laki-laki. Perempuan oleh George Simmel, mengatakan bahwa cenderung menjadikan tubuhnya sendiri ide fashion didasarkan pada suatu prestise sebagai objek untuk mencapai kategori dan

kelompok. Fashion atraktif

identitas

menarik, dipandang sebagai mode, apabila telah langsing, manis atau putih. Perempuan diadopsi

semacam

cantik,

dan diterima sekelompok diajak untuk selalu melakukan observasi masyarakat untuk meningkatkan prestise terhadap tubuhnya sendiri dan memastikan dan membentuk identitas kelompok. Mode bahwa mereka melakukan hal yang tepat dianggap sebagai suatu gaya hidup atau seperti yang diharapkan dan diangankan style yang memiliki fungsi dan simbol oleh kaum laki-laki. Industri kecantikan masyarakat tertentu. Demikian pula dan fashion sering mengajak perempuan kelompok perempuan punk memiliki untuk menikmati proses observasi dan olah fashion sendiri untuk membentuk identitas tubuhya sebagai objek fetish (sesuatu kelompoknya. untuk memuaskan hasrat). Perempuan diajak untuk menikmati dan bangga

2. Lima Perempuan Punk di Ujung

dengan posisinya sebagai objek tatapan,

Berung

ketika banyak mata menatap kagum pada Hasil wawancara terhadap lima penampilan. Sebuah survei dilakukan perempuan punk di Ujung Berung, oleh Majalah Redbook terhadap 100 orang mengatakan bahwa mereka menjadi punk laki-laki. Survei tersebut meminta laki-laki karena pergaulan teman, perceraian orang untuk memberikan penilaian terhadap cara tua, ekonomi keluarga, dan lingkungan berpenampilan perempuan. Sebagian besar

atau pergaulan yang mempengaruhi laki-laki tertarik saat melihat perempuan mereka memilih gaya hidup punk. Mereka yang menggunakan busana kasual kaus nyaman dengan hidup yang dijalani, atau tank top putih dengan celana jeans. mandiri, tidak peduli dengan kritikan Tertarik busana yang memperlihatkan orang, dan bebas berekspresi melalui seni lekuk tubuh perempuan yang identik atau hasil karya yang dibuat sendiri (kaos, dengan bentuk tubuh yang indah. musik, dan tato) serta melakukan kritik Perempuan berdandan tipis dan natural sosial pada pemerintah. Pengaruh musik justru bisa membuat laki-laki merasa dan ideologi punk menjadikan perempuan penasaran dan membuat perempuan tidak punk ini lebih berani, kuat, dan mandiri. membosankan untuk dilihat. Laki-laki juga

Kelima perempuan punk Ujung menyukai perempuan yang tampil dan Berung ini semua mengatakan bahwa dandan dengan terlihat sedikit berantakan mereka tidak diterima di lingkungan tapi sexy. Memang pada dasarnya keluarganya,

bahkan orang tuanya perempuan diciptakan dengan kelembutan mengusir dan menganggap bukan anaknya. dan keindahan, laki-laki mengatakan Keluarga tidak mengakui dan merasa malu bahwa sangat senang bila melihat punya anak seperti mereka. Masyarakat perempuan yang memakai pakaian girly, sekitar juga tidak menerima perilaku dan rambut ikal, panjang dan hitam.

penampilan mereka yang dianggap kotor,

Perempuan Punk… (Ani Rostiyati dan Aquarini Priyatna) 269 kucel, tidak umum, pembuat onar, ekonomi, tidak mau belajar lebih senang

pemabuk dan stigma lainnya. Namun, hidup bebas, mau mandiri, ikut teman mereka tidak peduli dan tidak ambil punk, dikucilkan keluarga dan orang tua. pusing, prinsipnya asal tidak merugikan Mereka berusia antara 15 sampai 25 tahun, dan mengganggu orang lain, maka tetap usia muda bahkan ada yang masih belasan menjalani

kehidupannya. Kelima tahun yang harusnya masih duduk di perempuan punk ini tinggal berdekatan bangku sekolah. Salah pergaulan dan dengan menyewa kamar atau kos di daerah kurangnya perhatian orang tua, merupakan Cijambe

awalnya faktor utama mereka tidak melanjutkan kelompok kecil ini merintis kegiatan sekolah dan masuk komunitas punk. Masa menyablon kaos punk lalu ikut kelompok remaja merupakan masa

Ujung

Berung,

pencarian musik punk sebagai suporter jika musik ini identitas, dan pada masa itu pengaruh pentas. Musik dianggap sebagai media teman sangat kuat. Masa remaja lebih mereka untuk berkumpul, berekspresi, dan banyak berada di luar rumah bersama menyuarakan ideologi mereka tentang temannya atau kelompoknya, sehingga kebebasan dan kritik sosial. Bagi mereka, pengaruh teman sebayanya ini sangat kuat komunitas punk adalah orang mandiri, dan lebih besar daripada keluarganya. gigih, dan kreatif, itu sebabnya mereka

penelitian ini hidup mandiri lepas dari orang tua dan melibatkan lima informan perempuan bekerja apa saja untuk menyambung hidup. punk, yang dipilih berdasarkan sejauhmana Seperti filosofinya do it yourself adalah mereka mengerti dan terlibat langsung filosofi punk, hidup mandiri lepas dari dengan objek penelitian, yakni bagaimana orang tua dan mengerjakan sendiri semua mereka mengekspresikan penampilannya hal seperti membuat baju, topi, tas, tato, sebagai identitas dan gaya hidupnya. tindik, dan lain-lain.

Demikianlah

Tinggal di rumah kontrakan kecil

a. Icha

atau indekos dan tempat mangkal anak Dalam hal penampilan, perempuan punk, sering mendapat cibiran dan punk mempunyai gaya hidup tersendiri, penolakan dari masyarakat. Memang sebut saja Icha gadis berusia 18 tahun ini diakui ada orang yang berpenampilan punk memilih pakaian atau asesoris yang sering melakukan tindakan kriminal dan nyaman dipakai, tidak tergantung dengan mabuk, ini mengakibatkan adanya stigma tren

sekarang dan ingin dari masyarakat. Banyak orang yang mengekspresikan gaya yang berbeda bergaya

mode

tapi dengan orang lain. Meskipun Icha menyalahgunakan dandanan punk ini menggunakan asesoris punk dan warna untuk bertindak kriminal, seperti mabuk, rambut mencolok. Namun ia tidak ngompas , dan kriminal lainnya. Menurut mengharuskan tampilannya selalu seperti kelima informan ini, mereka tidak pernah itu, ia mengkombinasikan dengan berbagai melakukan kriminal, hanya menegak asesoris lainya agar terlihat nyaman minuman keras tapi tidak sampai mabuk dipakai dan tidak berlebihan. Hanya saat dan mengamuk. Minuman keras yang tertentu jika ada pentas musik mereka dikonsumsi memiliki kadar alkohol rendah memakai pakaian gaya punk . Icha adalah hanya untuk hiburan, tidak sampai perempuan yang memberontak dan ingin memabukkan. Minuman keras dibeli bebas untuk berekspresi. Icha berasal dari secara patungan dan diminum bersama keluarga yang tidak utuh, bapaknya pada saat mereka lagi santai dan meninggal dunia dan ibunya menikah lagi, berkumpul bersama.

seperti

punk

sejak kecil ikut neneknya karena Dilihat dari tingkat pendidikan, ke orangtuanya berpisah. Icha mengenal punk lima informan hanya lulus SLTP dan tidak sejak bangku SMP dari pergaulan melanjutkan ke SLTA, karena alasan temannya. Kehidupannya yang memilih

270 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 261 - 276 untuk bergaya hidup punk mengalir sesama punk sangat tinggi, mereka saling

dengan sendirinya tanpa direncanakan. bantu dan menolong jika ada teman yang Menurutnya bergaya hidup punk adalah sakit atau mengalami musibah. suatu kebebasan dan pemberontakan untuk berekspresi. Icha merasa nyaman dan senang berpakaian punk seperti itu, seperti yang dikatakan sebagai berikut:

”dengan berpakaian punk ada rasa percaya diri (pede), timbul kekuatan dan semangat. Rasanya seperti bebas, seperti punk laki-laki. Kalau laki-laki mampu kenapa perempuan tidak. Gua juga bisa dan berani kok berpakaian punk.”

Cara berpakaian seperti itu, tentu saja

Gambar 1. Icha, Punk Ujung Berung

sering mendapat cibiran, oleh masyarakat

Sumber: Ani, 2017.

dianggap aneh dan suatu ancaman. Saat

masyarakat bertemu dengan mereka selalu

b. Rita

Icha ada Rita yang negatif. Sikap masyarakat ini ditanggapi berpenampilan lebih berani yakni gaya

memalingkan muka dan memandang

Selain

oleh Icha sebagai hal yang biasa tidak rambut mohawk pada saat ada even perlu dipermasalahkan dan tidak ambil tertentu misalnya ada pertunjukan musik pusing. Seperti penuturan Icha berikut ini :

band , tapi dalam keseharian menggunakan ”Masyarakat dan tetangga sering pakaian sederhana dan rambut biasa.

menganggap rendah penampilannya, Menurutnya punk memang identik dengan kucel, kotor, bau, dan aneh. rambut mohawk, tapi seiring berjalannya Memang pakaiannya kadang dipakai waktu tidak dipakai lagi karena agak repot beberapa hari, tidak ganti atau bagi perempuan. Biasanya laki-laki punk dicuci. Apalagi sering duduk dan yang sering menggunakan model rambut tiduran di jalan atau emperan toko, mohawk . Ketertarikan gaya hidup punk jadi cepat kotor dan bau. Tapi saya terletak pada kebebasan dalam bermusik, gak peduli cibiran orang. ”

pola pikir dan gaya yang menurutnya Icha, akhirnya keluar dari rumah nyaman. Rita yang berusia 23 tahun ini

dan menikah muda dengan teman laki-laki tipe perempuan yang mandiri tidak suka punk juga. Mereka hidup dengan diatur dan diperintah orang lain. Demikian mengontrak satu kamar di Ujung Berung pula dalam berpenampilan, Rita sangat dengan harga 200 ribu rupiah per bulan. berani tampil beda yakni mengubah Untuk hidup sehari-hari mereka mencari rambutnya bergaya mohawk dan dicat makan dengan mengamen di perempatan warna warni. Menurutnya punk adalah jalan Ujung Berung. Hanya malam minggu paham kebebasan untuk berekspresi dan dan liburan mereka berkumpul dengan lebih berani asal tidak merugikan orang sesama punk. Minuman keras dan merokok lain. Kebebasan yang dianutnya asal adalah hal yang tidak bisa dipisahkan bertanggung jawab untuk diri sendiri dan komunitas punk. Harga sebotol minuman menghasilkan kreativitas. Tapi itu dahulu, keras 50 ribu rupiah yang dibeli dengan sekarang model rambut mohawk tidak lagi iuran bersama temannya. Menurutnya digunakan oleh kaum perempuan punk, tidak sampai mabuk, karena dia harus alasannya cukup sulit dan memakan waktu bekerja

uang. lama. Sebagai gantinya rambut hanya di Kalaupun mabuk, maka ditolong temannya cat warna warni dan menggunakan diantar ke tempat kontrakan. Solidaritas kalung, anting, ikat pinggang logam

mengamen

mencari

sebagai asesorisnya. Asesoris logam

Perempuan Punk… (Ani Rostiyati dan Aquarini Priyatna) 271 merupakan simbol kejantanan dan jika dan identitas diri yang lebih spesifik dan

dikenakan perempuan dianggap macho. merupakan simbol perjalanan hidup yang Adapun sepatu booth yang dikenakan dituangkan di media kulit berbentuk bayi adalah simbol ketahanan diri bagi seorang bersayap. Katanya pernah memiliki anak punk. Sepatu booth biasa digunakan tapi meninggal dunia saat melahirkan dan pekerja proyek dan kaum buruh untuk suaminya pergi begitu saja. Selain tato, bekerja keras, berjalan di lumpur, becek, Cessa memakai celak alis dan mata sebagai air, api dan lain sebagainya. Jadi sepatu pelengkap identitas punk. Tato bagi Cessa booth dianggap sebagai simbol ketahanan buka hanya sekedar seni saja tapi memiliki diri seseorang dari segala gangguan dan makna yang menceritakan kisah hidupnya mara bahaya.

dan dia itu pribadi seperti apa. Seperti yang Cat rambut warna-warni memang diungkapkan Cessa berikut ini: menjadi kekhasan bagi perempuan punk,

”Kalau untuk saya sih tato itu mereka

menceritakan kisah hidup saya dan bergantian dengan temannya. Hanya perlu

saya ini pribadi seperti apa. Tato uang Rp 20.000,00 untuk membeli cat

memiliki aturan tertentu, kalau tatto rambut dengan warna kesukaannya,

kanan tangan harus biasanya berwarna kuning keemasan.

sebelah

bergambar baik karena berepengaruh Untuk memotong rambut juga dilakukan

pada pola hidup yang baik misalnya sendiri, mereka tidak mau pergi ke salon

bunga, malaikat, dewi dan sebelah sesuai filosofinya mandiri dan semua harus

kiri bisa bergambar jelek misalnya dikerjakan sendiri bersama temannya.

serigala, iblis, setan, serigala.” Seperti yang diungkapkan Rita berikut ini:

Tato biasanya dilakukan di tempat ”Dengan ngumpul bareng, kita sering komunitasnya jadi tidak membayar, namun

ngecat dan motong rambut bergantian. Gak ada juga dilakukan di luar komunitas pernah pergi ke salon, paling beli peacok dengan cara membayar. Perhitungannya pewarna rambut harga 20 ribu. Rambut di adalah per centimeter Rp 20.000,00 sampai cat sebulan sekali, biar terlihat lebih modis Rp30.000,00 tergantung dari tingkat dan gaya. Kalo rambutnya hitam kesannya kesulitannya. Misalnya panjang 10 cm dan kurang keren dan tidak pede.”

lebar 15 cm, maka menjadi 25 cm, sehingga harga yang harus dibayarkan Rp 500.000,00. Bagi Cessa, tato memiliki makna tersendiri seperti yang diceritakan berikut ini:

” Tulisan Carnesia yang ada di tangan kanan ini adalah nama anak saya yang selalu menemani dan membawa keberuntungan buat saya. Sedangkan gambar serigala di tangan kiri saya menggambarkan

saya seorang

Gambar 2. Rita, dengan Cat Rambut

pemberani siap berperang melawan

Sumber: Ani, 2017.

musuh paling depan, karena hewan jenis anjing ini garang pemberani tapi

c. Cessa

Informan lain adalah Cessa. Wanita sangat setia. Adapun kalung di serigala ini merupakan kalung Indian sebagai

yang menikah dan punya satu anak ini adalah informan yang paling berani dan

tanda pengusir mimpi buruk dan lebih mementingkan diri sendiri. Cessa

membawa keberuntungan. Namun ada juga pantangan gambar bunga, bagi

punya tato dan tindik di hidung untuk menonjolkan bahwa dia seorang punk.

seorang perempuan disarankan jangan Tato dimaknai sebagai suatu karya seni

disebelah kanan, karena kalau tidak

272 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 261 - 276 kuat menjaga dirinya maka dia bisa maka sering membolos sekolah dan

menjadi liar tidak terkendali. Tato itu mendapat marah orang tuanya. Lalu diusir berpen garuh pada hidup seseorang”.

dari rumah dan kini hidup bersama Tatto, bagi komunitas punk memiliki neneknya yang tetap memberi kasih aturan dan makna tersendiri. Tidak sayang. Baginya dunia sekolah sangat sembarangan melukis dan meletakkan tato membosankan dan tidak bebas, banyak di tangan atau kaki karena tato kegiatan dan aturan, sehingga Zizi memilih berpengaruh pada hidup seseorang. punk sebagai pelarian untuk mencari Sebelah kanan harus lukisan yang baik dan kebebasan. Meskipun masih sekolah, tapi sebelah kiri bisa lukisan jelek. Namun ada Zizi sudah tidak merasa nyaman dan jika pantangan juga jika bunga sebaiknya sewaktu-waktu dikeluarkan dari sekolah dilukis tidak sebelah kanan, karena ada sudah siap. Teguran dan marah sering kepercayaan jika tidak kuat menjaga didapat dari gurunya, tapi Zizi tetap dirinya maka menjadi liar dan binal. membandel bahkan sekarang sudah Sebaliknya tato dipercaya membawa memakai tindik di lidah dan gusi. Di berkah keselamatan dan merupakan kalangan komunitas punk, melakukan gambaran pribadi pemiliknya. Sebagai tindik di gusi dan lidah adalah suatu contoh serigala sebagai simbol hewan setia keberanian untuk menahan rasa sakit. sekaligus pemberani melawan musuh di Degan alat sederhana yakni sebuah jarum garis depan, artinya perempuan punk ini dibakar agar steril, lalu ditusukkan begitu berani

melawan ketidakadilan dan saja di kulit. Awalnya sakit bengkak diskriminasi serta dominasi yang dilakukan selama 2 atau 3 hari, lalu lama-lama oleh para lelaki dan pemerintah yang sembuh dan tidak merasakan sakit. zalim.

Keberanian mereka melakukan tindik ini dianggap sebagai simbol kuat menahan rasa sakit. Hidup di dunia ini sangat keras, itu sebabnya mereka harus kuat menahan rasa sakit baik yang disebabkan oleh ekonomi, sosial budaya dan politik.

Selain di mulut dan gusi, tindik bisa dilakukan di mana saja seperti hidung, telinga, pusar, bahkan di kelamin. Menurut pengakuan informan, seorang temannya punya tindik di alat kelaminnya, ini merupakan simbol seksualitas mereka. Namun hal ini jarang dilakukan, mereka lebih banyak menindik di telinga dengan lubang yang makin lama makin besar. Caranya, telinga yang sudah ditindik diberi

sedotan kecil dan lama kelamaan lubang

Gambar 3. Cessa, dengan Tato

itu membesar dan diberi dengan uang

Sumber: Ani, 2017.

logam. Berikut ini diungkapkan oleh Zizi yang memiliki tindik di mulut, dan gusi.

d. Zizi

coba-coba untuk Zizi, gadis belia berusia 15 tahun ini

”Awalnya

menindik di hidung dan telinga. baru duduk di bangku SMP kelas 2. Baru

Lalu kena marah guru di sekolah. setahun bergabung menjadi komunitas

kelihatan, maka punk bersama dengan pacarnya yang

Agar

tidak

menindik di lidah dan gusi. Lagipula masih duduk di bangku SMA. Alasan ikut

menindik di hidung dan telinga punk adalah karena ikut-ikutan temannya,

sudah biasa dilakukan orang, tapi lama kelamaan dirasa hidup enak bebas

Perempuan Punk… (Ani Rostiyati dan Aquarini Priyatna) 273 kalau dilakukan di lidah dan gusi mulus dan ada godaan, itu sebabnya

lebih keren. Tidak semua orang mau mereka harus kuat dan tidak takut hidup menindik di lidah dan gusi, karena susah sakit dan bahaya. Semua itu harus takut sakit dan bahaya. Ku sih gak dihadapi dengan ikhlas, sabar dan kuat. takut, karena pacar juga menindik di lidah dan gusinya gak terjadi apa- apa. Paling sakit dikit gak mau makan. Menindik dilakukan sendiri sama pacar, dengan jarum yang udah dibakar, katanya biar steril. Serem sih yang melihatnya, tapi setelah itu biasa saja tuh.”

Selain di gusi dan lidah, tindik dilakukan di telinga dan biasanya oleh punk laki-laki. Tindik telinga dilakukan

dengan cara yang

sama

yakni

menggunakan jarum yang dibersihkan

Gambar 4. Zizi, dengan Tindik Lidah dan Gusi

dengan alkohol dan dibakar biar steril. Sumber: Ani, 2017. Lalu lubang tusukan dimasuki semacam

sedotan agar terbentuk lubang anting.

d. Deisa

Deisa adalah perempuan punk Beberapa hari kemudian jika sakitnya hilang, sedotan diambil lalu dimasuki plug berusia 22 tahun, memiliki seorang anak

berusia balita. Deisa berasal dari keluarga yakni sebuah anting berbentuk lingkaran yang broken, orang tuanya bercerai dan besar terbuat dari titanium, tulang atau acrylic . Lubang telinga makin lama makin sejak itu Deisa kecil ikut bibinya. Bibinya

bekerja di pasar sebagai pedagang sayur besar, yang tadinya ukuran lingkaran 5 mm yang pendapatannya hanya cukup untuk menjadi 5 cm. makan sehari-hari. Deisa membantu Menurut Zizi menindik di lidah dan bibinya di pasar dan hanya menamatkan gusi gampang-gampang susah, kalau tidak sekolah sampai SLTP. Mengenal dunia tahu caranya dan tidak steril bisa menyebabkan bengkak, infeksi dan punk, saat Deisa mengenal temannya yang

mengajak melihat konser musik di pendarahan.

Pengetahuan

menindik

Tegallega Bandung. Pertemanan ini didapat dari teman sesama punk, mereka akhirnya membuat Deisa melangkah lebih secara bergantian melakukan tindik. Kalau jauh pada pergaulan bebas, sampai kurang pengalaman dan pengetahuan, akhirnya hamil di luar nikah dengan maka terjadi infeksi bengkak atau seorang punk juga. Mengetahui hamil, pendarahan. Penuturan Zizi berikut ini: ”Jika ditindik oleh orang yang bibinya marah dan mengusir dari rumah.

kurang pengalaman, akan terjadi Deisa lalu kos bersama kekasihnya, beruntung kekasihnya bertanggungjawab pendarahan.

Menurut

dokter,

dan menikahinya. Sehari-hari suaminya katanya terkena pembuluh darah bekerja sebagai pedagang asesoris punk di vena sehingga luka. Diopname tiga Pasar Ujung Berung, sedangkan Deisa hari dan yang membiayai teman membuat sablon kaos di rumah petaknya. punk sendiri, keluarga dan orang

penampilan tuanya tidak ada.” Deisa memakai jeans belel, jaket, dan rantai

Sehari-hari

Bagi Zizi, melakukan tindik atau gelang. Kalung dan rantai gelang tidak piercing itu bukan sekedar gaya melainkan sebagai simbol berani menahan rasa sakit pernah

dari penampilannya, menurutnya ini sangat penting bagi dunia

lepas

dan tidak takut bahaya. Hidup ini kadang punk yakni merupakan simbol solidaritas susah kadang senang, pahit dan manis, dan persatuan sesama punk. Masyarakat

274 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 261 - 276 sering menganggap punk hanya sampah

dan dinilai menyimpang oleh masyarakat, oleh karena itu mereka membuat komunitas yang memiliki rasa solidaritas dan kesetiakawanan tinggi sebagai tempat perlindungan. Deiza mengatakan bahwa gelang dan ikat pinggang rantai yang dikenakan adalah simbol persatuan dan mereka tidak mau dikekang atau dirantai oleh belenggu aturan. Cerita Deiza berikut

ini:

Gambar 5. Deisa, dengan Gaya Punk

”Gue suka banget dengan ikat

Sumber: Ani, 2017.

pinggang dan gelang rantai, karena Demikianlah, kelima perempuan ini menunjukkan bahwa kami ini punk Icha, Rita, Cessa, Zizi, dan Deisa,

Dokumen yang terkait

HALLENGE TO THEF UTURE OFD EMOCRACY IN

0 0 18

T HER URAL -C OASTALC OMMUNITIESF OODHABITS IN S UPPORTINGF OOD S ECURITY:T HEC ASE OFB AHOI AND B ULUTUIV

0 0 34

PROBLEMATIKA KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM MENGATASI MARJINALISASI PEREMPUAN GENDER MAINSTREAMING: A POLICY PROBLEM IN DEALING WITH WOMEN’S MARGINALISATION

0 0 16

THE GENDER PERSPECTIVE ON HUMAN TRAFFICKING IN INDONESIA PERDAGANGANMANUSIA DI INDONESIA DALAMPERSPEKTIF GENDER

0 0 10

RESILIENSI KOMUNITAS NELAYAN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM: KASUS DI DESA GRAJAGAN PANTAI, BANYUWANGI, JAWA TIMUR THE RESILIENCE OF FISHERMAN COMMUNITIES IN RESPONDING CLIMATE CHANGE: A CASE STUDY IN GRAJAGAN PANTAI VILLAGE, BANYUWANGI, EAST JAVA

0 1 16

TULUDE: ANTARA MODERNITAS DAN TRADISI MASYARAKAT PULAU MARORE TULUDE: MODERNITY AND THE TRADITION OF PEOPLE IN MARORE ISLAND

0 0 12

SENDANG SELIRANG DALAM PERSPEKTIF BEBERAPA KOMUNITAS MASYARAKAT MUSLIM KOTA GEDE, YOGYAKARTA SNACTHING SENDANG SELIRANG “BLESSING” IN THE PERSPECTIVE OF SOME MUSLIM COMMUNITY OF KOTA GEDE, YOGYAKARTA

0 0 16

NELAYAN BRONDONG DALAM KONSTRUKSI KEBERAGAMAAN (STUDI FENOMENOLOGI PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN) RELIGIOUS CONSTRUCTION OF BRONDONG FISHERMEN (PHENOMENOLOGY STUDY ON FISHERMEN SOCIETY IN KECAMATAN BRONDONG, KABUPATEN L

1 2 16

THE ROLE OF VIRAL VIDEO IN INDONESIAN POLITICS PERAN VIDEO VIRAL DALAM POLITIK INDONESIA

0 0 12

PUNKS WOMEN: COUNTER CULTURE AGAINST NORMATIVE GENDER (A STUDY CASE IN CIJAMBE VILLAGE, UJUNG BERUNG)

0 0 16