View of Analisis Location Quotient dalam Penentuan Produk Unggulan pada Beberapa Sektor di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau
Analisis Location Quotient dalam Penentuan Produk
Unggulan pada Beberapa Sektor di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau
Ely Kartikaningdyah
Batam Polytechnics Akuntansi Study Program Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: ely@polibatam.ac.id.
Abstract
To develop the economic potential of new areas need to be assessed what the potential winning by identifying available resources in order to increase the community's economy and develop the agriculture sector, plantation, animal husbandry, fisheries, forestry and processing industry. In this study examines the potential of winning a region by using analysis of Location Quotient (LQ) in each sub-region to find a superior product that can be developed and revenue potential. Of a superior product that is known, the government will be meyusun program as pengembanga plan area. Districts that are identified in the District Linga is on 5 (five) districts are linga, North Linga, Singkep, West Singkep and Senayang. Research using quantitative descriptive analysis method and data collection of primary data - secondary with the observation, interview, FGD and deployment questionnaire. The results showed that of the five districts each district has a potential that varies according to demographic, cultural, regional conditions, the infrastructure and resources already available that could be developed as a superior product. The results of calculation of LQ, the sectors in the district court that Linga is the potential to be developed in the agricultural sector LQ of 0.91, mining and quarrying, transport and communication with the LQ of 1.5, finance, leasing and services company with a LQ of 1, 06 and the services sector with a LQ of 1.17 is the calculated average LQ is above 1. In the District Linga is the superior product in the agricultural sector (crops, fruits and vegetables), sub-district of North Linga is the livestock sector (cattle and goats), District Singkep the plantation sector (coconut, rubber, pepper), District of West Singkep plantations (oil palm and rubber), District Senayang are marine capture fisheries and aquaculture sea and ocean, while freshwater aquaculture in the Northern District of Linga and Linga which synergized with the development of the agricultural sector. Types of commodities are the types of grouper, red fish, mackerel udag, sengarat, machetes, sagai, ranjungan, pomfret, trevally, anchovy, kurau, squid, etc.. Marine aquaculture in the form of seaweed, while the cultivation of freshwater cat fish
Key words: Analysis of location quotient, commodities, seed, economic
Kondisi wilayah kabupaten Lingga yang Kabupaten Lingga merupakan suatu wilayah
1. Pendahuluan
memiliki kekayaan melimpah yang masih belum kabupaten baru di provinsi Kepulauan Riau yang
dikembangkan, belum tertata baik, berada dalam baru diresmikan pada tahun 2003. Pemekaran
yang masih wilayah di Kepulauan Riau dengan membentuk
kondisi
perekonomian
rendah.Wilayahnya yang terdiri dari beberapa kabupaten Lingga agar dapat meningkatkan
pulau yang terbagi dalam (5) lima kecamatan yaitu pelayanan
kecamatan Lingga, Lingga Utara, Singkep, Singkep pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
kepada masyarakat
di
bidang
Barat dan Senayang. Dalam rangka penyusunan serta memberikan kesempatan untuk memanfaatkan
program diperlukan data potensi unggulan pada dan mengembangkan potensi daerah. Salah satu
suatu daerah yang bisa menjadi dasar. Tujuan lain pertimbangan
yaitu dengan pengembangan ekonomi masyarakat kemampuan ekonomi, potensi daerah, kondisi
yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan sosial budaya, kondisi sosial politik, jumlah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan penduduk, luas daerah, dan kekayaan sumber daya
Daerah Regional Bruto (PDRB). alam yang ada di kabupaten Lingga.
pendekatan partisipatif untuk mendapatkan Analisis location quotient pada ekonomi
2. Ruang Lingkup
data/informasi dan penilaian (assesment) masyarakat Kabupaten Lingga yang disusun
secara umum di lapangan dalam waktu yang merupakan tinjauan secara menyeluruh dengan
relatif pendek.
tujuan untuk mengkaji dan menganalisis terhadap
b. Data Sekunder, merupakan data yang sudah rona wilayah Kabupaten Lingga, yaitu kajian
tercatat dan sudah dipublikasikan, baik terhadap
berupa buku laporan, tabulasi, peta, kependudukan (demografi), struktur perekonomian,
kriteria/standar/parameter dan pedoman, dukungan transportasi dan infrastruktur lainnya..
ataupun peraturan perundangan terkait Pengembangan ekonomi daerah pada diidentifikasi
lainnya dengan mendatangi langsung dengan menggunakan analisis location quotient dan
sumber data (dari instansi terkait) ataupun analisis pembobotan untuk menentukan potensi
dari berbagai hasil kajian literatur (studi produk unggulan.
kepustakaan) yang pernah dilakukan sebelumnya, diperoleh dari sumber yang
3. Metodologi Penelitian
telah tersusun dalam bentuk dokumen atau
1. Tehnik Pengumpulan Data arsip dari pihak-pihak terkait atau lembaga
a. Observasi Dinas pertanian, kehutanan, perikanan/ Melakukan observasi dan survei di lokasi di
kelautan, pariwisata dan instansi lain. daerah Kabupaten Lingga dengan pemilihan
lokasi dilakukan secara purposive di daerah Analisis dan Evaluasi Data
Menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan pedesaan dengan pertimbangan jumlah desa
potensial, keluarga prasejahtera dan jumlah melakukan 1) pemahaman terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan, strategi,
penduduk per kecamatan. Daerah kecamatan kebijakan pembangunan dalam penanaman modal yang diambil sebagai sampel adalah
Kecamatan Lingga, Lingga Utara, Senayang, khususnya pada bidang perekonomian melalui sektor-sektor ekonomi unggulan yang strategis
Singkep Barat dan Singkep tentang potensi yang bisa menstimulir perkembangan bidang- pengembangan ekonomi masyarakat dan
produk unggulan pada desa-desa di setiap bidang lainnya di Kabupaten Lingga untuk jangka menengah dan jangka panjang, 2) pemahaman dan
kecamatan pada Kabupaten Lingga. Survey analisis terhadap kondisi dan potensi wilayah, baik dilakukan
dengan
mempertimbangkan
metode perkembangan
(Developmental
yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan bidang perekonomian, 3)
Research ), identifikasi sektor-sektor ekonomi unggulan yang
b. Wawancara/Interview dengan pejabat secara terdapat di Kabupaten Lingga, 4) Location Quotient langsung. (LQ) untuk mengidentifikasi potensi internal yang
c. Focus Group Discussion (FGD), metode dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang FGD ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
wilayah dan perekonomian yang telah ada merupakan sektor basis (basic sector) dan sektor mana yang bukan sektor basis (non basic sector).5)
secara mendalam di setiap wilayah penelitian. Analisis Pembobotan, untuk menentukan ukuran Untuk melakukan konfirmasi silang antara bobot potensi produk unggulan suatu daerah pembuat, pelaksana dan sasaran kebijakan berdasarkan indikator-indikator tertentu, pergeseran serta penyusunan perencanaan ekonomi
masyarakat. struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi potensial suatu
d. Penyebaran kuesioner terhadap masyarakat daerah kemudian membandingkannya dengan untuk mendapatkan opini dan aspirasi tentang
produk yang dihasilkan dan pengembangan daerah lain analisis kelayakan ekonomi (Economic Feasibility Analysis ) pengembangan sektor-sektor
ekonomi yang dapat menaikkan penghasilan ekonomi unggulan di kabupaten Lingga. serta taraf hidup masyarakat.
2. Jenis Data :
a. Data primer merupakan data yang
4. Rumusan Masalah
berhubungan dengan lokasi yang akan dipilih Bagaimana analisis Location Quotient untuk dan atau ditetapkan untuk dijadikan sasaran
menentukan sektor-sektor ekonomi unggulan yang studi, yang tersebar di 5 (lima) wilayah
terdapat di kabupaten Lingga.
kecamatan Kabupaten Lingga dengan metode
Rapid Rural Appraisal (RRA), yaitu suatu
Teori Tempat Sentral (central place theory) Untuk mengetahui bagaimana analisis Location
5.Tujuan Penelitian
menganggap bahwa ada hirarki tempat dimana Quotient untuk menentukan sektor-sektor ekonomi
setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah unggulan yang terdapat di kabupaten Lingga.
tempat lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Teori
tempat sentral memperlihatkan bagaimana Ada empat model pembangunan (Suryana, 2000)
6. Landasan Teoritis
pola-pola lahan dari industri yang berbeda-beda yaitu model pembangunan ekonomi yang
terpadu membentuk suatu sistem regional kota- beorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan
kota. (Prasetyo Supomo 2000). kerja, penghapusan kemiskinan dan model
3. Teori interaksi spasial
pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan Merupakan arus gerak yang terjadi antara kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model
pusat-pusat pelayanan baik berupa barang, pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada
penduduk, uang maupun yang lainnya. Untuk perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-
itu perlu adanya hubungan antar daerah satu barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru
dengan yang lain karena dengan adanya dengan upah yang layak, dengan harapan
interaksi antar wilayah maka suatu daerah akan tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua
saling melengkapi dan bekerja sama untuk rumah tangga yang kemudian sampai batas
meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya. maksimal.
Beberapa faktor
yang
mempengaruhi
Analisis Location Quotient (LQ)
pertumbuhan ekonomi (Sukirno 1994) yaitu:
1. Tanah dan kekayaan alam lain: Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi Kekayaan alam akan mempermudah usaha
potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu untuk membangun perekonomian suatu negara,
sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis terutama pada masa-masa permulaan dari
(basic sector) dan sektor mana yang bukan sektor proses pertumbuhan ekonomi.
basis (non basic sector). Pada dasarnya teknik ini
2. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja: menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan Penduduk yang bertambah dapat menjadi
satu sektor antara daerah yang diselidiki dengan pendorong maupun penghambat pertumbuhan
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang ekonomi. Barang-barang modal dan tingkat
lebih luas. Perbandingan relatif ini dapat dinyatakan teknologi
secara matematika sebagai berikut (Warpani 2001) :
3. Sistem sosial dan sikap masyarakat
LQ = Si/S
Sikap masyarakat dapat menentukan sampai
Ni/N
dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai
Keterangan :
4. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
: Nilai Location Quotient Adam Smith (telah) menunjukkan bahwa
LQ
: PDRB Sektor i di Kabupaten Lingga spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan
Si
: PDRB total di Kabupaten Lingga spesialisasi
: PDRB Sektor i di Propinsi Kepulauan pertumbuhan ekonomi.
Teori dalam pengembangan ekonomi daerah
: PDRB total di Propinsi Kepulauan Riau
1. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory):
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh
dapat digunakan untuk Harry W. Richardson yang menyatakan bahwa
Satuan yang
menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
jumlah buruh, atau hasil produksi atau satuan lain suatu daerah adalah berhubungan langsung
yang dapat digunakan sebagai kriteria (Warpani, dengan permintaan akan barang dan jasa dari
luar daerah (Arsyad 1999). Asumsi ini Apabila hasil perhitungannya menunjukkan LQ memberikan pengertian bahwa suatu daerah
> 1, berarti merupakan sektor basis dan berpotensi akan mempunyai sektor unggulan apabila
untuk ekspor, sedangkan LQ < 1, berarti bukan daerah tersebut dapat memenangkan persaingan
sektor basis (sektor lokal/impor). Teknik ini pada sektor yang sama dengan daerah lain
memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno
daerah mempunyai pola permintaan yang sama 2000).
dengan pola permintaan nasional (regional). Bahwa
2. Teori Tempat Sentral produktivitas tiap pekerja di setiap sektor industri di 2. Teori Tempat Sentral produktivitas tiap pekerja di setiap sektor industri di
industri nasional.
Setiap
industri
non basis.
menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor, dan bahwa perekonomian bangsa yang
Analisis Pembobotan
bersangkutan adalah suatu perekonomian tertutup. Analisis ini digunakan untuk menentukan Analisis LQ memiliki kelebihan antara lain
ukuran bobot potensi produk unggulan suatu daerah merupakan alat analisis sederhana yang dapat
berdasarkan indikator-indikator tertentu, pergeseran menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah
struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan dan industri substitusi impor potensial atau produk-
identifikasi sektor-sektor ekonomi potensial suatu produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan
daerah kemudian membandingkannya dengan menunjukkan industri-industri potensial (sektoral)
daerah lain. Hasil analisis pembobotan ini dapat untuk dianalisis
lebih lanjut. Sedangkan digunakan untuk menilai kelayakan ekonomi suatu kelemahannya antara lain merupakan indikator
daerah, apakah daerah tersebut berpotensi untuk kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan
produk unggulan tertentu dari sektor-sektor yang sementara dan tidak memperhatikan struktur
diidentifikasi dan dianalisis.
ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja di setiap
7. Hasil Penelitian dan Pembahasan
daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan Apabila hasil perhitungannya menunjukkan angka sumber daya yang bisa dikembangkan di setiap
lebih dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut daerah. Analisis LQ ini juga digunakan untuk
merupakan sektor basis. Sebaliknya apabila menghitung potensi produk unggulan dari hasil
hasilnya menunjukkan angka kurang dari satu (LQ pemanfaatan sumber daya alam pada sector-sekor
< 1) berarti sektor tersebut bukan sektor basis. Hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,
perhitungan Location Quotien (LQ) Kabupaten kehutanan dan pariwisata pada beberapa wilayah
Lingga tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1 dan dapat diketahui wilayah mana yang paling
berikut :
potensi untuk produk-produk tertentu sehingga Dari hasil perhitungan LQ pada Tabel 1,
dan sector jasa-jasa dengan LQ sebesar 1,17 sektor lapangan pada Kabupaten Lingga yang
yang hasil perhitungan LQ rata-ratanya adalah berpotensi untuk dikembangkan adalah pada
diatas 1, Dengan demikian pemerintah harus sektor pertanian LQ sebesar 0,91, pertambangan
permodalan dan dan penggalian, pengangkutan dan komunikasi
lebih
memperhatikan
infrastruktur dalam mendukung pertumbuhan dengan LQ sebesar 1,5, keuangan, persewaan
dan pengembangan ekonomi.
dan jasa perusahaan dengan LQ sebesar 1,06
Tabel 1 . Hasil perhitungan LQ per sector di Kabupaten Lingga
Sektor
Nilai LQ
1. Pertanian
2. Pertambangan & penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas, & air bersih
5. Bangunan & konstruksi
6. Perdagangan, hotel & restoran
7. Pengangkutan & komunikasi
8. Keuangan, persewaan & jasa perusahaan
Sumber : Hasil Analisis
A.Perumusan Indikator Analisis Potensi Sektor adalah 1). nilai LQ, 2). Jumlah komoditas Pertanian, Perkebunan Dan Perikanan
unggulan (LQ>1), 3). Kontribusi terhadap Analisis
perekonomian kabupaten Lingga tinggi perkebunan dan perikanan diperlukan untuk
menjawab permasalahan apa potensi unggulan Interpretasi hasil analisis : tiap wilayah kecamatan di Kabupaten Lingga.
b. Nilai LQ
I. Indikator Perkembangan Produksi, meliputi : LQ > 1 = Sektor basis
a. Perbandingan produksi kecamatan pada LQ < 1 = bukan sektor basis / tiap sektor terhadap Wilayah Kabupaten
kecenderungan import Lingga.
LQ = 1 = cukup untuk memenuhi menggunakan teknik analisis location
kebutuhan wilayah itu sendiri quotient (LQ). Komponen yang dinilai
c. Jumlah komoditas unggulan (LQ>1) c. Jumlah komoditas unggulan (LQ>1)
Input data pada tahapan ini adalah : Tinggi
a. Kualitas Jalan, meliputi kondisi Jumlah komoditas unggulan = 2, Nilai =
permukaan jalan : aspal (nilai=5), Sedang
(nilai=3), dan tanah Jumlah komoditas unggulan < 2,Nilai =
b. Sarana Angkutan, meliputi pelabuhan/
dermaga/terminal (nilai=5), lainnya kabupaten Lingga tinggi (LQ>2) =(n),
d. Kontribusi terhadap
perekonomian
(nilai=0)
dengan Bobot 20
c. Moda Angkutan, meliputi roda Jumlah komoditas yang memiliki LQ>2
empat/spead (nilai=5), roda 2/perahu (n), n > 2,
motor (nilai=3), gerobak/perahu tidak Jumlah komoditas yang memiliki LQ>2
Nilai = Tinggi
bermotor (nilai=1) (n), n = 2,
tempuh dari pusat Jumlah komoditas yang memiliki LQ>2 kecamatan ke pusat kabupaten, terdiri
d. Jarak/waktu
Nilai = Sedang
dari < 30 menit (nilai=5), 30 – < 120
(n), n < 2,
Nilai = Rendah
e. Ukuran menit (nilai 3), dan > 120 menit relative konsentrasi kegiatan/sektor di wilayah kecamatan
(nilai=1)
tempuh dari pusat Kabupaten
e. Jarak/waktu
dibandingkan dengan besaran di wilayah
kecamatan ke pusat provinsi, terdiri dari menggunakan teknik koefisien lokalisasi
< 2 jam (nilai=5), 2 – 4 jam (nilai=3), (α). Nilai 0 ≤ α ≥ 1, nilai α = 1,
dan > 4 jam (nilai=1). menunjukkan pemusatan kegatan/sektor
Potensi Luas Lahan pada satu wilayah.
IV. Indikator
Pengembangan (bobot 15), mengacu pada
hasil analisa kesesuaian lahan yang telah distribusi lokasi kegiatan/sektor pada
f. Perbandingan
besarnya
pergeseran
dilakukan pada studi terdahulu di tahun awal dengan tahun berikutnya.
Kabupaten Lingga.
Tahapan selanjutnya adalah melakukan koefisien pergeseran (C.R).
Indikator ini
menggunakan teknik
pembobotan terhadap indikator I s/d IV diatas Nilai C.R = 0, menunjukkan distribusi dengan menggunakan teknik pembobotan untuk menentukan wilayah kecamatan yang paling
tetap/tidak ada pergeseran Nilai C.R = 1, terjadi pergeseran berpotensi untuk pengembangan masing-masing
g. Spesialisasi kegiatan/sektor pada wilayah
sub sektor maupun sektor kegiatan.
kecamatan dengan menggunakan teknik
B . Perumusan Indikator Analisis Potensi Sektor koefisien spesialisasi (ß). Nilai 0 ≤ ß ≥ 1,
Kehutanan
nilai ß=1, menunjukkan ada spesialisasi
sektor kehutanan kegatan/sektor pada suatu wilayah. diperlukan untuk mengetahui potensi sektor
Analisis
potensi
II. Indikator Kelengkapan Prasarana Sarana kehutanan dan potensi budidaya hasil kehutanan Kegiatan Produksi Dan Jasa (bobot 20), di Kabupaten Lingga. Indikator yang digunakan menggunakan teknik pembobotan/scoring. adalah luas hutan berdasarkan jenis hutan. Input data pada tahapan ini adalah : Keluaran yang diharapkan adalah jenis
a. Ketersediaan sarana pasar, dengan komoditas yang dapat dikembangkan ke sektor klasifikasi penilaian wilayah yang industry rumah tangga dan industry kecil sampai memiliki pasar, nilai 5 dan tidak memiliki
menengah.
pasar nilai 0
b. Kelengkapan
fasilitas
perkreditan,
C. Perumusan Indikator Analisis Potensi Sektor meliputi wilayah yang terdapat fasilitas
Pariwisata
Bank nilai 5, terdapat fasilitas KUD nilai Kabupaten Lingga memiliki potensi objek
3, dan terdapat fasilitas koperasi dengan wisata yang tersebar diseluruh wilayah nilai 3. kecamatan. Pada tahap analisis ini, keluaran
c. Ketersediaan prasarana listrik, meliputi yang diharapkan adalah lokasi prioritas untuk dilayani oleh PLN nilai 3, dan non PLN pengembangan pariwisata di Kabupaten Lingga. nilai 1 Indikator yang digunakan pada tahap analisis ini
III. Indikator Tingkat Aksesbilitas (bobot 15),
sebagai berikut :
D. Perumusan Indikator Analisis Potensi (bobot30), yaitu menggunakan teknik
I. Indikator penyebaran/jumlah objek wisata
Sektor Industri Pengolahan pembobotan dengan penilaian sebagai
Keluaran analisis potensi sektor industri berikut :
pengolahan adalah wilayah kecamatan yang Tinggi, memiliki jumlah objek wisata < 15
berpotensi untuk pengembangan industri Sedang, memiliki jumlah objek wisata 15 -
pengolahan (industri kecil dan industri rumah
26 tangga) berbasiskan bahan baku lokal. Indikator Rendah, memiliki jumlah objek wisata >
yang digunakan :
I. Indikator perbandingan jumlah unit industry
II. Indikator kelengkapan prasarana sarana (bobot 30), menggunakan menggunakan pariwisata, meliputi kelengkapan rumah
teknik analisis location quotient (LQ). makan dan penginapan. Teknik analisa yang
LQ > 1 = Sektor basis digunakan adalah teknik pembobotan dengan
LQ < 1 = bukan sektor basis penilaian sebagai berikut :
LQ = 1 = cukup untuk wilayah itu
a. Kelengkapan rumah makan (bobot 20):
sendiri
Tinggi,memiliki jumlah objek wisata<
II. Indikator perbandingan jumlah penyerapan
20 tenaga kerja (bobot 30), menggunakan Sedang,memiliki jumlah objek wisata
menggunakan teknik analisis location
20- 40
quotient (LQ).
Rendah, memiliki jumlah objek wisata> LQ > 1 = Sektor basis
40 LQ < 1 = bukan sektor basis
b. Kelengkapan penginapan, (bobot 30) : LQ = 1 = cukup wilayah itu sendiri Tinggi, memiliki jumlah objek wisata <
III. Indikator tingkat aksesbilitas (bobot 20)
2 menggunakan teknik pembobotan/scoring. Sedang, memiliki jumlah objek wisata 2–
Input data pada tahapan ini adalah :
meliputi kondisi Rendah, memiliki jumlah objek wisata >
4 a. Kualitas
Jalan,
permukaan jalan : aspal (nilai=5),
4 diperkeras (nilai=3), dan tanah (nilai=1).
b. Sarana Angkutan, meliputi pelabuhan menggunakan teknik pembobotan/scoring.
III. Indikator tingkat aksesbilitas (bobot20)
/dermaga/terminal (nilai=5), lainnya Input data pada tahapan ini adalah :
(nilai=0)
Angkutan, meliputi roda jalan : aspal (nilai=5), diperkeras (nilai=3),
a. Kualitas Jalan, meliputi kondisi permukaan
c. Moda
empat/spead (nilai=5), roda 2/ perahu dan tanah (nilai=1).
motor (nilai=3), gerobak/perahu tidak
b. Sarana Angkutan, meliputi pelabuhan/
bermotor (nilai=1)
dermaga/ terminal (nilai=5), lainnya
tempuh dari pusat (nilai=0)
d. Jarak/waktu
kecamatan ke pusat kabupaten, terdiri
dari < 30 menit (nilai=5), 30 – < 120 empat/spead (nilai=5), roda 2/perahu motor
c. Moda Angkutan,
meliputi
roda
menit (nilai 3), dan > 120 menit (nilai=3), gerobak/perahu tidak bermotor
(nilai=1)
(nilai=1)
e. Jarak/waktu
tempuh dari pusat
d. Jarak/waktu tempuh dari pusat kecamatan kecamatan ke pusat provinsi, terdiri dari ke pusat kabupaten, terdiri dari <30 menit
< 2 jam (nilai=5), 2 – 4 jam (nilai=3), (nilai=5), 30 – < 120 menit (nilai 3), dan >
dan > 4 jam (nilai=1). 120 menit (nilai=1)
IV. Indikator kelengkapan prasarana sarana
e. Jarak/waktu tempuh dari pusat kecamatan produksi dan jasa (bobot 20), menggunakan ke pusat provinsi, terdiri dari <2 jam
teknik pembobotan/scoring. Input data pada (nilai=5), 2 –4 jam (nilai=3), dan > 4 jam
tahapan ini adalah :
(nilai=1). Ketersediaan sarana pasar, dengan Untuk mendapatkan wilayah prioritas untuk
klasifikasi penilaian wilayah yang pengembangan sektor pariwisata maka hasil
memiliki pasar, nilai 5 dan tidak memiliki penilaian indikator I s/d III diatas dianalisis
pasar nilai 0
menggunakan teknik pembobotan.
Kelengkapan
fasilitas perkreditan, meliputi wilayah yang terdapat fasilitas
Bank nilai 5, terdapat fasilitas KUD nilai sendiri = Cukup Layak
3, dan terdapat fasilitas koperasi dengan
b. Aspek Pemasaran
nilai 3. Permintaan penawaran, jalur pemasaran, Ketersediaan prasarana listrik, meliputi
kendala pemasaran, pemilihan pola usaha, dilayani oleh PLN nilai 3, dan non PLN
market size dan market share, segmentasi nilai 1.
dan positioning, targeting Penentuan wilayah yang berpotensi untuk
Menggunakan indikator dari analisis pengembangan subsector industry kecil dan
pembobotan pada ketersediaan pasar dan industry rumah tangga berdasarkan hasil
aksesbilitas wilayah kecamatan –kabupaten– pembobotan indicator I s/d IV diatas dengan
provinsi,dari setiap sector dan subsektor menggunakan teknik pembobotan untuk
1. Menggunakan menggunakan teknik mengidentifikasi preferensi factor internal di
analisis location quotient (LQ). Kabupaten Lingga yaitu produktivitas hasil
LQ > 1= sektor basis = Layak pengolahan sumber daya alam, aksesbilitas yang
LQ < 1= bukan sektor basis = Tidak didukung oleh sarana prasarana dan factor
layak
eksternal dengan mempertimbangkan pemilihan LQ=1= cukup untuk wilayah itu lokasi dari suatu wilayah yang berpotensi
sendiri = Cukup Layak produktivitasnya pada sector-sektor/bidang-
teknik bidang tertentu dari produk unggulan yang
2. Menggunakan
pembobotan/scoring mereka miliki sebagai penentu lokasi/wilayah
Ketersediaan sarana pasar, dengan mana yang paling berpotensi dalam hal produk
klasifikasi penilaian wilayah yang unggulan yang dihasilkan untuk pengembangan
memiliki pasar, nilai 5 dan tidak ekonomi pada bidang pertanian untuk jenis
memiliki pasar nilai 0 tanaman
c. Aspek Manajemen dan Sumber Daya peternakan besar, peternakan unggas, perikanan,
industry pengolahan dan pariwisata. Kriteria Bentuk organisasi, profil usaha dan pembobotan pada analisis ini pada sector/bidang
kompensasi
tertentu yang paling tinggi adalah yang paling Indikator perbandingan jumlah penyerapan berpotensi.
tenaga kerja, menggunakan menggunakan teknik analisis location quotient (LQ).
E. Perumusan Indikator Analisis Kelayakan LQ > 1 = Sektor basis Ekonomi Sektor Pertanian, Perkebunan,
LQ < 1 = bukan sektor basis Perikanan,
LQ = 1 = cukup wilayah itu sendiri Kehutanan dan Industri Pengolahan
Peternakan,
Pariwisata,
d. Aspek Lingkungan
Penilaian suatu produk unggulan dari Bahan baku dan persaingan pasar pemanfaatan sumberdaya alam mempunyai nilai
Menggunakan indikator dari analisis ekonomi apabila hasil bumi tersebut dikelola
pembobotan jumlah komoditas unggulan dengan baik oleh petani/nelayan dan dibutuhkan
wilayah kecamatan, dalam masyarakat pada lingkungan pasar.
dalam
suatu
menggunakan teknik analisis location Analisis kelayakan ekonomi diukur dengan
quotient (LQ). Jumlah komoditas unggulan menggunakan beberapa indikator yaitu :
(LQ>1)
a. Aspek produksi Jumlah komoditas unggulan>2,Nilai= Lokasi usaha, fasilitas produksi, tenaga
Tinggi
kerja, teknologi, proses produksi, jumlah Jumlah komoditas unggulan=2, Nilai= dan jenis mutu, produksi optimum, kendala
Sedang
produksi. Menggunakan indikator dari analisis kelengkapan prasarana sarana
Jumlah komoditas unggulan<2,Nilai=
Rendah
produksi, jumlah unit industry dari setiap
sector dan subsektor, menggunakan teknik
Analisis Location Quotient dan Analisis
analisis location quotient (LQ). LQ > 1 = Sektor basis = Layak Pembobotan
LQ < 1 = bukan sektor basis = Tidak
Sektor pertanian – sub sektor tanaman
Layak LQ = 1 = cukup untuk wilayah itu pangan
Komoditas tanaman pangan yang sudah untuk pengembangan potensi tanaman berkembang 5 tahun belakangan ini berdasarkan
pangan padi dan ubi kayu, kecamatan data produksi pertanian tanaman pangan di
Singkep Barat berpotensi untuk tanaman Kabupaten Lingga adalah Jagung, Ubi Kayu,
pangan ubi kayu, kecamatan Lingga paling Ubi Jalar, Talas, Kacang Tanah dan padi.
berpotensi pada tanaman pangan jagung Berikut hasil analisa lokasi potensi subsektor
dengan LQ sebesar 4,06, kacang tanah 3,16, pertanian tanaman pangan berdasarkan indicator
talas 2,23 dan ubi jalar LQ 1,19. Pada produksi, kelengkapan PS produksi dan jasa,
kecamatan Lingga Utara yang paling aksesbilitas
berpotensi pada tanaman pangan talas pengembangan.
kemudian diikuti tanaman ubi jalar dan
I. Analisis LQ pada Tabel 2, menunjukkan jagung. Pada kecamatan Senayang tidak ada bahwa di kecamatan Singkep berpotensi
potensi untuk tanaman pangan.
Tabel 2. Hasil Analisis LQ SubSector Pertanian Tanaman Pangan berdasar volume produksi per Kecamatan Kabupaten Lingga
No Tanaman Pangan
Komoditas Sub Sektor
NIlai LQ Per Kecamatan
Senayang 1 Padi
3 Ubi Kayu
4 Ubi Jalar
6 Kacang tanah
Sumber : Hasil Analisis
c. Nilai ß < 1, menunjukkan bahwa tidak ada banyak jumlah komoditas unggulan (LQ>1)
Wilayah kecamatan yang memiliki paling
spesialisasi subsector tanaman pangan adalah Kecamatan Lingga yaitu sebanyak 4
tertentu di satu wilayah kecamatan atau komoditas (Jagung, Ubi Jalar, Talas, dan
komoditas yang dihasilkan tersebar di hampir Kacang Tanah). Sedangkan komoditas yang
seluruh kecamatan.
memiliki nilai LQ>2 adalah Padi (Singkep), Jagung, Talas, Kacang Tanah (Lingga) dan
II. Indikator Kelengkapan Prasarana Sarana Talas (Lingga Utara)
Kegiatan Produksi dan Jasa, menggunakan Perhitungan dengan menggunakan teknik
teknik pembobotan/scoring, dengan input koefisien yaitu koefisien lokalisasi, koefisien
data ketersediaan pasar, kelengkapan pergeseran dan koefisien spesialisasi (lihat
prasarana sarana produksi dan jasa dan lampiran) dapat disimpulkan sebagai berikut :
ketersediaan sarana listrik. Berdasarkan
menggunakan teknik pangan di tiap wilayah kecamatan adalah >
a. Nilai α untuk semua komoditas tanaman
perhitungan
pembobotan diperoleh hasil bahwa :
1, berarti tidak ada pemusatan subsector Kecamatan yang memiliki Kelengkapan PS tanaman pangan pada satu wilayah
Produksi dan Jasa Tinggi adalah Kecamatan kecamatan.
Singkep dan Lingga, Kelengkapan PS
b. Nilai C.R > 1 adalah komoditas padi di Produksi dan Jasa sedang adalah Kecamatan Kecamatan Singkep, hal ini menunjukkan
Lingga Utara sedangkan Kelengkapan PS bahwa ada pergeseran mutlak wilayah
Produksi dan Jasa rendah adalah kecamatan penghasil padi. Berdasarkan data jumlah
Singkep Barat dan Senayang. Lebih produksi tanaman padi komoditas tiap tahun
jelasnya lihat Tabel 3.
mengalami pergeseran lokasi produksi. Alokasi lahan untuk tanaman padi diarahkan
Tingkat Aksesbilitas, di Kecamatan Singkep Barat. Hal ini ditandai
Indikator
menggunakan teknik pembobotan/scoring. Input dengan kegiatan pencetakan lahan sawah
data meliputi kualitas jalan, sarana angkutan, seluas ± 100 Ha di Kecamatan Singkep
moda angkutan, waktu tempuh dari Pusat Barat. Sedangkan untuk komoditas lainnya
Kecamatan ke Pusat Kabupaten dan waktu tidak terjadi pergeseran atau distribusi
tempuh dari pusat kecamatan ke pusat provinsi. wilayah tiap tahun tetap.
Berdasarkan perhitungan menggunakan teknik Berdasarkan perhitungan menggunakan teknik
Singkep, Singkep Barat dan senayang. Rincian Kecamatan Lingga Utara, tingkat aksesbilitas
analisis tingkat aksesbilitas dapat dilihat pada sedang adalah Kecamatan Lingga sedangkan
Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Analisis Pembobotan PS Produksi dan Jasa per Kecamatan Kabupaten Lingga
Prasarana Dan Sarana Kelengkapan Produksi & Jasa
Pasar (A)
Faslitas Perkreditan (B)
Listrik (C)
Kecamatan Ada
Nilai Bobot
5 5 3 3 3 19 Tinggi Singkep Barat
0 3 3 6 Rendah Lingga
5 0 5 3 3 3 19 Tinggi Lingga Utara
5 0 3 3 3 14 Sedang Senayang
0 3 3 3 9 Rendah Sumber : Hasil Analisis, Keterangan: Tinggi : > 18,5, Sedang : 12,5 – 18,5, Rendah : < 12,5
Tabel 4 Hasil Analisis Pembobotan Tingkat Aksesbilitas per Kecamatan Kabupaten Lingga Aksesbilitas
M. ANGKUTAN (T) Kecamatan
KUALITAS JALAN ®
S. ANGKUTAN (S)
Gerobak/Perahu
Tdk Bermotor Lainnya
Motor
5 3 1 5 0 5 3 2 1 Singkep
5 3 1 5 0 5 3 2 1 Singkep Barat
5 3 1 5 0 5 3 2 1 Lingga
5 3 1 5 0 5 3 2 1 Lingga Utara
5 3 1 5 0 5 3 2 1 Senayang
Lanjutan Tabel 4
Lokasi A
Lokasi B
JARAK PST-TPI Kecamatan
JARAK PST-daik
Singkep 0 3 0 1 0 0 29 Singkep Barat
0 3 0 1 0 0 29 Lingga
0 0 5 1 0 0 31 Lingga Utara
0 0 5 0 3 0 33 Senayang
Sumber : Hasil Analisis, 2010 Keterangan : Tinggi : ≥ 33, Sedang : 31- <33, Rendah : < 31
Tabel 5. Hasil Analisis Pembobotan Luas Lahan Pengembangan Tanaman Pangan per Kecamatan Kabupaten Lingga
No
Bobot 1. Singkep
Kecamatan
Luas (Km2)
14.75 15.86 R 2. Singkep Barat
17.7 19.03 R
3. Lingga 22.65 24.36 S 4. Lingga Utara
37.89 40.74 T 5. Senayang
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Keterangan : Tinggi : ≥ 40,74, Sedang : 20,37 - < 40,74, Rendah : < 20,37
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh banyak serta potensi luas lahan yang digunakan bahwa Kecamatan yang memiliki bobot luas
untuk pengembangan tergolong Tinggi. Produk lahan pengembangan pertanian (tanaman
tanaman yang banyak dihasilkan adalah kacang pangan) tinggi adalah Kecamatan Lingga.
tanah, jagung dan talas. Urutan potensi untuk Potensi produk yang paling unggul diantara 5
tanaman pangan yang selanjutnya adalah pada kecamatan yang ada dikabupaten Lingga adalah
kecamatan Lingga Utara, Singkep, Singkep pada kecamatan Lingga karena pada wilayah
Barat, dan yang terakhir adalah Kecamatan kecamatan
Senayang karena pada wilayah kecamatan unggulannya lebih banyak dibanding kecamatan
tersebut banyak masyarakat yang mempunyai lain, kontribusi PDRB nya juga paling besar,
mata pencaharian sebagai nelayan. Lebih kelengkapan fasilitas produksi dan jasa paling
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 6 Hasil Analisis Pembobotan Indikator Pengembangan Ekonomi Sub Sektor Tanaman Pangan per Kecamatan Kabupaten Lingga
Skor Rank Kecamatan
Sosioekonomi
Potensi Luas Lahan
Kelengkapan Pengembangan
bobot (20) Singkep
200 3 Singkep Barat
100 4 Lingga
420 1 Lingga Utara
400 2 Senayang
Sumber : Hasil Analisis, Keterangan : Tinggi (T) : 5, Sedang (S) : 3, Rendah (R) : 1
Sektor Peternakan
1 dan koefisien spesialisasi (ß) > 1, Hasil perhitungan untuk semua komoditas dan
menunjukkan tidak ada pemusatan sektor, wilayah kecamatan dihasilkan koefisen
distribusi wilayah tetap dan tidak ada lokalisasi (á) >1, koefisien pergeseran (C.R) >
spesialisasi wilayah.
. Table 7. Hasil Analisis LQ Subsektor Ternak Besar Berdasarkan Volume Produksi
Per Kecamatan Kabupaten Lingga Nilai LQ Per Kecamatan
No Keterangan
Lingga Utara Senayang 1 Sapi
Singkep
Singkep Barat
0 0 0 Sumber : Hasil Analisis
Tabel 8 Hasil Analisis Pembobotan Indikator Pengembangan Ekonomi Sub Sektor Ternak Besar per Kecamatan Kabupaten Lingga
Skor Rank Potensi Luas
Sosioekonomi
Kecamatan Lahan
Kelengkapan Pengembangan
Produksi & Jasa (Bobot 15 )
Unggulan
Pertanian
bobot (20) Singkep
(Bobot 30)
(Bobot 20)
(bobot 15)
Singkep Barat T
200 3 Lingga
220 2 Lingga Utara
330 1 Senayang
Sumber : Hasil Analisis, Keterangan : Tinggi (T) : 5, Sedang (S) : 3, Rendah (R) : 1
Pada ternak unggas di kabupaten Lingga kecamatan Singkep dan Singkep Barat, yang paling besar LQ nya adalah pada ternak
sedangkan ayam kampung pada kecamatan ayam ras petelur di Kecamatan Singkep Barat
Lingga, Lingga Utara dan Senayang. Ternak ada sebesar 3,05 dan pada kecamatan Lingga Utara
pada kecamatan Lingga dan Senayang dengan 1,05. Ayam ras pedaging berpotensi pada
LQ sebesar 2,78 dan 1,72 (lihat Tabel 9).
Tabel 9 Hasil Analisis LQ Ternak Unggas Berdasarkan Volume Produksi
Per Kecamatan Kabupaten Lingga Nilai LQ Per Kecamatan
No
Keterangan
Senayang 1 Ayam ras pedaging
2 Ayam ras petelur
3 Ayam kampung
Sumber : Hasil Analisis Indikator Kelengkapan Prasarana Sarana
lahan yang bisa digunakan untuk lahan Kegiatan Produksi Dan Jasa (2) dan Indikator
peternakan cukup luas, walaupun tingkat akses Aksesbilitas (3) menggunakan hasil penilaian
ke daerah lain dan kelengkapan fasilitas rendah. pada Tabel 8 dan Tabel 9. Berdasarkan analisa
Hasil ternak yang paling dihasilkan adalah ayam pembobotan dari indikator 1, 2, 3 dan 4 (lihat,
ras petelur dan ayam ras pedaging. Ada juga Tabel 10) diperoleh hasil bahwa kecamatan yang
hasil ternak yang lain yaitu ayam kampung dan paling berpotensi untuk hasil ternak unggas
walaupun jumlahnya tidak besar adalah Kecamatan Singkep Barat. Potensi luas
itik
Tabel 10 Hasil Analisis Pembobotan Indikator Pengembangan Ekonomi
Sub Sektor Ternak Unggas per Kecamatan Kabupaten Lingga
Sosio Ekonomi
Skor Rank
Kelengkapan Kecamatan
Potensi Luas Lahan
Produksi & Jasa
bobot (20) Singkep
290 2 Singkep Barat
300 1 Lingga
220 4 Lingga Utara
230 3 Senayang
150 5 Sumber : Hasil Analisis, 2010 Keterangan : Tinggi (T) : 5, Sedang (S) : 3, Rendah (R) : 1
Sektor Kehutanan
menengah. Data sektor kehutanan tersebar pada Analisis potensi sektor kehutanan diperlukan
Pulau Lingga, Pulau Singkep dan beberapa untuk mengetahui potensi sektor kehutanan dan
pulau di Kepulauan Senayang. Sektor kehutanan potensi budidaya hasil kehutanan di Kabupaten
meliputi : Hutan Lindung, Hutan Mangrove dan Lingga ?. Indikator yang digunakan pada tahap
Hutan Produksi.
analisis ini adalah luas hutan berdasarkan jenis Potensi sektor kehutanan di Pulau Lingga antara hutan. Keluaran yang diharapkan adalah jenis
lain
komoditas yang dapat dikembangkan ke sektor
a. Potensi obyek wisata alam air terjun Sungai industry rumah tangga dan industry kecil sampai
Resun & air terjun mentuda yang juga sangat Resun & air terjun mentuda yang juga sangat
Tembesu , Meranti (Shorea spp) dan lain
b. Potensi untuk pengembangan industri air
sebagainya
mineral dan pembangkit listrik tenaga uap
d. Masyarakat di beberapa desa sekitar hutan
c. Potensi hasil hutan non kayu seperti buah- Gunung Lanjut dan Gunung Muncung juga buahan dan getah merah juga sangat tinggi
menanami lahan di sekitarnya dengan Potensi sektor kehutanan di Pulau Singkep &
tanaman kayu keras seperti Jati (Tectona Senayang, antara lain
grandis ), budidaya merica dan durian sebagai
a. Di hutan Gunung Muncung dan hutan sumber ekonomi alternatif bagi masyarakat Gunung Lanjut masih terdapat beberapa
e. Pemanfaatan ekosistem mangrove oleh fauna diantaranya: Monyet ekor panjang
masyarakat sekitar Sungai Pana adalah, (Macaca fascicularis), Babi hutan (Sus
sebagai tempat mencari ikan dan beberapa scrofa ), Lutung hitam (Trachipithecus
lokasi digunakan sebagai pelabuhan nelayan auratus ), Kancil (Trangulus javanicus),
dan juga pelabuhan umum terutama di Jago Biawak (Varanus salvator). Beberapa jenis burung yang di jumpai selama pengamatan
Sektor Perikanan
adalah Tekukur (Streptopelia chinensis), Hasil analisis LQ pada sector perikanan (lihat Cekakak sungai (Todirhampus chloris),
Tabel 11) pada kecamatan Singkep yang Elang laut
berpotensi dengan LQ > 1 adalah perikanan leucogaster ), dan Elang bondol (Haliastur
perut putih
(Haliaeetus
hasil penangkapan laut dan budidaya laut. Indus ).
Kecamatan Singkep barat adalah perikanan
b. Potensi objek wisata air terjun Batu Ampar hasil penangkapan laut dan budidaya laut.
c. Potensi kayu, jenis kayu yang terdapat di Kecamatan Lingga dan Lingga Utara hanya kawasan
berpotensi pada hasil budidaya air tawar, pada (Calophyllum spp),
ini diantaranya;
Bintangur
Kecamatan Senayang berpotensi pada perikanan (Adinandra dumosa), Riang-rian (Ploiarium
Punak, Tiup-tiup
hasil penangkapan laut dan hasil budidaya laut.
Tabel 11 Hasil Analisis LQ Sector Perikanan berdasar volume produksi
Per Kecamatan Kabupaten Lingga
NIlai LQ Per Kecamatan No
Keterangan
Utara Senayang 1 Hasil Penangkapan laut
0,733 1,172 2 Hasil Budidaya Laut
0,734 1,185 3 Hasil Budidaya Air tawar
2,485 4 Hasil Budidaya Tambak/Air Payau
0 0 0 0 0 Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan analisa pembobotan dari banyak antara lain berupa kerapu, ikan merah, indikator 1, 2, 3 dan 4 (lihat, Tabel 12)
udang, tenggiri, sengarat, parang, sagai,
diperoleh hasil bahwa Kecamatan Senayang
ranjungan, bawal, selar, teri, kurau, cumi-
paling potensi pada hasil perikanan karena pada cumi, selebihnya masih banyak jenis ikan yang kecamatan Senayang terdiri dari beberapa pulau
lain yaitu ekor kuning, sebelah, belanak, pari, dengan luas wilayah perairan yang banyak
jahan, selangat, krisi, tamban, ikan hiu, dimanfaatkan produknya dari hasil tangkapan
baronang, dan ikan campuran lainnya. ikan laut. Hasil tangkapan ikan yang paling
Tabel 12 Hasil Analisis Pembobotan Indikator Pengembangan Ekonomi Sub Sektor Perikanan per Kecamatan Kabupaten Lingga
Skor Rank Potensi Luas
Sosioekonomi
Kelengkapan Kecamatan
Lahan Pengembangan
Produksi & Jasa (Bobot 15 )
Unggulan
Perikanan
bobot (20) Singkep
290 2 Singkep Barat
Lingga
220 5 Lingga Utara
230 4 Senayang
300 1 Sumber : Hasil Analisis
Keterangan : Tinggi (T) : 5, Sedang (S) : 3, Rendah (R) : 1
Sektor Pariwisata
Kecamatan Lingga paling potensi untuk tempat Analisis pembobotan potensi pariwisata di
wisata, tetapi tidak menutup kemungkinan kabupaten Lingga mempertimbangkan jumlah
wilayah kecamatan lain untuk dikembangkan obyek wisata (1), jumlah penginapan tersedia
sebagai obyek wisata. Pada kecamatan Lingga (2), jumlah rumah makan (2), aksesbilitas (3)
jumlah obyek wisata dan jumlah rumah makan kemudahan bagi pengunjung wisatawan ke
paling banyak.
tempat lokasi wilayah wisata, Tabel 13.
Tabel 13 Hasil Analisis Pembobotan Indikator Pengembangan Ekonomi Sektor Pariwisata per Kecamatan Kabupaten Lingga
Jumlah Objek
Rumah Makan
Aksesbilitas
Score Rank
320 2 Singkep Barat
70 5 Lingga
400 1 Lingga Utara
240 3 Senayang
220 4 Sumber : Hasil Analisis
Keterangan : Tinggi (T) : 5, Sedang (S) : 3, Rendah (R) : 1
Sektor Industri Pengolahan
Keadaan ini terjadi karena apabila dilihat dari Hasil analisis LQ untuk industry pengolahan
faktor internal suatu wilayah kecamatan tersebut menunjukkan bahwa Industri rumah tangga
ada beberapa hal yang kurang mendukung yaitu dapat dilakukan pengembangan pada kecamatan
sumber daya manusia yang kurang, lebih banyak Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan
bekerja sebagai nelayan/petani, prasarana Senayang. Sedangkan untuk industry kecil
infrastruktur, lembaga keuangan dan transportasi hanya terdapat pada Kecamatan Singkep saja.
yang kurang mendukung perencanaan industri.
Tabel 14 Hasil Analisis LQ Sector Industri Pengolahan Berdasarkan Jumlah Unit Usaha
Per Kecamatan Kabupaten Lingga
LQ Berdasarkan Jumlah Unit Usaha No
Jenis Industri Pengolahan
Singkep
Lingga
Utara Senayang 1 Industri Rumah Tangga
LQ > 1 LQ > 1 2 Industri Kecil
LQ < 1 LQ < 1 Sumber : Hasil Analisis
Tabel 15 Hasil Analisis LQ Sector Industri Pengolahan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Per Kecamatan Kabupaten Lingga
LQ Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja No
Jenis Industri Pengolahan
Lingga Utara Senayang 1 Industri Rumah Tangga
Singkep
Singkep Barat
Lingga
LQ > 1 LQ > 1 2 Industri Kecil
LQ < 1 LQ < 1 Sumber : Hasil Analisis
LQ > 1
LQ > 1
LQ > 1
Hasil analisis pembobotan indikator 1, 2, 3 usaha, perbandingan jumlah tenaga kerja, dan 4 untuk pengembangan industry rumah
Kelengkapan PS produksi dan jasa, dan tingkat tangga menunjukkan bahwa kecamatan yang
aksesbilitas pada suatu wilayah kecamatan berpotensi pada industry rumah tangga adalah
diperoleh hasil yaitu Kecamatan Singkep yang pada Kecamatan Lingga Utara, yang memiliki
paling potensi untuk pengembangan industry lebih banyak jumlah usaha, tenaga kerja dan
kecil.
aksesbilitasnya. Diikuti oleh wilayah kecamatan Berikut disajikan dalam Tabel 16 dan Tabel Lingga, Senayang, Singkep dan Singkep Barat.
17 hasil pembobotan potensi pengembangan Pengembangan
subsector industry kecil dan sub sektor industry mempertimbangkan perbandingan jumlah unit
rumah tangga.
Tabel 16 Hasil Analisis Pembobotan Indikator Pengembangan Ekonomi Sektor Industri Rumah Tangga per Kecamatan Kabupaten Lingga
Jumlah Unit
Tenaga Kerja
PS Produksi Dan
Score Rank
180 3 Singkep Barat
Singkep
160 4 Lingga
340 2 Lingga Utara
460 1 Senayang
340 2 Sumber : Hasil Analisis Keterangan : Tinggi (T) : 5, Sedang (S) : 3, Rendah (R) : 1
Tabel 17 Hasil Analisis Pembobotan Indikator Pengembangan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan per Kecamatan Kabupaten Lingga
Jumlah Unit
Tenaga
PS Produksi Dan
Score Rank
420 1 Singkep Barat
Singkep
160 4 Lingga
280 2 Lingga Utara
220 3 Senayang
100 5 Sumber : Hasil Analisis
Keterangan : Tinggi (T) : 5, Sedang (S) : 3, Rendah (R) : 1
8. Kesimpulan dan Rekomendasi
adalah
sektor
perikanan/kelautan,
1. Kabupaten Lingga merupakan salah satu pariwisata, kehutanan dan perkebunan. wilayah provinsi Kepulauan Riau yang
Sektor pertanian pada saat ini lebih kepada masih potensial karena kekayaan yang
pemenuhan kebutuhan lokal wilayah melimpah terutama pada sector perikanan
Kabupaten Lingga dan diversifikasi usaha dan kehutanan, perkebunan dan pariwisata.
bagi nelayan yang merupakan sebagian
pencaharian masyarakat masih belum terlalu optimal sehingga
2. Pemanfaatan pengolahan sumber daya alam
besar
mata
Kabupaten Lingga.
diperlukan penanganan oleh pemerintah
4. Potensi unggulan di wilayah kecamatan tanpa harus merusak konservasi sumber
yang ada di Kabupaten Lingga berdasarkan daya alam
aspek potensi lahan pengembangan, jumlah
3. Secara makro kawasan atau dalam konteks komoditi unggulan, kontribusi terhadap wilayah yang lebih luas potensi unggulan
aksesbilitas dan Wilayah Kabupaten Lingga yaitu terutama
PDRB
kabupaten, kabupaten,
yaitu gabungan ekosistem pertanian dan Sektor pertanian (tanaman pangan,
peternakan. Ternak unggas berpusat di sayuran, buahan-buahan) sebagai pusat
Kecamatan Singkep Barat berupa ternak produksi
ayam ras petelur, ayam ras pedaging
(Merawang, Daik, Panggak Darat, Musai,
dan telur ayam.
Kerandin, Bukit Langkap, Pekaka. Keton, Sektor Kehutanan tersebar di Sungai Pinang) yang didukung oleh
Kecamatan Lingga, Lingga Utara, kecamatan Lingga Utara (Resun, Bukit
Singkep, Singkep Barat dan Senayang Harapan, Limbung, Linau), Kecamatan
yang terdiri dari hutan lindung, hutan Singkep (Tanjung Harapan, Batu Kacang,
bakau dan hutan produksi terbatas. Hutan Dabo, Dabo Lama, Marok Kecil),
Lindung terdiri dari Gunung Daik, Kecamatan Singkep Barat (Raya, Kuala
Gunung Muncung, Gunung Lanjut, dan Raya, Sungai Raya, Sungai Buluh, Sungai
Pulau Sebangka. Hutan bakau tesebar Harapan). Jenis komoditi unggulan untuk
Pulau Lingga (Tengkis, Tanjung Duara, tanaman pangan adalah tanaman jagung,
Sungai Mengkuding, Pulau Singkep kacang tanah dan talas. Komoditi unggulan
(Teluk Sekanak), Pulau Bakung, Pulau untuk tanaman sayuran adalah sawi, kacang
Sebangka (Tanjung kekel), Pulau Limas, panjang dan kangkung. Sedangkan komoditi
Pulau Temiang. Hutan produksi terbatas unggulan untuk buah-buahan adalah
tersebar di Resun, Panggak Darat, Sei mangga, rambutan, sukun, jeruk, sirsak,
Pinang, Keton, Pekaka dan Limbung. alpukat, salak, sawo, manggis dan durian.
Pemanfaatan hutan lindung antara lain Jenis tanaman pangan lainnya seperti ubi
kawasan wisata ”ecowisata”, air terjun kayu dan ubi jalar juga berpotensi,
sebagai sumber air baku dan sumber begitupula halnya dengan tanaman sayuran
energi listrik. Hutan bakau memiliki ketimun dan buncis.
fungsi ekologis (penyedia nutrien, tempat Pengembangan
pemijahan dan asuhan biota, penahan mendukung kegiatan wisata di Kecamatan
sektor
pertanian
abrasi, amukan angin, penyerap limbah, Lingga yaitu agrowisata dan kegiatan
pencegah instrusi air laut) dan fungsi industri pengolahan baik industri kecil
ekonomis seperti penyedia kayu, arang, (Kecamatan Singkep) maupun industri
kawasan ecowisata. rumah tangga (Kecamatan Lingga Utara)
serta menjadi
Sedangkan untuk hutan produksi terbatas yang berbasis bahan baku lokal terutama
di usahakan untuk tanaman keras komoditi unggulan kawasan.
(tanaman karet, pohon jati, durian, Sektor Perkebunan yaitu pusat
tumpang sari tanaman pangan), produksi di Kecamatan Singkep dengan
pemanfaatan kayu untuk pembuatan