Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Tumbuhan Hutan sebagai Obat Tradisional Masyarakat di Kampung Yenbekwan, Distrik Mansuar, Kabupaten Raja Ampat T2 422012119 BAB II
II.
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Tumbuhan Obat
Tumbuhan
obat adalah tumbuhan yang baik
beberapa bagian atau keseluruhan dari bagiannya
memiliki khasiat obat yang digunakan sebagai obat
dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat
aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau
tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung
efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang berfungsi
menyembuhkan. Tumbuhan obat bila digunakan secara
tepat,
tidak
dibandingkan
menimbulkan
dengan
efek
samping
mengkonsumsi
bila
obat
modern/sintesis (Achmad, 2004). Hal ini membuat
banyak orang memilih untuk menggunakan tumbuhan
obat tradisional dengan proses pengobatan yang murah
dan mudah untuk memperolehnya dan lebih mudah
diterima oleh tubuh kita. Penggunaan sebagai obat
dapat dilakukan dengan cara diminium, ditempel,
untuk mencuci/mandi atau dihirup, sehingga dapat
6
memenuhi konsep kerja reseptor sel tubuh dalam
menerima senyawa kimia atau rangsangan.
B. Pengertian Etnobotani
Aleron
(1984,
dalam
Triatmojo,
2001)
mendefenisikan etnobotani sebagai suatu cabang ilmu
yang mempelajari hubungan manusia dan tumbuhan.
Oleh
karena
itu
ilmu
ini
secara
interdisipliner
mempelajari pemanfaatan tumbuhan dalam budaya
suatu
kelompok
masyarakat
tertentu
termasuk
tumbuhan sebagai bahan pangan, tanaman pertanian,
bahan baku bangunan rumah, pakaian, obat-obatan
serta
bahan
yang
upacara agama
digunakan
dalam
budaya
dan
(Purwanto dan Waluyo, 1995 dalam
Muyapa, 2000).
Beberapa cabang ilmu yang berhubungan erat
dengan etnobotani adalah botani, zoologi, biologi, kimia,
entomologi,
antropologi,
geografi,
arkeologi,
ilmu
bahasa (linguistik), sejarah dan farmakolog, sehingga
etnobotani dalam aplikasinya menggabungkan teknik
dan
metode
penelitian
dari
bidang-bidang
yang
disebutkan. Selain bidang-bidang yang disebutkan
akhir-akhir
ini
etnobotani
pelestarian
tumbuhan
juga
membicarakan
karena hampir
punahnya
beberapa spesies langka dalam kelompok etnis, dan
dampak penggunaan tanaman terhadap budaya, adat7
istiadat, kepercayaan serta mulai hilangnya kebiasaan
pewarisan pengetahuan etnobotani dari satu generasi
ke ganerasi berikutnya (Martin,1995).
C. Sejarah Tanaman Obat
Tumbuhan obat sudah dikenal pada zaman
dahulu. Beberapa negara seperti Mesir, Yunani, Cina
dan Indonesia telah menggunakan dan merasakan jasa
tumbuhan ini. Banyak khasiat yang telah terbukti dari
pemanfaatan tumbuhan ini. Hal tersebut dapat di
jelaskan pada tulisan di bawah ini.
1. Mesir kuno
Pada zaman Mesir kuno (sekitar tahun 1550
SM) para budak diberi ransum bawang. untuk
membantu menghilangkan banyak penyakit demam,
dan infeksi yang umum terjadi pada masa itu. Sejak
itulah catatan pertama tentang penulisan pertama
tanaman obat dan khasiatnya telah dikumpulkan
oleh orang-orang Mesir kuno. Pada saat itu, para
pendeta Mesir kuno telah melakukan pengobatan
herbal (www.babalgonesia.com).
2. Yunani kuno
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan
catatan mengenai penggunaan tanaman obat yang
dibuat
oleh
Hyppocrates
(tahun
466
SM),
Theophrastus (tahun 372 SM), dan Dioscorides
8
(tahun 100 SM) dalam bentuk keterangan terinci
mengenai ribuan tanaman obat. Orang-orang Yunani
kuno juga telah melakukan pengobatan herbal.
3. Cina
Penggunaan tanaman obat di Cina telah
berlangsung sekitar 3.000 tahun yang lalu, ketika
dilakukan penyembuhan kerapuhan tulang oleh
dukun Wu. Pada waktu itu, penyakit ini diyakini
disebabkan oleh kekuatan jahat, sehingga menurut
dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk
mengusir
kekuatan
penyembuhan
jahat
bahan
itu,
tertua
bahkan
bahan
dalam
sejarah
ditemukan di Cina, berupa gulungan sutra berisi
daftar 247 tumbuhan dan bahan yang digunakan
dalam
penyembuhan
penyakit
(Nadjeeb.wondprees.com).
4. Inggris
Di
Inggris
penamaan
tanaman
obat
dikembangkan bersamaan dengan berdirinya biarabiara di seluruh negeri. Setiap biara memiliki obat
masing-masing yang digunakan untuk merawat para
pendeta atau penduduk setempat. Di beberapa
daerah khususnya Wales dan Skotlandia, orangorang
Druid
dan
para
9
penyembuh
Celtik
mengunakan obat-obatan dalam perayaan agama
dan ritual mereka. Pengetahuan tanaman obat
semakin berkembang dengan terciptanya mesin
cetak
pada
abad
ke
-15,
sehingga
penulisan
mengenai tanaman-tanaman obat dapat dilakukan
(Nadjeeb. Wondprees.com).
5. Indonesia
Penggunaan tanaman obat sebagai obat asli
Indnesia, sudah ada sejak zaman nenek moyang kita
(Nusantara)
yaitu
digunakan
dalam
upaya
memelihara kesehatan dan mengobati penyakit.
Kemudian pengetahuan ini diwariskan secara turuntemurun dari generasi ke generasi.
Pemanfaatan
tanaman
sebagai
obat
di
Indonesia telah berlangsung sejak ribuan tahun
yang lalu. Pada pertengahan abad ke-17 seorang ahli
Botani
bernama
Jacobus
Rontius
(1592-1631)
mengumumkan khasiat tumbuhan dalam bukunya
De India Natural et Medica.
Meskipun hanya 60
diteliti,
tetapi
bukunya
jenis tumbuhan yang
merupakan
dasar
dari
penelitian obat oleh N.A. Van Rheede tot Draakestein
(1637-1691),
dalam
bukunya
Hortus
Indicus
Malabaricus. Pada tahun 1888 didirikan Chemis
Pharmacologisch Laboratorium sebagai bagian dari
10
Kebun
Raya
Bogor
dengan
tujuan
menyelidiki
bahan-bahan atau zat-zat yang terdapat dalam
tumbuhan
obatan.
yang
dapat
Selanjutnya
mengenai
khasiat
digunakan
penelitian
tanaman
untuk
dan
dan
obat-
publikasi
obat-obatan
semakin berkembang.
Pengetahuan
wilayah
tanaman
Nusantara
obat
bersumber
yang
dari
ada
di
pewarisan
pengetahuan secara turun-temurun, dan terusmenerus diperkaya dengan pengetahuan dari luar
Nusantara, khususnya dari Cina dan India. Tetapi
dengan masuknya pengobatan modern di Indonesia,
dengan didirikan sekolah dokter di Jakarta pada
tahun
1904,
penggunaan
secara
bertahap
tanaman
sebagai
dan
sistematis
obat
telah
ditinggalkan (www.herbababalgoldinesia.com).
D. Potensi
Tumbuhan
sebagai
Obat
Tradisional
Keterikatan kehidupan masyarakat tradisional
dengan alam lingkunganya sangat kuat, Manusia
bersifat sosial budaya, ekonomis dan mempunyai
interaksi yang kuat dengan sumber daya alam yang
berada di lingkungannya. Sejak ratusan tahun yang
lalu, nenek moyang kita telah terkenal pandai meracik
11
jamu dan obat-obatan tradisional. Beberapa jenis
tumbuhan, akar-akaran dan bahan-bahan alamiah lain
diracik
sebagai
ramuan
obat
tradisional
untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan
itu digunakan untuk menjaga kondisi badan agar tetap
sehat,
mencegah
penyakit
dan
sebagian
untuk
mempercantik diri. Kemudian cara meracik bahanbahan itu diwariskan nenek moyang kita secara turuntemurun, dari generasi ke generasi berikutnya, hingga
ke zaman kita sekarang.
Indonesia
sebenarnya
merupakan
gudang
tanaman obat di dunia karena ribuan jenis tanaman
tumbuh subur hampir di setiap pulau Indonesia. Hal
ini didukung oleh kondisi geografi Indonesia yang
terdiri atas ribuan pulau dan beragam suku yang
mempunyai pengetahuan pemanfaatan tumbuhan obat
yang bervariasi dalam hidup masyarakat (Hembing
2000).
Wahid dkk. (1995) mengemukakan bahwa dengan
selalu bertambahnya jumlah industri obat mendorong
perkembagan agroindustri tanaman obat. Faktor-faktor
yang
mendorong
industri
tanaman
obat
adalah
tersedianya sumber daya alam dan sumber daya
manusia, banyaknya pemilik modal yang masih tertarik
untuk menanamkan modal pada usaha pengembangan
12
obat ke arah fitofarmaka. Faktor penghambat adalah
budi daya masih dilakukan dalam jumlah sedikit dan
masih
tersebar,
dana
penelitian
terbatas
dan
kurangnya tenaga ahli dalam uji klinik. Oleh sebab itu
diperlukan pemanfaatan sistem kelembagaan yang
menciptakan kondisi yang menguntungkan petani dan
pengelolahnya.
E. Pentingnya Penelitian Tentang Tumbuhan
Hutan sebagai Obat
Soemetri
(1995)
mengungkapkan
bahwa
kesehatan adalah hal yang selalu diperlukan oleh setiap
orang agar dapat hidup sehat, sejahtera dan produktif.
Biaya kesehatan ternyata semakin mahal sehingga
manusia berusaha untuk tidak menjadi sakit dengan
menempuh usaha kesehatan preventif. Sejalan dengan
perkembangan
pengobatan
pengobatan
tradisional
modern
dianggap
yang
perlu
ada
untuk
dikembangkan karena pengobatan dengan tumbuhan
obat mempunyai efek samping yang kecil, sehingga
mendorong masyarakat untuk menggunakannya.
Upaya
melestarikan
dan
mengembangkan
pengobatan tradisional di Indonesia tidak terlepas dari
kondisi bangsa Indonesia yang kaya akan bahan-bahan
baku tradisional, bahkan jauh sebelum pengobatan
13
modern dikenal terutama oleh masyarakat pedesaan.
Pijakan dari upaya pengembangan ini yaitu kenyataan
akan
tingkat
kebutuhan
pengobatan tradisional
dan
terus
dibina
masyarakat
terhadap
dapat dipertangung jawabkan
untuk
peluasan
pemerataan
pelayanan kesehatan. Oleh kerena itulah dipandang
sangat
perlu
dilakukan
pengembangan
terhadap
pengobatan tradisional, termasuk sebagai antisipasi
mengadapi era globalisasi.
Bagaimanapun
perkembangan
pengobatan
modern, masyarakat tetap membutuhkan pengobatan
tradisional. Saat ini lebih dituntut pengobatan yang
dianggap rasional, efektif, aman, dan dijangkau oleh
berbagai kalangan ekonomi, (Elvina Herdiani, 2012).
Hal
ini
menunjukan
pengobatan
tumbuhan
penilaian
tradisional
berkhasiat
sepihak
dengan
obat,
belum
karena
memanfaatkan
semua
jenis
tanaman itu kita ketahui pasti manfaat dan khasiatnya.
Untuk itu masih terbuka peluang, untuk mendapatkan
informasi dari hasil penelitian ilmiah baik mengenai
jenis, maupun peranan tumbuhan untuk bahan dasar
obat-obatan (Shere, 2011).
14
F. Prospek
dan
Potensi
Tumbuhan
Obat-
Obatan
Menurut Achmad, (2004), tumbuhan obat-obatan
umum
diartikan
sebagai
semua
tumbuhan
yang
memiliki khasiat obat yang telah dibuktikan kandungan
senyawa aktifnya yang digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan obat. Tumbuhan obat di Indonesia
memiliki potensi yang cukup baik, hal ini dipengaruhi
oleh adanya ketersediannya baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Dari segi kualitas tumbuhan obat
memiliki potensi yang baik karena mutunya yang baik
dan banyak tersedia di alam; sedangkan dari segi
kuantitas, tanaman obat dapat ditemukan dalam
jumlah yang banyak di hutan-hutan primer.
Prospek tumbuhan obat di Indonesia berkembang
pesat. Hal ini dipengaruhi oleh adanya akibat samping
dari
obat-obat
penduduk
kimiawi,
dan
meningkatnya
berkembangnya
jumlah
industri
obat
tradisional. Tumbuhan obat di Indonesia belum banyak
dibudidayakan
sehingga
diperlukan
eksplorasi
di
berbagai daerah yang potensial.
G. Faktor Peningkatan Tanaman Obat
Di
penyakit
abad
modern
tampaknya
pengobatan
mahal
15
dan
berbagai
mempunyai
jenis
efek
samping,
sehingga
mendorong
masyarakat
lebih
cenderung untuk mengunakan obat tradisional (back to
nature) yang semakin meningkat. Masyarakat mulai
sadar dan memahami bahwa alam ini kaya dan
bermanfaat bagi kebutuhan hidup karena tersedianya
semua
tumbuhan
beranekaragam
untuk
dapat
dipergunakan dalam kebutuhan hidup masyarakat
(www. Herbalbalgoldinesia.com).
Kemauan
masyarakat
meningkat
terhadap
pengunaan obat tradisional didasari oleh beberapa
faktor yaitu: (1) pada umumnya harga obat-obatan
buatan pabrik
sangat mahal, sehingga masyarakat
mencari alternatif pengobatan yang lebih murah, (2)
efek samping yang diimbulkan oleh obat tradisional
sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik,
(3) obat kedokteran modern banyak mengandung zat
kimia cecara sintetik.
16
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Tumbuhan Obat
Tumbuhan
obat adalah tumbuhan yang baik
beberapa bagian atau keseluruhan dari bagiannya
memiliki khasiat obat yang digunakan sebagai obat
dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat
aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau
tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung
efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang berfungsi
menyembuhkan. Tumbuhan obat bila digunakan secara
tepat,
tidak
dibandingkan
menimbulkan
dengan
efek
samping
mengkonsumsi
bila
obat
modern/sintesis (Achmad, 2004). Hal ini membuat
banyak orang memilih untuk menggunakan tumbuhan
obat tradisional dengan proses pengobatan yang murah
dan mudah untuk memperolehnya dan lebih mudah
diterima oleh tubuh kita. Penggunaan sebagai obat
dapat dilakukan dengan cara diminium, ditempel,
untuk mencuci/mandi atau dihirup, sehingga dapat
6
memenuhi konsep kerja reseptor sel tubuh dalam
menerima senyawa kimia atau rangsangan.
B. Pengertian Etnobotani
Aleron
(1984,
dalam
Triatmojo,
2001)
mendefenisikan etnobotani sebagai suatu cabang ilmu
yang mempelajari hubungan manusia dan tumbuhan.
Oleh
karena
itu
ilmu
ini
secara
interdisipliner
mempelajari pemanfaatan tumbuhan dalam budaya
suatu
kelompok
masyarakat
tertentu
termasuk
tumbuhan sebagai bahan pangan, tanaman pertanian,
bahan baku bangunan rumah, pakaian, obat-obatan
serta
bahan
yang
upacara agama
digunakan
dalam
budaya
dan
(Purwanto dan Waluyo, 1995 dalam
Muyapa, 2000).
Beberapa cabang ilmu yang berhubungan erat
dengan etnobotani adalah botani, zoologi, biologi, kimia,
entomologi,
antropologi,
geografi,
arkeologi,
ilmu
bahasa (linguistik), sejarah dan farmakolog, sehingga
etnobotani dalam aplikasinya menggabungkan teknik
dan
metode
penelitian
dari
bidang-bidang
yang
disebutkan. Selain bidang-bidang yang disebutkan
akhir-akhir
ini
etnobotani
pelestarian
tumbuhan
juga
membicarakan
karena hampir
punahnya
beberapa spesies langka dalam kelompok etnis, dan
dampak penggunaan tanaman terhadap budaya, adat7
istiadat, kepercayaan serta mulai hilangnya kebiasaan
pewarisan pengetahuan etnobotani dari satu generasi
ke ganerasi berikutnya (Martin,1995).
C. Sejarah Tanaman Obat
Tumbuhan obat sudah dikenal pada zaman
dahulu. Beberapa negara seperti Mesir, Yunani, Cina
dan Indonesia telah menggunakan dan merasakan jasa
tumbuhan ini. Banyak khasiat yang telah terbukti dari
pemanfaatan tumbuhan ini. Hal tersebut dapat di
jelaskan pada tulisan di bawah ini.
1. Mesir kuno
Pada zaman Mesir kuno (sekitar tahun 1550
SM) para budak diberi ransum bawang. untuk
membantu menghilangkan banyak penyakit demam,
dan infeksi yang umum terjadi pada masa itu. Sejak
itulah catatan pertama tentang penulisan pertama
tanaman obat dan khasiatnya telah dikumpulkan
oleh orang-orang Mesir kuno. Pada saat itu, para
pendeta Mesir kuno telah melakukan pengobatan
herbal (www.babalgonesia.com).
2. Yunani kuno
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan
catatan mengenai penggunaan tanaman obat yang
dibuat
oleh
Hyppocrates
(tahun
466
SM),
Theophrastus (tahun 372 SM), dan Dioscorides
8
(tahun 100 SM) dalam bentuk keterangan terinci
mengenai ribuan tanaman obat. Orang-orang Yunani
kuno juga telah melakukan pengobatan herbal.
3. Cina
Penggunaan tanaman obat di Cina telah
berlangsung sekitar 3.000 tahun yang lalu, ketika
dilakukan penyembuhan kerapuhan tulang oleh
dukun Wu. Pada waktu itu, penyakit ini diyakini
disebabkan oleh kekuatan jahat, sehingga menurut
dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk
mengusir
kekuatan
penyembuhan
jahat
bahan
itu,
tertua
bahkan
bahan
dalam
sejarah
ditemukan di Cina, berupa gulungan sutra berisi
daftar 247 tumbuhan dan bahan yang digunakan
dalam
penyembuhan
penyakit
(Nadjeeb.wondprees.com).
4. Inggris
Di
Inggris
penamaan
tanaman
obat
dikembangkan bersamaan dengan berdirinya biarabiara di seluruh negeri. Setiap biara memiliki obat
masing-masing yang digunakan untuk merawat para
pendeta atau penduduk setempat. Di beberapa
daerah khususnya Wales dan Skotlandia, orangorang
Druid
dan
para
9
penyembuh
Celtik
mengunakan obat-obatan dalam perayaan agama
dan ritual mereka. Pengetahuan tanaman obat
semakin berkembang dengan terciptanya mesin
cetak
pada
abad
ke
-15,
sehingga
penulisan
mengenai tanaman-tanaman obat dapat dilakukan
(Nadjeeb. Wondprees.com).
5. Indonesia
Penggunaan tanaman obat sebagai obat asli
Indnesia, sudah ada sejak zaman nenek moyang kita
(Nusantara)
yaitu
digunakan
dalam
upaya
memelihara kesehatan dan mengobati penyakit.
Kemudian pengetahuan ini diwariskan secara turuntemurun dari generasi ke generasi.
Pemanfaatan
tanaman
sebagai
obat
di
Indonesia telah berlangsung sejak ribuan tahun
yang lalu. Pada pertengahan abad ke-17 seorang ahli
Botani
bernama
Jacobus
Rontius
(1592-1631)
mengumumkan khasiat tumbuhan dalam bukunya
De India Natural et Medica.
Meskipun hanya 60
diteliti,
tetapi
bukunya
jenis tumbuhan yang
merupakan
dasar
dari
penelitian obat oleh N.A. Van Rheede tot Draakestein
(1637-1691),
dalam
bukunya
Hortus
Indicus
Malabaricus. Pada tahun 1888 didirikan Chemis
Pharmacologisch Laboratorium sebagai bagian dari
10
Kebun
Raya
Bogor
dengan
tujuan
menyelidiki
bahan-bahan atau zat-zat yang terdapat dalam
tumbuhan
obatan.
yang
dapat
Selanjutnya
mengenai
khasiat
digunakan
penelitian
tanaman
untuk
dan
dan
obat-
publikasi
obat-obatan
semakin berkembang.
Pengetahuan
wilayah
tanaman
Nusantara
obat
bersumber
yang
dari
ada
di
pewarisan
pengetahuan secara turun-temurun, dan terusmenerus diperkaya dengan pengetahuan dari luar
Nusantara, khususnya dari Cina dan India. Tetapi
dengan masuknya pengobatan modern di Indonesia,
dengan didirikan sekolah dokter di Jakarta pada
tahun
1904,
penggunaan
secara
bertahap
tanaman
sebagai
dan
sistematis
obat
telah
ditinggalkan (www.herbababalgoldinesia.com).
D. Potensi
Tumbuhan
sebagai
Obat
Tradisional
Keterikatan kehidupan masyarakat tradisional
dengan alam lingkunganya sangat kuat, Manusia
bersifat sosial budaya, ekonomis dan mempunyai
interaksi yang kuat dengan sumber daya alam yang
berada di lingkungannya. Sejak ratusan tahun yang
lalu, nenek moyang kita telah terkenal pandai meracik
11
jamu dan obat-obatan tradisional. Beberapa jenis
tumbuhan, akar-akaran dan bahan-bahan alamiah lain
diracik
sebagai
ramuan
obat
tradisional
untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan
itu digunakan untuk menjaga kondisi badan agar tetap
sehat,
mencegah
penyakit
dan
sebagian
untuk
mempercantik diri. Kemudian cara meracik bahanbahan itu diwariskan nenek moyang kita secara turuntemurun, dari generasi ke generasi berikutnya, hingga
ke zaman kita sekarang.
Indonesia
sebenarnya
merupakan
gudang
tanaman obat di dunia karena ribuan jenis tanaman
tumbuh subur hampir di setiap pulau Indonesia. Hal
ini didukung oleh kondisi geografi Indonesia yang
terdiri atas ribuan pulau dan beragam suku yang
mempunyai pengetahuan pemanfaatan tumbuhan obat
yang bervariasi dalam hidup masyarakat (Hembing
2000).
Wahid dkk. (1995) mengemukakan bahwa dengan
selalu bertambahnya jumlah industri obat mendorong
perkembagan agroindustri tanaman obat. Faktor-faktor
yang
mendorong
industri
tanaman
obat
adalah
tersedianya sumber daya alam dan sumber daya
manusia, banyaknya pemilik modal yang masih tertarik
untuk menanamkan modal pada usaha pengembangan
12
obat ke arah fitofarmaka. Faktor penghambat adalah
budi daya masih dilakukan dalam jumlah sedikit dan
masih
tersebar,
dana
penelitian
terbatas
dan
kurangnya tenaga ahli dalam uji klinik. Oleh sebab itu
diperlukan pemanfaatan sistem kelembagaan yang
menciptakan kondisi yang menguntungkan petani dan
pengelolahnya.
E. Pentingnya Penelitian Tentang Tumbuhan
Hutan sebagai Obat
Soemetri
(1995)
mengungkapkan
bahwa
kesehatan adalah hal yang selalu diperlukan oleh setiap
orang agar dapat hidup sehat, sejahtera dan produktif.
Biaya kesehatan ternyata semakin mahal sehingga
manusia berusaha untuk tidak menjadi sakit dengan
menempuh usaha kesehatan preventif. Sejalan dengan
perkembangan
pengobatan
pengobatan
tradisional
modern
dianggap
yang
perlu
ada
untuk
dikembangkan karena pengobatan dengan tumbuhan
obat mempunyai efek samping yang kecil, sehingga
mendorong masyarakat untuk menggunakannya.
Upaya
melestarikan
dan
mengembangkan
pengobatan tradisional di Indonesia tidak terlepas dari
kondisi bangsa Indonesia yang kaya akan bahan-bahan
baku tradisional, bahkan jauh sebelum pengobatan
13
modern dikenal terutama oleh masyarakat pedesaan.
Pijakan dari upaya pengembangan ini yaitu kenyataan
akan
tingkat
kebutuhan
pengobatan tradisional
dan
terus
dibina
masyarakat
terhadap
dapat dipertangung jawabkan
untuk
peluasan
pemerataan
pelayanan kesehatan. Oleh kerena itulah dipandang
sangat
perlu
dilakukan
pengembangan
terhadap
pengobatan tradisional, termasuk sebagai antisipasi
mengadapi era globalisasi.
Bagaimanapun
perkembangan
pengobatan
modern, masyarakat tetap membutuhkan pengobatan
tradisional. Saat ini lebih dituntut pengobatan yang
dianggap rasional, efektif, aman, dan dijangkau oleh
berbagai kalangan ekonomi, (Elvina Herdiani, 2012).
Hal
ini
menunjukan
pengobatan
tumbuhan
penilaian
tradisional
berkhasiat
sepihak
dengan
obat,
belum
karena
memanfaatkan
semua
jenis
tanaman itu kita ketahui pasti manfaat dan khasiatnya.
Untuk itu masih terbuka peluang, untuk mendapatkan
informasi dari hasil penelitian ilmiah baik mengenai
jenis, maupun peranan tumbuhan untuk bahan dasar
obat-obatan (Shere, 2011).
14
F. Prospek
dan
Potensi
Tumbuhan
Obat-
Obatan
Menurut Achmad, (2004), tumbuhan obat-obatan
umum
diartikan
sebagai
semua
tumbuhan
yang
memiliki khasiat obat yang telah dibuktikan kandungan
senyawa aktifnya yang digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan obat. Tumbuhan obat di Indonesia
memiliki potensi yang cukup baik, hal ini dipengaruhi
oleh adanya ketersediannya baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Dari segi kualitas tumbuhan obat
memiliki potensi yang baik karena mutunya yang baik
dan banyak tersedia di alam; sedangkan dari segi
kuantitas, tanaman obat dapat ditemukan dalam
jumlah yang banyak di hutan-hutan primer.
Prospek tumbuhan obat di Indonesia berkembang
pesat. Hal ini dipengaruhi oleh adanya akibat samping
dari
obat-obat
penduduk
kimiawi,
dan
meningkatnya
berkembangnya
jumlah
industri
obat
tradisional. Tumbuhan obat di Indonesia belum banyak
dibudidayakan
sehingga
diperlukan
eksplorasi
di
berbagai daerah yang potensial.
G. Faktor Peningkatan Tanaman Obat
Di
penyakit
abad
modern
tampaknya
pengobatan
mahal
15
dan
berbagai
mempunyai
jenis
efek
samping,
sehingga
mendorong
masyarakat
lebih
cenderung untuk mengunakan obat tradisional (back to
nature) yang semakin meningkat. Masyarakat mulai
sadar dan memahami bahwa alam ini kaya dan
bermanfaat bagi kebutuhan hidup karena tersedianya
semua
tumbuhan
beranekaragam
untuk
dapat
dipergunakan dalam kebutuhan hidup masyarakat
(www. Herbalbalgoldinesia.com).
Kemauan
masyarakat
meningkat
terhadap
pengunaan obat tradisional didasari oleh beberapa
faktor yaitu: (1) pada umumnya harga obat-obatan
buatan pabrik
sangat mahal, sehingga masyarakat
mencari alternatif pengobatan yang lebih murah, (2)
efek samping yang diimbulkan oleh obat tradisional
sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik,
(3) obat kedokteran modern banyak mengandung zat
kimia cecara sintetik.
16