Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara UU0141961

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 1961
TENTANG
TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

:

bahwa untuk menghargai kesetiaan dan jasa-jasa yang luar biasa dan
melampaui panggilan kewajiban dibidang tugas Kepolisian untuk
kepentingan Nusa dan Bangsa, baik yang diberikan oleh anggota
Kepolisian Negara maupun oleh Warga-Negara Indonesia bukan
anggota Kepolisian Negara, perlu diadakan Tanda Kehormatan.

Mengingat


:

1. Pasal 5 ayat (1), pasal 15 dan 20 ayat (1) Undang-undang Dasar;
2. Undang-undang Nomor 4 Drt tahun 1959 (Lembaran Negara
tahun 1959 Nomor 44);
3. Undang-undang Nomor 10 Prp. tahun 1960 (Lembaran Negara
tahun 1960 Nomor 31);

Mendengar

:

Kabinet Kerja dalam sidangnya tanggal 9 Maret 1961;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong- Royong

MEMUTUSKAN :

Menetapkan


:

UNDANG-UNDANG TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG
BHAYANGKARA
Pasal 1.

(1)

Tanda Kehormatan berupa bintang kepahlawanan Kepolisian bernama "Bintang
Bhayangkara", terdiri atas Bintang kelas satu, Bintang kelas dua dan Bintang kelas
tiga.

(2)

Bintang Bhayangkara adalah sederajat dengan Bintang- bintang di bidang Militer
dan Sipil, di bawah Bintang Gerilya.
Pasal 2.

(1)


Kepada anggota Kepolisian Negara yang dibidang tugas Kepolisian menunjukkan
keberanian serta kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa yang melampaui
panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokok, dengan senantiasa

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum Negara, sejak Proklamasi
Kemerdekaan tahun 1945 serta kepada Republik Indonesia dan tidak pernah
mengkhianati perjuangan, serta memenuhi syarat-syarat umum untuk mendapat
bintang, diberikan anugerah Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara.
(2) Tergantung daripada nilai jasa kepahlawanan yang ditunjukkannya, dapat
dianugerahkan bintang kelas tiga, Bintang kelas dua atau Bintang Kelas satu.

Pasal 3.
Bintang Bhayangkara dianugerahkan pula kepada warga negara Indonesia bukan
anggota Kepolisian Negara, yang memenuhi syarat-syarat termaksud dalam pasal 2
ayat (1).
Pasal 4.
Bintang Bhayangkara diberikan pula secara anumerta kepada mereka yang memenuhi

syarat-syarat menurut pasal 2, pasal 3 atau pasal 10.
Pasal 5.
(1)

Bintang Bhayangkara berbentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, ialah sebuah
bintang berhias yang bersudut lima dengan garis tengah 45 milimeter, disebelah
muka terdapat perisai Kepolisian.

(2)

Bintang kelas satu mempunyai bintang dan hiasan sinar-sinar yang dibuat dari
logam berwarna emas, sedangkan lingkaran yang terdiri dari padi dan kapas, pita
dengan tulisan Bhayangkara dan ketiga bintang kecil serta perisai lambang
Kepolisian dibuat dari logam berwarna perak.

(3)

Bintang kelas dua mempunyai bintang dan hiasan sinar-sinar yang dibuat dari
logam berwarna perak, sedangkan lingkaran yang terdiri dari padi dan kapas, pita
dengan tulisan Bhayangkara dan ketiga bintang kecil serta perisai lambang

Kepolisian dibuat dari logam berwarna emas.

(4)

Bintang kelas tiga dibuat seluruhnya dari logam berwarna perak.

(5)

Disebelah belakang Bintang terdapat tulisan Republik Indonesia.
Pasal 6.

(1)

Pita dari pada Bintang Bhayangkara bercorak seperti dilukiskan dalam lampiran,
berukuran lebar 35 milimeter, panjang 40 milimeter dan berwarna dasar hitam
dengan lajur-lajur berwarna kuning masing-masing lebar 2 milimeter, yang
membagi dasar hitam dalam bagian-bagian yang sama.

(2)


Pita daripada Bintang kelas satu mempunyai 6 lajur kuning, pita daripada Bintang
kelas dua 5 lajur kuning dan bintang ketas tiga 4 lajur kuning.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3(3)

Pita harian daripada Bintang Bhayangkara berwarna sama dengan pita tersebut
dalam ayat (1) dan (2) dengan ukuran panjang 35 milimeter dan lebar 10 milimeter,
sebagi dilukiskan dalam lampiran.
Pasal 7.

(1)

Bintang Bhayangkara diberikan dengan Keputusan Presiden atas usul Menteri
yang menguasai Kepolisian Negara, selanjutnya disebut Menteri, dengan
persetujuan Kabinet, setelah mendengar pertimbangan Dewan Tanda-tanda
Kehormatan.

(2)


Pelaksanaan penyerahan Bintang Bhayangkara dilakukan oleh Presiden atau atas
nama Presiden oleh Menteri atau oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

(3)

Tiap-tiap pemberian anugerah Bintang Bhayangkara disertai dengan penyerahan
suatu piagam bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran, dalam mana dimuat
uraian singkat tentang alasan-alasan yang menyebabkan pemberian anugerah
tersebut.

Pasal 8.
Mereka yang memperoleh Bintang Bhayangkara mendapat perlakuan istimewa sebagai
berikut:
1. diberi hormat terlebih dahulu oleh sesama pangkatnya yang telah menerima Bintang
Bhayangkara dengan kelas lebih rendah atau yang tidak menerimanya;
2. diberi hadiah yang diatur dengan Keputusan Menteri;
3. dalam hal meninggal dunia dapat dimakamkan di Makam Pahlawan dengan
upacara Kepolisian menurut ketentuan Kepala Kepolisian Negara.
Pasal 9.

Dengan Peraturan Negara ditetapkan :
a. susunan, tugas dan segala sesuatu mengenai Badan Pertimbangan Tanda-tanda
Kehormatan Kepolisian Negara, dalam hubungan dengan Dewan Tanda-tanda
Kehormatan;
b. tata-cara penyerahan Bintang Bhayangkara dengan upacara Kepolisian ; dan
c. tata-cara pemakaian Bintang Bhayangkara.
Pasal 10.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4(1)

Dalam hal-hal istimewa atas usul Menteri dan pertimbangan Dewan Tanda-tanda
Kehortaman, Bintang Bhayangkara dapat diberikan dengan Keputusan Presiden
kepada warga-negara Indonesia maupun asing yang memenuhi syarat-syarat
untuk mendapat bintang sebagai penghargaan atas jasa-jasa luar biasa, yang
disumbangkan khusus untuk kemajuan dan pembangunan Kepolisian Negara.

(2)


Dalam hal Bintang Bhayangkara dianugerahkan kepada warga-negara asing
menurut ayat (1) di atas, maka pasal 8 angka 2 dan pasal 11 huruf c tidak berlaku.
Pasal 11

Hak atas Bintang Bhayangkara dicabut apabila yang menerima:
a. dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi dikenakan hukuman
penjara yang lamanya lebih dari satu tahun karena kejahatan;
b. dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi dikenakan hukuman
karena sesuatu kejahatan terhadap keselamatan Negara;
c. masuk dinas polisi atau Angkatan Perang negara asing tanpa mendapat ijin dari
Pemerintah Republik Indonesia;
d. masuk organisasi yang terlarang;
e. memberontak atau menyeleweng terhadap Republik Indonesia;
f. tidak memenuhi lagi syarat-syarat untuk mendapat bintang dan melanggar kodekehormatan.
Pasal 12.
Segala sesuatu mengenai Bintang Bhayangkara yang belum diatur dalam undangundang ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Negara, dengan mengindahkan
ketentuan-ketentuan umum tentang pemberian bintang.

Pasal 13.
Sebelum ada Peraturan Negara yang dimaksud dalam pasal 9 undang-undang ini, maka

segala sesuatu diatur atas kebijaksanaan Pemerintah.

Pasal 14.
Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Bintang Bhayangkara" dan mulai
berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5Disahkan di Jakarta.
pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Presiden
RepublikIndonesia,

JUANDA.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Juni 1961.
Sekretaris Negara,


MOHD. ICHSAN.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1961 NOMOR 246

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1961.
TENTANG
TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA.

UMUM.
Sudah selayaknya, bahwa jasa-jasa terhadap nusa dan bangsa di bidang Kepolisian pun
mendapat penghargaan.
Akan tetapi, hingga kini belum ada tanda kehormatan yang khusus diperuntukkan jasajasa terhadap nusa dan bangsa di bidang tugas Kepolisian. Penghargaan atas jasa-jasa
termaksud hingga sekarang hanya diberikan dengan jalan kenaikan pangkat, kenaikan
gaji istimewa, pemberian surat pujian dan sebagainya.
Penghargaan berupa kenaikan pangkat dan sebagainya, lebih- lebih bilamana berupa
pemberian bintang atau tanda kehormatan lainnya, merupakan dorongan moril yang
kuat untuk melimpahkan kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya.
Dimana tanda kehormatan itu dapat dianugerahkan pula kepada warganegara
Indonesia bukan anggota Kepolisian Negara, maka kepada seluruh lapisan masyarakat
diberikan dorongan yang kuat untuk membantu usaha pemeliharaan ketertiban dan
keamanan umum dengan sesungguh-sungguhnya.
Kepolisian Negara merupakan kesatuan komando yang bersifat tehnis dan khusus,
seperti halnya dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, yang walaupun tidak dapat dipisah- pisahkan sebagai satu Angkatan Perang - masingmasing mempunyai sifat tehnis yang berbeda-beda, sehingga dalam hal kecakapan
maupun keakhlian seorang anggota suatu Angkatan dibidang tugasnya tidak dapat
begitu saja dinilai oleh oknum Angkatan atau kesatuan lain.
Secara tradisionil dapat dicatat, bahwa kesatuan-kesatuan Kepolisian Negara, besar dan
kecil, dalam operasi-operasi militer, secara gabungan maupun.berdiri sendiri, telah ikut
serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maka dari sebab itu perlu diadakan tanda kehormatan berupa bintang kepahlawanan
Kepolisian yang dinamakan "Bintang Bhayangkara". Bintang Bhayangkara
dianugerahkan kepada anggota Kepolisian Negara atau warganegara Indonesia lainnya
yang menunjukkan keberanian serta kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa yang
melampaui panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokoknya, dan kepada warga
negara Indonesia atau asing yang berjasa luar biasa untuk kemajuan dan pembangunan
Kepolisian Negara.

PASAL DEMl PASAL:
Pasal 1.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7(1)

Ketentuan ini ada hubungannya dengan pasal 2 ayat (2). Bintang kelas satu
tingkatnya lebih tinggi dari pada Bintang kelas dua; Bintang kelas dua
tingkatnya lebih tinggi daripada Bintang kelas tiga.

(2)

Ketentuan ini adalah sesuai dengan penjelasan umum Undang- undang No. 4
Drt 1959 tentang bintang-bintang bagi jasa yang luar biasa.
Ketentuan ini menunjukkan pula bahwa Bintang Bhayangkara adalah di bawah
Bintang Mahaputra.

Pasal 2.
(1)

Dengan tugas Kepolisian dimaksudkan tugas-tugas Kepolisian Negara sebagai
termuat dalam Undang-undang Pokok Kepolisian. Syarat-syarat pokok yang
ditentukan disini adalah keberanian serta kebijaksanaan dan ketabahan luar
biasa yang melampaui panggilan kewajiban. Syarat-syarat tersebut
dihubungkan dengan Tribrata sebagai pedoman hidup, dan Catur Prasatya
sebagai pedoman kerja untuk anggota Kepolisian Negara.
Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara dapat
mengadakan perincian yang lebih konkrit daripada syarat-syarat termaksud
untuk dijadikan pegangan dalam memberi pertimbangannya. Mengenai katakata: "Tanpa merugikan tugas pokok", dimaksudkan untuk mencegah sikap:
"Biar merugikan tugas pokok asal memperoleh Tanda Kehormatan". Yang
dimaksud dengan syarat-syarat umum untuk mendapat bintang adalah seperti
yang dimuat dalam pasal 7 ayat (2) Sub 1 Undang-undang No. 4 Drt 1959.
Untuk jasa yang sama dari seorang dalam satu peristiwa hanyalah diberi satu
tanda kehormatan.

(2)

Ketentuan ini ada hubungnnya dengan pasal 1 ayat (1). Ini dimaksudkan,
bahwa pemberian anugerah Bintang Bhayangkara dengan kelas lebih tinggi
menghilangkan hak atas bintang dengan kelas lebih rendah. Begitupun yang
telah memperoleh bintang dengan kelas lebih tinggi tidak dapat diberi
anugerah bintang dengan kelas lebih rendah.

Pasal 3.
Ini dimaksudkan supaya kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia diberikan
dorongan untuk membantu usaha pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum.
Pasal 4.
Menurut kebiasaan yang lazim Tanda Kehormatan dapat diberikan secara anumerta.
Pasal 5.
Cukup jelas.
Pasal 6.
Cukup jelas.
Pasal 7

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8Cukup jelas.
Pasal 8.
Sudah selayaknya, bahwa mereka yang memperoleh Tanda Kehormatan mendapat
perlakuan kehormatan yang istimewa.
Mengenai hadiah, diatur dengan Keputusan Menteri. Untuk anugerah Bintang
Bhayangkara kedua kali dan seterusnya tidak diberikan hadiah tersebut.
Pasal 9.
a. Hubungan antara Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian
Negara dan Dewan Tanda-tanda Kehormatan disesuaikan dengan pasal 11
Undang-undang No. 4 Drt 1959. Disamping anggota-anggota tetap maka dalam
Badan Pertimbangan Tanda-tanda Kehormatan Kepolisian Negara dapat
diadakan anggota-anggota insidentil yang diangkat dari orang-orang yang telah
ikut-serta dalam peristiwa yang bersangkutan atau mengetahui peristiwa itu.
b. Tata-cara penyerahan Bintang Bhayangkara diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
c. Tata-cara pemakaian Bintang Bhayangkara disesuaikan dengan pasal 13 Undangundang No. 4 Drt 1959.
Pasal 10.
Disamping apa yang telah dijelaskan dalam pasal 2 dan 3 dianggap perlu, bahwa
warga-negara Indonesia atau asing yang telah berjasa luar biasa dalam lapangan
kemajuan dan pembangunan Kepolisian Negara diberikan kemungkinan pula untuk
memperoleh Bintang Bhayangkara. Akan tetapi karena ini merupakan kekecualian,
maka bukan maksudnya bahwa pemberian anugerah Bintang Bhayangkara dalam
hal-hal istimewa dilakukan secara berkelebihan.
Pasal 11.
Ini dimaksudkan agar supaya tanda kehormatan Bintang Bhayangkara tidak
mencemarkan namanya, karena kelakuan-kelakuan mereka yang telah
memperolehnya.
Ketentuan pada huruf f dihubungkan dengan ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) huruf
b dan pasal 7 ayat (2) sub 1 Undang-undang No. 4 Drt 1959.
Pencabutan hak menurut huruf f ini dilakukan pula bilamana yang menerima
Bintang Bhayangkara kehilangan haknya untuk menjadi anggota Angkatan Perang
atau Kepolisian Negara.
Pasal 12.
Yang dimaksud dengan ketentuan-ketentuan umum tentang pemberian bintang
adalah ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Undang-undang No. 4 Drt 1959.
Pasal 13.
Cukup jelas.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-

Pasal 14.
Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan untuk memberikan Bintang
Bhayangkara terhadap jasa-jasa luar biasa yang diberikan sejak hari Proklamasi
Kemerdekaan 1945.

PIAGAM
TANDA KEHORMATAN
Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang Republik Indonesia
menganugerahkan :
tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara
Tingkat : I
Kepada :
atas jasa kepahlawanan yang luar biasa tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk kepentingan Nusa dan Bangsa.

Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang Republik Indonesia,

SOEKARNO

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1961 NOMOR
2290