Upaya Indonesia dalam Penyelesaian Konflik Laut Cina Selatan

Transkip Wawancara

Narasumber :

Bagian

Politik

dan

Keamanan,

Direktorat

Jenderal

Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

1. Apa yang diharapkan Indonesia dari penyelesaian konflik Laut Cina
Selatan?


Jadi, ASEAN kan ada 3 pilar ya, pilar politik keamanan, pilar ekonomi,
pilar sosial budaya, nah di bawah pilar politik keamanan memang kita
punya cetak biru masyarakat ASEAN untuk politik keamanan 2025, di situ
ada banyak terkait apa sih yang kita harapkan, kondisi apa yang kita
harapkan untuk Laut Cina Selatan satu dekade ke depan. Kalau disitu
banyak arahnya ke memanage konflik, menjaga perdamaian dan stabilitas,
kemudian bagaimana membangun confidence building measures kawasan
melalui berbagai kegiatan kerjasama, memang tone nya sangat berbeda,
bukan yang apa ya bukan dalam konteks bahwa wah kita harus ngapain
nih, tidak begitu konteksnya. Blueprint ini dinegosiasikan oleh negaranegara ASEAN jadi ini maksudnya semuanya, Indonesia, Malaysia,
Filipina semuanya lagi negosiasi blueprint itu.

2. Apa saja yang telah dilakukan Indonesia dalam mengupayakan
penyelesaian konflik Laut Cina Selatan?

Kalau misalnya ditanya apa yang Indonesia lakukan, kalau pertanyaannya
penyelesaian konflik di Laut Cina Selatan itu exhibition quation dengan
apa yang kita lakukan untuk memanage situasi. Kalau untuk penyelesaian
konflik, karena Indonesia ini bukan negara pengklaim bukan claimant
state, jadi yang bisa kita lakukan adalah mendorong negara-negara yang

memiliki klaim di LCS untuk saling berbicara satu sama lain, untuk saling

Universitas Sumatera Utara

menyelesaikan masalahnya secara damai gitu, karena semua ada prosesnya,
maksudnya Indonesia juga kita sama konflik atau masalah yang paling
besar itu yang paling banyak itu pasti sama tetangga yang paling deket kan,
kalau wines misalnya punya tetangga kanan kiri, pasti ya ributnya sama
mereka gitu masalah halamannya dikotorin sama mereka, atau got
sampahnya masuk ke got kita, jadi itu kan sebenarnya sudah sangat umum
gitu, sangat umum terjadi dimana-mana, kita banyak konflik juga
mengenai perbatasan sama negara-negara sahabat tetapi memang
prosesnya itu bisa sampai sepuluh tahun dan itu tidak bisa diintervensi
oleh negara lain karena masing-masing negara punya prinsip sendiri gitu.

Indonesia punya konflik perbatasan dengan Singapura misalnya atau
misalnya Malaysia itu juga ga bisa, Filipina misalnya kita ikut campur
juga ga bisa. Tidak bisa kita ikut campur, tidak bisa. ASEAN way
memang adalah prinsipnya tetapi di hukum apa namanya culture
international memang tidak boleh, kecuali diizinkan oleh negara yang

bersangkutan, gitu jadi itu international principal yang memang tidak
asing lagi gitu ya. Jadi yang bisa Indonesia lakukan adalah mendorong
negara-negara ini untuk saling menyelesaikan konfliknya sesamanya
secara damai. Itu prinsip pertamanya Indonesia. Itu kalau untuk
penyelesaian konflik LCS ya, untuk penyelesaian konfliknya.

Bahkan sampai sekarang setahu saya negara-negara claimant state ini
belum saya ga tau sejauh apa negosiasi diantara masing-masing, mereka
saja belum saling mengklarifikasi, saya mengklaim apa bujur sekian,
lintang sekian ini sekian belum ada. Mereka belum mengklaim secara
official batas-batas yang mereka inginkan. Seperti Cina itu misalnya, dia
hanya bikin nine-dashed line secara very general, kita ga tahu skalanya
segimana, jadi its very apa namanya very fade antara negara-negara itu
sudah sejauh apa jadi karena masih akan lama, prosesnya masih akan
bertahun-tahun, sebenarnya yang paling terpenting adalah supaya
situasinya bisa stabil di kawasan, line of comunicationnya tetap terbuka,

Universitas Sumatera Utara

masih ada trust diantara semuanya, nah itu yang selama ini Indonesia

berperan besar.

3. Apa yang dilakukan Indonesia untuk menjaga stabilitas kawasan
sementara menunggu penyelesaian konflik?

Nah, kalau mengenai memanage situasi di Laut Cina Selatan, banyak
sekali yang Indonesia lakukan, dan ini justru sebenarnya yang paling
krusial untuk memanage situasi di kawasan karena seperti yang tadi saya
bilang menyelesaikan konflik itu kan bisa bertahun-tahun kita tidak tahu
ujungnya sampai kapan. Nah, makanya Indonesia, kita selalu bilang bahwa
kita adalah honest broker di isu LCS ini gitu antara negara-negara ASEAN
yang punya klaim dengan RRT. Nah apa namanya gini kalau misalnya di
ASEAN, ASEAN Cina ini kita punya suatu mekanisme khusus, di bawah
mekanisme ASEAN Cina untuk LCS ini, setiap tahun itu bisa ada paling
tidak 4 pertemuan lah, jadi sepanjang tahun itu ya, kita ganti-ganti hostnya
ya, kadang-kadang Indonesia, kadang-kadang di Filipina, di Cina itu sejak
tahun berapa ya, 2005 mungkin ya atau 2006.

Namanya ada dua level, yang pertama adalah Joint Working Group on
DOC. DOC itu Declaration on Conduct Of Parties of South China Sea.

Tahun 2002 kan ASEAN sama Cina itu bikin yang namanya menyepakati
adanya DOC. Nah untuk memonitor atau memastikan bahwa DOC ini bisa
diimplementasikan ada pertemuan-pertemuan ini setiap tahunnya, nah ada
pada dua level yang pertama adalah Joint Working Group on DOC, itu ada
pada level direktur yang datang working group. Kemudian yang kedua,
SOM on DOC. Senior Official Meeting on DOC. Ini yang hadir adalah
eselon I, dirjen-dirjen. Jadi yang JWG kita sebutnya JWG on DOC
kemudian mereka bikin pertemuan hasilnya dilaporkan ke SOM on DOC
Dirjen ASEAN. Ini yang ketemu adalah antara ASEAN dan Cina. Nah, di
dalam DOC ini kan ada banyak tuh elemennya ya, intinya DOC itu
pokoknya menjunjung tinggi dialog, action refuse, resolusi konflik di LCS

Universitas Sumatera Utara

harus di boost yang namanya kegiatan-kegiatan kerjasama, ada banyak,
ada lima kalau tidak salah ya, ada tentang riset untuk kelautan, kemudian
protection lingkungan, kemudian bagaimana serch and rescue, kemudian
bagaimana caranya memberantas kejahatan lintas batas di Laut Cina
Selatan.


Nah jadi si JWG dan SOM ini memastikan bahwa poin-poin ini, kegiatankegiatan ini terlaksana. Nah bagaimana caranya? Ada Plan of Actionnya.
Jadi setelah ada ini ada Plan of Actionnya, ada rencana kerjanya yang
lebih detail bagaimana mengimplementasikan DOC ini sembari menunggu
disguise perbatasannya bisa diselesaikan. Seperti itu, jadi salah satunya
kan itu elemennya. Kemudian ada elemen mengenai bahwa akan di
negosiasikan untuk COCnya di dalam DOC itu. Nah jadi yang dibahas
dalam JWG dan SOM on DOC, ada dua, ada dua substancenya yang
pertama adalah bagaimana implementasi DOC. Kemudian yang kedua
adalah bagaimana negara-negara ASEAN dan Cina bisa menyepakati atau
bisa ada progress untuk COC of the South China Sea

Nah di dalam proses JWG dan DOC ini, Indonesia banyak sekali perannya,
even kita memberikan inisiatif untuk adanya apa namanya kegiatankegiatan kerjasama, ini yang kadang tidak terlihat ya, diplomasi dari luar
gitu, karena itu kan apa namanya di dalam ruangan gitu tetapi dinamika
antara Cina dan negara-negara claimant state itu kan ga mudah. Kadangkadang kan beda kepentingan, misalnya Cinanya tetap kekeh mau ga bisa
kita harus bikin komite ABC gitu sedangkan misalnya negara-negara
ASEAN tidak mau keberatan karena kita gamau karena Cina sekarang
tiba-tiba bangun pulau ini. Kayak gontok-gontokan gitu ya. Nah disitu
Indonesia banyak berperan sebagai honest broker disitu untuk memastikan
bahwa eh you know what, we have to make some process, So doing the

negotiation atau proses-proses pertemuan dalam JWG dan SOM on DOC
itu dalam dinamikanya itu Indonesia banyak berperan. Kemudian itu untuk
JWG dan SOM on DOC ya. Nah, tahun lalu tahun 2016, tahun lalu itu

Universitas Sumatera Utara

ASEAN dan Cina berhasil mengesahkan dua hal yang itu juga atas
dorongan dari Indonesia, jadi Indonesia banyak berperan penting
yang pertama itu guideline dari hotline communication antara senior
official untuk kemlu-kemlu ASEAN dan Cina. Jadi sekarang ada antara
negara-negara ASEAN dan Cina kita punya hotline khusus komunikasi
kalau terjadi situasi emergency di lapangan, di LCS, itu ada hotline khusus
antara para senior-senior official level eselon I itu bisa langsung
menguhubungi satu sama lain.

Jadi di Laut Cina Selatan itu kan karena masih simpang siur ya, masih
overlapping, ininya, apa namanya, perbatasan-perbatasannya masih belum
jelas, jadi banyak Misalnya nelayannya datang lewat di perairan yang
mereka anggap itu perairannya mereka yang Cina anggap perairan mereka,
terus jadinya bentrok, di lapangan terjadi emergency, Nah itu ada channel

khusus sekarang sudah disepakati tahun lalu supaya menghindari
kesalahpahaman. Gitu. Jadi ada hotline khusus gitu. Nah Kemudian yang
kedua disepakati juga namanya application of Code of Unplanned
Encounter in The South China Sea.

Jadi CUES ini sebenarnya sudah ada, sudah disepakati untuk di wilayah
perairan pasifik, jadi kalau misalnya ada encounter tabrakan gitu ya kalau
misalnya saling ketemuan-ketemuan ya kapal negara mana sama kapal
negara mana secara tidak sengaja, Apa ininya, apa namanya, SOPnya
bagaimana, very technical ya, SOP ketika terjadi encounter yang tidak
disengaja di Pasifik. Itu sebenarnya sudah ada CUES. Nah sekarang
ASEAN sama Cina bikin untuk khusus di LCS dan ini sebenarnya hal-hal
yang sebenarnya very technical dan actually how on the ground. Actually
I think. Kalau diplomacy itu kan mengenai trust ya, masalah apakah kita
bisa memahami satu sama lain, mengetahui pergerakan satu sama lain.
Nah, dua hal ini adalah dua aspek yang bisa kita dianggap oleh ASEAN
dan Cina merupakan suatu Confidence Building Measures sehingga
meminimalisir kecurigaan di antara ASEAN dan RRT, jadi relative stabil

Universitas Sumatera Utara


lah, ada channelnya, ada SOPnya ketika sesuatu terjadi di lapangan. Ini
disahkannya dalam forum pertemuan AMM bulan Juli kalau tidak salah ya
tanggal 25, 25 Juli kalau tidak salah.

4. Apakah Workshop of Managing Potential Conflict in the South China
Sea efektif untuk menyelesaikan konflik?

Nah terus workshop on managing potential conflict of south china sea juga
nih dilakukan tiap tahunnya. Tetapi ini workshop untuk mengelola potensi
konflik jadi bukan workshop untuk menyelesaikan konflik di Laut Cina
Selatan. Kalau misalnya untuk kita menyelesaikan konflik sudah pasti
tidak bisa, tapi I wouldn’t say kita ga punya daya apa-apa karena gimana
ya intinya untuk menyelesaikan konflik kan butuh bertahun-tahun lama,
tetapi proses kesana jembatannya harus sebangun, harus ada fondation
yang kuat antara negara-negara claimant dan RRT dan yang itu yang turut
membangun adalah Indonesia yang mengantarkan istilahnya ya claimant
state dan RRT ini untuk pada gilirannya nanti bisa menyelesaikan konflik
perbatasan mereka di LCS. I wouldn’t say kita ga punya daya apa-apa, ini
kepentingan kita di LCS yang sangat dekat dengan Indonesia karena

spillovernya masih ke Indonesia juga. Kita masih memonitor secara dekat
bagaimana hubungan di antara claimant state ini, bagaimana situasi di
LCS.

Tetapi untuk menyelesaikan konflik itu sesuatu yang very gimana ya
tergantung mereka, misalnya Indonesia sama Malaysia, Sipadan dan
Ligitan, kan tergantung pada Indonesia dan Malaysia mau gimana
menyelesaikannya,

kita

bawa

pihak

ketiga

akhirnya

pengadilan


internasional ikut campur kan karena kita berdua yang sepakat, seperti itu.
Kalau misalnya dibilang upaya indo dalam menyelesiaikan konflik LCS,
yang saya bilang tadi, sebenarnya kan Indonesia kan pihak luar dalam
konflik LCS, sebenarnya Indo ini banyak upayanya dalam membantu

Universitas Sumatera Utara

proses untuk penyelesaian konfliknya. Indo membantu proses dalam
penyelesaian konflik itu.

Kepentingan kita adalah, ketika tetangga dekat kita saling bersengketa, itu
akan tidak bagus juga untuk kita, nelayan-nelayan kita keluar simpang siur
tidak tenang, bisa jadi Cina marah tau-tau dia kesal terus bikin ninedashed line. Tapi efek dari pertikaiannya we know, jadi supaya hal-hal itu
tidak terjadi, jalur diplomasi jalur komunikasi tetap berjalan, kita punya
kerjasama yang konstruktif dengan Cina supaya kita tetap at the same
level, area mainannya tetap sama levelnya.

Jadi kalau mau dibilang peran Indonesia, banyak banget dari yang
akhirnya inisiasi langkah-langkah yang saya sebutkan tadi, confidence
building measures sampai how to manage the dynamic during each
negotiation sangat penting, untuk maintance everyone tetap dalam same
level, interestnya semua negara terpikirkan, as a honest broker yang tidak
punya kepentingan apa-apa sebenarnya, ya Indonesia itu, kalau misalnya
kayak claimant state, Filipina ada Cina, kan pasti they have an agenda,
kalau Indonesia bukan sebagai claimant state tapi juga sebagai party yang
ikut berkontribusi terhadap pengelolaan kondisi di LCS.

5. Bagaimana peran Indonesia dalam mendorong implementasi Code of
Conduct of Parties in the South China Sea?

Jadi gini, itu kan dibahasnya dalam JWG dan SOM on DOC ya, oke kita
bikin dulu kerangkanya untuk COC, antara ASEAN sama Cina nih yang
selalu omong-omongan, namanya COC ini it’s a hard issue ya, COC ini
jadi suatu hal yang ditunggu-tunggu oleh banyak negara, oleh dunia
internasional, Amerika pantengin, Jepang pantengin, semuanya pokoknya
mantengin, gimana nih ya Cina dan ASEAN berhasil mengeluarkan COC
atau nggak. So everybody see you like hm mereka pengen terlihat ingin
memberikan sesuatu, jadi Cina memberikan draft waktu ini, Indonesia

Universitas Sumatera Utara

ngasih draft, Singapura juga kasih draft, Vietnam juga kayanya pernah
ngasih draft, kalau ga salah Indonesia aja sih yang ngasih draft full. Dan
itu sulitnya ketika negosiasi karena pasti semua punya gengsi masingmasing kenapa kita harus kasih draftnya dia atau kenapa kita harus pakai
elemen yang ini. So its so hard for many years ya karena semuanya punya
ego masing-masing. Cina ga mau make draft yang dari Filipina, jadi
apapun yang dikasih sama Filipina dia mana mau terima, nah apa namanya
Filipina juga begitu, dia juga ga mau nerima elemen-elemen atau masukan
dari Cina.

Its very important ya jadi bagaimana setiap negara ini merasa bahwa ini
tuh dari nol, gitu loh, ini tuh dari nol semuanya, so depends on
kepemilikan terhadap kerangka COC ini sesuatu yang sangat penting
sehingga ini bisa jadi. Jadi memang Indonesia punya draft, saya ga bisa
kasih detailnya seperti apa, tetapi intinya adalah yang saya bilang itu ada
gengsi dari setiap negara, yang penting bagi Indonesia adalah bahwa
elemen-elemen penting menurut Indonesia yang dari draft itu masuk ke
kerangka COC, so its doesn’t matter if our zero draft is accepted or not
selama elemen yang kita pengen masuk ke kerangka COC dan itu yang
kita upayakan dan sudah terjadi. Gimana caranya kita mendorong supaya
elemen-elemen yang menurut Indonesia penting tetap masuk ke situ. Jadi
ketika negosiasi strateginya harus diubah.

Ketika tiga negosiasi terakhir di tahun ini kalau ga salah ya, itu awal tahun
di bali, yang pertama di Bali, kemudian di Kamboja, kemudian di Buyang.
Jadi ketiga negosiasi ini akhirnya kita putuskan menggunakan pendekatan
usulan Indonesia lagi. Jadi bener-bener dari apa namanya kertas kosong,
gimana sih Indonesia ketika terjadi dinamika seperti ini, apa sih yang kita
lakuin karena permainan seperti ini yang penting supaya Cinanya ga
lambat, Filipinanya ga lambat, supaya semuanya tetap jalan supaya bisa
menghasilkan sesuatu. Jadi kita namainnya Bali approach karena
pertemuan ini mulainya di Bali. Jadi Indonesia bilang waktu itu, jadi yang

Universitas Sumatera Utara

penting ketika dimulai dari kertas kosong itu, apa yang penting buat
Indonesia bisa masuk ke situ dan akhirnya masuk jadi di kerangka ini its
good ya menurut kita karena kepentingan Indonesia sudah masuk semua.
Setelah beberapa tahun akhirnya ada kerangka dan negosiasinya bisa
dimulai. Kalau Cina pengennya akhir tahun ini ya tapi we never know,
untuk negosiasinya COC nya sendiri.

6. Adakah tindakan Indonesia untuk mengantisipasi perkembangan
situasi berkaitan dengan konflik Laut Cina Selatan pasca putusan
Mahkamah Arbitrase Internasional?

Menlu Bu Retno tahun lalu, pasca keluarnya putusan PCA itu, genting kan
situasinya antara apa ya ASEAN sama Cina, terus waktu itu setelah
pertemuan AMM tahun lalu, biasanya kan kita seantara menlu ASEAN itu
selalu issued yang anamanya Joint Communique mengenai berbagai isu di
ASEAN, salah satunya tentang LCS. Bahasa untuk LCS nya itu waktu itu
sulit sekali kita sepakati, karena semua negara punya kepentingan masingmasing ya, Filipina tentunya dia pengen kencang of course itu karena
mereka baru menang putusan PCA itu kemudian Vietnam juga, ada
negara-negara I don’t know, ada tuh negara-negara mana yang condong ke
Cina, mana yang enggak, nah cukup polarize apa namanya situasinya
waktu itu. Kalau misalnya sampai para menlu ini tidak bisa menyepakati
untuk isu LCS bisa sangat berisiko sekali kan bisa jadi Joint
Communiquenya batal semuanya karena enggak srek terus batal ga bisa
dikeluarin. Seperti tahun 2012 dulu pernah ASEAN tidak bisa
mengeluarkan Joint Communique.

Jadi untuk menghindari hal itu terjadi lagi, Bu Menlu yang melakukan
maneuver politik waktu itu jadi kita inisiasi ada informal meeting para
menlu ASEAN, bukan pertemuan besar delegasi. Ya semua intinya semua
mata masyarakat internasional sekarang sedang ke ASEAN arahnya,

Universitas Sumatera Utara

bagaimana ya ASEAN menyuarakan posisinya terkait LCS pasca
keluarnya putusan PCA, jadi beliau bermanuver disitu kemudian
menyarankan menginisiasikan waktu itu dari kita pula statement ASEAN
Point Ministers on peace security and stability, itu di tahun 2016, nah jadi
kalau misalnya Wines search di website ASEAN sekeretariat ada tuh. Isi
statement itu intinya lagi-lagi menegaskan bahwa asean dalam menjaga
perdamaian dan stabilitas di kawasan harus memikirkan beyond the reason
bahwa it has to ---its beyond LCS--- it was a good move, para anggota
ASEAN juga setuju dan pokoknya intinya waktu itu join communitynya
jadi, jadi banyak ambil bahasa dari situ juga, so seperti itu yang Indonesia
lakukan, yang menurut saya pribadi ya it helped a lot, you know ya untuk
menghadapi Cina, we have to be solid, ya karena kalau terpisah-pisah its
going to be easy for them to I don’t know, tetapi kalau kita solid, we have a
balance decision dengan Cina jadi bisa enak apa namanya negosiasinya.

7. Cina menolak keputusan Mahkamah Aribtrase Internasional yang
secara tidak langsung menolak UNCLOS. Apakah hal ini akan
mengancam Natuna?

Nggak, karena nine dashed lines itu dikeluarkan oleh Cina, dikeluarkan
sendiri oleh mereka, pokoknya gini, posisi Indo adalah kita tidak
mengakui posisi, kita tau tetapi kita tidak mengakui adanya nine dash line
itu, karena menurut Indo perbatasan di perairan internasional adalah yang
sesuai dengan hukum-hukum UNCLOS dan hukum internasional lainnya
jadi apa yang Cina lakukan itu karena tidak sesuai tidak kita akui. Jadi
terserah mereka mau pasang garis-garis sejauh apa dan menurut kita tidak
ada. Nah, emm ini nih bingungnya, karena kan kita tidak pernah ngakuin
nine dash line sejak itu keluar ya, kemudian tahun, baru-baru ini, eh bukan
baru-baru ini, tahun 2014, menlunya Cina ketemu sama menlu kita dan
bilang bahwa RRT tidak akan..saya lupa kata-kata persisnya ya, RRT tidak
akan apa intinya itu we wouldn’t -- with your territory, with your

Universitas Sumatera Utara

sovereignity. Sebenarnya sudah ada omongan dari menlu nya kalian
tenang aja, kami tidak akan ini sama kalian. Gitu.

Beberapa masalah mengenai penangkapan ikan sampai sekarang itu kita
juga tetap tidak ini mengakui nine dash line mereka, pokoknya perairan
kita, teritori kita adalah harga mati, gituuu ya makanya waktu itu kan
waktu ada apa-apa presiden langsung ngomong juga, juga angkatan laut
juga langsung patroli juga, pokoknya kita langsung pasang inilah don’t
mess up with us intinya, I think they got the messages very clear. We are
keeping our eyes open, cuma kalau merasa terancam, saya sih tidak
mendapat nuansa itu sih sampai sekarang. Maksudnya we keep sending
message to them jangan macam-macam sama Indonesia sih. Cuma seperti
itu saja, tidak sampai kadar level seperti claimant state yang lain.

Sebenarnya itu bukan our interest untuk itu, kita buang-buang energy
untuk tidak bisa tinggal diam, heboh-heboh atau marah sama Cina karena
tidak mau mengikuti itu, Unless ada punishment tertentu, misalnya secara
internasional ada hukuman yang jelas, tetapi ketika itu tidak ada, ya who
can guarantee. Ketika putusan PCA keluar, Cina menolak itu, Amerika
Serikat marah juga. Menurut mereka Cina disrespectful gitu ya tidak
mengakui hukum internasional dan segala macam, padahal AS juga pernah
seperti itu, banyak negara-negara yang sudah keluar dari mahmakah
internasional and they do nothing about it. Akan tetapi, it says something
about them. Hukum internasional itu kan apa ya sebutannya kebanyakan
its a moral obligation. Jadi when China does something yang tidak respect
terhadap hukum internasional, itu memberikan istilahnya ya masyarakat
internasional jadi tau you are not konsisten padahal ada UNCLOS tetapi
kamu tidak comply dengan hasil putusan seperti ini jadi its about apa ya
kepada gentleman agreementnya aja, tetapi memang susah gitu, Indo mau
mendorong mereka menerimanya gimana, enggak bisa gitu, so we wasting
our energy on that ketika we are not even the one who having the battle
with them.

Universitas Sumatera Utara

Why you think we should angrier karena ketika Cina menolak putusannya,
kan berarti Filipina yang dirugikan kan? Tetapi kenapa tidak seperti itu?
Filipina tenang-tenang saja, justru setelah PCA, diantara Filipina dan RRT
itu melunak. Filipin justru melunak, setelah PCA dikeluarkan, justru malah
lebih stabil, situasi LCS tidak heboh seperti sebelumnya. Kenapa? Karena
Filipina sudah menerima pengakuan secara internasional bahwa mereka
ada di pihak yang benar and that the international law is good enough.
Jadi kadang-kadang kita ga bisa seperti di hukum negara, kalau uda
dijatuhin keputusan harus nurut atau bayar denda. Tetapi putusan itu
memberikan suatu kejelasan hukum siapa yang berada di jalan yang benar
siapa yang salah, dan semua satu dunia tahu bahwa Cina yang salah tapi
Cina tetap ga mau terima berarti kan konsekuensinya how other people see
its depend on them.

Universitas Sumatera Utara