Pages from Pages from PROSIDING AVOER 2011 26

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

S-3
PERKEMBANGAN SISTEM STRUKTUR BETON PRACETAK
SEBAGAI ALTERNATIF PADA TEKNOLOGI KONSTRUKSI
INDONESIA YANG MENDUKUNG EFISIENSI ENERGI SERTA
RAMAH LINGKUNGAN
Siti Aisyah Nurjannah1*
1
Balai Diklat Wilayah VII Kementerian Pekerjaan Umum, Jl. K.S. Tubun No. 12,
Lapangan Hatta, Palembang
*
Koresponensi Pembicara. Phone: +62 711 359410, Fax: +62 711 377251
Email: nurjannah_sa@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pada saat ini, telah terdapat berbagai macam sistem struktur beton pracetak yang telah
dikembangkan oleh berbagai perusahaan swasta, instansi pemerintah, maupun Badan

Usaha Milik Negara yang mendukung sektor konstruksi di Indonesia. Sistem struktur
tersebut telah diuji di laboratorium dan telah diaplikasikan pada sektor konstruksi
berupa bangunan gedung maupun jembatan. Sistem struktur beton pracetak
mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sistem struktur beton
konvensional, di antaranya adalah efisiensi waktu pengerjaan, efisiensi energi, serta
ramah lingkungan. Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memberikan sumbangan informasi tentang perkembangan teknologi sistem struktur
beton pracetak di Indonesia pada sektor konstruksi. Berbagai data dan informasi serta
perijinan untuk menggunakan data tersebut dikumpulkan untuk mendukung penulisan.
Perkembangan sistem pracetak didukung dengan adanya laboratorium untuk menguji
bahan bangunan dan sistem struktur beton pracetak untuk mengukur tingkat kinerja
dalam menahan beban sesuai peraturan-peraturan yang terkait. Dari pemaparan
tentang sistem struktur tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem struktur
beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam perkembangan
konstruksi di Indonesia yang mendukung efisiensi waktu, efisiensi energi, dan
mendukung pelestarian lingkungan.
Kata Kunci: beton pracetak.

1. PENDAHULUAN
Saat ini, telah terdapat berbagai macam sistem struktur beton pracetak yang telah

dikembangkan oleh berbagai perusahaan swasta, instansi pemerintah, maupun Badan
Usaha Milik Negara yang mendukung sektor konstruksi di Indonesia. Jenis sistem
struktur yang paling banyak dikembangkan saat ini adalah sistem join balok-kolom
beton pracetak, sistem panel dinding geser beton pracetak, serta sistem struktur panel
beton pracetak sebagai pelat jembatan. Perkembangan sistem struktur join dan panel
beton pracetak terutama untuk mendukung program pemerintah, yaitu pembangunan
rumah susun sederhana yang terjangkau harganya untuk masyarakat golongan
menengah ke bawah. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

234

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

tahun 2004-2009, target yang ditetapkan adalah 60.000 rumah susun sewa (rusunawa)
dan 25.000 rumah susun milik (rusunami). Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun
2006, rumah susun 4-6 lantai telah terbangun 50 blok/tahun. Dengan adanya program

percepatan pembangunan rusuna sejak tahun 2006, maka jumlah rusunawa berupa
bangunan bertingkat sedang (4-6 lantai) adalah sekitar 150 blok/tahun dan rusunami
berupa bangunan bertingkat tinggi (10-20 lantai) sebanyak 300 blok/tahun sampai
dengan tahun 2011. Jumlah yang sangat besar tersebut menyebabkan perlunya
pembangunan yang efisien dengan tetap memperhatikan persyaratan teknis
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (Sidjabat, 2007)
Sistem struktur beton pracetak juga digunakan untuk pembangunan gedung
asrama, rumah toko, ataupun gedung perkantoran. Pemilihan sistem beton pracetak
adalah karena sistem ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sistem struktur beton yang dicor di tempat, yaitu:
a. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat dilakukan dengan lebih cepat lebih
dan lebih mudah sehingga mengurangi masa konstruksi
b. Pelaksanaan lebih cepat seingga dapat mengurangi biaya konstruksi.
c. Pengontrolan mutu pekerjaan lebih baik karena pengerjaan komponen frame
dilakukan sebelum pemasangan (instalasi) sebagai struktur bangunan,
sehingga kualitas konstruksi lebih terjamin.
d. Mengurangi bahan cetakan dari bahan kayu mendukung pelestarian
lingkungan.
e. Mengurangi penggunaan perancah
f. Mengurangi jumlah tenaga kerja di lapangan

g. Kondisi lapangan lebih bersih
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memberikan sumbangan
informasi tentang perkembangan teknologi beton pracetak di Indonesia pada sektor
konstruksi yang mendukung efisiensi energi serta ramah lingkungan.
2. BAHAN DAN ALAT
Penyusunan tulisan dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data dan informasi
perkembangan sistem pracetak di Indonesia, berupa data sistem yang telah ada di
Indonesia, foto pengujian di laboratorium, dan foto bangunan yang terdiri dari sistem
beton pracetak, serta referensi tentang perkembangan teknologi beton pracetak di
Indonesia.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam mendesain suatu sistem struktur beton pracetak, terdapat syarat kekuatan
yang harus dipenuhi berdasarkan peraturan yang terkait. Beberapa peraturan yang
berlaku di Indonesia yang terkait dengan struktur bangunan, di antaranya adalah
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, dan American Concrete
Institute (ACI) 374.1-05 Acceptance Criteria for Moment Frames Based on Structural
Testing and Commentary. Sistem struktur beton pracetak harus didesain agar mampu
menahan Beban Hidup, Beban Mati, Beban Angin, dan Beban Gempa.

Beban Hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian
suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah dan/atau beban akibat air hujan pada atap (BSN, 2002). Beban
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

235

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

Hidup berkisar antara 100 kg/m2 s.d. 500 kg/m2 atau lebih, tergantung fungsi
bangunan. Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut (BSN, 2002).
Beban Gempa adalah beban yang diakibatkan oleh gempa yang besarnya terhadap
suatu struktur tergantung pada intensitas gempa dan jarak tempat struktur berada.
Intensitas gempa tergantung pada Wilayah Gempa seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 1. Saat ini, revisi SNI tentang kegempaan untuk menggantikan SNI 03-17262002 sedang dalam tahap penyempurnaan dan diharapkan akan selesai pada tahun

2011. Peta gempa terbaru adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 1. Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar
Menggunakan Perioda Ulang 500 Tahun (Sumber: SNI 03-1726-2002)

Gambar 2. Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan Rata-rata Geometrik (MCEG),
Kelas Situs SB (Sumber: RSNI 03-1726-201x)

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

236

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

Berbagai sistem struktur beton pracetak yang telah dikembangkan oleh berbagai
perusahaan maupun instansi pemerintah di Indonesia untuk bangunan gedung berupa
sistem join balok-kolom dan dinding geser berturut-turut diperlihatkan pada Tabel 1

dan Tabel 2. Selain itu, terdapat pula sistem struktur panel beton pracetak yang
digunakan sebagai pelat jembatan yang harus mampu menahan beban kendaraan.
Tabel 1. Beberapa Sistem Struktur Beton Pracetak Join Balok-Kolom yang Telah
Dikembangkan di Indonesia (Sumber: Puslitbang Permukiman, 2011)
No.
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15
16
17
18
19
20
21
22
23

Nama Sistem
MPS SYSTEM
CIRCON SYSTEM
CLIPCON SYSTEM

Produsen
PT. MEITAMA ABADI
PT. ANUGERAH PUTRA NOBAS
PT.
SINERGY

PRACON
NUSANTARA
JOINT APBN SYSTEM
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman,
Balitbang,
Kementerian Pekerjaan Umum
Kencana System
PT. Kencana Precast
TRINITY SYSTEM
PT. PRIMA USAHA TRINITY
RB-CON SYSTEM
PT. PRIMA JAYA PERSADA
BKP SYSTEM
PT.
BANGUN
KHARISMA
PRIMA
W-PLUS SYSTEM
PT. CIPTA JAYA FADHILAH

MANARA SYSTEM
PT. MANARA INDAH
SAKORI SYSTEM
Saudara Dedi P. Putra
Highrise Building System
P.T. Dantosan Precon Perkasa
SISTEM υRECAST ―Rigid Joint P. T. Hiper Concrete Precast
υrecast (RJυ)‖
Structure Industry
ERDEA SYSTEM
P.T. ERDEA
DDC ( DOUBLE DOWEL PT. HARIS JAYA UTAMA
CONNECTION) SYSTEM
JHS
SYSTEM
COLUMN P. T. JHS PRECAST CONCRETE
BEAM SLAB G3
INDONESIA
ORICON
(OVAL

RING PT. VALTEK KARSATAMA
CONNECTION) SYSTEM
TRICON 3 JUPITER P.T. TRIBINA PRIMA LESTARI
SYSTEM
VIRTU SYSTEM
PT.
TOTAL
BOANERGES
INDONESIA
BI-PLATE SYSTEM
PT. WIDYA SATRIA
KOTAPARI SYSTEM
PT. BUANA CONSTRUCTION
JHS
SYSTEM
COLUMN P.T.
JHS
Precast
Concrete
BEAM SLAB G3 SYSTEM
Indonesia
Interior
Less
Moment P.T.
RIYAH
PERMATA
Connection – High Rise System ANUGRAH
DAN
P.T.
(LMC-HRS)
BINANUSA PRACETAK DAN
REKAYASA
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Tahun
2011
2011
2011
2010

2010
2010
2010
2010
2010
2010
2008
2008
2010
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2008
2008
2008

237

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

TRICON L10 SYSTEM
WASKITA
PRECAST
SYSTEM
JAVA PERKASA PRECAST
SYSTEM
SYSTEM sambungan Balok
Kolom HK PRECAST
PLATCON
PRECAST
SYSTEM
TBR-J SYSTEM

ISBN : 979-587-395-4

P.T. TRIBINA PRIMA LESTARI
07 P. T. Waskita Karya dan Ir.
Prijasambada, MM.
07 P. T. Java Perkasa dan Ir.
Prijasambada, MM.
& P. T. Hutama Karya

2007
2007

07 P. T. Rang Pratama dan Ir. Sutadji
Yuwasdiki, Dipl. E. Eng.
P. T. Tata Bumi Raya dan Ir.
Junaedi ME
DPI SYSTEM
P.
T.
DANIA
PRATAMA
INTERNASIONAL
CCP (COUPLE COMB PLATE) PT. Victory Sena Utama
SYSTEM
KW SYSTEM
P.T. KUMALA WANDIRA
Well Conn System
P.T. BORNEO SAKTI
PPI SYSTEM
P T. Pacific Prestres Indonesia
Sistem Struktur Beton Pracetak P. T. Wijaya Karya Beton
WITON-SC
C-PLUS SYSTEM
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman,
Balitbang,
Kementerian Pekerjaan Umum

2007

2007
2007

2008
2009
2008
2008
2008
2007
2007
2006

Tabel 2. Beberapa Sistem Struktur Beton Pracetak Dinding Geser yang Telah
Dikembangkan di Indonesia (Sumber: Puslitbang Permukiman, 2011)
No. Nama Sistem

Produsen

Tahun

1
2

Precast Coupled Wall System
n-Panel System

2011
2009

3
4

PRECON SYSTEM
Sistem Wall and Slab

P.T. Catur Cipta Graha
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman,
Balitbang,
Kementerian Pekerjaan Umum
P.T. Dantosan Precon Perkasa
P.T. Griyaton

2008
2006

Untuk mengetahui kinerja suatu sistem struktur , bahan bangunan dan sistem
struktur tersebut diuji di laboratorium. Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan
Bangunan dan Laboratorium Struktur dan Konstruksi Bangunan di instansi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbang Permukiman), Kementerian
Pekerjaan Umum, Bandung. Metoda pengujian dilakukan berdasarkan pada National
Earthquake Hazard Reduction Program (NEHRP) 1997 yang terdapat dalam SNI 031726-2002 dan ACI 374.1-05.
Gambar 3 dan Gambar 4 memperlihatkan pengujian bahan bangunan. Uji tarik
dilakukan terhadap beberapa sampel uji baja tulangan, sedangkan uji tekan dilakukan
terhadap beberapa sampel silinder beton.

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

238

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

Gambar 3. Uji Tarik Baja Tulangan Gambar 4. Uji Tekan Silinder Beton,
(Sumber: Puslitbang Permukiman, 2010) (Sumber: Puslitbang Permukiman, 2010)
Gambar 5 s.d. Gambar 8 memperlihatkan foto pengujian pada beberapa macam
sistem struktur beton pracetak join balok-kolom dan dinding geser yang diberi beban
aksial konstan sebagai pengganti Beban Hidup dan Beban Mati pada bangunan
gedung serta beban siklik statik monotonik sebagai simulasi beban gempa.

Gambar 5. Pengujian Beban Aksial Gambar 6. Kondisi Benda Uji Join
Konstan dan Siklik Statik Monotonik Balok Kolom di Akhir Pengujian
pada Sistem Struktur Beton Pracetak Join (Sumber: Puslitbang Permukiman, 2010)
Balok-Kolom
(Sumber:
Puslitbang
Permukiman, 2010)

Gambar 7. Pengujian Sistem Struktur Gambar 8. Pengujian Sistem Struktur
Dinding Beton Pracetak Tampak Depan Dinding Beton Pracetak Tampak
(Sumber: Puslitbang Permukiman, 2010) Samping
(Sumber:
Puslitbang
Permukiman, 2010)
Dalam proses konstruksi yang menggunakan beton pracetak, pembuatan
komponen beton berupa balok, kolom, dan pelat beton pracetak dilakukan di suatu
tempat yang berada di dekat lokasi pembangunan gedung. Setelah cukup umur,
komponen tersebut dipasang, kemudian sambungan antar komponen di-grout dengan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

239

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

beton mutu tinggi. Beberapa bangunan gedung yang terdiri dari beton pracetak
diperlihatkan pada Gambar 9 sampai dengan Gambar 18.

Gambar 9. Proses Pemasangan n-Panel Gambar 10. Struktur n-Panel System
System (Sumber: Puslitbang Permukiman, Masih Didukung oleh Perancah (Sumber:
2010)
Puslitbang Permukiman, 2010)

Gambar 11. Gedung Asrama Balai Irigasi
di Solo Menggunakan Dinding n-Panel
System (Sumber: Puslitbang Permukiman,
2010)

Gambar 12. Gedung Asrama Balai Irigasi
di Solo Menggunakan Dinding n-Panel
System (Sumber: Puslitbang Permukiman,
2010)

Gambar 13. Gedung Rumah Susun Sewa di
Cigugur, Cimahi, Jawa Barat Menggunakan
Sistem Kolom C-Plus (Sumber: Puslitbang
Permukiman, 2007)

Gambar
14.
Bangunan
Asrama
Universitas Diponegoro Menggunakan
Sistem Join Balok Kolom L-10 dari PT
Tribina Prima Lestari (Sumber: Lestari,
P.T., 2007)

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

240

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

Gambar 15. Rumah Susun Sewa Sepuluh Gambar 16. Rumah Susun Milik di
Lantai
di
υasar
Jum‘at,
Jakarta Batam Menggunakan Join Balok Kolom
Menggunakan Panel Pracetak. (Sumber: Pracetak (Sumber: Nurjaman, 2009)
Nurjannah, 2009)

Gambar 17. Rumah Susun Milik di Gambar 18. Pembangunan Apartemen di
Palembang Sejak 1981. (Sumber: Nurjaman, Jakarta Menggunakan Panel Dinding
2009)
Pracetak (Sumber: Nurjannah, 2009)
Salah satu alasan pemilihan sistem beton pracetak dibandingkan beton
konvensional adalah harga pembuatan struktur beton pracetak yang lebih murah
daripada beton konvensional. Sebagai contoh, harga sistem struktur kolom C-Plus per
meter persegi adalah Rp 800.000,00 pada tahun 2006. Jika struktur kolom C-Plus
dibuat tanpa fondasi, harganya adalah Rp 650.000,00 pada tahun 2006 (Yuwasdiki,
2006).
4. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam
perkembangan konstruksi di Indonesia yang bisa dilakukan dengan lebih terkontrol,
lebih ekonomis, serta mendukung efisiensi waktu, efisiensi energi, dan mendukung
pelestarian lingkungan. Sistem tersebut cocok digunakan pada bangunan modular,
seperti rumah susun, asrama, rumah toko, ataupun kantor. Perkembangan teknologi
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

241

Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011

ISBN : 979-587-395-4

tersebut masih sangat terbuka dengan membuat berbagai variasi sistem struktur dan
penyempurnaan dari sistem struktur yang telah ada.
5. SARAN
Saran untuk sistem struktur beton pracetak adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan konstruksi beton pracetak bisa lebih dikembangkan sebagai
alternatif pengganti sistem beton bertulang konvensional dengan
mengaplikasikannya ke berbagai macam bangunan sesuai fungsinya.
2) Peningkatan kinerja struktur dengan inovasi perkuatan struktur baik dari segi
konfigurasi baja tulangan, dimensi penampang sistem, maupun mutu bahan
bangunan. Selain itu, pengontrolan kualitas pembangunan harus terjaga agar
sistem struktur bisa bekerja sesuai dengan desain dan mampu menahan beban
yang ada.
6. REFERENSI
American Conceret Institute Committee, ACI 374.1-05 (2005), Acceptance Criteria
for Moment Frames Based on Structural Testing and Commentary, American
Concrete Institute, Farmington Hills, Mich, USA.
Badan Standardisasi Nasional (2002). SNI 03–1726–2002 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, Jakarta, Indonesia.
Badan Standardisasi Nasional (201x). RSNI 1726–2002 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Nongedung, Jakarta, Indonesia.
Badan Standardisasi Nasional (2002). SNI 03–2847–2002 Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Jakarta, Indonesia.
Lestari, P.T. Tribina Prima (2007). Sistem Tricon. Workshop ―Value Engineering
Rumah Susun Sederhana Bertingkat Sedang dan Bertingkat Tinggi dengan Sistem
Pracetak dan Prategang Sebagai Salah Satu Wujud Profesionalisme dan Antisipasi
Bencana Gempa‖, Jakarta, Indonesia.
Nurjaman, H. N. (2009). Aplikasi Perencanaan Model Pracetak Panel yang Berfungsi
Sebagai Dinding Geser. Diskusi Teknis Metoda Pengukuran Produktivitas Kajian
Konstruksi n-Panel System, Bandung, Indonesia.
Nurjannah, S.A. (2009). Dokumentasi pribadi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (2007 s.d 2010). Dokumentasi foto.
Puslitbang Permukiman (2010). Laporan Akhir Kegiatan Penelitian dan
Pengembangan Rumah Susun dan Bangunan Umum, Bandung, Indonesia.
Sidjabat, H.R. (2007). Kesimpulan. Workshop Value Engineering Rumah Susun
Sederhana Bertingkat Sedang dan Bertingkat Tinggi dengan Sistem Pracetak dan
Prategang Sebagai Salah Satu Wujud Profesionalisme dan Antisipasi Bencana
Gempa, Jakarta, Indonesia.
Yuwasdiki, Sutadji (2006). Modul Sistem Pracetak C-Plus. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung,
Indonesia.

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

242