Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2013-2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Proses persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses yang alamiah dan

hampir dialami oleh setiap wanita. Setiap wanita menginginkan persalinannya
berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna dan sehat. Setiap
persalinan mempunyai resiko baik pada ibu maupun janin, berupa kesakitan
sampai pada resiko kematian dalam kondisi berbagai penyulit. Apabila wanita
tidak dapat melahirkan secara normal maka tenaga medis akan melakukan
penatalaksanaan persalinan alternatif untuk melahirkan janin. Dari berbagai
penyulit persalinan yang terjadi akan diputuskan tindakan operasi seksio sesarea
sebagai alternatif persalinan ketika jalan lahir normal tidak bisa dilakukan.
Peningkatan angka seksio sesarea terjadi di negara maju maupun
berkembang. Di Negara maju seperti Amerika Serikat tingkat kelahiran sesarea
keseluruhan meningkat dari tahun 1996 sebesar (20,7%) dan tahun 2009 sebesar
(32,9 %).(Osterman, 2014). Di Negara berkembang pada tahun 2007 seksio
sesarea seperti Negara Afrika Selatan (15,4%), Mesir (11,4%), Tunisia (8%).
Sedangkan seksio sesarea di Asia pada tahun 2007 seperti China (40,5%), Hong

Kong (27,4%) dan Lebanon (23,3%) (Betran, 2008). WHO sendiri mengatakan
bahwa seharusnya operasi sesarea hanya digunakan untuk menangani 10-15%
persalinan (Maulana, 2008).
Di Indonesia sendiri, persentase seksio sesarea cukup besar. Survei
Nasional pada tahun 2009 sebanyak 921.000 persalinan dengan seksio sesarea dari

1

Universitas Sumatera Utara

2

4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Hal ini
menunjukkan angka kejadian seksio sesarea cenderung meningkat setiap tahunnya
baik Negara maju maupun Negara berkembang. Presentase seksio sesarea dengan
indikasi medis sebesar 65,18%, sedangkan

indikasi sosial sebesar 34,82%.

(WHO,2007).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2010, tingkat
persalinan seksio sesarea di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang
melahirkan dalam waktu 5 tahun terakhir yang diwawancarai di 33 provinsi.
Gambaran adanya faktor resiko ibu saat melahirkan atau di operasi sesarea adalah
13,4% karena ketuban pecah dini, 5,49% preeklamsia, 5,14%, perdarahan, 4,40%
karena jalan lahir tertutup dan 2,3% karena sobek. Peningkatan angka seksio
sesarea di Indonesia sendiri mencapai 30% melebihi batas presentase seksio
sesarea yang diperbolehkan yakni 15% (Manuaba, 2001)
Dari penelitian di RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan bahwa telah terjadi
peningkatan angka persalinan seksio sesarea dari 22,27% per 100.000 pada tahun
2001 menjadi 34,56% per 100.000 pada tahun 2006. Presentasi seksio sesarea
dengan indikasi medis sebesar 65,18%, sedangkan indikasi sosial sebesar 34,82%
(Gondo, 2010). Dari penelitian di RSU dr. Pringadi medan Tahun 2005 proporsi
persalinan dengan seksio sesarea tercatat 36,22% yaitu sebanya 293 kasus dari
809 persalinan, dengan indikasi medis 94,7% dan indikasi sosial 5,3% (Ginting
D., 2007). Dari penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang pada tahun
2007 proporsi ibu yang mengalami persalinan dengan seksio sesarea 726 (57,6%)

Universitas Sumatera Utara


3

dari 1260 persalinan. Presentasi seksio sesarea dengan indikasi medis sebesar 93%
dan indikasi sosial sebesar 7% (Sinaga EM., 2007).
Dari penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan pada
tahun 2011 dan sebanyak 434 persalinan seksio sesarea dari 2005 persalinan dan
tahun 2012 diketahui sebanyak 424 seksio sesarea dari 730 persalinan. Dengan
demikian proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea pada tahun 2011-2012 di
Rumah Sakit tersebut sebesar 31,37%. Presentasi seksio sesarea dengan indikasi
medis sebesar 90,8% dan indikasi sosial sebesar 9,2% (Siregar, 2012). Secara
umum jumlah persalinan seksio sesarea di rumah sakit pemerintah adalah sekitar
20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat
tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya persalinan pervaginam lebih
rendah dibandingkan dengan persalinan seksio sesarea yang semakin meningkat.
Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan persalinan dengan seksio
sesarea berdasarkan indikasi ibu seperti plasenta previa, partus tak maju
disproporsi cephalopelvik, preeklamsia, distosia servik, ketuban pecah dini dan
pernah seksio sebelumnya serta berdasarkan indikasi janin seperti bayi terlalu
besar, fetal distres dan kelainan letak bayi. Indikasi medis tersebut mendorong

keputusan

kearah

seksio

sesarea

berdasarkan

kegagalan

persalinan.

Preeklamsi/eklamsi merupakan faktor risiko pada kematian ibu dan kematian
janin. Dari hasil penelitian di RS Dr. Moewardi Surakarta diketahui angka
kematian ibu karena persalinan seksio sesarea sebesar 34%, penyebabnya adalah
pre-eklamsi berat sebanyak 54% dan pendarahan 20%. Dikutip dari 13 Tiga

Universitas Sumatera Utara


4

urutan tertinggi penyebab kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan sebesar
32%, hipertensi dalam kehamilan 25 % dan infeksi 50% (Depkes, 2013).
Selain indikasi medis ada juga indikasi sosial dimana para ibu hamil pada
masa kini sengaja meminta persalinan operasi walaupun tanpa alasan medis yang
tepat. Seperti, menghindari terjadinya kerusakan pada alat kelamin, rasa takut
dalam nyeri persalinan, dan rasa tidak nyaman serta jadwal kelahiran bisa
diatur.Hal ini menyebabkan pasien lebih memilih operasi seksio sesarea dari pada
persalinan pervaginam.
Sebenarnya melahirkan dengan seksio sesarea dilakukan untuk indikasi
medis tertentu, yang terbagi atas indikasi faktor ibu dan indikasi faktor janin.
Semua indikasi itu berdasarkan kondisi medis dari ibu dan janin yang
memerlukan tindakan seksio sesarea.
Terlepas dari indikasi medis dan indikasi sosial, seksio sesarea memiliki
risiko jauh lebih besar daripada persalinan pervagina. Seksio sesarea tidak hanya
berisiko untuk ibu dan janin. Komplikasi atau risiko penting yang muncul pada
seksio sesarea mencakup perdarahan, infeksi sesudah pembedahan. Penyebab
utama trias kematian pada ibu hamil dan nifas yaitu perdarahan 60 %, infeksi 26

%, gestosis 15 % (Manuaba, 2001). Di perkirakan bahwa 60 % kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40 % kematian masa nifas terjadi
24 jam pertama (Leveno, 2004).
Komplikasi bedah intraoperatif termasuk organ yang berdekatan seperti
kandung kemih, usus, serta kerusakan yang tidak disengaja pada rahim atau
serviks. Secara keseluruhan komplikasi bedah adalah 12,1%, jauh lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

5

pada kelompok seksio sesarea darurat (14,5%) dibandingkan dengan kelompok
seksio sesarea selektif (6,8%) (Bergholt, 2003).
Hasil survei awal yang penulis lakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan, diketahui jumlah ibu bersalin dengan seksio sesarea pada tahun 2013
yaitu sebanyak

193 dari 289 persalinan. Sedangkan pada tahun 2014 yang

melakukan seksio sesarea sebanyak 159 dari 208 persalinan. Dengan demikian

proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit tersebut tahun 20132014 adalah sebesar 71%.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang
karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2013-2014.
1.2

Perumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2013 – 2014.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2013 – 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea
berdasarkan sosiodemografi yang meliputi : umur, suku, agama, dan

pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

6

b. Mengetahui distribusi proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea
berdasarkan mediko obstetri meliputi : paritas, jarak persalinan, riwayat
penyakit, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan komplikasi tindakan
dari persalinan.
c. Mengetahui distribusi proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea
berdasarkan indikasi seksio sesarea.
d. Mengetahui distribusi proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea
berdasarkan status rawatan yang meliputi : lama rawatan, sumber biaya,
keadaan ibu sewaktu pulang.
e. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan indikasi seksio sesarea.
f. Mengetahui distribusi proporsi paritas berdasarkan indikasi seksio sesarea.
g. Mengetahuidistribusi proporsi lama rawatan berdasarkan riwayat penyakit.
h. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan


berdasarkan

riwayat

kehamilan.
i. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan berdasarkan komplikasi
tindakan persalinan seksio sesarea.
j. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan berdasarkan indikasi seksio
sesarea

Universitas Sumatera Utara

7

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan dalam upaya peningkatkan pelayanan terutama dalam

menangani masalah seksio sesarea.
1.4.2 Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis.
1.4.3 Sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis
mengenai persalinan seksio sesarea.

Universitas Sumatera Utara