Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja di Kecamatan Padang Bolak Julu (Studi Kasus SMA Negeri 1 Padang Bolak Julu)

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Remaja
Masa pencarian jati diri pada remaja seringkali menunjukkan tingkah laku yang
susah diatur, mudah emosional, mudah terangsang dan banyak

mengalami

konflik dalam dirinya maupun lingkungan. Remaja cenderung mudah untuk
terpengaruh dalam hal – hal negatif tanpa berpikir panjang.Apa dampak yang
terjadi, salah satunya adalah remaja yang memutuskan untuk menjadi pecandu
rokok. Meskipun itu dalam kategori pecandu rokok ringan (Sarwono, 2002).
Menurut Papilia (2004) remaja adalah transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi peubahan secara fisik, kognitif dan
perubahan social.Lahey (2004) menyatakan bahwa remaja adalah periode yang
dimulai dari munculnya pubertas sampai pada permulaan masa dewasa.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi
tentang remaja, yaitu:
1. Pada buku – buku pediatri, pada umumya mendefinisikan remaja adalah
bila seorang anak telah mencapai umur 10 – 18 tahun dan umur 12 – 20

tahun anak laki – laki.
2. Menurut undang –undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,
remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut undang – undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16 – 18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
tinggal.
4. Menurut undang – undang perkawinan No. 1 tahun 1979, anak dianggap
sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki – laki.
5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak
berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengahnya.
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10 – 18 tahun.
(Soetjiningsih, 2004).
10

Universitas Sumatera Utara

2.2 SMA Negeri 1 Padang Bolak Julu
Sekolah SMA Negeri 1 Padang Bolak Julu adalah salah satu sekolah popular yang
berada di Kabupaten Padang Lawas Utara yang terletak di Jalan Padangsidimpuan

Km. 19 desa Sipupus Kecamatan Padang Bolak Julu.Siswa yang bersekolah di
SMA tersebut berasal dari berbagai desa yang ada di Kecamatan Padang Bolak
Julu.Dimana, penduduk desa-desa disana masyarakatnya mayoritas bekerja
sebagai petani yakni petani padi, petani sawit, dan petani karet. Pada saat orang
tua pergi ke kebun para anak yang masih berpedidikan SD akan dititipkan kepada
tetangga. Pada saat orang tua pulang dari kebun para orang tua langsung
menghabiskan waktu untuk beristirahat, tanpa bisa melakukan pendampingan
secara intensif pada perkembangan anak.
Disaat anak-anak mulai masuk SMP, mereka mulai dibawa ke kebun ikut
bekerja. Sehingga, anak-anak disana lebih cepat perkembangan psikologisnya
dalam pergaulan yang tidak jarang sangat jauh berbeda usia. Mereka mulai bisa
bekerja untuk orang lain. Misal bekerja di sawah orang lain, bekerja untuk
menjaga ternak sapi dan bekerja menjaga kebun disaat hari libur.Mereka mulai
terbiasa terus bekerja dan mendapatkan sejumlah uang.Tidak sedikit dari mereka
yang menyalahgunakan uang dari penghasilan mereka sendiri.Mereka mulai
mencontoh kebiasan buruk dari teman di tempat mereka bekerja yaitu remaja yang
telah lulus SMA dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.Salah satu
kebiasaan buruk tersebut adalah mengkonsumsi rokok.Meski banyak dari orang
tua yang melarang dan memarahi anak mereka, tetap saja anak mereka memiliki
banyak peluang untuk bisa merokok.Seperti saat mereka sedang berjaga di

kebun.Dengan keadaan seperti ini banyak orang tua yang pasrah dan akhirnya
membiarkan anak merokok sehingga sudah menjadi hal biasa terkhusus anak
SMA yang masa perkembangan fisiknya itu belum matang.

2.3 Defenisi Perilaku Merokok
Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh manusia yang mencakup
kegiatan motoris dan juga aktifitas atau kegiatan yang bersifat praktis atau jiwani.
11

Universitas Sumatera Utara

Menurut Alisjahbana (1986: 96) bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh
manusia tercermin dari segala tindakan dan perbuatan untuk mencapai tujuannya
dimana manusia bergantung pada lingkungannya. Jujun (1994: 86) muncul teori
KAP (knowledge, attitude and practice) bahwa perilaku orang dipengaruhi oleh
sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), akan tetapi semua perilaku terdapat
variabel penting yang menjembataninya yaitu variabel motivasi
Kalangie (1994: 87) mengatakan bahwa perilaku merupakan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk kepentingan atau
pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan

norma kelompok yang bersangkutan.
Menurut Tomkinds (1991) ada 4 tipe perilaku merokok sebagai berikut:
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok,
seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada 3
sub tipe ini yakni (1) merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan
kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi
atau

makan.

(2)

Merokok

hanya

dilakukan

sekedarnya


untuk

menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang
yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif. Misalnya
bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi sehingga terhindar
dari perasaan yang lebih tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok
yang diisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah
membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau
rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan
rokok sama sekali merupakan suatu perilaku yang sudah bersifat otomatis,
seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari ia menghidupkan api
rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
12


Universitas Sumatera Utara

Perilaku Merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa
membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok
maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000: 20). Merokok merupakan suatu
aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan terdengar asing bagi kita. Sekarang
banyak sekali bisa kita temui orang-orang yang melakukan aktivitas merokok
yang disebut sebagai perokok.
Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000: 17) menyatakan bahwa
“seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan
fisiologis”. Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk
menunjukkan

kejantanan

(bangga

diri),

mengalihkan


kecemasan

dan

menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat
menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok.
Di Indonesia, kebanyakan anak-anak remaja mulai merokok karena
kemauan sendiri, melihat teman-temannya merokok, dan diajari atau dipaksa
merokok oleh teman-temannya. Merokok pada remaja karena kemauan sendiri
disebabkan oleh keinginan menunjukkan bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya
mereka mulai dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain yang
merokok) lantas jadi perokok aktif. Mungkin juga semula hanya mencoba-coba
kemudian menjadi ketagihan akibat adanya nikotin di dalam rokok. Hampir
disetiap tempat berkumpul remaja atau anak-anak usia sekolah menengah banyak
ditemukan para remaja sedang merokok.
2.4 Sumber dan Data Sampel
Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang
sesuatu keadaan.Informasi yang diperoleh memberikan keterangan, gambaran,
atau fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori, huruf, atau

bilangan.Data digunakan untuk menyediakan informasi bagi suatu penelitian,
pengukuran kinerja, dasar pembuatan keputusan dan menjawab rasa ingin tahu.
Jenis-jenis data berdasarkan cara memperolehnya yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek-objek
penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Dalam penelitian
ini, data primer akan diperoleh dari pengujian kuesioner.
13

Universitas Sumatera Utara

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian.Di penelitian ini data sekunder diambil dari rangkuman artikel
yang ada.

2.5 Skala Pengukuran
Teknik pengukuran data yang digunakan adalah attitude scales, yaitu suatu
kumpulan alat pengukuran yang mengukur tanggapan individu terhadap suatu
objek atau fenomena.

Skala pengukuran dari data yang diperoleh adalah berupa skala ordinal
dengan menggunakan skala Likert, dengan bobot nilai 5, 4, 3, 2, 1.
Berdasarkan skala pengukurannya data dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu:
1. Skala Nominal
Misalnya: jenis kelamin, agama, dan sebagainya. Sering juga data
nominal diberi simbol bilangan saja.Misalnya : laki-laki diberi nilai 1,
perempuan diberi nilai 2.
2. Skala Ordinal Data yang diukur menggunakan ordinal selain
mempunyai ciri nominal, juga mempunyai ciri berbentuk peringkat
atau jenjang. Misalnya tingkat pendidikan nilai ujian (dalam huruf).
3. Skala Interval Data yang diukur menggunakan skala interval selain
mempunyai ciri nominal dan ordinal, juga mempunyai ciri interval
yang sama.
4. Skala Rasio ini selain mempunyai ketiga ciri dan skala pengukuran
diatas, juga mempunyai nilai nol yang bersifat mutlak. Misalnya :
umur, berat sesuatu, pendapatan, dan sebagainya.

2.6


Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan
pemilihan calon anggota sampel, sehingga setiap sampel yang terpilih dalam
penelitian dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari aspek jumlah
14

Universitas Sumatera Utara

maupun dari aspek karakteristik yang dimiliki populasi. Sampling adalah proses
pemilihan sejumlah elemen dari populasi sehingga dengan meneliti dan
memahami karakteristik sampel dapat digeneralisir untuk karakteristik populasi.
Jarang sekali suatu penelitian dilakukan dengan cara memeriksa semua objek
yang diteliti (sensus), tetapi sering digunakan sampling (Teken, 1965), alasannya
adalah:
1. Biaya, waktu dan tenaga untuk menyelidiki melalui sensus.
2. Populasi yang berukuran besar selain sulit untuk dikumpulkan, dicatat dan
dianalisis, juga biasanya akan menghasilkan informasi yang kurang teliti.
Dengan cara sampling jumlah objek yang harus diteliti menjadi lebih kecil,
sehingga lebih terpusat perhatiannya.

3. Percobaan-percobaan yang berbahaya atau bersifat merusak hanya cocok
dilakukan dengan sampling.
Keuntungan dengan menggunakan teknik sampling antara lain adalah
mengurangi ongkos, mempercepat waktu penelitian dan dapat memperbesar ruang
lingkup penelitian (Teken, 1965). Metode pengambilan sampel yang ideal
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
yang diteliti.
2. Dapat menentukan ketepatan hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh.
3. Sederhana dan mudah diperoleh.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah
mungkin.
Dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, ada empat faktor
yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Derajat keseragaman populasi.
2. Ketepatan yang dikehendaki dari penelitian.
3. Rencana analisis.
4. Tenaga, biaya dan waktu.
Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Probability sampling, meliputi:
15

Universitas Sumatera Utara

a.

Simple random sampling (populasi homogen) yaitu pengambilan
sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.
Teknik ini hanya digunakan jika populasinya homogen.

b.

Proportionale stratifiled random sampling (populasi tidak homogen)
yaitu

pengambilan

sampel

dilakukan

secara

acak

dengan

memperhatikan strata yang ada. Artinya setiap strata terwakili sesuai
proporsinya.
c.

Disproportionate stratifiled random sampling yaitu teknik ini
digunakan untuk menentukan jumlah sampel dengan populasi
berstrata tetapi kurang proporsional, artinya ada beberapa kelompok
strata yang ukurannya kecil sekali.

d.

Cluster sampling (sampling daerah) yaitu teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel jika sumber data sangat luas. Pengambilan
sampel didasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

2. Non probability sampling, meliputi: sampling sistematis, sampling kuota,
sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball
sampling.

2.7

Metode Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
Proportionale stratifiled random sampling (populasi tidak homogen) yaitu
pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata yang
ada. Artinya setiap strata terwakili sesuai proporsinya.
Jumlah sampel menggunakan rumus Slovin:

Keterangan :

�=



2.1

1+�� 2

n

: Jumlah sampel

N

: Populasi

e

: Persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel

16

Universitas Sumatera Utara

2.8

Analisis Data

2.8.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur sesuai
dengan apa yang ingin diukur.Seandainya peneliti ingin mengukur kuesioner di
dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus
mengukur apa yang ingin diukurnya.
Untuk menghitung nilai �ℎ����� pada item pertanyaan dapat dilakukan dengan
rumus:

rxy =

n

 n
 n
n∑ X i Yi −  ∑ X i  ∑ Yi 
i =1
 i =1 
 i =1
2
2

 
 n
 

 n

 n 2  n
2
n∑ X i −  ∑ X i  n∑ Yi −  ∑ Yi  
i =1
i =1
i =1
i =1












2.2

Keterangan:
rxy

: Koefisien



: Skor pertanyaan

n

: Jumlah Sampel



Korelasi

: Skor total

Untuk melakukan uji validitas secara manual dalam penelitian ini menggunakan
tabel t-student untuk menghitung ������ denganmenggunakan nilai α = 5% (0,05).

Dalam penelitian ini diperoleh dari rumus.Validitas terbagi atas empat macam,
yaitu:
a. Validitas Isi (Content Validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan.Misalnya seorang peneliti ingin mengukur bagaimana
persepsi konsumen terhadap suatu produk.
b. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir
soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus.
17

Universitas Sumatera Utara

c. Validitas “ada sekarang” (Concurrent Validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris.Sebuah tes
dikatakan memiliiki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman.Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes
sumatif yang disusun sudah valid atau belum.
d. Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang
akan datang, sehingga sekarang ini belum terjadi. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

2.8.2 Uji Reliabilitas
Realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Pengukuran yang memiliki realibilitas
tinggi disebut sebagai pengukuran yang reabel.
Nilai Alpha Cronbach diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:


Keterangan:

� = ��−1� �1 −



: nilai koefisien Cronbach Alpha

∑� 2

: jumlah varians variabel penelitian



∑ ��
��



2.3

: banyaknya variabel penelitian

��

: varians total

Adapun teknik perhitungan reliabel ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut:
a.

Teknik Pengukuran Ulang (Testretest)
Teknik ini meminta kepada responden yang sama untuk menjawab
pertanyaan dalam alat pengukuran sebanyak dua kali. Caranya
perhitungannya adalah dengan mengkorelasikan jawaban pada wawancara
pertama dengan jawaban pada wawancara kedua.
18

Universitas Sumatera Utara

b.

Teknik Belah Dua
Untuk menggunakan teknik belah dua sebagai cara menghitung reliabilitas
alat pengukur, maka alat pengukur yang disusun harus memiliki cukup
banyak item pertanyaan yang mengukur aspek yang sama.

c.

Teknik Bentuk Paralel
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis alat
pengukur yang mengukur aspek yang sama. Kedua alat ukur tersebut
diberikan pada responden yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk
masing-masing jenis.

d.

Internal Consistency Reliability
Internal consistency reliability berisi tentang sejauh mana item-item

instrumen bersifat homogen dan mencerminkan konstruk yang sama sesuai
dengan yang melandasinya.Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai cronbach alpha > 0,60 atau nilai cronbach alpha > 0,80 (Kuncoro, 2003).

2.9

Transformasi Data Ordinal menjadi Interval

Proses transformasi merupakan upaya yang dilakukan untuk merubah data ordinal
menjadi data interval misalnya analisis faktor dimana variabel bebasnya harus
berskala interval. Data ordinal yang ditransformasikan menjadi data interval
adalah data penelitian yang diperoleh menggunakan instrumen berupa angket
yang memiliki jawaban berupa skala likert. Cara melakukan proses transformasi
data ordinal menjadi data interval menggunakan MSI (Method Sof Successive
Interval). Adapun langkahnya sebagai berikut:
1. Mencari F (Frekuensi) jawaban responden.
2. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
proporsi
3. Menentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi
berurutan perkolom skor.
4. Menghitung nili Z untuk setiap proporsi dengan menggunakan tabel
distribusi normal.
19

Universitas Sumatera Utara

5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel densitas.
6. Menentukan SV (Scale Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut:

�� =

������� �� ����� ����� − ������� �� ����� �����
���� ����� ����� ����� − ���� ����� ����� �����

Keterangan:
SV

= nilai skala

Density at lower limit

= kepadatan batas bawah

Density at upper limit

= kepadatan batas atas

Area below upper limit

= daerah dibawah batas bawah

Area below lower limit

= daerah diatas batas bawah

7. Menentukan nilai transformasi dengan rumus:
� = �� + |����� |

Keterangan:


: Nilai hasil Penskalaan akhir

|��min |

: Nilai Skala minimum

��

: Nilai Skala

2.10 Analisis Komponen Utama
Analisis komponen utama adalah teknik statistic yang digunakan manakala
peneliti tertarik pada sekumpulan data yang saling berkorelasi. Tujuannya adalah
untuk menemukan sejumlah variabel yang koheren dalam sub kelompok yang
secara relative independen terhadap yang lain. Analisis komponen utama adalah
kebalikan dari analisis faktor dimana analisis komponen utama bersifat konvergen
dan analisis faktor bersifat divergen (Tabachnick, 1983).
Analisis komponen utama biasanya digunakan untuk:
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang baru yang mendasari data
variabel ganda.
20

Universitas Sumatera Utara

2. Mengurangi banyaknya dimensi himpunan variabel asal yang terdiri
atas banyak variabel yang saling berkorelasi.
3. Menetralisir variabel-variabel asal yang memberikan sumbangan
informasi yang relative kecil.
Analisis komponen utama terkonsentrasi pada penjelasan struktur variansi
dan kovariansi melalui suatu kombinasi linear variabel-variabel asal, dengan
tujuan utama melakukan reduksi data dan membuat interpretasi.Analisis
komponen utama lebih baik digunakan jika variabel-variabel asal saling
berkorelasi. Di dalam proses analisis faktor metode yang digunakan untuk
melakukan proses ekstraksi adalah komponen utama, metode ini dipilih karena
tujuan utama dari analisis faktor adalah untuk mereduksi data. Umumnya analisis
komponen utama merupakan analisis intermediate yang berarti hasil komponen
utama dapat digunakan untuk analisis selanjutnya (Supranto, 2010).Keunggulan
analisis komponen utama adalah tidak adanya asumsi mengenai acak sebaran
tertentu, tidak ada hipotesis yang diuji dan tidak ada model yang mendasarinya
(Chatfield, 1980).

2.11 Analisis Faktor
Menurut Johnson dan Wichern (1982),secara umum analisis faktor atau
analisis

komponen

utama

bertujuan

untuk

mereduksi

data

dan

menginterprestasikannya sebagai suatu variabel baru yang berupa variabel
bentukan. Andaikan dari p buah variabel awal/asal terbentuk k buah
faktor/komponen di mana k < p, misalkan dari sejumlah variabel p sebanyak 10
variabel terbentuk k = 2 buah faktor/komponen yang dapat menerangkan
kesepuluh variabel awal/asal tersebut. K buah faktor/komponen utama dapat
mewakili p buah variabel aslinya sehingga lebih sederhana.
Tujuan utama analisis faktor adalah untuk menjelaskan struktur di antara
banyak variabel dalam bentuk faktor.Faktor yang terbentuk merupakan besaran
acak (random quantities) yang sebelumnya tidak dapat diamati atau diukur secara
langsung. Selain tujuan utama analisis faktor, terdapat beberapa tujuan lainnya
yaitu:

21

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mereduksi sejumlah variabel asal yang jumlahnya banyak menjadi
sejumlah variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit dari variabel asal dan
variabel baru tersebut dinamakan faktor.
2. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel penyusun faktor atau
dimensi dengan faktor yang terbentuk dengan menggunakan pengujian
koefisien korelasi antar faktor dengan komponen pembentuknya.
3. Adanya validasi data untuk untuk mengetahui apakah hasil analisis faktor
tersebut dapat digeneralisasikan ke dalam populasinya sehingga setelah
terbentuk faktor maka peneliti sudah mempunyai suatu hipotesis baru
berdasarkan analisis faktor.

2.12 Langkah-Langkah Analisis Faktor
2.12.1 Tabulasi Data
Data yang telah diperoleh dari penyusunan serta penyebaran kuesioner di tempat
yang telah ditentukan, kemudian data-data ini dikumpulkan serta ditabulasikan
pada kolom-kolom agar mempermudah untuk dikonversi pada software yang akan
digunakan.

2.12.2 Pembentukan Matriks Korelasi
Matriks korelasi merupakan matrik yang memuat koefisien korelasi dari semua
koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian ini.Matriks ini
digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubungan antar variabel
penelitian.Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa
pengujian untuk melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh dari
analisis faktor. Dalam tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis
faktor dapat dilaksanakan yaitu:
a. Penentukan besaran nilai Barlett Test of Sphericity, Bartlett’s of sphericity
yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa
variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi. Dengan kata
lain, matriks korelasi populasi merupakan matriks identitas (identity matrix),

22

Universitas Sumatera Utara

setiap variabel berkorelasi dengan dirinya sendiri secara sempurna dengan (r
=1) akan tetapi sama sekali tidak berkorelasi dengan lainnya (r = 0).
Statistik uji Bartlett’s adalah:
� 2 = − �(� − 1) −

(2�+5)
6

� ln |�|

2.7

dengan derajat kebebasan(degree of freedom) df = �(� − 1)/2

Keterangan :


= jumlah observasi

|�|

= determinan matriks korelasi



= jumlah variabel

b. Penentuan Keiser-Meyesr-Okliti (KMO) Measure of Sampling Adequacy,
yang

digunakan

untuk

mengukur

kecukupan

sampel

dengan

cara

membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisien
korelasi parsialnya.
KMO=∑�

�=1







∑�=1 ∑� ≠1 ���2


2.8



2
∑� ≠1 ���2 +∑�=1 ∑� ≠1 � ��

keterangan:
rij

:Koefisien korelasi sederhana antara ke-i dan ke-j.

aij

: Koefisien korelasi parsial antara variabel ke-i dan ke-j.

i

: 1,2,3,...,p dan j = 1,2,3,...,p

MSA digunakan untuk mengukur kecukupan sampel.




∑�=1 ∑�≠1 ���2

MSA = ∑�

2.9


2
� 2 +∑�=1 � ��
�=1 ��

keterangan:
p

= Jumlah variabel

���2

= Kuadrat matriks korelasi sederhana

���2
i

= Kuadrat matriks korelasi parsial.
= 1,2,3,...,p dan j = 1,2,3...,p
23

Universitas Sumatera Utara

Kriteria kesesuaian dalam pemakaian analisis faktor adalah (Kaiser, 1974):
1. Jika harga KMO sebesar 0,9 berarti sangat memuaskan
2. Jika harga KMO sebesar 0,8 berarti memuaskan
3. Jika harga KMO sebesar 0,7 berarti harga menengah
4. Jika harga KMO sebesar 0,6 berarti cukup
5. Jika harga KMO sebesar 0,5 berarti kurang memuaskan
6. Jika harga KMO kurang dari 0,5 tidak dapat diterima
Angka MSA bekisar antara 0 sampai dengan 1, dengan kriteria yang digunakan
untuk intepretasi adalah sebagai berikut:
1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan
oleh variabel yang lainnya.
2. Jika MSA lebih besar dari setengah 0,5 maka variabel tersebut masih dapat
diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
3. Jika MSA lebih kecil dari 0,5 dan atau mendekati nol (0), maka variabel
tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel
lainnya.

2.12.3 Ekstrasi Faktor
Pada tahap ini, akan dilakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu melakukan
ekstrasi terhadap sekumpulan variabel yang ada KMO>0,5 sehingga terbentuk
satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan untuk maksud ini adalah Principal
Component Analysis dan rotasi faktor dengan metode Varimax (bagian dari
orthogonal).
Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstrasi variabel
tersebut sehingga menjadi beberapa faktor. Setelah memproses variabel-variabel
yang layak, maka dengan program SPSS versi 17 akan diperoleh nilai hasil
statistik yang menjadi indikator utama yaitu tabel communalities, tabel Total
Variance Explained, Grafik Scree, tabel component matrix dan tabel rotated
component matrix.
Tabel Communalities merupakan tabel yang menunjukkan persentase
variansi dari tiap variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.Nilai
24

Universitas Sumatera Utara

yang dilihat adalah extraction yang terdapat pada tabel communalities.Makin kecil
nilainya, makin lemah hubungan antara variabel yang terbentuk. Perhitungan
communality setiap variabel dengan persamaan:
2
2
2
ℎ� 2 = ��1
+ ��2
+ ⋯ + ���

2.10

Keterangan:
ℎ�

2
��1

= communality variabel ke-i
= Nilai faktor Loading
Communality adalah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu

variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis.Bisa juga disebut proporsi
atau bagian varian yang dijelaskan oleh common faktor atau besarnya sumbangan
suatu faktor terhadap varian seluruh variabel.
Tabel Total Variance Explained, menunjukkan persentase variance yang
dapat dijelaskan oleh faktor secara keseluruhan. Nilai yang menjadi indikatornya
eigenvalues yang telah mengalami proses ekstrasi. Pada tabel akan tercantum nilai
extraction sum of square loading. Hal ini disebabkan nilai eigenvalues tidak lain
merupakan jumlah kuadrat dari faktor loading dari setiap variabel yang termasuk
ke dalam faktor. Factor Loading ini merupakan nilai yang menghubungkan
faktor-faktor dengan variabel-variabel.Variabel yang masuk ke dalam faktor
adalah yang nilainya lebih dari satu ( ≥ 1).Dari sini akan terlihat pula jumlah

faktor yang akan terbentuk.

Perhitungan nilai karakteristik (eigen value), dimana perhitungan ini berdasarkan
persamaan karakteristik:

Keterangan:

det(� − ��) = 0

2.11



= matriks korelasi dengan orde n x n



=eigen value



= matriks identitas

25

Universitas Sumatera Utara

Eigen value adalah jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.
Penentuan vektor karakteristik (eigen vector) yang bersesuaian dengan nilai
karakteristik (eigen value), yaitu dengan persamaan:
�� = ��

2.12

Keterangan:




= eigen vector dengan orde n x n
=eigen value

Matriks loading factor (� ) diperoleh dengan mengalikan matriks eigen vector (�)

dengan akar dari matriks eigen value (�). Atau dalam persamaan matematis
ditulis:

Keterangan:

� = � × ��



= loading factor



= eigen value



2.13

= matriks eigen vektor

Factor loading merupakan korelasi sederhana antara variabel dengan

faktor.
Grafik Scree Plot menggambarkan tampilan grafik dari tabel Total Variance
Explained.Grafik ini sebenarnya menunjukkan peralihan dari satu faktor ke faktor
lainnya garis menurun disepanjang sumbu y. Sumbu x menunjukkan jumlah
komponen faktor yang terbentuk, sedangkan sumbu y menunjukkan nilai
eigenvalues.
Tabel component matrix menunjukkan kategori variabel-variabel ke dalam
komponen faktor, atau dengan kata lain menunjukkan distribusi variabel-variabel
pada faktor yang terbentuk. Bila yang dijadikan acuan adalah nilai faktor loading
yang ada dalam tabel, dimana nilai lebih besar menunjukkan korelasi yang cukup
kuat antara variabel-variabel tersebut dengan komponen faktor. Jumlah jasa
kuadrat faktor loading dari tiap variabel tidak lain merupakan nilai extraction
untuk tiap variabel yang tercantum dalam tabel communalities.
26

Universitas Sumatera Utara

2.12.4 Rotasi Faktor
Pada rotasi faktor, matrik faktor ditransformasikan ke dalam matrik yang lebih
sederhana, sehingga lebih mudah diinterpretasikan.Dalam analisis ini rotasi faktor
dilakukan dengan metode rotasi varimax. Hasil dari rotasi ini terlihat pada tabel
Rotated Component Matrix, dimana dengan metode ini nilai total variance dari
tiap variabel yang ada di tabel component matrix tidak berubah. Yang berubah
hanyalah komposisi dari nilai faktor Loading dari tiap variabel. Interpretasi hasil
dilakukan dengan melihat Faktor Loading.
Faktor Loading adalah angka yang menunjukkan besarnya korelasi antara
suatu variabel dengan faktor satu, faktor dua, faktor tiga, faktor empat atau faktor
lima yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang
mana, dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris
di dalam setiap tabel.
Dalam penelitian ini digunakan metode Varimax, karena bertujuan untuk
mengekstraksi sejumlah variabel menjadi beberapa faktor.Selain itu metode ini
menghasilkan struktur relatif lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan.

2.12.5 Penamaan Faktor
Pada tahap ini akan diberikan nama-nama faktor yang telah terbentuk berdasarkan
factor loading suatu variabel terhadap faktor terbentuknya. Setelah tahapan
pemebrian nama faktor terbentuk.
2.12.6 Deskripsi Variabel


Faktor Sikap (X1)

Faktor sikap adalah faktor yang mencakup bagaimana anak menerima,
merespon pengaruh dari luar yang membuat anak cenderung untuk melakukan
suatu tindakan merokok.


Faktor Norma Lingkungan (X2)

Faktor lingkungan dalam perilaku merokok merupakan persepsi seseorang
mengenai tekanan social dari lingkungan sosial sehingga mempengaruhi anak
untuk melakukan tindakan merokok.
27

Universitas Sumatera Utara



Faktor Lingkungan Keluarga (X3)

Faktor lingkungan keluarga dalam perilaku merokok merupakan persepsi
seseorang mengenai tekanan fisik atau tekanan mental dari keluarga, misalnya
orang tua dan anggota keluarga lainnya yang bebas merokok sehingga
mempengaruhi anak untuk melakukan tindakan merokok.


Faktor Iklan (X4)

Faktor iklan dalam perilaku merokok adalah dengan adanya iklan-iklan di
setiap bungkus rokok atau iklan yang ada di media atau yang ada di poster
pinggir jalan, sehingga mempengaruhi anak untuk melakukan tindakan
merokok.


FaktorMedia Iklan (X5)

Sedikitnya keterpaparan informasi mengenai bahaya merokok dan dimana
dalam iklan juga terlihat bintang ikalan sehingga mendorong anak untuk
melakukan tindakan merokok.


Faktor Kedekatan Orang Tua (X6)

Faktor kedekatan orang tua dalam perilaku merokok adalah orang tua yang
terlalu sibuk bekerja sehingga kurang memperhatikan perilaku anak


Faktor Status Merokok Orang Tua(X7)

Kebiasaan dimana sejak anak kecil anak telah melihat perilaku merokok
sehingga membuat mereka berpikir bahwa merokok merupakan perilaku yang
baik.


Faktor Teman Sebaya (X8)

Tingkah laku dimana individu berusaha untuk mencari dan memelihara
kedekatan dengan teman-temannya sehingga mencontoh seorang teman yang
berperilaku merokok.


Faktor Gaya Hidup (X9)

Bila teman sebaya sudah banyak yang merokok, maka dorongan untuk
merokok bertambah besar tanpa tahu akibat ke depan nya. Dan jika tidak
merokok dianggap anak kecil

28

Universitas Sumatera Utara



Faktor Kepribadian (X10)

Kepribadian dalam perilaku merokok adalah ciri khas, ekspresi, perasaan dan
keseluruhan sikap. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen tersebut akan
terwujud dalam tindakan seseorang kalau dihapkan kepada situasi tertentu,
misalnya tindakan merokok.


Faktor Ketergantungan (X11)

Ketergantungan dalam perilaku merokok adalah situasi dimana menghisap
rokok telah mengubah perilaku, menciptakan kebutuhan untuk terus
menghisap sehingga menjadi perokok aktif atau pecandu rokok.


Faktor Lingkungan Sekolah (X12)

Faktor lingkungan sekolah dalam perilaku merokok merupakan persepsi
seseorang mengenai tekanan fisik atau tekanan mental di lingkungan sekolah
misalnya guru dan siswa – siswi lainnyayang merokok di area sekolah.


Faktor Kurangnya Pengarahan Tentang Bahaya Rokok (X13)

Kurangnya pengarahan tentang bahaya rokok dalam perilaku merokok adalah
kurangnya

atau

ketiadaan

pemberitahuan

secara

jelas

efek

dari

merokok.Sehingga siswa, kurang atau tidak memahami dampak perilaku
merokok ke depannya.Pengarahan seharusnya banyak didapatkan di sekolah,
seperti kampanye anti rokok.


Faktor MudahDidapat(X14)

Kemudahan mendapatkan rokok di lingkungan tempat tinggal maupun di
lingkungan sekolah.Misalnya rokok banyak terdapat di warung – warung kecil
yang membebaskan siapa saja boleh membeli rokok.

29

Universitas Sumatera Utara