Profil Pengguna Kontrasepsi di Puskesmas Padang Bulan, Medan
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Sampai saat
ini cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: (1) dapat dipercaya; (2) tidak menimbulkan efek
yang mengganggu kesehatan; (3) daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan;
(4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus; (5) tidak memerlukan motivasi
terus-menerus; (6) mudah menggunakannya; (7) murah sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh lapisan masyarakatnya (Sarwono, 2008).
2.2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga
periode yaitu, reproduksi muda (15–19 tahun), reproduksi sehat (20–35) dan
reproduksi tua (36–45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidimiologi
yang menyatakan bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun
bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20–
35 tahun, dan meningkat setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang
digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut (Glasier,
2005).
Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan perilaku seseorang
termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua
mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan
dengan yang muda (Ginting, 2010). Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang untuk bertindak dan mencari solusi dalam kehidupannya. Orang yang
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional,
sehingga akan lebih mudah untuk menerima gagasan baru. Demikian juga halnya
dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta
Universitas Sumatera Utara
6
peningkatan kesejahteraan keluarga (Glasier, 2005). Dengan pendidikan yang
tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti
penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin
tertentu.
Pendidikan juga meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat
mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi
cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak
berpendidikan atau berpendidikan rendah (Ginting, 2010). Pengetahuan
merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang,
karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Ginting, 2010). Faktor-faktor
yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepi diantaranya adalah
tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang terjangkau.
Keterkaitan
antara
pendapatan
dengan
kemampuan
membayar
berhubungan dengan masalah ekonomi, sehingga daya beli individu juga
mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli
individu juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah (Glasier,
2005). Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam tersedia atau
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan. Untuk dapat digunakan, pertama kali
suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh (Glasier, 2005).
Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari
kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang,
kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan, sebagai ahli waris dan
juga menjadi tempat orangtua menggantungkan harapan (Ginting, 2010).
2.3. Alat Kandungan Wanita
2.3.1. Alat kandungan luar
Alat kandungan luar dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat
dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi alat kandungan luar
dikhususkan untuk kopulasi (koitus). Menurut mocthtar (1998), yang termasuk
alat kandungan luar adalah:
Universitas Sumatera Utara
7
1. Mons veneris
Daerah yang menggunung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut
kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa. Pada wanita rambut ini
tumbuh membentuk sudut lengkung sedangkan pada pria membentuk
sudut runcing ke atas.
2. Bibir besar kemaluan (labia majora)
Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita
menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.
3. Bibir kecil kemaluan (labia minor )
Bagian dalam dari bibir besar berwarna merah jambu. Disini dijumpai
frenulum klitoris, preputium, dan frenulum pudenti.
4. Vulva
Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang
mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang
dibatasi perineum.
5. Vestibulum
Terletak dibawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan
dan kiri. Disini dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenjar Bartholini) dan
kelenjar vestibulum minor.
6. Introitus vagina
Pintu masuk ke vagina.
7. Selaput dara (hymen)
Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang
membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak
berlubang disebut atresia himenalis atau himen imperforata. Himen akan
robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula
himen atau sisa himen.
8. Lubang kemih (orifisium uretra eksterna)
Tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Disekitar
lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar skene.
Universitas Sumatera Utara
8
9. Perineum
Terletak di antara vulva dan anus.
2.3.2. Alat Kandungan Dalam
Menurut Wiknjosastro (1998) yang termasuk alat kandungan dalam
adalah:
1. Liang Sanggama (vagina)
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim,
terletak diantara saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya
terletak mulut rahim. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut
rugae, sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut
kolumna ruganum. Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan
otot, dan forniks lateral kiri dan kanan, forniks anterior, dan forniks
anterior, dan forniks posterior. Saluran darah vagina diperoleh dan arteria
uterina, arteria vesikalis inferior, arteria hemoroidalis mediana, dan arteria
pudendus interna.
2. Rahim (uterus)
Adalah struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh
peritoneum sedangkan rongga dalamnnya dilapisi oleh mukosa rahim.
Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil
diantara pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu:
badan rahim (korpus uteri), leher rahim (serviks uteri) dan rongga rahim
(kavum uteri).
3. Saluran Telur (tuba falopii)
Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13
cm, diameter 3-8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral
yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran
dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur
dan hasil konsepsi. Fungsi saluran telur adalah sebagai saluran telur,
membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, tempat terjadinya
pembuahan (konsepsi= fertilisasi).
Universitas Sumatera Utara
9
4. Indung Telur (ovarium)
Terdapat dua indung telur, masing-masing di kanan dan kiri rahim, dilapisi
mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum. Bentuknya
seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm ×
1,5-2 cm × 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh
mesovarium, ligamentum ovarika dan ligamentum infundibolopelvikum.
Seumur hidupnya, seorang wanita diperkirakan akan mengeluarkan sel
telur kira-kira 400 butir. Fungsi indung telur yang utama menghasilkan
ovum.
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Sumber: Britanica, 2007
Universitas Sumatera Utara
10
Seumur hidupnya, seorang wanita diperkirakan akan mengeluarkan sel
telur kira-kira 400 butir. Fungsi indung telur yang utama adalah menghasilkan sel
telur (ovum), menghasilkan hormon-hormon (progesteron dan estrogen), dan ikut
serta mengatur haid.dan estrogen), dan ikut serta mengatur haid.
2.4. Fertilisasi pada wanita
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
(ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam
saluran telur. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan
berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke
saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang
menggembung dari tuba falopii (Vander, 2001).
Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi
untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang
paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel
telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi=fertilisasi) (Heffner & Schust,
2005).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh
rambut getar tuba) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim
untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi).Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7
hari.Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan
harus
ada
ovum
(sel
telur),
spermatozoa
(sela
mani),
pembuahan
(konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasentasi (Mochtar, 1998).
2.5. Metode Kontrasepsi
2.5.1. Metode sederhana
2.5.1.1. Sanggama Terputus
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
Universitas Sumatera Utara
11
sekarang. Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh bagian terbesar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1
detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik penis keluar dari vagina (Sarwono.2008).
Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat – alat maupun
persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini
dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria karena
faktor jasmani emosional tidak dapat menggunakan cara ini. Selanjutnya,
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Menurut sarwono (2008)
kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
a) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang mengandung
sperma.
b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.
c) Pengeluaran semen dekat vulva dapat menyebabkan kehamilan.
2.5.1.2. Pantang Berkala
Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan sanggama pada
masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir
encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus
terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka
yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut
harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan massa aman. Sebagai contoh
jika seorang wanita mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai ke 36, maka
perhitungannya adalah 28-18 = 10, dan 36- 11 = 25. hari ke 10 hingga hari ke 25
daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama sampai hari ke 0 daur haid
(Samra-Latif, 2011).
Metode ini tanpa efek samping, gratis, tidak menggunakan bahan kimia,
dapat digunakan oleh semua wanita baik tua maupun muda. Bagi wanita, cara ini
sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat
terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur (Sarwono, 2008).
Universitas Sumatera Utara
12
2.5.1.3. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.Kondom sudah digunakan di
Mesir sejak tahun 1350 sebelum Masehi. Pada abad ke 18 diberi nama “ kondom “
yang pada waktu itu digunakan dengan tujuan mencegah penularan penyakit
kelamin. Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga
pembuahan dapat dicegah (Sarwono,2008).
Jenis-jenis kondom yang sekarang tersedia beragam tipe (Gebbie, 2005):
1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk
silinder bulat (garis tengah sekitar 3,0 – 3,5 cm, panjang 15 – 20 cm, tebal
0,03 – 0,08 mm) dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan
tepi bulat di ujungnya yang terbuka. Kondom dikemas secara individual,
digulung sampai ke tepi, dan disegel secara kedap udara dalam kertas
timah impermeabel. Apabila kemasan terbuka atau robek, maka kondom di
dalamnya cepat rusak.
2) Selama bertahun-tahun hanya tersedia satu ukuran tetapi sekarang
diketahui adanya kebutuhan untuk kondom berukuran lebih besar dan
lebih kecil dan keduanya saat ini sudah tersedia.
3) Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, juga diperkenalkan
variasi yang berpelumas, mengandung spermisida, berwarna, memiliki
rasa, beraroma, dan bertekstur.
4) Tersedia kondom alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah
residu
dan
tidak
dipralubrikasi,
bagi
mereka
yang
mengalami
hipersensitivitas.
5) Kondom yang lebih tebal dan melebihi Standar Inggris dipasarkan
terutama untuk hubungan intim per–anus pada pria homoseks untuk
memberikan
perlindungan
tambahan
terhadap
infeksi
Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Universitas Sumatera Utara
13
Cara Kerja Kondom
Seperti semua metode barier lainnya, kondom mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital atas wanita (Gebbie, 2005).
Keunggulan Kondom (Gebbie, 2005):
1) Efektif apabila digunakan secara benar dan konsisten.
2) Tersedia luas, murah, dan sering diberikan secara gratis.
3) Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
4) Tingkat proteksi yang sangat tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual,
termasuk infeksi HIV. Pada uji in vitro, kondom lateks yang utuh tidak
dapat ditembus oleh organnisme yang ditularkan melalui hubungan seks
termasuk virus.
5) Perlindungan terhadap karsinoma dan penyakit pramaligna serviks.
6) Peningkatan kemampuan seksual pada sebagian pasien dengan ejakulasi
dini.
Kekurangan Kondom (Gebbie, 2005):
1) Penampilan tidak menarik
2) Sensasi kenikmatan berkurang sewaktu berhubungan intim, terutama
transmisi kehangatan tubuh.
3) Perlu dipasang sebelum koitus dan segera dibuang sesudahnya, yang bagi
sebagian pasangan dianggap mengganggu aktivitas seksual.
4) Kesulitan ereksi dapat bertambah, walaupun sebagian pria yang sudah
lanjut
usia
mendapati
bahwa
pemakian
kondom
membantu
mempertahankan ereksi mereka.
2.5.1.4. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia yang di gunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma.Spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembunuhan sel
telur. Spermisida dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal atau krim.
Metode ini tidak mengganggu produksi air susu ibu (ASI), mudah digunakan dan
Universitas Sumatera Utara
14
tidak memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus.Perlu ditekankan bahwa
pemakaian spermisida sebagai tindakan kontraseptif tunggal tidak dianjurkan dan
peran utama zat ini adalah meningkatkan efek kontraseptif dari metode barier
yang lain (Sarwono, 2008).
Jenis-jenis spermisida (Manuaba, 1998):
1) Krim dan jeli
Pada bentuk krim, bahan kimia dimasukkan ke dalam suatu bahan dasar
sabun stearat, sedangkan pada bentuk jeli dimasukkan ke dalam bahan
dasar yang larut air. Kedua bentuk ini mencair pada suhu tubuh dan cepat
menyebar ke seluruh vagina.
2) Pesarium vagina
Bahan dasar terdiri dari gelatin, gliserin, tau lilin. Pesarium dikemas dalam
kertas timah dan mudah digunakan. Karena cepat menyebar ke seluruh
vagina, bentuk ini mungkin kurang efektif dibandingkan dengan krim atau
jeli tetapi para wanita sering mendapati presarium ini lebih nyaman.
3) Tisu spermisida
Tisu spermisida ini berupa sejenis lembaran segi empat semi transparan
larut air yang cepat larut di vagina untuk membebaskan nonoksinol-9.
Cara kerja spermisida (Gebbie, 2005)
Kerja spermisida bersifat ganda:
1) Bahan dasar preparat secara fisik menghambat pergerakan sperma.
2) Bahan kimia aktif mematikan sperma tanpa merusak jaringan tubuh yang
lain.
Keuntungan spermisida(Gebbie,2005):
1) Memberi tambahan pelumas apabila ada masalah kekeringan vagina.
2) Mudah diperoleh tanpa resep.
3) Tidak ada bukti toksisitas topikal vagina dan penyerapan sistemik,
kalaupun ada, sangat terbatas.
Universitas Sumatera Utara
15
Kekurangan spermisida (Gebbie, 2005):
1) Angka kegagalan terlalu tinggi apabila digunakan tersendiri.
2) Pesarium tidak cocok untuk negara tropis karena dapat meleleh. Namun
pesarium yang meleleh akan kembali memadat di dalam kemasannya
apabila
didinginkan, serta masih mempertahankan aktivitasnya.
3) Kadang-kadang menimbulkan keluhan bau tidak sedap, rasa menyengat,
atau rasa tidak nyaman di vagina.
4) Pemakaian spermisida yang melebihi dosis normal dapat menyebabkan
iritasi dan ulserasi mukosa vagina dan efek ini tampaknya berkaitan
dengan dosis. Epitel vagina yang rusak dapat mempermudah masuknya
organisme yang ditularkan melalui hubungan intim misalnya HIV.
5) Kurang efektif dalam penggunaanya karena harus menunggu waktu 10 –
15 menit setelah pemakaian sebelum melakukan hubungan seksual dan
efektivitas pemakaian hanya 1-2 jam saja.
Efek samping spermisida (Gebbie, 2005):
1) Alergi (pada salah satu pasangan).
2) Busa aerosol jangan digunakan bersama diafragma, karena apabila
terbentuk tekanan di vagina maka diafragma dapat terlepas.
2.5.2. Metode Modren
2.5.2.1 Pil kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan sperma
tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan pada
motilitas tuba fallopi dan uterus.
Dewasa ini terdapat banyak macam pil kombinasi, tergantung dari jenis
dan dosis estrogen serta jenis progesteron yang dipakai (Sarwono, 2008). Pil
Universitas Sumatera Utara
16
kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil dan ada yang berisi 28 pil dalam satu
bungkus. Pil kombinasi yang berisi 21 atau 22 pil dalam satu bungkus, diminum
mulai hari kelima haid satu pil setiap hari sampai habis. Pil dalam bungkus kedua
diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil kombinasi yang
berisi 28 pil diminum setiap malam secara terus-menerus. Tidak semua wanita
dapat menggunakan pil kombinasi (Sarwono, 2008).
Menurut Kishen (2005) wanita yang mempunyai masalah kesehatan
sebagai berikut sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi:
a) Menderita hepatitis atau penyakit kuning.
b) Menderita gejala stroke atau penyakit jantung.
c) Mempunyai masalah pembekuan darah.
d) Merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko
serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak.
e) Menderita diabetes atau epilepsi.
Efek samping pil kombinasi (Sarwono2008) :
Hormon-hormon dalam pil harus cukup kuat untuk dapat mengubah proses
biologik, sehingga ovulasi tidak terjadi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
kadang-kadang timbul efek sampingan.Efek tersebut pada umumnya ditemukan
pada pil kombinasi dengan kelebihan estrogen atau pada pil dengan kelebihan
progesteron.
Efek-efek sampingan yang masih dapat dianggap ringan ialah sebagai
berikut (Sarwono, 2008) :
1) Efek karena kelebihan estrogen
Efek-efek yang sering terdapat ialah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala,
nyeri pada mamma, flour albus. Rasa mual kadang-kadang disertai
muntah, diare, dan rasa perut kembung.
2) Efek karena kelebihan progesteron
Progesteron dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan
tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan,
Universitas Sumatera Utara
17
akne,
alopesia,
kadang-kadang
mamma
mengecil,
fluor
albus,
hipomenorea.
3) Efek sampingan yang berat
Bahaya yang dikuatirkan dengan pil ialah trombo-emboli, termasuk
tromboflebitis, emboli paru-paru, dan trombosis otak.
2.5.2.2. Mini Pil
Mini pil tidak mengandung estrogen dan hanya mengandung progestin
saja, sehingga mini pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok menggunakan
pil kombinasi. Mini pil ini bagi ibu yang sedang menyusui karena tidak
mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI, dan digunakan
mulai hari ini pertama sampai hari kelima masa haid (Sarwono, 2008).
Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi
produksi ASI, nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri haid, dan
kesuburan cepat kembali. Sedangkan kekurangannya adalah mengalami gangguan
haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan ektopik cukup
tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar (Heffner &
Schust, 2005).
Wanita yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang
termasuk ke dalam (Kishen, 2005):
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Mengalami perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya.
c) Menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara.
d) Menderita mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan mioma
uterus.
e) Mempunyai riwayat stroke karena progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah.
f) Mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis
yang berumur di atas 20 tahun.
g) Menderita kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.
Universitas Sumatera Utara
18
2.5.2.3. Suntikan Progestin
Suntikan progestin seperti Depo-Provera dan Noris-Terat mengandung
hormon progestin saja. Suntikan ini sangat baik bagi wanita yang menyusui dan
suntikan di berikan setiap dua bulan atau tiga bulan sekali.Suntikan ini
mengentalkan lendir serviks dan menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Penyuntikan harus dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan(Sarwono, 2008).
Suntikan ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan dalam jangka
panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengandung estrogen
sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangggu
pembekuan darah. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perdarahan yang
tidak teratur atau bercak-bercak darah, berat badan meningkat, dan pada
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas),
kekeringan pada vagina, menurunkan libio dan sakit kepala (Sarwono, 2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan ini adalah mereka yang
hamil, mengalami perdarahan pervaginaan, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes mellitus disertai komplikasi
(Sarwono, 2008).
2.5.2.4. Implant / Susuk
Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasang dibawah
kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat dipakai oleh semua wanita
dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa menyusui. Pemasangan dan
pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
yang terlatih. Metode ini membuat lendir serviks menjadi kental, mengganggu
proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma sehingga
menekan ovulasi (Sarwono, 2008).
Sesuai dengan perkembangannya, implant terdiri atas tiga jenis yaitu
(Sarwono, 2008):
a) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
Universitas Sumatera Utara
19
3,4 cm, diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis
norplant ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun.
b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Implant efektif dalam menunda kehamilan jangka panjang (5 tahun), bebas
dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengganggu
produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Waktu yang
paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau
masa pra-ovulasi dari masa haid. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nyeri
kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pening,
mengalami gangguan haid (terjadinya spotting. Perdarahan haid memanjang atau
lebih sering berdarah) (Sarwono, 2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau
disangka hamil, penderita panyakit hati, kanker payudara, diabetes mellitus,
kelainan kardiovaskular dan wanita yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik
(Sarwono, 2008).
2.5.2.5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan
reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit Sindroma Prahaid
(PMS) dan sudah pernah melahirkan (Wulansari, 2007) . Setelah dirahim, AKDR
akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR
dapat sampai 10 tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua
wanita umur reproduksi (Sarwono, 2008).
Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada masa haid, untuk
mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servik alis. Segera
setelah pemasangan AKDR, rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi.Biasanya
rasa nyeri ini dapat berangsur – angsur hilang dengan sedirinya.Rasa nyeri dapat
Universitas Sumatera Utara
20
dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetika. Jika keluhan
berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil (Sarwono, 2008). Sebagai alat kontrasepsi
AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi dan merupakan metode jangka
panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI,
dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi), dapat digunakan setelah menopause, tidak ada interaksi dengan
obat-obat dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Efek samping yang
ditimbulkannya adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan
lama, adanya perdarahan berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan
anemia (Sarwono, 2008).
Cara Pemasangan AKDR:
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja
ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual
untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke
dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol betadine
atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks di jepit bibir depan porsio
uteri, dan dimasukkan sonde kedalam uterus untuk menentukan arah poros dan
panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam
uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada
cunam serviks (Manuaba, 2009).
Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros
kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih
dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur
perlahan-lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah
tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam
dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri,
dan akhirnya spekulum diangkat (Sarwono, 2008).
Efek samping AKDR (Meera,2005)
a) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit–sedikit
Universitas Sumatera Utara
21
yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid,
perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Jika
terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR
dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang berukuran kecil.
b) Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan
AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.
Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi
analgetika.
c) Ketidakteraturan menstruasi
Selama beberapa bulan pertama dapat terjadi bercak darah atau perdarahn
antara menstruasi, tetapi hal ini berkurang seiring dengan waktu. Bercak
darah pra dan pascamenstruasi yang berlangsung 2 sampai 3 hari juga
sering terjadi.
Menurut Leveno (2004) terdapat beberapa keuntungan penggunaan AKDR
seperti progesteron dan AKDR yang mengandung levonogestrel mengurangi
darah haid dan dapat digunakan untuk mengobati menoragia. Selain itu,
berkurangnya pengeluaran darah sering disertai oleh berkurangnya disminore.
Wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral kombinasi dan
norplant sering dapat menggunakan kontrasepsi ini. Setelah penghentian
penggunaan, kesuburan tidak berkurang.
Kerugian pemakaian AKDR (Sarwono, 2008)
1. Pola perdarahan menstruasi
2. Infeksi
3. Ekspulsi
4. Perforasi
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Sampai saat
ini cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: (1) dapat dipercaya; (2) tidak menimbulkan efek
yang mengganggu kesehatan; (3) daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan;
(4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus; (5) tidak memerlukan motivasi
terus-menerus; (6) mudah menggunakannya; (7) murah sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh lapisan masyarakatnya (Sarwono, 2008).
2.2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga
periode yaitu, reproduksi muda (15–19 tahun), reproduksi sehat (20–35) dan
reproduksi tua (36–45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidimiologi
yang menyatakan bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun
bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20–
35 tahun, dan meningkat setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang
digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut (Glasier,
2005).
Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan perilaku seseorang
termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua
mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan
dengan yang muda (Ginting, 2010). Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang untuk bertindak dan mencari solusi dalam kehidupannya. Orang yang
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional,
sehingga akan lebih mudah untuk menerima gagasan baru. Demikian juga halnya
dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta
Universitas Sumatera Utara
6
peningkatan kesejahteraan keluarga (Glasier, 2005). Dengan pendidikan yang
tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti
penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin
tertentu.
Pendidikan juga meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat
mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi
cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak
berpendidikan atau berpendidikan rendah (Ginting, 2010). Pengetahuan
merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang,
karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Ginting, 2010). Faktor-faktor
yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepi diantaranya adalah
tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang terjangkau.
Keterkaitan
antara
pendapatan
dengan
kemampuan
membayar
berhubungan dengan masalah ekonomi, sehingga daya beli individu juga
mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli
individu juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah (Glasier,
2005). Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam tersedia atau
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan. Untuk dapat digunakan, pertama kali
suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh (Glasier, 2005).
Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari
kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang,
kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan, sebagai ahli waris dan
juga menjadi tempat orangtua menggantungkan harapan (Ginting, 2010).
2.3. Alat Kandungan Wanita
2.3.1. Alat kandungan luar
Alat kandungan luar dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat
dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi alat kandungan luar
dikhususkan untuk kopulasi (koitus). Menurut mocthtar (1998), yang termasuk
alat kandungan luar adalah:
Universitas Sumatera Utara
7
1. Mons veneris
Daerah yang menggunung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut
kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa. Pada wanita rambut ini
tumbuh membentuk sudut lengkung sedangkan pada pria membentuk
sudut runcing ke atas.
2. Bibir besar kemaluan (labia majora)
Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita
menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.
3. Bibir kecil kemaluan (labia minor )
Bagian dalam dari bibir besar berwarna merah jambu. Disini dijumpai
frenulum klitoris, preputium, dan frenulum pudenti.
4. Vulva
Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang
mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang
dibatasi perineum.
5. Vestibulum
Terletak dibawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan
dan kiri. Disini dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenjar Bartholini) dan
kelenjar vestibulum minor.
6. Introitus vagina
Pintu masuk ke vagina.
7. Selaput dara (hymen)
Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang
membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak
berlubang disebut atresia himenalis atau himen imperforata. Himen akan
robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula
himen atau sisa himen.
8. Lubang kemih (orifisium uretra eksterna)
Tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Disekitar
lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar skene.
Universitas Sumatera Utara
8
9. Perineum
Terletak di antara vulva dan anus.
2.3.2. Alat Kandungan Dalam
Menurut Wiknjosastro (1998) yang termasuk alat kandungan dalam
adalah:
1. Liang Sanggama (vagina)
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim,
terletak diantara saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya
terletak mulut rahim. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut
rugae, sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut
kolumna ruganum. Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan
otot, dan forniks lateral kiri dan kanan, forniks anterior, dan forniks
anterior, dan forniks posterior. Saluran darah vagina diperoleh dan arteria
uterina, arteria vesikalis inferior, arteria hemoroidalis mediana, dan arteria
pudendus interna.
2. Rahim (uterus)
Adalah struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh
peritoneum sedangkan rongga dalamnnya dilapisi oleh mukosa rahim.
Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil
diantara pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu:
badan rahim (korpus uteri), leher rahim (serviks uteri) dan rongga rahim
(kavum uteri).
3. Saluran Telur (tuba falopii)
Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13
cm, diameter 3-8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral
yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran
dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur
dan hasil konsepsi. Fungsi saluran telur adalah sebagai saluran telur,
membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, tempat terjadinya
pembuahan (konsepsi= fertilisasi).
Universitas Sumatera Utara
9
4. Indung Telur (ovarium)
Terdapat dua indung telur, masing-masing di kanan dan kiri rahim, dilapisi
mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum. Bentuknya
seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm ×
1,5-2 cm × 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh
mesovarium, ligamentum ovarika dan ligamentum infundibolopelvikum.
Seumur hidupnya, seorang wanita diperkirakan akan mengeluarkan sel
telur kira-kira 400 butir. Fungsi indung telur yang utama menghasilkan
ovum.
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Sumber: Britanica, 2007
Universitas Sumatera Utara
10
Seumur hidupnya, seorang wanita diperkirakan akan mengeluarkan sel
telur kira-kira 400 butir. Fungsi indung telur yang utama adalah menghasilkan sel
telur (ovum), menghasilkan hormon-hormon (progesteron dan estrogen), dan ikut
serta mengatur haid.dan estrogen), dan ikut serta mengatur haid.
2.4. Fertilisasi pada wanita
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
(ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam
saluran telur. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan
berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke
saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang
menggembung dari tuba falopii (Vander, 2001).
Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi
untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang
paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel
telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi=fertilisasi) (Heffner & Schust,
2005).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh
rambut getar tuba) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim
untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi).Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7
hari.Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan
harus
ada
ovum
(sel
telur),
spermatozoa
(sela
mani),
pembuahan
(konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasentasi (Mochtar, 1998).
2.5. Metode Kontrasepsi
2.5.1. Metode sederhana
2.5.1.1. Sanggama Terputus
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
Universitas Sumatera Utara
11
sekarang. Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh bagian terbesar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1
detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik penis keluar dari vagina (Sarwono.2008).
Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat – alat maupun
persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini
dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria karena
faktor jasmani emosional tidak dapat menggunakan cara ini. Selanjutnya,
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Menurut sarwono (2008)
kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
a) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang mengandung
sperma.
b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.
c) Pengeluaran semen dekat vulva dapat menyebabkan kehamilan.
2.5.1.2. Pantang Berkala
Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan sanggama pada
masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir
encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus
terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka
yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut
harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan massa aman. Sebagai contoh
jika seorang wanita mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai ke 36, maka
perhitungannya adalah 28-18 = 10, dan 36- 11 = 25. hari ke 10 hingga hari ke 25
daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama sampai hari ke 0 daur haid
(Samra-Latif, 2011).
Metode ini tanpa efek samping, gratis, tidak menggunakan bahan kimia,
dapat digunakan oleh semua wanita baik tua maupun muda. Bagi wanita, cara ini
sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat
terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur (Sarwono, 2008).
Universitas Sumatera Utara
12
2.5.1.3. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.Kondom sudah digunakan di
Mesir sejak tahun 1350 sebelum Masehi. Pada abad ke 18 diberi nama “ kondom “
yang pada waktu itu digunakan dengan tujuan mencegah penularan penyakit
kelamin. Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga
pembuahan dapat dicegah (Sarwono,2008).
Jenis-jenis kondom yang sekarang tersedia beragam tipe (Gebbie, 2005):
1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk
silinder bulat (garis tengah sekitar 3,0 – 3,5 cm, panjang 15 – 20 cm, tebal
0,03 – 0,08 mm) dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan
tepi bulat di ujungnya yang terbuka. Kondom dikemas secara individual,
digulung sampai ke tepi, dan disegel secara kedap udara dalam kertas
timah impermeabel. Apabila kemasan terbuka atau robek, maka kondom di
dalamnya cepat rusak.
2) Selama bertahun-tahun hanya tersedia satu ukuran tetapi sekarang
diketahui adanya kebutuhan untuk kondom berukuran lebih besar dan
lebih kecil dan keduanya saat ini sudah tersedia.
3) Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, juga diperkenalkan
variasi yang berpelumas, mengandung spermisida, berwarna, memiliki
rasa, beraroma, dan bertekstur.
4) Tersedia kondom alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah
residu
dan
tidak
dipralubrikasi,
bagi
mereka
yang
mengalami
hipersensitivitas.
5) Kondom yang lebih tebal dan melebihi Standar Inggris dipasarkan
terutama untuk hubungan intim per–anus pada pria homoseks untuk
memberikan
perlindungan
tambahan
terhadap
infeksi
Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Universitas Sumatera Utara
13
Cara Kerja Kondom
Seperti semua metode barier lainnya, kondom mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital atas wanita (Gebbie, 2005).
Keunggulan Kondom (Gebbie, 2005):
1) Efektif apabila digunakan secara benar dan konsisten.
2) Tersedia luas, murah, dan sering diberikan secara gratis.
3) Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
4) Tingkat proteksi yang sangat tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual,
termasuk infeksi HIV. Pada uji in vitro, kondom lateks yang utuh tidak
dapat ditembus oleh organnisme yang ditularkan melalui hubungan seks
termasuk virus.
5) Perlindungan terhadap karsinoma dan penyakit pramaligna serviks.
6) Peningkatan kemampuan seksual pada sebagian pasien dengan ejakulasi
dini.
Kekurangan Kondom (Gebbie, 2005):
1) Penampilan tidak menarik
2) Sensasi kenikmatan berkurang sewaktu berhubungan intim, terutama
transmisi kehangatan tubuh.
3) Perlu dipasang sebelum koitus dan segera dibuang sesudahnya, yang bagi
sebagian pasangan dianggap mengganggu aktivitas seksual.
4) Kesulitan ereksi dapat bertambah, walaupun sebagian pria yang sudah
lanjut
usia
mendapati
bahwa
pemakian
kondom
membantu
mempertahankan ereksi mereka.
2.5.1.4. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia yang di gunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma.Spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembunuhan sel
telur. Spermisida dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal atau krim.
Metode ini tidak mengganggu produksi air susu ibu (ASI), mudah digunakan dan
Universitas Sumatera Utara
14
tidak memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus.Perlu ditekankan bahwa
pemakaian spermisida sebagai tindakan kontraseptif tunggal tidak dianjurkan dan
peran utama zat ini adalah meningkatkan efek kontraseptif dari metode barier
yang lain (Sarwono, 2008).
Jenis-jenis spermisida (Manuaba, 1998):
1) Krim dan jeli
Pada bentuk krim, bahan kimia dimasukkan ke dalam suatu bahan dasar
sabun stearat, sedangkan pada bentuk jeli dimasukkan ke dalam bahan
dasar yang larut air. Kedua bentuk ini mencair pada suhu tubuh dan cepat
menyebar ke seluruh vagina.
2) Pesarium vagina
Bahan dasar terdiri dari gelatin, gliserin, tau lilin. Pesarium dikemas dalam
kertas timah dan mudah digunakan. Karena cepat menyebar ke seluruh
vagina, bentuk ini mungkin kurang efektif dibandingkan dengan krim atau
jeli tetapi para wanita sering mendapati presarium ini lebih nyaman.
3) Tisu spermisida
Tisu spermisida ini berupa sejenis lembaran segi empat semi transparan
larut air yang cepat larut di vagina untuk membebaskan nonoksinol-9.
Cara kerja spermisida (Gebbie, 2005)
Kerja spermisida bersifat ganda:
1) Bahan dasar preparat secara fisik menghambat pergerakan sperma.
2) Bahan kimia aktif mematikan sperma tanpa merusak jaringan tubuh yang
lain.
Keuntungan spermisida(Gebbie,2005):
1) Memberi tambahan pelumas apabila ada masalah kekeringan vagina.
2) Mudah diperoleh tanpa resep.
3) Tidak ada bukti toksisitas topikal vagina dan penyerapan sistemik,
kalaupun ada, sangat terbatas.
Universitas Sumatera Utara
15
Kekurangan spermisida (Gebbie, 2005):
1) Angka kegagalan terlalu tinggi apabila digunakan tersendiri.
2) Pesarium tidak cocok untuk negara tropis karena dapat meleleh. Namun
pesarium yang meleleh akan kembali memadat di dalam kemasannya
apabila
didinginkan, serta masih mempertahankan aktivitasnya.
3) Kadang-kadang menimbulkan keluhan bau tidak sedap, rasa menyengat,
atau rasa tidak nyaman di vagina.
4) Pemakaian spermisida yang melebihi dosis normal dapat menyebabkan
iritasi dan ulserasi mukosa vagina dan efek ini tampaknya berkaitan
dengan dosis. Epitel vagina yang rusak dapat mempermudah masuknya
organisme yang ditularkan melalui hubungan intim misalnya HIV.
5) Kurang efektif dalam penggunaanya karena harus menunggu waktu 10 –
15 menit setelah pemakaian sebelum melakukan hubungan seksual dan
efektivitas pemakaian hanya 1-2 jam saja.
Efek samping spermisida (Gebbie, 2005):
1) Alergi (pada salah satu pasangan).
2) Busa aerosol jangan digunakan bersama diafragma, karena apabila
terbentuk tekanan di vagina maka diafragma dapat terlepas.
2.5.2. Metode Modren
2.5.2.1 Pil kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan sperma
tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan pada
motilitas tuba fallopi dan uterus.
Dewasa ini terdapat banyak macam pil kombinasi, tergantung dari jenis
dan dosis estrogen serta jenis progesteron yang dipakai (Sarwono, 2008). Pil
Universitas Sumatera Utara
16
kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil dan ada yang berisi 28 pil dalam satu
bungkus. Pil kombinasi yang berisi 21 atau 22 pil dalam satu bungkus, diminum
mulai hari kelima haid satu pil setiap hari sampai habis. Pil dalam bungkus kedua
diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil kombinasi yang
berisi 28 pil diminum setiap malam secara terus-menerus. Tidak semua wanita
dapat menggunakan pil kombinasi (Sarwono, 2008).
Menurut Kishen (2005) wanita yang mempunyai masalah kesehatan
sebagai berikut sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi:
a) Menderita hepatitis atau penyakit kuning.
b) Menderita gejala stroke atau penyakit jantung.
c) Mempunyai masalah pembekuan darah.
d) Merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko
serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak.
e) Menderita diabetes atau epilepsi.
Efek samping pil kombinasi (Sarwono2008) :
Hormon-hormon dalam pil harus cukup kuat untuk dapat mengubah proses
biologik, sehingga ovulasi tidak terjadi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
kadang-kadang timbul efek sampingan.Efek tersebut pada umumnya ditemukan
pada pil kombinasi dengan kelebihan estrogen atau pada pil dengan kelebihan
progesteron.
Efek-efek sampingan yang masih dapat dianggap ringan ialah sebagai
berikut (Sarwono, 2008) :
1) Efek karena kelebihan estrogen
Efek-efek yang sering terdapat ialah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala,
nyeri pada mamma, flour albus. Rasa mual kadang-kadang disertai
muntah, diare, dan rasa perut kembung.
2) Efek karena kelebihan progesteron
Progesteron dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan
tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan,
Universitas Sumatera Utara
17
akne,
alopesia,
kadang-kadang
mamma
mengecil,
fluor
albus,
hipomenorea.
3) Efek sampingan yang berat
Bahaya yang dikuatirkan dengan pil ialah trombo-emboli, termasuk
tromboflebitis, emboli paru-paru, dan trombosis otak.
2.5.2.2. Mini Pil
Mini pil tidak mengandung estrogen dan hanya mengandung progestin
saja, sehingga mini pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok menggunakan
pil kombinasi. Mini pil ini bagi ibu yang sedang menyusui karena tidak
mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI, dan digunakan
mulai hari ini pertama sampai hari kelima masa haid (Sarwono, 2008).
Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi
produksi ASI, nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri haid, dan
kesuburan cepat kembali. Sedangkan kekurangannya adalah mengalami gangguan
haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan ektopik cukup
tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar (Heffner &
Schust, 2005).
Wanita yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang
termasuk ke dalam (Kishen, 2005):
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Mengalami perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya.
c) Menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara.
d) Menderita mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan mioma
uterus.
e) Mempunyai riwayat stroke karena progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah.
f) Mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis
yang berumur di atas 20 tahun.
g) Menderita kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.
Universitas Sumatera Utara
18
2.5.2.3. Suntikan Progestin
Suntikan progestin seperti Depo-Provera dan Noris-Terat mengandung
hormon progestin saja. Suntikan ini sangat baik bagi wanita yang menyusui dan
suntikan di berikan setiap dua bulan atau tiga bulan sekali.Suntikan ini
mengentalkan lendir serviks dan menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Penyuntikan harus dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan(Sarwono, 2008).
Suntikan ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan dalam jangka
panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengandung estrogen
sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangggu
pembekuan darah. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perdarahan yang
tidak teratur atau bercak-bercak darah, berat badan meningkat, dan pada
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas),
kekeringan pada vagina, menurunkan libio dan sakit kepala (Sarwono, 2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan ini adalah mereka yang
hamil, mengalami perdarahan pervaginaan, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes mellitus disertai komplikasi
(Sarwono, 2008).
2.5.2.4. Implant / Susuk
Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasang dibawah
kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat dipakai oleh semua wanita
dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa menyusui. Pemasangan dan
pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
yang terlatih. Metode ini membuat lendir serviks menjadi kental, mengganggu
proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma sehingga
menekan ovulasi (Sarwono, 2008).
Sesuai dengan perkembangannya, implant terdiri atas tiga jenis yaitu
(Sarwono, 2008):
a) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
Universitas Sumatera Utara
19
3,4 cm, diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis
norplant ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun.
b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Implant efektif dalam menunda kehamilan jangka panjang (5 tahun), bebas
dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengganggu
produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Waktu yang
paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau
masa pra-ovulasi dari masa haid. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nyeri
kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pening,
mengalami gangguan haid (terjadinya spotting. Perdarahan haid memanjang atau
lebih sering berdarah) (Sarwono, 2008).
Wanita yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau
disangka hamil, penderita panyakit hati, kanker payudara, diabetes mellitus,
kelainan kardiovaskular dan wanita yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik
(Sarwono, 2008).
2.5.2.5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan
reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit Sindroma Prahaid
(PMS) dan sudah pernah melahirkan (Wulansari, 2007) . Setelah dirahim, AKDR
akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR
dapat sampai 10 tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua
wanita umur reproduksi (Sarwono, 2008).
Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada masa haid, untuk
mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servik alis. Segera
setelah pemasangan AKDR, rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi.Biasanya
rasa nyeri ini dapat berangsur – angsur hilang dengan sedirinya.Rasa nyeri dapat
Universitas Sumatera Utara
20
dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetika. Jika keluhan
berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil (Sarwono, 2008). Sebagai alat kontrasepsi
AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi dan merupakan metode jangka
panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI,
dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi), dapat digunakan setelah menopause, tidak ada interaksi dengan
obat-obat dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Efek samping yang
ditimbulkannya adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan
lama, adanya perdarahan berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan
anemia (Sarwono, 2008).
Cara Pemasangan AKDR:
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja
ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual
untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke
dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol betadine
atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks di jepit bibir depan porsio
uteri, dan dimasukkan sonde kedalam uterus untuk menentukan arah poros dan
panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam
uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada
cunam serviks (Manuaba, 2009).
Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros
kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih
dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur
perlahan-lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah
tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam
dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri,
dan akhirnya spekulum diangkat (Sarwono, 2008).
Efek samping AKDR (Meera,2005)
a) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit–sedikit
Universitas Sumatera Utara
21
yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid,
perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Jika
terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR
dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang berukuran kecil.
b) Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan
AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.
Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi
analgetika.
c) Ketidakteraturan menstruasi
Selama beberapa bulan pertama dapat terjadi bercak darah atau perdarahn
antara menstruasi, tetapi hal ini berkurang seiring dengan waktu. Bercak
darah pra dan pascamenstruasi yang berlangsung 2 sampai 3 hari juga
sering terjadi.
Menurut Leveno (2004) terdapat beberapa keuntungan penggunaan AKDR
seperti progesteron dan AKDR yang mengandung levonogestrel mengurangi
darah haid dan dapat digunakan untuk mengobati menoragia. Selain itu,
berkurangnya pengeluaran darah sering disertai oleh berkurangnya disminore.
Wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral kombinasi dan
norplant sering dapat menggunakan kontrasepsi ini. Setelah penghentian
penggunaan, kesuburan tidak berkurang.
Kerugian pemakaian AKDR (Sarwono, 2008)
1. Pola perdarahan menstruasi
2. Infeksi
3. Ekspulsi
4. Perforasi
Universitas Sumatera Utara