ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP 4 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

BAB II KAJIAN KONSEP IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Konsep Analisis Implementasi 1. Pengertian Implementasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah

  pelaksanaan, penerapan: pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk

  1

  tentang hal yang disepakati dulu. Sedangkan menurut M. Joko Susilo implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect” (penerapan sesuatu yang

  2 memberikan efek atau dampak).

  Adapun menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul

  Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya

  mengenai implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai

  3

  tujuan kegiatan. Pengertian implementasi yang dikemukakan tersebut, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan hanya sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi 1 dipengaruhi oleh objek berikutnya.

  Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hlm. 427. 2 M. Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya , Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hlm. 174. 3 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, PT. Raja Grafindo Persada,

  Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul

  Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan mengenai

  implementasi atau pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

  4 mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

  Pengertian implementasi tersebut, dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan sebuah ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.

  Berbagai pengertian di atas memperlihatkan bahwa implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu manajemen. Menurut Sudarwan dan Yunan Danim, mengartikan manajemen adalah sebuah proses yang khas, yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain untuk

  5 mencapai tujuan tertentu.

  Berbicara tentang implementasi pembahasannya akan mengarah pada masalah penerapan atau pelaksanaan suatu aturan atau keputusan. Jika dipandang sebagai implementasi kebijaksanaan maka dapat diartikan sebagai suatu proses melaksanakan keputusan. Implementasi merupakan 4 salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya implementasi

  Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 39. 5 Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, Pustaka

  dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah undang-undang muncul sejumlah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakan

  6 secara konkrit ke masyarakat.

  Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier sebagaimana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab, mengatakan bahwa implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian- kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha- usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat

  7 atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

  Jadi Implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan atau disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai 6 tujuan kebijakan.

  Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm. 295. 7 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implementasi

2. Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

  Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. M. Irfan Islamy membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu: a.

  Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.

  b.

  Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan

  

8

pembuatan kebijakan tercapai.

  Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Solichin Abdul Wahab dalam buku analisis kebijakan: dari formulasi ke

  implementasi kebijakan negara mengemukakan sejumlah tahap

  implementasi yaitu: Tahap I Terdiri atas kegiatan-kegiatan: (a) Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas, (b) Menentukan standar pelaksanaan, (c) Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan. Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode. Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan: (a) Menentukan jadwal, Melakukan pemantauan, Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang

  9 sesuai dengan segera.

  Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier yaitu mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi 8 sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-

  M. Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hlm. 102. peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran tetapi memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada impelementasi kebijakan negara.

  Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan 3.

  Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut. Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasikan dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan. Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan penetapan waktu dan

  10

  pengawasan. Implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang

  11 diinginkan.

  Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara secara sempurna menurut Teori Implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun yang dikutip Solichin Abdul Wahab, yaitu: (a) Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan mengalami gangguan atau kendala yang serius. Hambatan-hambatan tersebut mungkin sifatnya fisik, politis dan sebagainya; (b) Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup 10 memadai; (c) Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar

  Dwijowijoto Riant Nugroho, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Formulasi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003, hlm. 158. 11 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo, Yogyakarta, 2002,

  tersedia; (d) Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan kausalitas yang handal; (e) Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnnya; (f) Hubungan saling ketergantungan kecil; (g) Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan; (h) Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat; (i) Komunikasi dan koordinasi yang sempurna; (j) Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

  12 Menurut Teori Implementasi Kebijakan George Edward III) yang

  dikutip oleh Budi Winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, yaitu : a.

  Komunikasi.

  Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity). Faktor pertama yang mendukung implementasi kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat yang mengimlementasikan keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk- petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas. Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas.

  b.

  Sumber-sumber Sumber-sumber penting yang mendukung implementasi kebijakan meliputi: staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas- fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik. c.

  Kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensi- konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu yang dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.

  d.

  Struktur birokrasi Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan, baik itu struktur

  13 pemerintah dan juga organisasi-organisasi swasta.

  Menurut Teori Proses Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Horn yang dikutip oleh Budi Winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan yaitu: a.

  Ukuran-ukuran dan tujuan kebijakan.

  Dalam , tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu

  implementasi

  program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan bila tujuan- tujuan itu tidak dipertimbangkan.

  b.

  Sumber-sumber Kebijakan

  Sumber-sumber yang dimaksud adalah mencakup dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif.

  c.

  Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

  Implementasi dapat berjalan efektif bila disertai dengan ketepatan komunikasi antar para pelaksana.

  d.

  Karakteristik badan-badan pelaksana

  Karakteristik badan-badan pelaksana erat kaitannya dengan struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. e.

  Kondisi ekonomi, sosial dan politik

  Kondisi ekonomi, sosial dan politik dapat mempengaruhi badan- badan pelaksana dalam pencapaian implementasi kebijakan.

  f.

  Kecenderungan para pelaksana

  Intensitas kecenderungan-kecenderungan dari para pelaksana

  14 kebijakan akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian kebijakan.

  Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya.

  Menurut James Anderson yang dikutip oleh Bambang Sunggono, masyarakat mengetahui dan melaksanakan suatu kebijakan publik dikarenakan: (a) Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan-keputusan badan-badan pemerintah; (b) Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan; (c) Adanya keyakinan bahwa kebijakan itu dibuat secara sah, konstitusional, dan dibuat oleh para pejabat pemerintah yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan; (d) Sikap menerima dan melaksanakan kebijakan publik karena kebijakan itu lebih sesuai dengan kepentingan pribadi; (e) Adanya sanksi-sanksi tertentu yaang akan

  15 dikenakan apabila tidak melaksanakan suatu kebijakan.

  Dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pakar kebijakan diatas, secara umum terlihat bahwa para ahli kebijakan tersebut memiliki variasi pandangan dalam merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Variasi padangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena ada banyak faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap implementasi suatu kebijakan. Faktor pendukung implementasi kebijakan harus didukung dan diterima oleh masyarakat, apabila anggota masyarakat mengikuti dan mentaati sebuah kebijakan maka sebuah implementasi 14 kebijakan akan berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan tanpa ada 15 Ibid ., hlm. 110.

  Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijakan Publik, PT. Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hambatan-hambatan yang mengakibatkan sebuah kebijakan tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Konsep Manajemen Pembelajaran 1. Pengertian Manajemen Pembelajaran

  Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata

  16 Adapun menurut istilah kerja “to manage” yang berarti mengatur.

  (terminologi) terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen salah satunya menurut George R. Terry, dalam Hasibuan mengartikan manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perncanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber

  17 daya lainnya.

  Manajemen mempunyai dua makna yaitu mind (pikir) dan action (tindakan). Secara luas pengertian manajemen berarti kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan. Bisa juga diartikan segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang atau mengarahkan segala fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan. Atau diartikan sebagai bekerja dengan

  18 menggunakan atau meminjam tangan orang lain.

  Manajemen merupakan sebuah kegiatan: pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Individu yang menjadi manajer menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat “manajerial” dan tugas-tugas operasional dilaksanakan melalui upaya- upaya kelompok anggotanya. Manajemen mempunyai tujuan-tujuan 16 tertentu dan bersifat tidak berwujud. Usahanya ialah hasil-hasil yang 17 Hikmat, Manajemen Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm. 1.

  Hasibuan, Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 3. 18 Burhanuddin, Manajemen Pendidikan, Penerbit Universitas Negeri Malang Press, spesifik; biasanya dinyatakan dalam bentuk sasaran-sasaran. Upaya dari

  19 kelompok menunjang pencapaian tujuan yang spesifik itu.

  Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan

  20

  anak dengan pendidik. Menurut E. Mulyasa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari

  21 lingkungan.

  Dengan demikian yang dimaksud dengan manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dengan cara melakukan tindakan-tindakan seperti; perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

  Manajemen pembelajaran dapat didefinisikan sebagai usaha mengelola lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang belajar berprilaku tertentu dalam kondisi tertentu. Jadi, menajemen pembelajaran terbatas pada satu unsur manajemen sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen system pendidikan, bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas dan besar secara regional, nasional,

  22 bahkan internasional.

  Manajemen pembelajaran adalah aplikasi prinsip, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan 19 pembelajaran. Untuk mengorganisir pelaksanaan pembelajaran diperlukan 20 George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 9-10.

  Mansur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 163. 21 E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi.

  Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 100. 22 E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, PT. pengelolaan pembelajaran dengan efektif. Pembelajaran yang dikelola dengan manajemen yang efektif diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik, sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap

  23 dan nilai-nilai yang mengakar pada individu peserta didik.

  Berdasarkan pengertian pembelajaran dan manajemen pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa konsep manajemen pembelajaran sebagai proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan peserta didik (orang yang belajar) dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai tujuan. Beberapa bagian terpenting dari manajemen pembelajaran tersebut antara lain: (a) penciptaan lingkungan belajar; (b) mengajar dan melatihkan harapan kepada peserta didik; (c) meningkatkan aktivitas belajar; (d) meningkatkan disiplin peserta didik. Rancangan tugas ajar diperlukan pula dalam penyusunan materi dalam wilayah psikomotrik, rancangan tugas ajar wilayah kognitif, serta rancangan tugas ajar wilayah afektif.

2. Konsep Dasar Manajemen Pembelajaran

  Konsep dasar manajemen pembelajaran setidaknya ada tiga unsur pokok yang harus dikelola dalam rangka implementasi manajemen pendidikan pada institusi pendidikan, yaitu: manajemen peserta didik, manajemen tenaga kependidikan, dan manajemen kurikulum.

a. Manajemen Peserta Didik

  Manajemen peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar

  

24

  dengan efektif dan efisien. Manajemen peserta didik juga berarti 23 seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara

  Saryanto, Peran Kepala Sekolah dalam Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar, Program Pasca Sarjana UMY, Yogyakarta, 2006, hlm. 30. 24 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Ar-Ruzz Media,

  sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta

  25 didik dari suatu sekolah.

  Proses pembelajaran hakikatnya diarahkan membelajarkan peserta didik telah resmi diterima di lembaga pendidikan, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh, yaitu: pengelompokan peserta didik secara homogen atau heterogen, penentuan program belajar, penentuan strategi pembelajaran, pembinaan disiplin dan pertisipasi peserta didik dalam pembelajaran, pembinaan kegiatan ekstrakurikuler, dan

  26 penentuan kenaikan kelas dan/nilai prestasi belajar.

  Sehubungan dengan langkah-langkah itu, ada empat prinsip dasar dalam manajemen peserta didik, yaitu: peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan sebagai objek, kenyataan bahwa kondisi peserta didik sangat beragam baik dari segi fisik, intelektual, sosial ekonomi, minat dan sebagainya, peserta didik hanya akan termotivasi belajar jika mereka menyukai apa yang diajarkan, pengembangan potensi peserta didik tidak hanya menyangkut ranah

  27 kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.

  Oleh karena itu, peserta didik seharusnya diberikan peran yang lebih aktif lagi dalam berbagai kegiatan sekolah. Mereka hendaknya dilibatkan penuh dalam proses pembelajaran, bukan saja sebagai peserta, tetapi juga penggagas pelaksanaan kegiatan, sehingga guru dan peserta didik sama-sama menjadi subjek. Artinya, peserta didik diharapkan berperan aktif, berinisiatif dan berkreasi dalam proses pembelajaran di sekolah.

  25 Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 9. 26 Mujami Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Pendidikan Islam , Erlangga, Jakarta, 2007, hlm. 3.

b. Manajemen Tenaga Kependidikan

  Dalam organisasi pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan ini merupakan sumber daya manusia potensial yang turut berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru selaku tenaga kependidikan harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang

  28 mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

  Sejak adanya kehidupan ini, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan

  29 memahami materi standar yang dipelajari.

  Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Di samping itu, peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber seperti radio, televisi, film pembelajaran, bahkan program internet atau electronic learning (e-

  learning) . Derasnya arus informasi serta cepatnya perkembangan ilmu

  pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yan g disebut “mengajar” masih perlukah guru mengajar di kelas seorang diri, menginformasikan, menjelaskan, dan

  30

  menerangkan? Kegiatan peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan 28 guru dalam komunikasi. Jika faktor-faktor di atas dengan baik. 29 Dadang Suhardan, Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 230.

  E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan , Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 38.

  Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalm memecahkan

  31 masalah.

  Hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu: 1)

  Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka. 2)

  Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik. 3)

  Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian. 4)

  Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar. 5)

  Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas.

6) Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.

  Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik. 7)

  Mendengarkan: memahami semua peserta didik dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik guru maupun peserta didik. 8)

  Menciptakan kepercayaan; peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.

  9) Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi

  10) Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar

  11) Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.

  12) Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran lebih

  32 bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat.

  Tak hanya melaksanakan dan mengelola pembelajaran saja, namun guru juga harus mengelola kelas dan siswa serta segala hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar ataupun segala sesuatu yang mampu mempermudah dan mempengaruhi pembelajaran. Untuk melaksanakan peran sebagai seorang manager atau pengelola pembelajaran (learning manager) maka guru harum memahami konsep, prinsip, hakikat, serta pengetahuan tentang pembelajaran, bukan hanya tentang bagaimana dalam mengajar namun juga segala sesuatu tentang belajar.

c. Manajemen Kurikulum

  Kurikulum dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, dalam pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Seperti 32 diungkapkan oleh Rusman manajemen kurikulum adalah sebagai suatu

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

  sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian

  33 tujuan kurikulum.

  Dalam proses pembelajaran, komponen manajemen kurikulum sebagai program studi diartikan sebagai upaya pengelolaan seperangkat mata pelajaran yang harus dikuasai oleh guru dan mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di instansi pendidikan

  34

  lainnya. Mengingat fungsi kurikulum dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen-komponen yang saling berkaitan, berinteraksi dalam upaya

  35 mencapai tujuan.

  Manajemen kurikulum merupakan upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah berserta bawahannya untuk melakukan pengelolaan, berupa perencanaan, pengorganisasian dan kepemimpinan dan pengawasan sehingga pelaksana pendidikan mampu mengelola lingkungan belajar secara kondusif, efektif dan menyenangkan.

  Menurut Ramayulis, komponen kurikulum itu meliputi: (1) Tujuan yang ingin dicapai meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara, (2) Isi kurikulum. berupa materi yang diprogram untuk mencapai tujuan pendikan yang telah ditetapkan. Materi tersebut disusun ke dalam silabus dan dalam mengaplikasikannya dicantumkan pula dalam satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran, (3) Media (sarana dan prasarana) pembelajaran, (4) Media sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkanisi kurikulum agar mudah dipahami oleh peserta didik, (5) Strategi. Merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar 33 yang digunakan. Dalam strategi termasuk juga komponen penunjang 34 Rusman, Manajemen Kurikulum, Rajawali Press, Jakarta, 2011, hlm. 3.

  

Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 32. lainnya seperti sistem administrasi, pelayanan BK, remedial, dan pengayaan dsb, (6) Proses pembalajaran. Komponen ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses pembelajaran akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran dituntut sarana pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong kratifitas peserta didik dengan bantuan pendidik, (7) Evaluasi. Dengan evaluasi (penilaian) dapat diketahui cara pencapaian tujuan.

36 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen

  kurikulum akan berjalan dengan baik, jika didalam pelaksanaannya mencakup asepk; Tujuan pembelajaran, Isi kurikulum, Media (sarana dan prasarana) pembelajaran, Strategi pembelajaraan, Proses pembalajaran dan evaluasi (penilaian).

3. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran a. Perencanaan Pembelajaran

  Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan- kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam konteks pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

37 PP RI no. 19 th. 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal

  20 menjelaskan bahwa; “Perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang- 36 Ibid . hlm. 154-155. 37 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

  kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber

  38 belajar, dan penilaian hasil belajar”.

  Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan para peserta didik sebagai subyek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah

  39

  dirumuskan. Perencanaan tersebut harus tersusun secara rapi dan sisitematis, juga rasional. Agar muncul pemahaman yang sangat mendalam terhadap perencanaan itu sendiri. Pemahaman yang demikian bisa diambil makna yang tersirat dari firman Allah sebagai berikut:

  َ لۡتَ لَّذِ ْاوُ لَّذِٱ َو َ لَّذِٱ ْاوُ لَّذِٱ ْاوُنَماَء َي ِ ٱ اَهُّي أَٰٓ َي َو دٖۖ َ ِ لۡتَجَملَّذِ َ الَّذِم سٞ لۡتَ َ لۡتَ ُننَ

  ١٨ َ لَّذِٱ لَّذِنِإ َلَّذِٱ َنوُلَملۡتَعَٱ اَمِة ُُۢيِتَخ

  Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

  dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa

  40 yang kamu kerjakan

  ”. (QS. Al-Hasyr : 18) Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol

  41

  terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Agar dalam pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik untuk itu guru perlu menyusun komponen perangkat perencanaan pembelajaran antara lain: 1)

  Menetukan Alokasi Waktu dan Minggu Efektif Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah menentukan minggu efektif dalam setiap semester pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dalam 38 satu tahun ajaran. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan , 2005, hlm. 15. 39 40 Abdul Majid, Op.Cit. hlm. 91. 41 Soenarjo, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Depag. RI, Jakarta, 2009, hlm. 918.

  Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal yang harus dicapai

  42 sesuai dengan rumusan standart isi yang ditetapkan.

  2) Menyusun Program Tahunan (Prota)

  Program tahunan merupakan rencana program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan, yakni dengan menetapkan alokasi dalam waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang ditetapkan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan

  43 pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya.

  3) Menyusun Program Semesteran (Promes)

  Program semester (Promes) merupakan penjabaran dari program tahunan. Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, maka dalam program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau

  44 kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.

  4) Menyusun Silabus Pembelajaran

  Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan bentuk pengembangan dan penjabaran kurikulum menjadi rencana pembelajaran atau susunan materi pembelajaran yang

  45

  teratur pada mata pelajaran tertentu pada kelas tertentu. Komponen dalam menyusun silabus memuat antara lain identitas mata pelajaran 42 atau tema pelajaran, standard kompetensi (SK), kompetensi dasar

  Wina Sanjaya, Perencanaan dan Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 49. 43 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 251. 44 45 Wina Sanjaya, Op.Cit. hlm. 53.

  Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan

  (KD), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian

  46 kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

  5) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

  Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun untuk setiap Kompetensi dasar (KD) yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

  47

  pertemuan atau lebih. Komponen-komponen dalam menyusun RPP meliputi: a) Identitas Mata Pelajaran; b) Standar Kompetensi; c) Kompetensi Dasar; d) Indikator Tujuan Pembelajaran; e) Materi Ajar;

  f) Metode Pembelajaran; g) Langkah-langkah Pembelajaran; h) Sarana

  48 dan Sumber Belajar; i) Penilaian dan Tindak Lanjut.

  Selain itu dalam fungsi perencanaan tugas kepala sekolah sebagai manajer yakni mengawasi dan mengecek perangkat yang guru buat, apakah sesuai dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan peserta didik dalam belajar.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

  Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan peserta didik dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik dan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan pengelolaan dan kepemimpinan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dan pengelolaan peserta didik. Selain itu juga memuat kegiatan pengorganisasian yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus yang harus

  49 46 dilakukan guru, juga menyangkut fungsi-fungsi manajemen lainnya.

  Abin Syamsudin Makmun, Pengelolaan Pendidikan, Pustaka Eduka, Bandung, 2009, hlm. 217. 47 48 Ibid ., hlm. 221. 49 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Op.Cit., hlm. 222-223.

  Suwardi, Manajemen Pembelajaran Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi.

  Oleh karena itu dalam hal pelaksanaan pembelajaran mencakup dua hal yaitu, pengelolaan kelas dan peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan sebagai berikut: 1)

  Pengelolaan Kelas dan Peserta Didik Pengelolaan kelas adalah satu upaya memperdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi

  50

  edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan pengelolaan kelas sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan dan pengembangankompetensi)

  51 dan bina suasana dalam pembelajaran.

  Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya, situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Suryobroto pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai

  52

  berikut: (a)

  Tahap Pra Instruksional Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar: Guru menanyakan kehadiran peserta didik dan mencatat peserta didik yang tidak hadir; Bertanya kepada peserta didik sampai dimana pembahasan sebelumnya; Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang sudah disampaikan; Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat.

  50 Syaiful Bahri Djamarah,. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 173. 51 Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 165.

  (b) Tahap Instruksional

  Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut: Menjelaskan kepada peserta didik tujuan pengajaran yang harus dicapai peserta didik; Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas; Membahas pokok materi yang sudah dituliskan; Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contohcontoh yang kongkret, pertanyaan, tugas; Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi pelajaran;

  53 Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.

  (c) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

  Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu: Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa peserta didik mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional; Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh peserta didik (kurang dari 70%), maka guru harus mengulang pengajaran; Untuk memperkaya pengetahuan peserta didik mengenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas PR; Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan

  54 pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

  2) Pengelolaan Guru

  Pelaksanaan sebagai fungsi manajemen diterapkan oleh kepala sekolah bersama guru dalam pembelajaran agar peserta didik melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala sekolah memegang peranan penting untuk menggerakkan para guru dalam

  55 53 mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas. 54 Ibid., hlm. 37 55 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 173.

  Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik, PT. Refika Aditama, Bandung,

  Guru adalah orang yang bertugas membantu peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), memiliki posisi sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana kondusif, yang

  56 bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak.

  Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalitas guru, secara tersirat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 mencantumkan standar nasional pendidikan meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian. Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif sedangkan kriteria adalah sesuatu yang

  57 menggambarkan keadaan yang dikehendaki.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN VARIASI METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 01 BRINGIN BATEALIT JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 19

PENERAPAN VARIASI METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 01 BRINGIN BATEALIT JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 36

PENERAPAN METODE FISHBOWL DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMK MA’ARIF 3 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 49

PENERAPAN METODE FISHBOWL DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMK MA’ARIF 3 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 10

PENERAPAN METODE FISHBOWL DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMK MA’ARIF 3 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 36

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KITAB KIFAYATUL AKHYAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH DI MAS TAHFIDZ YANBU’UL QUR’AN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 1 9

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KITAB KIFAYATUL AKHYAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH DI MAS TAHFIDZ YANBU’UL QUR’AN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

1 2 32

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KITAB KIFAYATUL AKHYAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH DI MAS TAHFIDZ YANBU’UL QUR’AN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 9

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KITAB KIFAYATUL AKHYAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH DI MAS TAHFIDZ YANBU’UL QUR’AN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

1 2 41

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP 4 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - STAIN Kudus Repository

2 6 11