KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HADITS (KAJIAN TEMATIK) - Raden Intan Repository

  

KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HADITS

(KAJIAN TEMATIK)

Skripsi

  Diajukan untuk melengkapiTugas-tugasdanMemenuhiSyarat- syaratGunaMemperolehGelarSarjanaIlmuAl- Qur’an dan Tafsir (S.Ag)

  DalamilmuUshuluddin dan Studi Agama Oleh

ENIKA UTARI

  NPM : 1331070054 Jurusan Ilmu Al-

  Qur’an dan Tafsir

  

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1439 H / 2017 M

  

KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HADITS

(KAJIAN TEMATIK)

  Pembimbing I : Drs. Ahmad Bastari, MA Pembimbing II :

  SitiBadi’ah, S.Ag, M.Ag

  

Skripsi

  Diajukan untuk melengkapiTugas-tugasdanMemenuhiSyarat- syaratGunaMemperolehGelarSarjanaIlmuAl- Qur’an dan Tafsir (S.Ag) dalamilmuUshuluddin dan Studi Agama

  Oleh

ENIKA UTARI

  NPM : 1331070054 Jurusan Ilmu Al-

  Qur’an dan Tafsir

  

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1439 H / 2017 M

  

ABSTRAK

KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HADITS

(KAJIAN TEMATIK)

Oleh :

  

Enika Utari

  Upaya pengkajian dan pemahaman hadits sudah menjadi tanggung jawab pelajar Islam, tentu perlu perhatian pada hadits untuk menjaga, mempelajari, dan mengamalkannya dengan baik dan benar. Kualitas hadits yang status mutawatir jelas tidak diragukan lagi keshahihannya, namun ada hadits yang harus diteliti ulang baik kualitas redaksinya maupun mata rantai perawinya seperti halnya judul skripsi ini yang berjudul: Korupsi Dalam Perspektif Hadits (Kajian Tematik). Perlu diadakan penelitianulang untuk memperoleh kejelasan tentang hadits-hadits korupsi berdasarkan tema tersebut.

  Fokus masalah dari penelitian ini adalah, bagaimanakah kualitas sanad dan matan hadits tentang korupsi? bagaimana makna korupsi yang ada dalam pandangan Hadits? penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan (library yang sifatnya termasuk penelitian deskriptif analitis. Metode

  research),

  pengumpulan data yang penulis gunakan ada dua yaitu data primer yang secara langsung diperoleh peneliti dari sumber asli seperti, Shahih Bukhari, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan An-Nasai. Selain itu menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan hadits korupsi. Selain itu juga dalam menganalisa penulis menggunakan kritik ekstern dan intern, istilah kritik ekstern dikenal dengan istilah an-Naqd al-

  

Khariji , yaitu kritik yang ditujukan kepada sanad Hadits. Dengan demikian fokus

  kritik ekstern dalam skripsi ini adalah sanad hadits tentang korupsi yang telah ditakhrij dan dikelompokkan berdasarkan tema. Dalam melakukan penelitian, penulis hanya membatasi pembahasan pada 11 hadits saja. Kemudian dalam mengambil kesimpulan menggunakan metode deduktif, yang berangkat dari uraian-uraian yang bersifat umum ke khusus.

  Dari fokus penelitian yang penulis lakukan, ada sebagian hadits bersifat shahih dan ada yang bersifat hasan baik dari segi sanad dan matannya. Dan dari Makna hadits yang didapat terdapat dua arti yang dapat diambil yaitu risywah (suap menyuap), dan ghulul (penggelapan).

  

MOTTO

ِساَّنلٱ ِلََٰوْمَأ ْنِّم اٌقيِرَف ْاوُلُكْأَتِل ِماَّكُْلْٱ َلَِإ اَِبِ ْاوُلْدُتَو ِلِطََٰبْلٱِب مُكَنْ يَ ب مُكَلََٰوْمَأ ْاوُلُكْأَت َلََو

َنوُمَلْعَ ت ْمُتنَأَو ِْثِْْلْٱِب

  ١٨٨

“Dan janganlahsebahagiankamumemakanhartasebahagian yang lain di

antarakamudenganjalan yang bathildan (janganlah) kamumembawa (urusan)

hartaitukepada hakim,

supayakamudapatmemakansebahagiandaripadahartabenda orang lain itudengan

  (jalanberbuat) dosa, padahalkamumengetahui ”. (Q.S Al-Baqarah 188)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Berikut ini adalah Skema Transliterasi Arab-Latin Dipergunakan dalam skripsi ini.

I. Biasa

  No. Arab Latin No. Arab Latin

  1. a 16. th ا ط

  2. b 17. zh ب ظ

  3. t 18.

  ت ع „ 4. ts 19. gh

  ث غ 5. j 20. f

  ج ف 6. h 21. q

  ح ق 7. kh 22. k

  خ ك 8. d 23. l

  د ل 9. dz 24. m

  ذ م 10. r 25. n

  ر ن 11. z 26. w

  ز و 12. s 27. ha

  س ه 13. sy 28. ,

  ش ء 14. sh 29. y

  ص ي 15. dh

  ض II.

  Vokal Tunggal (Monoftong) yang dilambangkan dengan harokat, ditransliterasikan sebagai berikut: a.

  Tanda Fathah ( َ ) dilambangkan dengan huruf a b.

  ِ ) dilambangkan dengan huruf i Tanda Kasrah ( c.

  Tanda Dhammah ( ُ ) dilambangkan dengan huruf u III. Vokal Rangkap (Diftong) yang dilambangkan secara gabungan antara harokat dan huruf, ditransliterasi sebagai berikut: a.

  Vokal Rangkap (وا) dilambangkan dengan huruf au, seperti Maudhu’i, Mauquf.

  b.

  Vokal Rangkap (ىا) dilambangkan dengan huruf ai, seperti Quraish IV. Vokal Panjang (Madd) ditransliterasikan dengan menuliskan huruf vokal disertai gerakan Horizontal dibawahnya, contoh: qala, rama.

V. Syaddah, ditransliterasikan dengan menuliskan huruf yang bertanda Syaddah dua kali (dobel) seperti Qawwam, Ushuliyyin dan sebagainya.

  Contoh: : nazzala

  لّزن

  : rabbana

  نّبر VI.

  Kata Sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu: . Dalam t ransliterasi ini kata sandang itu ditulis dengan “al” dan dipisahkan dari kata yang mengikuti dengan tanda sempang (-).

  Contoh: al-syamsu

  ُش ّل َا :

  al-qalamu

  ُ َ َ ْ َا :

  

PERSEMBAHAN

  Skripsiinipenulispersembahkanuntuk:

  1. ERYADIdanMem ERNANItercinta yang Pem telahmendidiksejakkecilhinggadewasasertatelahbersusahpayahmengasuh, membimbing, mengarahkan, mendoakandansangatmengharapkankeberhasilanku, baktikudenganiringandoa: Robbiirhamhumakamarobbayanishoghiro. Dan jikadalamkaryainiadanilaibaiknya di hadapan Allah, semogapahalanyamenjadiwasilah, pintumaghfirohdanhidayahuntukkeduanya. Aamin..

  2. Adik-Adik ku yang tercinta, ERINA UTAMI, M.RIO PRATAMA, RAHMA ADILLA, NAURA AZ-ZAHRA yang telah ikut serta memberi semangat dan doa yang tulus.

  3. Teruntuk Suamiku tercinta Abi HERWANTO yang telah menemani suka dan duka dalam memberikan semangat hidupku.

  4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi.

  5. Sahabat Seperjuangan YULIA NINGRUM dan ISTIHOTIFAHyang selalu setia senantiasa menemani saat perkuliahan.

  6. Teman-teman angkatan 2013 Jurusan IAT yang turut membantu baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung tempatku menimba ilmu pengetahuna serta pengalaman yang tidak bisa dilupakan.

RIWAYAT HIDUP

  Nama Lengkap penulis adalah ENIKA UTARI, dilahirkan pada tanggal 29 Agustus 1995 di Menggala, Tulang Bawang. Putri pertama dari Lima bersaudara dari pasangan Bapak Eryadi dan Ibu Ernani. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari: 1.

  Taman Kanak-Kanak Ra.Islamiyah Menggala, Tulang Bawang, tamat tahun 2001.

  2. Sekolah Dasar Negeri 1 Lingai, Menggala, Tulang Bawang, tamat pada tahun 2007.

  3. Pendidikan Menengah Pertama pada SMPN 3 Tiuh Tohow Menggala, Tulang Bawang, tamat pada tahun 2010.

  4. Pendidikan Menengah Atas pada SMA Nasional Menggala, Tulang bawang, tamat pada tahun 2013.

  5. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan kejenjang tinggi, pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung (sebelum UIN) mengambil program studi Ilmu Al-

  Qur’an dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan hidayahnya, khusus nikmat Iman dan Islam, kesehatan dan waktu luang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.

  1. Bapak Prof. Dr. H. Moh Mukri, M.Ag selaku rektor UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini.

  2. Bapak Dr. H. Arsyad Sobby Kesuma, Lc, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung.

  3. Bapak Drs. Ahmad Bastari, MA selaku ketua Jurusan dan Bapak Muslimin, MA selaku sekretaris jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung.

  4. Bapak Drs. Ahmad Bastari, MA selaku pembimbing I dan Ibu Siti Badi’ah S. Ag, M. Ag selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan sumbangan pemikiran kepada penulis sehingga dapat terselesaikan penulisan skripsi ini.

  5. Para dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung yang telah ikhlas memberikan dan mengajarkan ilmu-ilmunya.

  6. Kepala Perpustakaan UIN Raden Intan Lampung dan Kepala perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama atas diperkenankannya penulis meminjam literatur yang dibutuhkan

  7. Semua pihak yang turut serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah wawasan bagi yang membacanya.

  Bandar Lampung, 25 Oktober 2017 Penulis,

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i ABSTRAK ii HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv

  12 BAB II TEMA TENTANG KORUPSI A. Pengertian Korupsi. ..................................................................... 16 B. Pendapat Para Ulama Tentang Korupsi ...................................... 22 C. Sebab-Sebab Korupsi .................................................................. 24 D.

  4. Hadits tentang pejabat menerima hadiah ............................. 56 B. I’tibar dan Skema Sanad ........................................................... 59 C.

  3. Hadits tentang suap menyuap ............................................... 55

  2. Hadits tentang melaksanakan tugas dan tanggung jawab ..... 53

  1. Hadits tentang penggelapan .................................................. 51

  BAB III HADITS-HADITS TENTANG KORUPSI A. Takhrij Hadits ........................................................................... 51

  Sanksi Pelaku Korupsi ................................................................ 45

  Bentuk-Bentuk Korupsi............................................................... 31 E. Dampak Korupsi ......................................................................... 36 F. Upaya Pemberantasan Korupsi ................................................... 41 G.

  11 G. Metode Penelitian

  

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... v

MOTTO vi PERSEMBAHAN vii RIWAYAT HIDUP viii KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI x

  11 F. Tinjauan Pustaka

  10 E. Tujuandan Kegunaan Penelitian

  3 D. Rumusan Masalah

  2 C. Latar Belakang Masalah

  1 B. Alasan Memilih Judul

  BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul

  

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. xii

  Syarah Hadits ............................................................................ 91

  BAB IV ANALISIS HADITS-HADITS TENTANG KORUPSI A. Makna Korupsi dalam Pandangan Hadits ................................... 104 B. Analisis Sanad dan Matan Hadits-Hadits Tentang Korupsi ........ 105 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

  113 B. Penutup

  114

  

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................115

LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BAB I

PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Skripsi ini berjudul “KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HADITS

(KAJIAN TEMATIK)”. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang

  judul tersebut, maka dapatlah peneliti uraikan sebagai berikut: Korupsi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

  1 Sedangkan pengertian Perspektif menurut bahasa yaitu sudut pandang atau pandangan.

  2 Selanjutnya Hadits berasal dari bahasa arab ثي دحلا (al hadits) jamaknya

3 Sedangkan menurut istilah Hadits adalah sesuatu

  adalah ثيداحلأا (al ahaadiits).

  yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, dan pernyataan.

4 Kajian menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah hasil mengkaji,

  5 sedangkan Tematik adalah berkenaan dengan tema.

  6 Secara umum Kajian Tematik 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1134. 2 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet 3), h. 675. 3 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002, Cet 2), h. 241. 4 Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalah Hadits, (Bandung: Al- Ma’arif, 1995,

  Cet 8), h. 20. 5 Departemen Pendidikan, Op.Cit, h. 604.

  adalah suatu kajian yang mengumpulkan ayat-ayat yang mempunyai tujuan yang satu, yang sama-sama membahas topik atau judul tertentu dan menerbitkannya

  7 sedapat mungkin.

  Dari penjelasan di atas dapat diketahui maksud dari judul skripsi KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HADITS (KAJIAN TEMATIK) adalah kajian penelitian tentang penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan yang terdapat dalam Sabda-Sabda Nabi SAW dengan menggunakan metode tematik.

B. Alasan Memilih Judul

  Peneliti memilih judul tersebut, tentunya mempunyai alasan-alasan mengapa penulis mengambil/memilihnya.

  Adapun alasan-alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut: 1.

  Merajalelanya korupsi di negara Indonesia 2. Hadits merupakan dasar ajaran Islam dan salah satu pokok Syari’at yakni sebagai pedoman hidup umat Islam selain Al-

  Qur’an. Oleh karena itu nilai Hadits menjadi sangat urgen untuk melihat apakah suatu Hadits tersebut dapat dijadikan pedoman bagi pengamala n Syari’at Islam atau sebaliknya.

  3. Hadits tentang korupsi, sangat menarik untuk dikaji agar para pelaku mengetahui bahwa perbuatan korupsi tersebut akan mendapatkan sanksi

7 Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir

  Maudhu’i dan Cara Penerapannya, di dunia dan di akhirat nantinya, sekaligus mengenai penilaian Hadits tersebut.

4. Penulis mengetahui bahwa Hadits tentang korupsi belum pernah diteliti, jadi penulis ingin meneliti Hadits tersebut.

C. Latar Belakang Masalah

  Al- Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan membawa kaidah-kaidah umum sebagai sumber ajaran atau Syariat Islam tanpa menyentuhnya secara terperinci.Hal itu menyebabkan Al-

  Qur’an senantiasa membutuhkan penjelasan dan penafsiran. Rasulullah sebagai orang yang memiliki kapabilitas dan perpanjangan Allah di muka bumi senantiasa menjelaskan hal-hal yang masih kabur dan global agar dapat dipahami oleh semua masyarakat, baik penjelasan Nabi dengan penjelasan lisan, aplikasi dalam bentuk perbuatan ataupun dengan penetapannya yang kemudian penjelasan itu disebut Sunah atau Hadits.

  Pada akhirnya Sunah menjadi salah satu sumber ajaran Agama Islam, bahkan menjadi sumber kedua Syariat Islam setelah Al- Qur’an, mayoritas umat Islam sepakat bahwa Hadits adalah sumber hukum yang sangat penting sebagai pedoman utama ajaran Islam setelah Al- Qur’an.

  Penelitian penelusuran terhadap Hadits-Hadits yang dipergunakan untuk menetapkan hukum, terutama yang berhubungan dengan masalah korupsi, tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan pernyataan kualitas Hadits yang berbagai macam. Apakah Hadits-Hadits yang dijadikan landasan hukum tersebut berkualitas Shahih, Hasan dan Dhaif. Untuk menggunakan kapasitas sebuah Hadits dalam kualifikasi Shahih, Hasan, dan Dhaif harus melakukan verifikasi melalui penelitian, baik terhadap Sanad maupun Matan Hadits.

  Di dalam Hadits terdapat beberapa macam bentuk-bentuk korupsi yang dilakukan oleh para koruptor, misalnya ada yang berbentuk suap (Risywah), penggelapan (Ghulul), khiyanat dan lain sebagainya.Begitu juga dengan sanksi yang diberikan oleh Nabi SAW kepada para pelaku cukup beragam, ada yang

  8

  dihukum langsung secara fisik ada juga yang dihukum secara moral. Seperti dalam Hadits Riwayat Shahih Muslim

  ُنْبا َوُىَو ُليِعَْسِْإ اَنَ ثَّدَح اوُلاَق ٍرْجُح ُنْب ُّيِلَعَو ٍديِعَس ُنْب ُةَبْيَ تُ قَو َبوُّيَأ ُنْب َيََْيَ اَنَ ثَّدَح

ِنْب ِديِعَس ْنَع ِّيِدِعاَّسلا ٍدْعَس ِنْب ِلْهَس ِنْب ِساَّبَع ْنَع ِنَْحَّْرلا ِدْبَع ِنْب ِء َلََعْلا ْنَع ٍرَفْعَج

ْب ِدْيَ

ْنِم اًرْ بِش َعَطَتْ قا ْنَم َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا َلوُسَر َّنٍَلٍْيَفُ ن ِنْب وِرْمَع ِن

  َ ِ َرَأ ِعْبَس ْنِم ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ُهاَّيِإ ُوَّللا ُوَقَّوَط اًمْلُظ ِضْرَْلْا Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah

bin Sa’id dan Ali bin Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami

  

Isma’il yaitu Ibnu Ja’far dari Al’Ala bin Abdurrahman dari Abbas bin Sahl bin

Sa’d As Sa’idi dari Said bin Zaid bin Amru bin Nufail radhiyallahu ‘anhu, ia

berkata: Sesun gguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah

bersabda: Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara dhalim, maka Allah

akan mengalungkan di lehernya pada Hari Kiamat nanti dengan setebal tujuh

lapis bumi. (HR Shahih Muslim)

  Korupsi sudah terjadi di masa Rasul, dengan korupsi seseorang bisa mengumpulkan uang dalam jumlah yang cukup besar dalam jangka waktu yang singkat dengan cara yang tidak wajar mengambil hak orang lain.Dalam sejarah manusia korupsi bukanlah hal baru ia lahir bersamaan dengan perkembangan 8 Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), h.

  135-140. 9 Imam Muslim, Shahih Muslim (Kitab Al-Musaqoh, Bab Tahrimmizhulmi wa

  hidup manusia itu sendiri, ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, disanalah awal mula terjadinya korupsi. Penguasaan suatu wilayah dan sumber daya alam oleh segelintiran kalangan mendorong manusia untuk saling menguasai dan memiliki, berbagai cara dan strategi pun dilakukan. Perebutan manusia atas sumber daya alam dan politik inilah awal mula terjadinya ketidakadilan padahal kebutuhan untuk bertahan hidup kian menanjak tapi kesempatan untuk

  10 memenuhinya semakin terbatas.

  Penegakan hukum yang terjadi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik, tingginya angka kejahatan membuat pihak pemerintah bekerja keras untuk dapat menangani atau setidaknya mencegah terjadinya kejahatan. Kejahatan yang hampir menjadi budaya adalah korupsi yang dalam bentuknya memiliki banyak macam dan jenis, di negeri yang mayoritas beragama Islam dan menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual ini pernah meraih tingkat pertama sebagai negara terkorup di Asia dan Negara paling lama yang keluar dari krisis dibandingkan negara-negara lainnya. Yang perlu di kritisi disini ialah orientasi agama kita menekankan kesholehan ritual formal dengan mengabaikan kesholehan moral individual dan sosial, beragama seperti ini memang sulit untuk dapat mencegah pemeluknya dari perilaku-perilaku buruk seperti korupsi.Padahaldalam ajaran Islam korupsi merupakan perbuatan terkutuk karna dampak buruk yang ditimbulkannya bagi suatu masyarakat dan bangsa sangatlah

  11 serius.

  Korupsi di negeri ini sepertinya sudah memasuki seluruh bidang kehidupan sosial dan pemerintahan serta sudah sangat mendalam di budaya hidup, perilaku, dan cara berpikir. Sementara itu, hingga kini belum ada kemauan politik dan hukum yang serius dari pemerintah untuk menumpasnya, jaringan korupsi benar-benar telah terjalin di seluruh sektor kehidupan.Korupsi telah menjangkit birokrasi dari atas hingga terbawah, kenyataan ini sungguh semakin memperkecil harapan kita untuk bisa memberantas budaya korupsi di negara berpendudukan mayoritas Muslim ini.Ironis jika dihubungkan dengan konsep ajaran Islam yang

  12 diyakini mayoritas bangsa Indonesia.

  Di dalam ayat Al- Qur’an tentang larangan melakukan tindakan korupsi adalah agar tidak saling memakan harta sesama dengan cara yang tidak halal, serta didalam Hadits juga dilarang bahkan dinyatakan bahwa pemberi dan penerima suap mendapat hukuman dari Allah SWT. Hal mendasar paling merugikan dalam korupsi adalah merampas hak-hak orang lain, bahkan bisa jadi seluruh rakyat merasakan dampak buruk korupsi, sistem perekonomian pun menjadi sangat terganggu. Unsur kerusakan yang ditimbulkannya bisa sangat meluas lebih jauh lagi dalam ajaran Islam korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan tanggung jawab.Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai aturan, kerusakan terhadap 11 A.S.Burhan, Korupsi di Negeri Kaum Beragama;Ikhtiah Membangun Fiqh Anti Korupsi, (Jakarta:P3M dan Kemitraan Partnership, 2004), h. 43. kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan termasuk berbuat kerusakan di muka bumi yang sangat dibenci Allah SWT.Tinggi atau rendahnya korupsi tidak banyak terkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan penegakan hukum yang keras terhadap para koruptor, agama lebih merupakan imbauan moral meskipun agama juga memberikan sanksi

  13 hukuman bagi pelaku yang melakukan tindak kriminalitas seperti korupsi.

  Ironis jika ada orang berpendapat bahwa korupsi hanya merupakan dosa kecil dan bisa saja terjadi, atau bahkan wajar bila dilakukan kalangan pejabat, lebih naif lagi pendapat semacam ini didukung kalangan agamawan dengan mengemukakan konsep kafarah adz-Dzunub, penebusan dosa. Hasilnya setelah sebagian koruptor diproses secara hukum atau terbebas dari hukuman, mereka merasa aman dan tenang setelah membayarnya dengan banyak beribadah, seperti umrah atau membiayai orang lain untuk beribadah umrah, membantu kaum dhu’afa, fakir, miskin, anak yatim, membangun masjid, shalat dhuha, dan bersedekah. Tentu saja cara berpikir dan pemahaman semacam ini tidak tepat menganggap korupsi sebagai dosa kecil yang mudah diampuni Allah, justru menghambat proses pemberantasan korupsi di negeri ini, harus ditekankan bahwa korupsi bukan dosa kecil akan tetapi dosa besar karena dampak negatifnya sangat

  14 besar bagi seluruh rakyat, bangsa, dan negara.

  Fenomena korupsi telah menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap hukum dan sistem peradilan pidana, dan dikhawatirkan dapat mengakibatkan 13 Ibid disfungsionalisasi hukum pidana, suatu fenomena yang dinamakan korupsi merupakan realitas perilaku manusia dalam interaksi sosial yang dianggap menyimpang, serta membahayakan masyarakat dan negara.Oleh karena itu perilaku tersebut dalam segala bentuk dicela oleh masyarakat, bahkan termasuk oleh para koruptor itu sendiri sesuai dengan ungkapan koruptor teriak koruptor.Pencelaanmasyarakat terhadap korupsi menurut konsepsi yuridis dimanifestasikan dalam rumusan hukum sebagai suatu bentuk tindak pidana.Didalam politik hukum pidana Indonesia, korupsi itu bahkan dianggap sebagai suatu bentuk tindak pidana yang perlu didekati secara khusus, dan

  15 diancam dengan pidana yang cukup berat.

  Perkembangan pengaturan perundang-undangan pidana dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan proses pembaruan hukum pidana pada umumnya, sementara perkembangan dan proses pembaruan hukum pidana itu sendiri erat pula kaitannya dengan sejarah perkembangan bangsa Indonesia terutama sekali semenjak proklamasi kemerdekaan sampai pada era pembangunan dan era reformasi. Dalam hubungan itu dikehendaki agar hukum pidana dapat merespon terhadap berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, orang pada mulanya dengan mudah memperkirakan bahwa kejahatan dapat dilenyapkan atau berkurang dengan sendirinya dengan telah dicapainya berbagai kemajuan di bidang ekonomi, akan

  16 tetapi dalam kenyataannya tidaklah selalu demikian.

  Korupsi mempunyai segi-segi menguntungkan bagi yang berkuasa, bukan saja sebagai mekanisme bagi penyelesaian politik, membina jalinan relasi, dan bahkan partisipasi politik. Bahwa korupsi menguntungkan beberapa orang yang duduk dalam kekuasaan, membuatnya menjadi suatu masalah yang sulit diatasi, namun banyak pemimpin dan pejabat pemerintah di negara berkembang ingin lebih baik dalam mengendalikan penipuan, penyuapan, pemerasan, penggelapan, dan bentuk-bentuk tingkah laku lain yang tidak halal. Orang-orang ini melihat korupsi sebagai hal yang mengancam tugas lembaga mereka dan tujuan pembangunan nasional yang lebih luas, mereka mengakui bahwa korupsi tidak dapat pernah dihapuskan seluruhnya, dan mereka tidak beranggapan bahwa korupsi dapat di berantas begitu cepat, namun para pejabat ingin mengurangi

  17 banyaknya bentuk korupsi.

  Sebagai umat Islam sudah selayaknya kita menangani permasalahan tersebut dilihat dari sudut pandang Islam, secara garis besar Islam telah memperingatkan kepada hambanya agar tidak memakan suatu harta yang diperoleh dengan cara yang tidak baik sebagaimana terdapat dalam Al-

  Qur’an dan Hadits. Tidak ada satu dalil pun yang membenarkan perilaku korupsi dalam Islam, bahkan Islam melarang dengan tegas terhadap tindakan korupsi karna di dalamnya mengandung unsur pencurian, penggunaan hak orang lain tanpa izin dan 16 Elwi Danil, Korupsi Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 1-17. penyalahgunaan jabatan. Islam memandang korupsi sebagai perbuatan yang dapat merugikan masyarakat, mengganggu kepentingan publik, dan menimbulkan teror terhadap kenyamanan dan ketertiban masyarakat.Hukum Islam memberikan sanksi yang tegas terhadap perilaku korupsi, dalam upaya meminimalisir terjadinya korupsi filosofi Islam menganjurkan agar dilakukan pencegahan

  18 secepat mungkin.

  Dengan demikian dapat dipahami bahwa seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan telah dibayarkan maka apapun selain itu bukan menjadi haknya dan haram mengambilnya, begitu juga jika dia memanfaatkan harta perusahaan atau negara untuk kepentingan pribadinya, dalam hal ini ia telah mengambil sesuatu yang bukan haknya secara baik dan hukumnya haram.

D. Rumusan Masalah

  Masalah pokok yang akan dibahas dalam kajian skripsi ini adalah bagaimana korupsi dalam perspektif Hadits. Dari masalah pokok di atas, maka batasan masalah yang menjadi objek kajian nya adalah: 1.

  Bagaimana pengertian korupsi dalam perspektif Hadits? 2. Bagaimana kualitas Hadits tentang korupsi?

18 A. Hanafi, Azaz-Azaz Hukum Pidana Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1993), h.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki tujuan yang ingindi capai. Begitu juga dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang hendak di capai agarmemperoleh gambaran yang jelas dan tepat agar terhindar dari adanya

interpretasi (tafsiran) dan meluasnya masalah dalam memahami hasil penelitian.

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada seluruh pembaca tentang memahami Korupsi dalam perspektif Hadits.

  Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah: 1.

  Menambah wawasan mengenai korupsi dalam perspektif Hadits 2. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas terkait kualitas Hadits tentang korupsi

F. Tinjauan Pustaka

  Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku, ataupun dalam bentuk tulisan yang lain, maka peneliti akan memaparkan beberapa karya ilmiah yang menjelaskan tentang korupsi dalam perspektif Hadits secara khusus dan menggunakan metode pendekatan yang sama tetapi pembahasan dalam buku-buku tersebut hanya secara umum dan ringkas.

1. Mulya, Korupsi dalam Al-Qur’an (Perspektif Tafsir Al-Misbah), Fakultas

  Ushuluddin pada tahun 2015. Skripsi ini membahas tentang korupsi dalam Al- Qur’an dan yang jadi pembeda nya dengan tulisan penulis adalah skripsi ini tidak memasukkan Hadits-Hadits dan pembahasannya seputar korupsi hanya terkait dengan Al- Qur’an 2.

  Abdul Malik, Korupsi dalam Perspektif Hadits Nabi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat pada tahun 2014. Skripsi ini juga berbeda dengan tulisan penulis karna skripsi ini hanya membahas tentang korupsi dalam islam tidak secara menyeluruh dan Hadit-Hadits yang diteliti sangat berbeda 3. Lexi Zulkarnaen Hikmah, Korupsi Perspektif Hadits, pada tahun 2008. Skripsi ini berisi tentang pengertian korupsi dan Hadits tentang korupsi.yang jadi pembeda dengan tulisan penulis adalah skripsi ini tidak melakukan takhrij Hadits serta pembahasan nya sangat singkat.

G. Metode Penelitian

  Setelah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami terhadap suatu permasalahan itu, dapat dikembangkan menjadi sebuah karya ilmiah, maka perlu untuk seseorang menggunakan metode yang tepat dalam melakukan penelitian. Demikian ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penelitian ini, adalah: 1.

  Jenis dan Sifat Penelitian a.

  Jenis Penelitian Penelitian ini bila dilihat dari jenisnya termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan informasi yang terdapat dalam perpustakaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Sutrisno Hadi bahwa penelitian kepustakaan adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku literatur, dengan cara mengutip dari berbagai teori dan pendapat yang mempunyai hubungan dengan

  19

  permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis berusaha mengadakan penelitian terhadap kitab-kitab Hadits, buku-buku dan bentuk tulisan yang berhubungan dengan masalah korupsi.

  b.

  SifatPenelitian Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat

  deskriptif

  20

  (menggambarkan). Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai obyek yang ada.Dalam hai ini dilihat dari Hadits-Hadits yang berkaitan dengan korupsi.

  2. Pendekatan Masalah Dalam melakukan penelitian di perlukan metode pendekatan yang tepat dan jelas, penelitian dapat dilakukan dengan baik dan benar.Dalam penelitian hal ini penulis menggunakan metode tematik. Yakni, menghimpun Hadits-Hadits yang memiliki tujuan yang sama menjelaskannya dan menyusun kesimpulan tersebut ke dalam kerangka pembahasan sehingga terlihat dari segala aspek dan menilainya dengan kriteria pengetahuan yang shahih. Penulis menghimpun Hadits-Hadits yang berkenaan dengan korupsi.

  3. Sumber Data dan Pengumpulan Data 19 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi, 1987),h. 3. 20 Ahmadi Muhammad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research,

  Dalam penulisan skripsi ini sumber data yang diperoleh berasal dari data primer dan data sekunder.

  a.

  Data Primer Sumber data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber

  21

  aslinya. Data primer dimaksud adalah Hadits-Hadits yang terkait dengan korupsi, yang diperoleh dari kitab hadits Shahih Bukhari, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan An- Nasa’i.

  b.

  Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu biasanya telah tersusun dalam bentuk

  22

  dokumen-dokumen dan bahan-bahan yang ada. Data sekunder adalah data pelengkap yang berfungsi untuk melengkapi data-data primer.Data sekunder berdasarkan buku-buku, jurnal, atau literatur-literatur yang berhubungan dengan skripsi ini, diantaranya buku karangan M. Nurul Irfan (Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, buku karangan Ahmad Hanafi (Asas-Asas Hukum pidana Islam), Abdul Ghani (Hukum Suap dan Hadiah), dan lain-lain.

  Adapun dalam metode pengumpulan data, karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan maka dalam pengumpulan data menggunakan cara-cara membaca, mencatat, dan mengutip.Setelah data tersusun kemudian dianalisis.

4. Analisa Data dan Pengambilan Kesimpulan

  Setelah data-data diperoleh terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data dengan pendekatan sebagai berikut: 21 Lois Gootschak, Understanding History A Primer Of Historical Methtod, (Ui Pres, 1985), h. 32.

  Terj.Nugroho Notusanto, 22 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta: Rokesorosin,

  a.

  Metode Deskriptif Merupakan metode penelitian dalam rangka untuk menguraikan secara

  23

  lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian. Sifat penelitian ini bersifat conten analisis atau dianalisa menggunakan metode menganalisis isi dan mendialogkannya sehingga membuahkan hasil penelitian yang dapat mendeskripsikan secara komprehensif, sistematis, dan obyektif.

  b.

  Metode Deduktif Metode deduktif yaitu dengan menganalisis suatu objek yang dijadikan sebuah penelitian yang masih bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Dari analisis dan kesimpulan tersebut maka akan terjawab pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

BAB II TEMA TENTANG KORUPSI A. Pengertian Korupsi 1. Pengertian Korupsi Secara Umum Secara Etimologi, kata korupsi berasal dari bahasa Inggris corruption. Sebenarnya kata corruption tersebut berasal dari bahasa Latin corruptus yang

  berarti merusak habis-habisan kata corruptus itu sendiri berasal dari kata dasar yang tersusun dari kata com yang berarti menyeluruh dan rumpere

  corrumpere

  yang berarti merusak secara total kepercayaan khalayak kepada si pelaku yang

  1

  jujur itu. Sedangkan menurut Rizky Maulana dan Putri Amelia, Korupsi berasal dari kata korup yang berarti busuk, buruk, suka menilang barang untuk kepentingan pribadi. Korupsi penyelewengan atau penggelapan harta milik

2 Negara atau perusahaan.

  Sedangkan secara terminologi yuridis, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang secara profesional yang berkaitan dengan kewenangan atau jabatan dalam suatu birokrasi pemerintahan dan dapat

  3

  merugikan departemen atau instansi terkait. Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari struktur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakikatnya mempunyai makna yang 1 Jhon M Echoldan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 149. 2 Rizky Maulana dan Putri Amelia, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Lima Bintang), h. 231.

  3 Saleh Wantjik, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1978), h. 24. sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna memperoleh keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya dengan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

  4 2.

   Pengertian Korupsi Dalam Pandangan Islam

  Pengertian Korupsi terdapat dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Musnad Ahmad:

  

ِّيِدَع ْنَع ُثِّدَُيُ اًسْيَ ق ُتْعَِسْ َلاَق َليِعاَْسِْإ ْنَع ُةَبْعُش اَنَ ثَّدَح َلاَق ٍرَفْعَج ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح

َلاَق ُهَّنَأ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِِّبَِّنلا ْنَعَةَيرِمَع ِنْبا ْمُ ْنِ ُااَنْلَمْعَ ْسا ْنَ اَنَمَ َ َف ٍلَمَع ىَلَع

َلَ َلاَقَ ف ِراَصْنَْلْا ْنِ ٌلاَوُط ُمَدآ ِمْوَقْلا ْنِ ٌلُجَر َماَقَ ف ِةَ اَيِقْلا َمْوَ ي ِهِب ِتِْأَي ٌّلُغ َوُهَ ف اًطيَِمَ

اًفِنآ َكُ ْعَِسْ ِّنِِّإ َلاَق َِلِ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر ُهَل َلاَقَ ف َكِلَمَع ِفِ ِلِ َةَجاَح

  َن ْلْا ُلوُقَأ اَنَأَف َلاَق ُلوُقَ ت ْمُ ْنِ ُااَنْلَمْعَ ْسا ْنَ َ ِتُِأ ْنِإَف ِاِيرِثَكَو ِهِليِلَقِب ِتْأَيْلَ ف ٍلَمَع ىَلَع ىَهَ ْ نا ُهْنَع َيُِنُ ْنِإَو ُاَذَخَأ ٍءْيَشِب

  .

  

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‟far ia berkata, telah

menceritakan kepada kami Syu‟bah dari Ismail ia berkata, saya mendengar Qais menceritakan dari Adi bin Ibnu Amirah dari Rasulullah saw, beliau bersabda: “siapa pun dari kalian yang kami pekerjakan untuk melakukan sesuatu kemudian ia menyembunyikan sesuatu meskipun seutas benang, maka itu merupakan pengkhianatan yang akan kelak pada hari kiamat.”seorang laki-laki Anshar berkulit sawo matang dengan postur tubuh yang tinggi berdiri seraya berkata,”saya tidak berminat sedikit pun terhadap tawaran pekerjaanmu.”maka Rasulullah saw bersabda kepadanya: “kenapa? Laki-laki itu menjawab, “saya telah 4 Ibid 5 Imam Ahmad Muhammad bin Hambal, Musnad Ahmad bin Hambal, Dar al-

  mendengar apa yang tuan katakan. “beliau berkata: “jika demikian maka saya katakan, bahwa barangsiapa dari kalian yang kami pekerjakan atas suatu amalan, hendaklah ia datang dengan hasilnya, baik sedikit atau banyaknya. Jika diberi sesuatu hendaklah ia ambil, jika dilarang dari sesuatu maka hendaklah ia tinggalkan.

  Di dalam bahasa arab korupsi bisa juga disebut dengan istilah Risywah

  6

  yang berarti penyuapan. Kata Risywah terbentuk dari kalimat Adapun خرفلا شر. secara terminologis Risywah adalah sesuatu yang diberikan dalam rangka kemaslahatan atau sesuatu yang diberikan dalam rangka membenarkan yang salah

  7

  atau menyalahkan yang benar. Dalam bahasa sehari-hari risywah dapat diartikan

  8

  sebagai sogok atau suap. Islam mengharamkan suap dalam segala bentuk , para ulama fiqh telah menentukan definisinya yaitu: semua harta yang diberikan kepada seseorang penguasa, hakim(qodhi) atau pejabat yang dimaksud untuk memperoleh keputusan mengenai suatu kepentingan yang mestinya wajib diputuskan olehnya dalam pembayaran dalam bentuk apapun juga. Harta atau uang yang diberikan dengan kaitannya dengan soal itu adalah suap.Semua suap adalah haram apapun bentuk dan jenisnya, banyak ataupun sedikit, dengan caraapapun dibayarkan atau diberikan, dan dengan jalan apapun juga harta atau uang itu diterimakan. D alil syar‟i yang mengharamkan suap adalah kuat, karena berlandaskan pada nash-nash Al-

  Qur‟an dan Al-Hadits Allah berfirman: a. Didalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 188

  6 7 Ibnu Manzur, Lisan Al-Arab, (Beirut: Daru Sadir, tth, jilid 14), h. 322.

  Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), h. 1.

  ِساَّنلا ِلاَوْ َأ ْنِ اًقيِرَف اوُلُكْأَ ِل ِماَّ ُْلْا َلَِإ اَِبِ اوُلْدُتَو ِلِطاَبْلاِب ْمُ َنْ يَ ب ْمُ َلاَوْ َأ اوُلُكْأَت َلََو َن وُمَلْعَ ت ْمُ ْ نَأَو ِْثِْْلْاِب

  

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain

di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

  Ayat tersebut bermakna janganlah kalian mengambil harta orang lain tanpa hak atau penguasaan, dan janganlah pula meminta kepada hakim dan penguasa supaya membantu kalian untuk mengambil harta orang lain dengan jalan kekerasan, setelah kalian memberi suap agar mereka mengambil keputusan yang menguntungkan kalian, padahal kalian mengetahui bahwa kalian tidak

  9 mempunyai hak sama sekali atas harta orang lain itu.

  Juga terdapat dalam firman-Nya Al- Qur‟an surah An-Nisa ayat 29-30

  

ْمُ ْنِ ٍضاَرَ ت ْنَع ًةَراَِتِ َنوُ َت ْنَأ َّلَِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُ َنْ يَ ب ْمُ َلاَوْ َأ اوُلُكْأَت َلَ اوُنَ اَء َنيِذَّلا اَهُّ يَأاَي

اًميِحَر ْمُ ِب َناَك َهَّللا َّنِإ ْمُ َسُفْ نَأ اوُلُ ْقَ ت َلََو اًيرِسَي ِهَّللا ىَلَع َكِلَذ َناَكَو اًراَن ِهيِلْصُن َفْوَسَف اًمْلُظَو اًناَوْدُع َكِلَذ ْلَعْفَ ي ْنَ َو

  

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta