BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Meta Yunita Bab I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

  supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan bermasyarakat. Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan, mengacu pada konsep yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat Indonesia yang sedemikian majemuknya, maka usaha sadar memberi makna bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas dan obyektif menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik.

  Makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik. Dengan adanya keterlibatan norma dan nilai, teori pendidikan mempunyai muatan-muatan tanggung jawab moral bagi pihak pendidik. Anak sebagai sasaran pendidikan adalah subjek pendidikan, anak adalah makhluk yang mempunyai pribadi, bebas, yang dalam berbagai hal mampu menentukan pilihannya sendiri.

  Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan kerangka dasar standar kompetensi kelulusan. Satuan pendidikan merupakan pusat pengembangan budaya. Oleh karena itu, KTSP ini mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai satu kesatuan kegiatan pendidikan yang terjadi di

  1 sekolah. Nilai-nilai tersebut bukan sebagai materi pelajaran, akan tetapi nilai- nilai yang melingkupi dan terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan sebagai budaya sekolah.

  Pada pembelajaran matematika banyak siswa yang mengalami kesulitan sehingga hasil belajarnya menurun. Dalam hal ini guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan dan siswa lebih berkesan dengan pembelajaran yang telah disampaikan serta siswa akan lebih mengingat dan tidak mudah melupakan hal- hal yang dipelajarinya.

  Rupanya faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak tersebut bisa membuat anak tersebut bersikap kurang aktif dan cenderung santai dalam menyelesaikan tugasnya.

  Untuk itu harus diadakan belajar secara kelompok. Sistem pembelajaran gotong royong atau kooperatif learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Dengan adanya kerja kelompok, diharapkan dapat meningkatkan aspek afektif siswa dalam hal aktif bertanya kepada anggota kelompok yang lain. Dan dapat meningkatkan aspek psikomotorik siswa dalam hal cara mereka menggunakan media, bagaimana sikap mereka dalam menghadapi kesulitan untuk memecahkan suatu masalah.

  Rendahnya mutu pembelajaran pada mata pelajaran Matematika khususnya kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh menyebutkan bahwa rata – rata kelas yang dicapai siswa dalam Kompetensi Dasar menghitung volume kubus dan balok tahun ajaran 2010/2011 pada semester ganjil adalah 66,16. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih belum maksimal. (sumber daftar nilai matematika tahun 2010/2011 SD Negeri 3 Dukuhwaluh).

  Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh mengatakan bahwa rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan karena banyak dijumpai siswa yang belum menguasai materi dengan baik pada siswa kelas V, terutama dalam hal menghafalkan rumus dalam melakukan operasi hitung perkalian. Saat menerima pelajaran dari gurunya ditemukan siswa yang mendapatkan hasil nilai yang tidak optimal, juga bila diberi tugas selalu tertinggal dalam menyelesaikannya.

  Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh diperoleh :

  1. Pada pembelajaran matematika di kelas V, guru belum menggunakan media.

  2. Siswa kelas V mengalami kesulitan dalam menghafalkan rumus dan menghafal antarsatuan.

  3. Siswa juga mengalami kesulitan dalam hal melakukan operasi hitung perkalian, terutama perkalian campuran.

  Data nilai Ulangan Tengah Semester Matematika tahun ajaran 2010/2011 sebagai berikut bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum dapat dikatakan berhasil, hal ini ditunjukkan dari 31 siswa hanya (67,74%) yang memenuhi KKM, dan (32,25%) belum memenuhi KKM yaitu 63. Secara umum sejumlah pokok bahasan pembelajaran matematika belum sepenuhnya dipahami oleh siswa, salah satu pokok bahasan matematika yang sulit dipahami oleh siswa kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh adalah pemecahan masalah dalam menghitung volume kubus dan balok. Pokok bahasan ini dianggap sulit karena pembelajaran tidak berpusat pada kenyataan dan masalah yang sering dihadapi siswa.

  Dalam pembelajaran matematika, guru tidak menyiapkan kondisi siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Selain itu, guru kurang memperhatikan perbedaan-perbedaan karakteristik anak didik, tidak semua anak sama dalam kemampuan berfikirnya. Untuk mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Dasar pemikiran dibalik individualisasi pengajaran matematika adalah bahwa para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan dan motivasi yang sangat beragam.

  Karena banyaknya masalah yang ada, maka di perlukan usaha-usaha untuk meningkatkan hasil belajar matematika, salah satu dengan melakukan penelitian tindakan kelas serta melakukan inovasi sistem pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe TAI (Team Assisted

  Individualization ). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dirancang untuk

  memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif dan juga untuk mengatasi masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual, guru setidaknya akan mengahabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.

  Penilaian yang selama ini digunakan oleh guru pada siswa kelas V hanya pada ranah kognitif saja. Padahal hasil belajar idealnya adalah menyangkut tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kedua ranah yaitu afektif dan psikomotor tidak kalah pentingnya dengan ranah kognitif.

  Untuk itu agar pembelajaran benar-benar dapat memperoleh hasil pembelajaran yang ideal, maka penilaian harus mencakup tiga ranah tersebut (kognitif, afektif dan psikomotor).

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Atas dasar ini maka penulis ingin melakukan penelitian untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization di kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh.

  Berdasarkan penelitian Impron Ampruloh pada bulan Mei 2011, menyimpulkan bahwa dapat dilihat dari hasil pelaksanaan pembelajaran pada ranah afektif yaitu adanya peningkatan dari kemampuan bertanya: 62,5% pada siklus 1, 66,6% pada siklus II, 87,5% pada siklus III, pada ranah kognitif yaitu: 54% pada siklus I, 75%pada siklus II, dan 87,5 % pada siklus III. Kesimpulan penelitian Impron Ampruloh adalah penerapan metode kooperatif tipe TAI pada mata Pelajaran Matematika dalam pokok materi hitung campuran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Makam Haji Kartasura.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

  

Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam

  aspek kognitif terhadap materi menghitung volume kubus dan balok bagi siswa kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh?

  2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

  

Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam

  aspek afektif terhadap materi menghitung volume kubus dan balok bagi siswa kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh?

  3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

  

Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar matematika aspek

  psikomotor terhadap materi menghitung volume kubus dan balok bagi siswa kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus

  1. Tujuan umum Meningkatkan hasil belajar matematika di kelas V SD Negeri 3 Dukuhwaluh

  2. Tujuan khusus

  a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif pada mata pelajaran matematika mengenai materi menghitung volume kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization).

  b. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek afektif pada mata pelajaran matematika volume kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization).

  c. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek psikomotor pada mata pelajaran matematika mengenai volume kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) .

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Dalam hal ini, diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi sekolah, guru, siswa dan peneliti:

  1. Secara teoritis Penelitian ini mempunyai manfaat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar matematika.

  2. Secara Praktis

  a. Bagi siswa 1) Dapat memberi kesempatan pada siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar pada materi menghitung volume kubus dan balok.

  2) Siswa menjadi aktif dan kreatif dengan adanya alat peraga. 3) Semakin banyak siswa yang menyadari bahwa matematika sebenarnya pelajaran yang menyenangkan.

  b. Bagi guru Sebagai masukan untuk lebih meningkatkan keprofesionalan dalam mengajar, sehingga tercipta pembelajaran yang kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar Matematika.

  c. Bagi sekolah Sebagai masukan dalam merencanakan dan mengambil kebijakan mengenai pendekatan, metode, dan strategi yang tepat.