BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II INDRA DWI BARIAN TS'17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Proyek Menurut Soehendradjati (1987) Manajemen adalah suatu proses kegiatan

  penggunaan sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya modal/uang dan peralatan/mesin yang dituangkan kedalam suatu wadah tertentu /organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam batas ruang dan waktu tertentu, dengan menggunakan metodik dan sistematik tertentu agar tercapai daya guna dan tepat guna sebesar

  • –besarnya. Sebagaimana layaknya suatu proses, apabila ke dalamanya diberikan masukan
  • –masukan (input) secukupnya diharapakan manajemen dapat menghasilkan kelu
  • –keluaran (output), yaitu tercapainya tujuan ataupun sasaran –sasaran sebagaimana yang ditetapkan.

  Fungsi pokok manajemen adalah merencanakan, memberi contoh, mengorgansasikan dan mengendalikan. Sedangkan fungsi manajerial yaitu memimpin, mengerahkan, mengarahkan, mengaktifkan, memberi contoh, membangun motivasi, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, serta pengambilan keputusan. Proses manajemen tidak dapat di pisahkan dalam proyek yang direncanakan dengan tepat tanpa mengurangi kualitas sesuai dengan tujuan awalnya. Proyek sendiri adalah suatu kegiatan sementara yang bersifat unik yang berlangsung dalam jangka waktu, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasaranya telah digariskan dengan jelas.

  Menurut Ervianto (2005), Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu.

  Menurut Dipohusodo (1996), sistem manajemen adalah sebagai set yang terdiri atas susunan terpadu dari konsep

  • –konsep, dasar–dasar sebagai pengertian atau teknik
  • – teknik penanganan yang berkaitan dengan manajemen. Dengan demikian untuk dapat menangani pelaksanaan proyek yang baik dan untuk memperkecil kesulitan diperlukan pendeketan dengan menyusun suatu konsep sistem manajemen proyek yang lengkap, mendasar, kokoh, dan terpadu. Pelaksanaan proyek pada hakekatnya adalah proses merubah sumber daya dan dana tertentu secara terorganisir menjadi hasil pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan har>–harapan awal dan kesemua itu harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang terbatas. Pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan suatu rangkaian mekanisme tugas atau kegiatan yang rumit, yang mengandung berbagai masalah serta kesulitan tersendiri. Berdasarkan atas kondisi yang kompleks tersebut, maka diperlukan cara agar suatu proyek dapat diselesaikan tepat waktu, tepat mutu, sesuai dengan peraturan, perundangan serta ketentuan
  • –ketentuan lain yang direncanakan. Oleh karena itu, agar pelakasanaan proyek dapat berhasil perlu diperhatikan fa>–faktor spesifik penting yang disebut sebagai ciri
  • –ciri umum manajemen proyek. Dipohusodo (1996),
menyatakan bahwa manajemen proyek mempunyai ciri

  • – ciri umum sebagai berikut :

  1. Tujuan, sasaran, harapan

  • –harapan dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan rinci sehingga dapat digunakan untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasinya terlibat.

  2. Diperlukan rencana kerja, jadwal, dan anggaran belanja yang realitas.

  3. Diperlukan kejelasan dan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab diantara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat dalam proyek untuk sebagai strata jabatan.

  4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi.

  5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan baik untuk manajemen yang dapat dimanfaatkan sebagai pelajaran yang dipakai sebagai pedoman dalam upaya peningkatan produktivitas proyek.

  6. Sesuai sifat dinamis suatu proyek, apabila diperlukan tim proyek atau satuan organisasi yang mungkin harus bergerak diluar kerangka organisasi tradisional atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi pada tercapainya produktivitas.

  7. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar

  • –dasar peraturan birokrasi dan pengetahuan tentang cara
  • –cara mengatasi kendala birokrasi.

B. Perencanaan

  Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada didalamnya dapat diimplentasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.

  Secara umum definisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administratif agar dapat diimplementasikan.

  Tujuan perencanaan adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu dan waktu serta faktor keselamatan.

  Filosofi perencanaan antara lain :  Aman, keselamatan terjamin  Efektif, produk perencanaan berfungsi  Efisien, produk yang dihasilkan hemat biaya  Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan

  Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan).

  Dalam perencanaan alternatif rencana anggaran biaya kami dituntut kreatif demi memunculkan alternatif-alternatif yang dimana akan digunakan dalam melakukan perencanaan pada komponen pembangunan tersebut yaitu komponen plat. Alternatif tersebut dapat dikaji dari segi bahan, dimensi, waktu pelaksanaan, biaya pelaksanaan dan lain-lain. (Naufal Aiman K, 2014) C.

   Pelat Lantai

  Pelat merupakan suatu elemen struktur yang mempunyai ketebalan relatif kecil jika dibandingkan dengan lebar dan panjangnya. Di dalam konstruksi beton, pelat digunakan untuk mendapatkan bidang/permukaan yang rata. Pada umumnya bidang/permukaan atas dan bawah suatu pelat adalah sejajar atau hampir sejajar. Tumpuan pelat pada umumnya dapat berupa balok-balok beton bertulang, struktur baja, kolom-kolom, dan dapat juga berupa tumpuan langsung diatas tanah. Pelat dapat ditumpu pada tumpuan garis yang menerus, seperti halnya dinding atau balok, tetapi dapat juga ditumpu secara lokal (diatas sebuah kolom beberapa kolom). (Andi, 2016)

  Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak langsung di atas tanah. Pelat di dukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.

  Adapun kegunaan pelat lantai adalah sebagai berikut:

  1. Memisahkan ruang bawah dan ruang atas

  2. Untuk meletakkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah

  3. Meredam suara dari ruang atas atau ruang bawah

  4. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal Adapun syarat-syarat teknis dan ekonomis yang harus dipenuhi oleh lantai antara lain :

  1. Lantai harus memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban kerja yang ada di atasnya.

  2. Lantai harus mempunyai massa yang cukup untuk dapat meredam gema suara.

  3. Porositas lantai sekaligus harus memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa panas.

  4. Lantai harus memiliki kualitas yang baik dan harus dapat dipasang dengan cara cepat.

  5. Konstruksi lantai harus sedemikian rupa sehingga setelah umur pemakaian yang cukup panjang tidak kehilangan kekuatan.

D. Pelat Lantai Konvensional

  Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Pelat lantai menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat. Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya akibat beban, pelat dibedakan menjadi :

  1. Pelat satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever dan pelat yang ditumpu 2 tumpuan sejajar.

  2. Pelat dua arah akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang sejajar.

E. Pelat Lantai Bondek

  Pelat bondek adalah pelat kombinasi yang menggunakan steel deck sebagai pengganti tulangan momen positif (tulangan bawah), dimana steel deck (pelat baja) ini juga sekaligus sudah berfungsi sebagai bekisting pelat dan lantai kerja, sedangkan untuk tulangan momen negatif bisa menggunakan tulangan baja biasa atau menggunakan wiremash. Bondek merupakan bahan penulangan positif satu arah pada lantai beton bangunan bertingkat. Lembaran panel berbentuk pelat gelombang ini terbuat dari baja struktural dengan tebal 0,70

  • – 1 mm yang digalvanis secara merata. Bondek atau pelat baja bergelombang jika dikombinasikan dengan campuran beton akan membentuk suatu sistem pelat lantai komposit yang sempurna.

Gambar 2.1 : Pelat bondek

  Sumber : Bondek Structural steel decking, Lysagh (2016) Bondek juga berfungsi sebagai bekisting tetap dan langit-langit ruangan bangunan. Dapat dipesan sesuai panjang yang dibutuhkan . untuk memudahkan dalam pemasangan dan pengangkutan dianjurkan panjang maksimum 12,00 meter. Menurut brosur smartdeck (2011). Adapun keunggulan-keunggulan bondek untuk plat lantai beton:

  a. Mudah dan cepat dalam pemasangan. Bondek langsung berfungsi juga sebagai bekisting permanen yang siap di cor dalam waktu singkat. Efisiensi waktu dan kemajuan pekerjaan dapat dipercepat karena waktu untuk pembuatan dan pembongkaran bekisting sudah tidak diperlukan lagi.

  Pekerjaan pembesian dibagian yang mengalami tarik, dapat direduksi atau bahkan dihilangkan karena telah digantikan fungsinya oleh bondek.

  b. Mengurangi pemakaian perancah dan tiang-tiang penyangga sehingga lebih menghemat biaya dalam pelaksanaanya. c. Bondek dapat secara langsung digunakan sebagai plafond.

  d. Ketahanannya terhadap kebakaran lebih baik dan lolos uji kelenturan serta pembebanan e. Dapat dipesan sesuai kebutuhan dan memberikan platform kerja yang aman.

  f. Dapat dipasang pada konstruksi baja maupun beton.

  Bondek adalah decking dengan profil “2W” yang dilengkapi sistem

  protrude shape dan merupakan produk penyempurnaan dari produk steel deck

  yang ada di pasaran, diproduksi dengan menggunakan mesin canggih untuk menghasilkan kualitas produk dengan tingkat presisi yang tinggi, pelat baja struktural bergelombang dengan mutu tegangan tarik yang tinggi dan dilapisi

  galvaniz . Persyaratan bahan harus mengikuti spesifikasi teknis sebagai berikut:

  a. Bahan dasar : Baja High

  • – Tensile

  b. Tegangan leleh minimum : 5500 kg/cm2 atau 550 MPa

  c. Lapis pelindung : Hot Dip Galvanized

  d. Tebal lapisan lindung : 275 gr/m2

  e. Tebal baja dasar : 0,70 mm

  • – 1.20 BMT (Base Metal Thickness)

  f. Standar bahan : JISG 3302, SGC 570

  g. Tinggi gelombang : 50 mm

  h. Lebar efektif : 960 mm i. Panjang : Maksimum 12.000 mm

  Panjang dapat dipotong sesuai kebutuhan tergantung pada daya angkut/fasilitas kendaraan.

F. Bekisting

  Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu dalam membentuk beton dimana perkembangannya sejalan dengan perkembangan beton itu sendiri. Bekisting berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk profil yang diinginkan serta sebagai penampung dan penumpu sementara beton basah selama proses pengeringan. Dengan adanya inovasi teknologi dalam bidang bekisting, saat ini produksi dilakukan oleh pabrik dengan desain sedemikian rupa sehingga bekisting mudah dibongkar, dipasang serta memungkinkan untuk dimanfaatkan lebih dari satu kali.

  Proses pengeringan beton saat ini relatif lebih cepat dibandingkan pada masa lalu. Hal ini disebabkan karena telah ditemukannya zat tambah yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur kecepatan mengerasnya beton. Proses pembongkaran bekisting bergantung pada kecepatan mengerasnya beton dan baru dibongkar setelah dinyatakan aman. Pembuatan dan pemasangan bekisting tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhi yaitu bahan yang tersedia atau yang diperlukan, cara dan pengadaan tenaga kerja, tuntutan akan hasil pengerjaan yang dibutuhkan terutama dalam hal akurasi dan kerapian serta biaya alat-alat yang digunakan. Dalam pembuatan bekisting harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Kualitas material bekisting yang digunakan harus dapat menghasilkan permukaan beton yang baik.

  2. Cukup kuat karena bekisting akan menampung beton basah disamping beban

  • beban lain saat pengecoran. Dengan begitu diharapkan tidak terjadi lendutan atau lenturan ketika beton dituang.

  3. Sedikit pembuangan agar bisa dipakai untuk keperluan pembekistingan yang lainnya.

  4. Dapat dipasang dengan mudah dan cepat.

  5. Mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada struktur beton saat dilakukan pembongkaran bekisting.

  6. Memperhatikan faktor ekonomis dari bekisting agar mampu mereduksi biaya.

  Pelekatan beton pada bekisting dapat dihindari dengan melumasi penampang bekisting yang bersentuhan itu dengan minyak bekisting. Namun, pemakaian minyak bekisting tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengubah warna permukaan beton. Apabila papan (kayu) bekisting dikerjakan dengan sederhana, maka papan itu dapat digunakan sekitar 3 sampai 5 kali. Sedangkan untuk balok persegi dan bulat dapat dipakai sekitar 7 sampai 10 kali. Bekisting hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan lagi pada kesempatan lain (Widhiawati, 2010).

G. Perancah

  Konstruksi bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding). Perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelagar balok yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak. Perancah kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongan dua baji kayu yang dapat digeser. Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional.

  Perancah baja bersekrup (scaffolding) terdapat dipasaran dengan bermacam-macam panjang dan besarnya. Perancah baja semakin banyak digunakan karena selain pemasangannya yang mudah dan cepat, perancah ini juga mampu menyangga beban sampai dengan 5

  • – 20 kN (500 - 2000 kg). Perancah baja bersekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan selubung sekrup atau mur penyetel. Penggunaan perancah baja bersekrup membutuhkan pengawasan serta ketelitian dalam pemasangannya. Jika perancah ini dirawat dengan baik, maka dapat dipakai bertahun - tahun. (Widhiawati et al, 2010)

  Sistem perancah digunakan sebagai dukungan sementara untuk struktur di bawahnya Konstruksi atau perbaikan kebutuhan. Fungsi utamanya adalah mendukung berbagai jenis beban seperti beban vertikal yang dipaksakan oleh pekerja, peralatan konstruksi, dan bahan bangunan. Perancah juga harus dirancang untuk menahan beban lateral seperti beban angin, beban benturan, dan beban gempa (Reynolds, 2014).

  Penyetelan dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding) memerlukan persyaratan seperti di bawah ini :

  1. Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bekisting akibat dari gaya-gaya horizontal. Penyetelan dalam arah tegak lurus harus dengan waterpass.

  2. Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka lendutan akibat dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan perancah diperpanjangannya sebaik mungkin.

  3. Tempat dari perancah perlu dipilih sedemikian rupa sehingga beban-beban dapat terbagi serata mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yang timbul karena pembebanan dan perbedaan penurunan tanah.

Gambar 2.2 : Konfigurasi Sistem Perancah Baja Bersama (Diadopsi dari

  Acrow (2012))

H. Perkiraan Biaya

  Perkiraan biaya adalah memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia (Soeharto, 1997). Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek. Selanjutnya, perkiraan biaya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan, maupun waktu.

  Meskipun kegunaannya sama, namun penekanannya berbeda-beda untuk masing- masing organisasi peserta proyek. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelayakan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh tergantung pada seberapa jauh kecakapan membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah, kontraktor akan mengalami kesulitan di kemudian hari. Sedangkan bagi konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untukberbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek.

I. Rencana Anggaran Biaya Material Rencana anggaran biaya adalah biaya suatu bangunan atau biaya proyek.

  Sedangkan rencana anggaran biaya material adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan material yang digunakan pada bangunan atau proyek tersebut. Anggaran biaya material pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan. Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

  Peyusunan anggaran biaya material yang dihitung dengan teliti, didasarkan atau didukung oleh gambar bestek. Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana, dan gambar detail dasar dengan skala (PU = Perbandingan Ukuran) yang lebih besar. Gambar bestek merupakan lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekarjaan. (Ibrahim, 1993)

1. Biaya Material

  Menyusun perkiraan biaya pembelian material amat kompleks, mulai dari membuat spesifikasi, mencari sumber sampai kepada membayar harganya.

  Terdapat berbagai alternatif yang tersedia untuk kegiatan tersebut, sehingga bila kurang tepat menanganinya mudah sekali membuat proyek menjadi tidak ekonomis. Harga bahan yang dipakai biasanya harga bahan di tempat pekerjaan, jadi sudah termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan menurunkan, pengepakkan, penyimpanan sementara di gudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi. (Ibrahim, 1993) 2.

   Volume / kubikasi Pekerjaan

  Volume suatu pekerjaan ialah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan.

  Jadi volume (kubikasi) suatu pekerjaan, bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan.

  Dibawah ini diberikan beberapa contoh sebagai berikut :

  a. Volume pondasi batu kali = 25 m3

  b. Volume atap = 140 m2

  c. Volume lisplank = 28 m

  d. Volume angker besi = 40 kg

  e. Volume kunci tanam = 17 buah Dari contoh di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa satuan masing- masing volume pekerjaan, seperti volume pondasi batu kali 25 m3, atap 140 m2,

  

lisplank 28 m, angker besi beton 40 kg dan kunci tanam 17 buah, bukanlah

  volume dalam arti sesungguhnya melainkan volume dalam satuan, kecuali volume pondasi batu kali 25 m3 yang merupakan volume sesungguhnya.

  (Ibrahim, 1993)

  Masing-masing volume di atas mempunyai pengertian sebagai berikut : Volume pondasi batu kali dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang x luas - penampang yang sama.

  Volume atap dihitung berdasarkan luas, yaitu jumlah luas bidang-bidang - atap, seperti segitiga, persegipanjang, trapezium, dan sebagainya.

  Volume lisplank dihitung berdasarkan panjang atau luas. - Volume angker besi dihitung berdasarkan berat, yaitu jumlah panjang - angker x berat/m.

  • Volume dikunci dihitung berdasarkan jumlah banyaknya kunci\ 3.

   Harga Satuan Pekerjaan

  Harga satuan pekerjaan ialah jumlah harga bahan berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan. Setiap bahan atau material mempunyai jenis dan kualitas tersendiri. Hal ini menjadi harga material tersebut beragam. Untuk itu sebagai patokan harga biasanya didasarkan pada lokasi daerah bahan tersebut berasal dan sesuai dengan harga patokan dari pemerintah.

  Misalnya untuk harga semen harus berdasarkan kepada harga patokan semen yang ditetapkan. Untuk menentukan harga bangunan dapat diambil standar harga yang berlaku di pasar atau daerah tempat proyek dikerjakan sesuai dengan spesifikasi dari dinas PU (Pekerjaan Umum) setempat Daftar Harga Satuan Bahan. (Ibrahim, 1993)

  J. Tenaga Kerja

  Tenaga kerja sangatlah berperan dalam proses jalannya sebuah proyek atau setiap jenis pekerjaan, tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda sesuai dengan bidang dan keahliannya. Adapun kemampuan tenaga kerja meliputi jenis dan macam-macam tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. (Suharto, 1995).

  Penyediaan tenaga kerja pada umumnya meliputi tenaga kerja biasa, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja ahli. Untuk setiap pekerjaan memerlukan tenaga kerja tertentu baik mengenai jumlah maupun keahlian dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Secara teoritis keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan 8 dibagi dengan kurun waktu perencanaan. Metode perhitungan tersebut, tentu tidak sesuai dengan kenyataan yang sesunguhnya, karena akan timbul pemborosan dengan mendatangkan sekaligus banyak tenaga kerja pada awal proyek, mengingat pada saat awal belum cukup pekerjaan tersedia untuk mereka. Pekerjaan konstruksi menunggu material hasil kegiatan pembelian, sedangkan pembelian baru akan dimulai bila paket disiapkan oleh ahli engineering telah selelsai.

  Oleh karena itu,untuk merencanakan tenaga kerja proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam-macam factor, diantaranya yang terpenting adalah :

  1. Produktifitas tenaga kerja.

  2. Tenaga kerja periode puncak (peak).

  3. Jumlah tenaga kerja kantor.

  4. Perkiraan jumlah tenaga kerja di lapangan.

  5. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam.

  Macam atau jenis tenaga kerja berdasarkan keahlian/kemampuan yaitu:

  1. Tenaga kerja terdidik/ tenaga ahli/ tenaga mahir Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain sebagainya.

  2. Tenaga kerja terlatih Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut.

  Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis,dan lain-lain.

  3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli, buruh angkat, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi contoh lainnya.

  K. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

  Waktu pelaksanaan pekerjaan ialah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh pekerjaan yang dihitung dari permulaan pekerjaan sampai dengan seluruh pekerjaan selesai. Pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian

  • –bagian pekerjaan yang didapat dari penjumlahan dari waktu untuk menyelesaikan jenis
  • –jenis pekerjaan dari bagian pekerjaan yang bersangkutan. Untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan perlu diketahui volume atau jumlah dan satuan dari jenis pekerjaan tersebut, baik yang dilaksanakan dengan tenaga kerja biasa maupun yang dikerjakan dengan menggunakan peralatan pembangunan.

  Jadwal waktu proyek merupakan alat yang dapat menunjukan kapan berlangsungnya setiap kegiatan, sehingga dapat digunakan pada waktu merencanakan kegiatan maupun untuk pengendalian pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Sistem manajemen proyek harus dapat memberikan cara yang logis untuk dapat menyusun anggaran keuangan proyek yang realitis dan bertahap waktu atau biasa disebut anggaran yang berorientasi pada keluaraan.

  Waktu yang direncanakan atau dihitung untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan atau bagian pekerjaan harus didasarkan pada kemampuan sistem kerja yang wajar. Apabila waktu pelaksanaan telah dihitung dan bagian pekerjaan telah disusun menurut urutan sesuai dengan rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, maka diperoleh rencana kerja yang menyeluruh dari pekerjaan bangunan yanng akan dilaksanakan. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh dasar kecilnya pekerjaan juga dari sulit atau berat ringnya sifat dari pekerjaan. Makin panjang atau lama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, makin banyak masalah yang perlu diperhitungkan dengan teliti dalam menyusun rencana kerja (Soehendrajati, 1987).