DEPARTEMEN PENDmlKAN DAN IEIUD4T44N

  ARSITEKTUR TRADISIONAL DAERAH SUMATERA SELATAN Susunait team peneliti arsitektur tradisional daerah S umatera Selatan : K e t u a Drs. Mob. Alimansyur.

  Sekretaris . Drs. Ma' moen Abdullah. Anggota Drs. Djumiran. An�gota Zainal Makmur, BA. ••• Anggota Tabrani Sidin, BA

  E di t o r: Johny Siregu, BA.

  

PERPUSTAKAAN

DfT. TRAOISI DITJEN NBSF

  

DEPBUDPAit

=� NO... oj:t-�

  NROLEIIAI :� TIL : � ... "20o"t ..

  • ·--; .2J.. i}

  I �.,..,- lOS- lOS

  5. Beberapa Upacara . . . . . . . . . . . . . 95- 101

  70-

  4. Rag am · bi as . . . . . . . . . . . . . .

  55-

  60

  5. Beberapa upacara . . . . . . . . . . . . . 60-

  67

  6. An ali sa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  67- 69 Dab m.

  Anltelrtar Tradlslonal Saka Pasemah.

  1. Ide ntifi k asi . . . . . . . . . . . . . .

  74

  3. Mendi rikan bangunan . . . . . . . . . . 35-

  2. Jenis- jenis bangunan . . . .

  . . . . . .

  74- 87

  3. Mendi rikan bangunan . . . . . . .

  . . .

  87- 92

  4. Rag am bi as . . . . . . . . . . . . . .

  92-

  95

  55

  15- 34

  DAFTAR lSI Balaman

  . . . . . . .

  Dab I. Penda h a Ia an.

  :

  1. M as a lab 1 -

  1

  ::- --- . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  2. Tuj ua n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  2-

  2

  3. Ruang Li ngtup . . . . . . . . .

  2-

  2. Jenis - jenis bangunan . . . . . . . . . .

  4

  4. Prosedur dan pertanggungan jawab . . . . . . . . . .

  4-

  6 Dab

  II. Anltektar Tradlslonal Saka Palembang.

  1. Id e ntifi k asi . . . .

  . . . . . . . . . .

  7-

  15

  • 6. An ali sa 101 104 • • • • • 0 • • 0 • • • • • • • • • • •
    • Daftar Kepastakaan • • 0 • • • • • • • • • • • 0 • • • • • 0 • • • • • •

  • •;·· .
  • _; . • . . . • ' • ' ' ' • ' • � . . .. � . . � . . ' I . . . . · · · .. .. .. .

    BAB I. PENDAHULUAN MASAALAH. Arsitektur pada umumnya, arsitektur tradisional pada khususnya telah

      

    bertumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkem­

    bangan umat manusia. Semakin pesat dan kompleks pertumbuhan dan per­

    kembangan kebudayaan yang dianut oleh suatu masyarakat, semakin maju

    dan kompleks pula arsitektur yang dipunyainya.

      Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dapat pula disimpulkan

    bahwa arsitektur merupakan salah sati identitas dari suatu pendukung kebu­

    dayaan, yang mempunyai arti penting dalam kehidupan. Sebagai suatu

    identitas maka arsitektur pada umumnya, arsitektur tradisional pada khu­

    susnya menjadi kebanggaan dari setiap pendukungnya.

      Didalam setiap arsitektur tradisional terkandung berbagai ujud kebu­

    dayaan. Ujud-ujud kebudayaan baik dalam bentuk ujud ideal, sosial, mau­

    pun ujud phisik, selain menjadi kerangka acuan untuk mendirikan dan mem­

    pertahankan arsitektur tradisional tersebut, di lain pihak telah mengarahkan

    fungsi dan kegunaan dari arsitektur tradisional tersebut.

      Perobahan-perobahan kebudayaan sebagai akibat kemajuan-kemajuan

    yang diperoleh, telah pula merobah ujud-ujud kebudayaan yang dipunyai

    oleh suatu pendukung kebudayaan. Di Indonesia pada umumnya di daerah­

    daerah pada khususnya, termasuk daerah Sumatera Selatan perobahan-pe­

    robahan ujud-ujud kebudayaan itu terutama yang menyangkut arsitektur

    tradisional, sudah sangat dirasakan. Bahkan dikhawatirkan perobahan-pe­

    robahan itu menjurus kepada semakin jarang arsitektur tradisional itu di­

    hayati dan diamalkan.

      Kekhawatiran tentang hal-hal tersebut diatas semakin dirasakan karena

    belum adanya dokumentasi yang lengkap dan sempurna tentang arsitektur

    tradisional, termasuk arsitektur tradisional daerah Sumsel. Dengan demiki­

    an usaha-usaha inventarisasi dan dokumentasi ini dapat melestarikan ujud­

    ujud kebudayaan yang ada di daerah termasuk arsitektur tradisional daerah

      Sumatera Selatan.

      Indonesia sebagai masyarakat majemuk dengan aneka ragam suku

    bangsa dan kebudayaan, memerlukan pula penyebaran informasi kebuda­

    yaan, khususnya yang berkaitan dengan arsitektur tradisional.

      

    Penyebaran informasi ini selain bermanfaat bagi suku bangsa itu sendiri,

    di lain pihak diperlukan oleh suku-suku bangsa lainnya, dalam memperkuat

    apresiasi kebudayaan yang mendukung kesatuan dan persatuan bangsa

    yang lebih kuat. Untuk hal itu inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan

      

    <laerah, khususnya arsitektur tradisional adalah jalan yang baik untuk peme­

    cahari masaalahnya. Arsitektur tradisional daerah Sumatera Selatan diha­

    rapkan akan dapat dipakai sebagai unsur memperkuat persatuan dan kesa­

    tuan ban gsa itu.

      TUJUAN.

      Tujuan penelitian ini adalab menginventarisasi d mendokumentasi· /n

    kan kebudayaan daerab, kbususnya arsitektur tradisional. Inventarisasi dan

    dokumentasi adalab salab satu jalan yang paling mungkin dalam memecab·

    kan masaalab sebagaimana dikemukakan diatas. Dengan demikian kbasa·

    nab kebudayaan nasional yang terwujud pada kebudayaan daerab di selurub

    nusantara, termasuk daerab Sumatera Selatan dapat diselamatkan babkan

    selanjutnya akan dapat dilestarikan.

      Hasil-basil inventarisasi dan dokumentasi ini baik dalam bentuk doku­

    men-dokumen penelitian, maupun dalam bentuk naskab sebagaimana ada

    di hadapan para pembaca; selanjutnya akan dapat dipergunakan sebagai ba­

    han-bahan pembinaan dan pengembangan kebudayaan baik daerah maupun

    nasional. Selain dari pada itu baban tersebut akan dapat pula dipergunakan

    bagi kepentingan studi kebudayaan yang mungkin besar peranannya dalam

    pengembangan ilmu dan kebudayaan itu.

      Sebagai bahan pembinaan dan pengembangan, selanjutnya basil-basil

    penelitian ini mungkin dapat dijadikan alternatif-alternatif yang selektif bagi

    usaha-usaba memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, ketabanan na­

    sional di bidang kebudayaan, serta memperkuat kepribadian bangsa demi

    terwujudnya masyarakat yang adil, makmur dan bersatu.

      Selanjutnya untuk kepentingan studi, nampak tersedianya baban-baban

    merupakan faktor penunjang yang sangat penting peranannya. Dengan ada­

    nya bahan-baban tersebut selain akan mempermudab dan mempercepat

    proses-proses penelitian. dilain pibak akan ikut merangsang peroses bela­

    jar, sebingga pengenalan kebudayaan sendiri secara lengkap dan sempurna

    akan terselenggara. Hal ini dimungkinkan dengan adanya gudang data yang

    diharapkan tersedia sebagai hasil penelitian.

      RUANG LINGKUP.

      Banyak batasan-batasan yang diberikan para ahli tentang arsitektur

    tradisional ini. Dengan tidak mengabaikan batasan yang diberikan tentang

    arsitektur tradisional itu, maka dalam inventarisasi dan dokumentasi ini te­

    lab dirumuskan pula semacam batasan kerja yang berbunyi sebagai berikut:

      

    "Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk struktur. fungsi,

    ragam hias. dan cara pembuatannya. diwariskan secara turun temurun, ser­

    ta dapat dipakai untuk melakukan aktifitas kehidupan dengan sebaik-baik­

    nya".

      Dalam rumusan ini arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan, yang se­

    lanjutnya dapat berarti sebagai suatu yang aman dari pengarub alam seperti

    hujan, panas dan lain sebagainya. Pada suatu bangunan, sebagai suatu basil

    ciptaan manusia agar terlindung dari pengarub alam terse but, dapatlah dili­

    hat beberapa komponen yang menjadikan bangunan, suatu tempat ·untuk

    dapat melakukan aktifitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Komponert­

    komponen tersebut adalah : bentuk, strukt�r, fungsi dan ragam bias serta cara pembuatan yang diwariskan secara turun temurun.

      Selain komponen tersebut yang merupakan faktor utama untuk melihat

    suatu arsitektur tradisional, maka dalam inventarisasi dan dokumentasi ini

    setiap bangunan itu merupakan tempat yang dapat dipakai untuk melakukan

    aktifitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dengan pengertian ini maka ar­

    sitektur tradisional dapat pula dikatagorikan pada aktifitas kehidupan yang

    ditampungnya. Oleh karena itu maka akan terdapat beberapa macam arsi­

    tektur seperti rumah tempat tinggal, rumah ibadah. rumah tempat musya­

    warah, dan rumah tempat menyimpan. Semua jenis-jenis ini baik yang di­

    inventarisasi dan di komentasikan.

      Selanjutnya dalam melihat arsitektur ini tak dapat terlepas dari faktor

    lingkungan, dimana arsitektur itu berkembang dan tumbuh. Oleh karena itu

    untuk dapat memahami secara lebih baik dan sempurna, inventarisasi dan

    dokumentasi ini akan didahului dengan uraian yang disebut identifikasi

    yang mengandung unsur-unsur : lokasi, penduduk dan Jatar belakang ke­

    budayaan.

      Sesuai dengan petunjuk penelitian maka untuk setiap daerah peneliti­

    an, setidak-tidaknya harus diungkapkan dua suku bangsa dengan arsitektur

    tradisional masing-masing. Daerah Sumatera Selatan didiami oleh banyak

    suku bangsa antara lain adalah : orang Palembang, orang Komering, orang

      

    Abung, orang Pasemah, orang Musi Ulu, orang Ogan, dan orang Lorn serta

    .. ....... ). orang Darat di Bangka serta orang Beliton di pulau Beliton. ( . .

      Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilakukan pilihan sesuai dengan

    petunjuk penelitian, serta fasilitas yang ada dalam penelitian ini. Pilihan ter­

    sebut setelah melalui pertimbangan-pertimbangan, akhirnya jatuh kepada

    orang Palembang dan orang Pasemah. Kedua suku bangsa ini mempunyai

    peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kebu­

    dayaan di daerah ini.

      Orang Palembang yang mendiami kota Palembang, telah bermukim se­

    jak lama di daerah ini. Sedangkan kota Palembang sendiri sudah sejak lama

    berkembang sebagai pusat kegiatan daerah Sumatera Selatan baik di hi­

    dang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dengan demikian kota Pa­

    lembang dengan orang Palembangnya sudah sejak lama dan bahkan sampai

    sekarang menjadi dan merupakan unsur etnis yang memberi warna pula pa­

    da kebudayaan daerah ini.

      Orang Pasemah yang mendiami daerah Kabupaten Lahat juga merupa­

    kan salah satu suku bangsa yang besar jumlahnya disamping sudah lama

    bermukim di daerah ini. Oleh karena itu jika orang membicarakan kebuda­

    yaan Sumatera Selatan, rasa belum lengkap jika tidak mengemukakan ten­

    tang orang Pasemah dengan kebudayaannya.

      Untuk penelitian dan pengumpulan data yang baik, maka dari masing­

    masing daerah suku bangsa ini dipilih lokasi penelitian. Penelitian arsitektur

    ' tradisional orang Palembang dilakukan pada desa 3 - 4 Ulu Kecamatan Se­

    berang Ulu I Kotamadya Palembang, sedangkan untuk orang Pasemah pada desa Pelang Kenidai Kecamatan Pagar Alam Kabupaten Labat.

      PROSEDUR DAN PERTANGGUNGAN JAWAB ILMIAH PENELITIAN. Tahap Persiapan.

      .. .

      a. Penyusunan Organisasi dan Tim Peneliti.

      Kegiatan pertama dalam pelaksanaan inventarisasi dan dokumentasi ini 1981, dimulai Mei berupa pembentukan tim peneliti sebagai berikut I J K e t u a Drs. Moh. Aliinansyur.

      Sekretaris Drs. Ma'moen Abdullah.

      ANggota Drs. Djumiran.

      Zainal Makmur, BA. Tabrani Sidin, BA.

      b. Penjabaran K erangka lnventarisasi dan Dokumentasi.

      Kegiatan selanjutnya setelah tersusunnya organisasi/tim p�neliti ada­ lab, mempersiapkan segala sesuatu sebelum turun ke lapangan; sesuai daerah yang dituju, yaitu Palembang dan Kabupaten Labat.

      Tahap Pengumpulan Data.

    a. Metode Penelitian.

      Dalam kegiatan penelitian guna pengumpulan data telah digunakan ber­ bagai cara atau metode :

    1) Metode Kepustakaan.

      Metode ini dilaksanakan agar sebelum penelitian lapangan dilakukan sudah ada satu pegangan, sehingga dapat diketahui seberapa jauh materi-materi yang diinginkan sudah diteliti atau diungkapkan mela­ lui publikasi dan dokumentasi yang ada. Dal hal itu berarti pula untuk mengembangkan sejauh mungkin basil-basil penelitian yang sudah ada.

    2) M etode W awancara.

      

    Wawancara dilakukan terhadap orang-orang yang diyakinkan menge­

    tahui data yang dibutuhkan. Terutama mereka yang sudah berusia di

    40 atas tahun dengan pengetahuan yang diperkirakan memadai.

      3) Metode Observasi.

      

    Metode observasi merupakan pengamatan dari dekat. Metode ini di-

    gunakan, karena objek seperti ini tanpa pengamatan dari dekat basil

    � yang dicapai akan kurang memuaskan.

      4) Questionaire.

      

    Questioner dimaksudkan untuk lebih luas lagi mendapatkan data, da­

    lam upaya mendapatkan pengetahuan serta informasi ilmu penyu­

    sunan laporan.

      b.

      Lokasi lnventarisasi dan Dokumentasi.

      I Seperti telah dikemukakan bahwa di daerah tingkat Sumatera Selatan

      terdapat banyak suku bangsa. Diantara suku-suku itu suku Palembang dan suku Pasemah dalam penelitian ini mendapatkan giliran pertama un­ tuk diungkapkan arsitektur tradisionalnya. Kedua suku bangsa tersebut merupakan pendukung arsitektur tradisional yang cukup kompleks dan c. berskala luas di daerah ini.

      Pelaksanaan Pengumpulan Data.

      Pelaksanaan pengumpulan data di mulai pada pertengahan bulan Juni 1981. Sebelumnya telah dipersiapkan instrumen antara lain; daftar ques­ tionaire, daftar pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara, kamera dan lain sebagainya yang dianggap pe�lu.

      Pengumpulan data, untuk daerah Palembang selama tujuh hari yaitu di­ mulai dari tanggal 15 Juni 1981, sampai dengan tanggal 21 Juni 1981. Sedangkan untuk daerah atau desa Pelang Kenidai Kecamatan Pagar Alam Kabupaten Lahat dari tanggal25 Juli 1981 sampai dengan tanggal

      6 Agustus 1981. ' Pengalaman-pengalaman selama mengadakan penelitian memang cukup banyak terutama waktu mengadakan penelitian di daerah Kabupaten La­ hat Kecamatan Pagar Alam di desa Pelang Kenidai. Misalnya diwaktu mengadakan wawancara dengan salah seorang penduduk yang kurang memahami bahasa Indonesia dengan sendirinya memakai bahasa da­ erah. Untuk menghubungkan tenaga tim dengan pemilik bangunan, orang-orang yang akan diwawancarai dan orang yang diharapkan untuk mengisi questionaire, tidak terdapat kesulitan. Sebab setelah kami da­ tang ke tempat yang kami tuju yaitu tempat yang telah kami jadikan lo­ kasi penelitian, kami langsung melapor pada pejabat yang berwenang dan mereka inilah yang pertama kali menghubungi orang-orang tersebut baru kemudian dihubungkan dengan tenaga tim.

      Namun demikian ada juga kadang-kadang kami menemui beberapa ke­ sulitan, misalnya di waktu kami akan mengadakan pemotretan. Walau­ pun bangunan arsitektur tradisional yang akan kami ambil gambarnya telah ditunjukkan oleh pejabat sebagai pendamping kami, tetapi berda­ sarkan pertimbangan terutama ditinjau dari kelengkapan arsitekturnya maka kami memindahkan pengambilan gambar tersebut ke arsitektur yang kami anggap lebih lengkap tadi. Dan ternyata yang kami tuju ini orangnya belum dihubungi oleh pejabat sebagai pendamping kami. Aki­ batnya gerak kami agak kurang bebas karena mereka menampakkan ra­ sa curiga terhadap kami walaupun telah kami kemukakan maksud dan tujuan kami tersebut.

      Sebagai faktor yang lain yang menjadi kesulitan yaitu mengenai transfor­ tasi. Adakalanya kami harus mendatangi tempat yang harus kami tem­ puh dengan berjalan kaki dan tempatnya juga agak jauh.

      Tahap Pengolahan Data.

      Pada bulan September 1981 pengolahan data hasil penelitian di daerah.

      

    Pengolahan data penting karena mempunyai tujuan tentang kejernihan data

    itu sendiri, di damping akan dipergunakan dalam rangka penulisan laporan

    sebagai tahap selanjutnya. Data yang diolah baik merupakan data skunder

    maupun data primer.

      Data yang diolah tersebut adalah data dari arsitektur tradisional Palem­

    bang dan arsitektur tradisional Pasemah desa Pelang Kenidai Kecamatan

    Pagar Alam Kabupaten Lahat. Data yang terkumpul berupa; catatan-catatan

    tim peneliti, catatan-catatan hasil wawancara, daftar questionaire yang su­

    dah terisi, foto-foto dan literatur.

      Tahap Penulisan Laporan.

      Pada bulan Oktober - Desember 1981 adalah kegiatan penulisan laporan

    setelab tabap pengolahan data dirampungkan semua. Tabap ini sangat pen­

    ting artinya sebagai baban utama dalam pembinaan dan pengembangan ke­

    budayaan pada umumnya dan arsitektur tradisional pada kbususnya.

      Sistem penulisan laporan ini telah kami usabakan sedapat mungkin

    menurut dan berpedoman pada Pola Penelitian Kerangka Laporan dan Pe­

    tunjuk Pelaksanaan.

      Tahap Akhir.

      Sebagai tabap akbir dari penelitian yang kami lakukan pada dua lokasi

      4

    penelitian, yaitu daerab 3- Ulu Palembang dan desa Pelang Keriidai Ke­

    camatan Pagar Alam Kabupaten Labat kami akan memberikan sedikit pan­

    dangan terbadap penelitian tersebut. Mengenai basil penelitian atau data

    yang kami peroleb mungkin belum memadai, walaupun kami telah berusaba

    semampu kami. Kurang berhasilnya penelitian itu terkadang karena bebera­

    pa faktor, misalnya masalab tempat/lokasi yang begitu jaub dan sukar di­

    jangkau, kemudian masalah biaya dan yang paling penting adalah masalab

    pengalaman di lapangan. Namun semoga dengan pengalaman kami yang

    agak kurang berbasil ini, akan membuat kami lebib sukses di masa yang

    akan datang.

    Mengenai kesimpulan dari kami sebagai tim peneliti antara lain adalab se­

    bagai berikut : berdasarkan basil observasi yang kami lakukan maka arsi­

    tektur tradisional baik yang terdapat di Palembang maupun yang terdapat di

    desa Pelang Kenidai Kecamatan Pagar Alam Kabupaten Lahat maka jelas

    akan mengalami kepunahan. Karena walaupun masih ada juga beberapa

    orang yang menjaga arsitektur tersebut dengan baik, tetapi mengingat ba­

    han-bahan dari bangunan itu lambat laun akan dimakan waktu juga. Dan

    biasanya jika bangunan itu rusak maka mereka akan menggantinya dengan

    yang baru, tetapi tidak seperti yang rusak tadi. Misalnya bagian kayu ber­

    ukir jika rusak akan diganti dengan kayu atau papan biasa tanpa ukiran.

      Dengan demikian arsitektur tradisional terse but akan lambat laun habis

    sama sekali atau tidak orisinil lagi, dan yang tinggal hanyalah tempat ba­

    ngunannya saja. Faktor yang lain kebanyakan dari mereka terpengaruh oleb

    arsitektur modern yang lebib praktis. Akibatnya mereka lebib baik memba­

    ngun rumab yang baru dengan arsitektur modern daripada memperbaiki

    bangunan yang bersifat tradisional. D
    • •••••

      D D

    •   II. BAB

        ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU PALEMBANG BAGIAN I. IDE NTIFIKASI. LOK...t'S I.

        Letak r dan Keadaan Alam.

        4 ;;

        AP.,abila kita teliti mengenai letak geografis dari daerah 3 - Ulu Laut

        I Kecamatan Seberang Ulu Kotamadya Palembang ini, dapatlah dikatakan

        bahwa daerah tersebut sebagian besar terdiri dari tanah yang rendah atau berawa-rawa. Tetapi sekarang sudah banyak tempat-tempat tersebut yang ditimbun dengan tanah atau ditambahi tanahnya agar tempat itu menjadi tinggi yang kemudian dipergunakan baik untuk bangunan rumah tempat tinggal maupun bangunan-bangunan lainnya seperti perusahaan pengger­ gajian kayu, perusahaan penggilingan padi dan lain sebagainya. Bagi mere­ ka yang tidak menimbun tempat bangunan mereka dengan tanah mungkin karena faktor ekonomilah yang menyebabkannya. Sebagai jalan keluar dari masalah ini mereka akan membangun rumah tempat tinggal itu dengan menggunakan tiang. Sekarang mungkin timbul suatu pertanyaan mengapa masalah yang rendah itu menjadi persoalan benar, jawabnya adalah karena tempat-tempat tersebut di waktu pasang naik dimasuki air pasang. Karena itu pulalah baik bagi mereka yang menimbun tempatnya tadi dengan tanah maupun bagi mereka yang akan mendirikan rumah tempat tinggal harus memperhitungkan sampai dimana tinggi air pasang yang paling tinggi atau pasang naik tertinggi. Demikianlah faktor-faktor yang harus mereka perhi­ tungkan apabila mereka ingin mendirikan rumah tempat tinggal atau ba­ ngunan lainnya.

      4 I

        Daerah 3 Ulu Laut Kecamatan Seberang Ulu Kotamadya Palem­ - bang yang merupakan suatu kelurahan ini, mempunyai batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatas dengan Sungai Musi.

        Sebelah Selatan berbatas dengan Jalan Lorong Ogan Darat. Sebelah Timur berbatas dengan Sungai Ogan. Sebelah Barat berbatas dengan Daerah dua Ulu dan daerah lima Ulu. Sebagai tambahan disinijelas mengenai tempat dari letak kantor Kelurahan

        4

        3 - Ulu tersebut berada di daerah Kedukan, jalan baru di belakang kantor

        I Kecamatan Seberang Ulu Kotamadya Palembang. Jadi di waktu peneliti

        mengadakan kunjungan ke sana, kantor itu masih dalam tahap penyelesai­ an, terutama bagian luar dan halamannya. Pola Perkampungan.

        4 Bentuk perkampungan dari daerah 3 Ulu Laut ini adalah dengan sis­ -

        tern Rukun tetangga (Rt). Tiap-tiap sebuah Rukun Tetangga di kepalai oleh

        4

        seorang Kepala Rukun Tetangga. Kelurahan Ulu Laut ini membawahi

      • 3
      Rukun Tetangga sebanyak 22 buah Rukun Tetangga yang juga lansung tun­ duk kepada Kecamatan Seberang Ulu I Kotamadya Palembang.

        Sebelumnya, daerah - 4 Ulu Laut ini hanya terdiri dari daerah 4 Ulu

        3

        saja, jadi belum bergabung dengan

      3 Ulu seperti sekarang ini. Penggabung­

        an kedua daerah ini berkemungkinan besar baik areal maupun jumlah pen­ duduk dari daerah 4 Ulu tersebut dapat dikatakan kecil ataupun karena hal­ hal yang lain, maka atas pertimbangan digabungkanlah daerah 4 Ulu dan Ulu itu seperti yang kita jumpai sekarang ini.

      3 Berdasarkan data yang kami dapat dari Kantor Kelurahan - 4 Ulu Laut

        3 Kecamatan Seberang Ulu I Kotamadya Palembang, maka luas areal dari da­

        4 erah 3- Ulu Laut ini adalah seluas lebih kurang 250 hekta-are. Pada areal seluas itulah penduduk dari daerah

        3 - 4 Ulu melakukan kegiatan hidupnya

        sehari-hari dengan segala macam dan bentuk sebagai warga negara, yang patuh dan menyadari akan hak-hak serta kewajiban-kewajiban mereka ma­ sing-masing baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

        Bila kita perhatikan bentuk dari perkampungan - 4 Ulu ini dapat kita

        3

        bagi menjadi dua macam. Pertama kampung yang letak rumah-rumahnya ditepi jalan raya dan yang kampung yang rumah-rumahnya terletak

        kedua

        agak jauh dari tepi jalan ray a, atau sudah dekat dengan tepi sungai. Rumah­ rumah yang terdapat di tepi jalan raya pada umumnya tersusun rapi dengan pola tertentu yaitu dengan menghadap ke arab jalan raya dan dapat dikata­ kan padat.

        Berbeda dengan rumah-rumah yang dibangun jauh dari tepi jalan yaitu sudah tidak teratur lagi, tetapi sifatnya masih mengelompok. PENDUDUK.

        Gambaran Penduduk Secara Umum.

      • - 4

        Berdasarkan penelitian kami pada Kantor Kelurahan

        3 Ulu Laut Ke­

        camatan Seberang Ulu I Kotamadya Palembang yang didasari oleh dokumen Kelurahan tersebut, maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai gambar­ an penduduk - 4 Ulu secara umum sebagai berikut :

      3 Penduduk daerah - 4 Ulu tersebut terdiri dari penduduk campuran. Pen­

        3

        duduk asli artinya penduduk yang sudah turun temurun bertempat tinggal di daerah tersebut dan penduduk datangan, yaitu penduduk baru yang ke­ mudian menetap atau bertempat tinggal di daerah

        3 - 4 Ulu dan menjadi penduduk di sana.

        

      Jika kita perinci lagi maka dapatlah kita katakan, bahwa penduduk asli yang

      '

        4

        3 Ulu itu sehiruhnya adalah Warga Negara In­ - telah menempati daerah

      donesia (WNI), sedangkan pendatang baru tersebut dapat dibagi menjadr

      dua kelompok. Kelompokpertama adalah pendatang baru yang ber-Warga

      Negara Indonesia, baik mereka sebagai orang Indonesia asli maupun orang

      asing yang sudah menjadi Warga Negara Indonesia. Sedangkan kelompok

      kedua dari pendatang baru ini adalah, benar-benar orang asing yang masih ber-Warga Negara Asing (WNA), rnisalnya bangsa Cina, India atau bangsa asing lainnya. Penduduk yang terdiri dari penduduk campuran tersebut ter­ nyata hidup berdampingan secara damai. Berdasarkan catatan yang ada pada Kantor Kelurahan 3 - 4 Ulu Laut keca­ matan Seberang Ulu I Kotamadya Palembang tersebut adalah sebagai be­ rikut :

        1) Penduduk asli (pribumi) berjumlah 11.203 jiwa, dengan perincian seba­ gai berikut :

        Laki-laki berjumlah 5.551 orang.

        !..

      • Perempuan berjumlah 5.652 orang.
      • Dengan jumlah Kepala Keluarga adalah 1.832.

        2) Penduduk Warga Negara/ndonesia berjumlah 245jiwa dengan perincian sebagai berikut :

        Laki-laki berjumlah 129 orang.

      • Perempuan berjumlah 116 orang.
      • Dengan jumlah Kepala Keluarga adalah 58.

        3) Penduduk Warga Negara Asing berjumlah 233 jiwa dengan perincian sebagai berikut :

        Laki-laki berjumlah 110 orang.

      • Perempuan berjumlah 123 orang.
      • Dengan jumlah Kepala Keluarga adalah 72.

        Data yang kami ambit adalah data tahun 1981. Asal - asal Pendadak Asli.

        Menurut keterangan yang didapat bahwa sebagai penduduk asli atau - pendatang terdahulu dari daerah 3

        4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Kota­ madya Palembang ini adalah suku Palembang. Suku inilah kelak tumbuh dan berkembang di daerah terse but. Menurut keterangan yang kami peroleh bahwa daerah 3 - 4 Ulu ini sejak za­ man Belanda sudah ada, karena itu suku Palembang sudah mendiami tern­ pat tersebut sebelum itu. Dapat dikatakan sebagian besar dari penduduk as-

        t

        li ini berasal dari daerah Palembang Kota, dari daerah sekitamya dan masih termasuk lingkungan daerah Palembang.

        Alasan mereka mengapa berpindah tempat ke daerah tersebut berda-

      • :

        sarkan keterangan yang kami peroleh karena faktor geografinya. Memang ada tempat yang lain, yang mungkin lebih baik dari tempat tersebut tetapi tempat itu sudah dihuni oleh kelompok yang mendahului mereka. Namun tempat yang baru ini mereka pandang sangat strategis, karena untuk hu­ bungan mereka dapat memakai dua jalur yaitu dengan sungai dan dengan jalan daray atau jalan raya. Faktor ekonomipun memegang peranan pen­ ting pula dalam kepindahan mereka ini. -

        Jika diteliti mengenai penduduk yang mendiami daerah 3

        4 Ulu ini, se­ karang keturunan suku pendahulu tersebut masih nampak ditinjau dari segi

        9 jumlahnya. Kalau diambil prosentase dari penduduk asli terse but, mencapai jumlah lebih kurang 95,7%. Berkemungkinan besar pada masa yang lalu di daerah ini penduduk aslilah yang banyak memegang peranan penting dalam segala bidang dibandingkan dengan penduduk pendatang baru. Dengan de­ mikian tidak mengherankan apabila mereka dapat mempertahankan adat- istiadat dan kebudayaan asli mereka.

        i dan Perplndahan penyebaran pendadak.

        Tampaknya mobilitas dalam arti perpindahan penduduk yang melibat­ kan diri pada perpindahan tempat tinggal untuk daerah 3 4 lnu Kecamatan

      • - Seberang Ulu I Kotamadya Palembang ini agak kecil, bahkan perpindahan itu kadang-kadang masih dalam lingkungan Rukun Tetangga itu juga. Ge­ rak perpindahan yang kecil disebabkan alasan ekonomi ataupun karena per­ kawinan, sehingga baik yang laki-laki maupun yang perempuan harus pin­ dab ketempat yang baru. Ada juga karena faktor yang lain misalnya karena pendidikan. Mereka ter­ paksa meninggalkan tempat asalnya karena pindah ataupun melanjutkan pelajarannya ketempat lain.

        Ada lagi perpindahan penduduk ini berjangka, misalnya setahun, dua tahun ataupun sampai tiga tahun kemudian mereka kembali Iagi. Hal ini biasanya banyak dilakukan oleh golorigan para remaja yang melanjutkan pe­ lajarannya a tau kuliahnya ketempat lain, misalnya; ke Jawa atau ke tempat­ tempat lain. .

        Sebaliknya kedatangan penduduk baru ke daerah 3 - 4 lnu Laut ini dapat di­ katakan seimbang dengan gerak dari perpindahan ketempat lain yaitu sa­ ngat kecil sekali. Faktor penyebab yang uatama adalah tanah-tanah yang ko­ song dapat dikatakan hampir-hampir sudah tidak ada lagi.

        Jadi mengenai perpindahan penduduk itu dapat kita simpulkan sebagai berikut : 1) Karena alasan keluarga, misalnya bagi mereka yang baru melangsung­ kan perkawinan. Mereka meninggalkan tempat asalnya dan pindah ke­ tempat lain baik hal itu karena adat maupun karena pasangan yang bara tersebut ingin berdiri sendiri walaupun jika terpatsa harus menyewa da­ hulu tern pat tinggalnya. 2) Karena alasan ekonomi, misalnya pada tempat asal ini sudah tidak me­ mungkinkan lagi untuk kelangsungan hidupnya atau keloarganya, jadi terpaksa mereka mencari a tau pindah ke tempat yang lain. Misalnya ter­ dapat pada golongan pedagang. 3) Karena alasan-alasan lain, misalnya bagi mereka sebagai seorang pega­ wai negeri yang karena dimutasikan terpatsa meninggalkan tempat asal­ nya dan pindah ketempat lain karena menurut peraturan pemerintah yang berlaku. Contoh yang lain karena alasan mencari ilmu pengetahuan di tempat yang lain. Hal ini mungkin dalam waktu yang pendek tapi tak jarang pula untuk seterusnya, karena mungkin setelah mereka menamatkan pelajar­ annya di tempat tersebut mereka langsung mendapatkan pekerjaan di tempat itu pula.

        Keterangan di atas dapat juga kita golongkan kepada penyebaran penduduk

        4 dari daerah 3 - Ulu Laut.

        & LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN.

        Latar Belakang Sejarah.

        Seperti telah dijelaskan terdahulu bahwa sebagai pendatang terdahulu

      4 I

        di daerah 3 - Ulu Laut Kecamatan Seberang Ulu . Kotamadya Palembang ini ad,alah suku Palembang. Suku ini pulalah yang dianggap sebagai pendiri _ dari daerah tersebut. Suku ini telah mempunyai a tau membawa baik adat­ istiadat maupun arsitektur tradisional sendiri dari tempat asalnya, hingga

        4 mereka menempati tempat yang baru yaitu daerah 3 - Ulu tidak meng­ alami perubahan baik bentuk maupun komposisi bangunan.

        Namun setelah terjadi penyebaran penduduk serta masuknya pendatang ba­ ru dan adanya kemajuan di bidang teknologi maka arsitektur modem mulai sedikit demi sedikit mendesak arsitektur tradisional tersebut. Mulailah ter­ jadi bagian-bagian bangunan tradisional itu diganti dengan yang baru yang menjurus ke arab bangunan modem, sehingga terjadi penggabungan antara arsitektur tradisional dengan arsitektur modem. Dan berkemungkinan be­ sar nantinya karena alasan lain lambat laun bangunan tradisional tersebut dihilangkan dan diganti dengan bangunan yang bersifat arstiektur modem.

        Sistem Mata Pencaharian.

        4 Mengenai mata pencaharian dari penduduk di daerah 3 - Ulu Keca­

        I matan Seberang Ulu Kotamadya Palembang ini dapat diuraikan sebagai berikut :

      1) Sebagai Pedagang.

        Perdagangan yang mereka lakukan bermacam-macam bentuknya. Mi­ salnya sebagai pedagang besar dengan modal yang besar pula, mungkin mereka sebagai pedagang yang mempunyai toko yang besar baik berupa toko kelontongan maupun berupa toko manisan. Atau ada pula sebagai agen penyalur karet dan sebagai pemilik penggergajian kayu balokan. Disamping ada juga sebagai pedagang menengah, dengan modal yang agak besar. Yang terakhir adalah golongan pedagang kecil, misalnya pe­ dagang-pedagang rokok, pedagang ikan atau sebagai penjual sayur-sa­ yuran dan buah-buahan serta pedagang tembakau dan lain sebagainya.

        4 Jika kita teliti maka penduduk dari daerah 3 - Ulu ini mayoritas adalah kaum pedagang ditilik dari segi mata pencaharian.

      2) Sebagai Buruh Harian.

        Bagi mereka yang bukan pedagang mungkin karena tidak mempunyai

        11 modal ataupun alasan mereka tidak berjiwa pedagang, maka mereka ini telah memilih jalan untuk kelangsungan hidupnya dan keluarganya seba­ gai buruh harlan. Mereka ini bekerja pada perusahaan-perusahaan swas­ ta misalnya pada perusahaan percetakan, penggergajian kayu, pabrik­ pabrik roti dan lain sebagainya.

        Di samping itu · ada juga sebagai sopir taksi, baik taksi tersebut milik sendiri maupun mobil sewaan. Sebagai sopir truk a tau sebagai sopir dari seorang majikan. Sebagai pengemudi beca serta sebagai seorang tam­ bangan baik perahu bermotor maupun perahu biasa. Golongan yang pa­ ling rendah yaitu sebagai tukang lceruntung. Tukang keruntung di sini maksudnya bukanlah seorang yang pekerjaannya membuat keruntung yaitu sejenis alat untuk mengangkut barang-barang tetapi orangsang pekerjaannya mengambil upahan mengangkut barang-barang orang de­ ngan mempergunakan alat yang bemama keruntung. Selanjutnya sebagai tukang kayu atau tukang rumah, tukang semen atau tukang batu dan banyak di antaranya kedua fungsi tersebut dirangkap oleh sang tukang yang membuat rumah itu sendiri dan apabila ada pe­ nyemenan dia juga yang mengerjakannya yang dibantu ol,eh beberapa pembantunya. Keahlian mereka membuat perahupun di sini nampak sekali mulai dari perahu yang kecil sampai pada perahu yang besar-besar yang disebut

        tonglcang. Mereka juga membuat badan untuk motor tempel yang dise­

        but motor lcetelc bermesin satu. Pokoknya dalam keahlian dalam membu­ at perahu ini cukup dapat dibanggakan, ini mungkin karena sesuai de­ ngan tempatnya yaitu daerah maritim. Tentu kita sudah sama mengeta­ hui tentang ciri khas dari Palembang di sampingempe/c-empe/c yaitu se­ jenis makanan yang terbuat dari sagu yang dicampur dengan ikan lalu dire bus atau digoreng yang ditemani dengan cuko sebagai kuahnya yang terbuat dari asam Jawa atau cuka Belanda, gula merah, kecap, bawang

        cabai ada dic pur d g tongcai digodok

        putih, garam, dan jika am en an men­

        bidar,

        jadi satu dengan air panas. Ada lagi ciri khas Palembang yaitu se-

        40

        buah perahu yang panjang bermuatan lebih kurang untuk orang pen-

        �

        17 dayung, yang selalu diperlombakan setiap Agustus tiap tahunnya.

        3) Sebagai Pegawai Negeri.

        �

        Sebagai pegawai negeri mereka bekerja di kantor-kantor pemerintah atau mereka sebagai guru, baik sebagai tenaga pengajar di Sekolah Ta- man Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas maupun sebagai dosen dari suatu Per­ guruan Tinggi.

        4) Mata Pencaharian Yang Lain.

      • 3

        4 Mata pencaharian penduduk daerah illu di samping yang tersebut

        diatas, ada juga yang mengusahakan usaha lain, baik hal ini merupakan usaha sampingan maupun sebagai usaha tetap. Misalnya mengusahakan daun nipah yang akan dijadikan rokok daun atau yang lebih populer de­ = ngan sebuatan rokok godong (godong daun). Usaha wiraswasta ini pada umumnya dikerjakan oleh kaum wanita dan anak-anak. Sebagai usaha yang lain mereka juga mengusahakan secara kecil-kecilan pembuatan kerupuk dan kempelang. Perlu diketahui bahwa kerupuk kempelang ini sangat terkenal kemana-mana walaupun namanya bukan

        4 khusus 3 - Ulu tetapi kerupuk kempelang Palembang.

        Demikianlah gambaran secara umum mengenai sistem mata pencahari-

      4 I

        an dari penduduk di daerah 3 - Ulu Kecamatan Seberang Ulu Kotama­ :. dya Palembang.

        Slstem Kemasyarakatan.

        4 Sistem kemasyarakatan yang ada pada penduduk di daerah 3 - Ulu ini

        sehubungan dengan mobilitas penduduk di mana gerak perpindahan pendu­ duk yaitu pendatang baru begitu kecil maka dapat dikatakan bahwa sistem kemasyarakatan terse but belum mengalami perubahan. Sifat kegotong - royongan masih nampak begitu tinggi. Hal ini mungkin di­ sebabkan intimnya pergaulan antara yang satu dengan yang lain. Pekerjaan yang dirasa berat oleh seseorang selalu di atasi oleh bergotong royong.

        4 Sistem kemasyarakatan dari penduduk daerah 3 - Ulu ini yang langsung

        ada hubungannya dengan arsitektur tradisional misalnya diwaktu salah seo­ rang dari penduduk kampung tersebut akan mendirikan bangunan. Ada pa­ da saat-saat tertentu mereta akan mengerjakan rumah yang akan dibangun itu secara bergotong royong. Hal ini terjadi misalnya diwaktu akan mema­ sangkan tiang yang disebut nyagak tiang, atau pada waktu memasang atap. Yang paling menonjol sekali apabila salah seorang dari penduduk kampung tersebut mendapat musibah misalnya kematian maka warga kampung itu akan datang tanda turut berbelasungkawa. Biasanya mereka yang datang itu akan membawa barang atau bahan makanan yang sudah mEmjadi tradisi adalah beras. Mereka pulalah yang akan menyelenggarakan pemakaman sampai selesai. Selanjutnya adalah acara pada malam harinya yaitu takziah dan tahlilan kadang-kadang sampai tiga hari berturut-turut, yang dilanjut­ kan dengan menujuh hari, ngampatpuluh, menyeratus dan menyeribu hari

        7, 40, 100

        (sedekah yang diadakan pada hari ke - dan 1000 hari setelah pe­ makaman). Perlu kami tambahkan di sini bahwa masyarakat suku Palembang pada

        4

        umumnya dan penduduk daerah 3 - Ulu, khususnya mempunyai tingkatan dalam masyarakat menurut tingkatan keturunan. Namun sekarang tingkat­ an itu sudah hampir-hampir tidak nampak lagi pada masyarakat terse but. Tingkatan masyarakat berdasarkan keturunan itu adalah sebagai berikut Keturunan Raden.

        M asagus.

        Keturunan Keturunan Kemas. A Keturunan Kiagus.

        13 Seperti telah dijelaskan di atas tadi bahwa tingkatan keturunan tersebut hampir-hampir tak nampak lagi, kareQa mungtin adanya pergeseran sosial­ ekonomi bagi teluarga yang bersangtutan. Jika dahulunya keluarga itu ter­ masuk orang yang berada, maka setarang keturunan itu sudah jatuh miskin karena sesuatu hal, Sehubungan dengan hal itu maka pandangan masyara­ katpun akan berubah pula terhadap teturunan tadi.

        Sistem Religi dan Sistem Pengetahuan.

        Sebelum tita menginjak pada sistem religi yang langsung ada hubung­ annya dengan arsitektur tradisional, maka ada baiknya jika ditetahui me­ ngenai penganut agama yang ada di daerah atau pada masyarakat 3 -4 Ulu

        I Kecamatan Seberang Ulu Kotamadya Palembang ini berdasartan data

        yang kami peroleh. Agama-agama di daerah tersebut adalah : agama Islam,

        

      agama Protestan, agama Kristen dan agama Budha dengan peri,ncian seba­

        gai berikut :

        

      1) Agama Islam, adalah mayoritas dengan penganutnya sebanyat 11.109

      orang. 2) Penganut agama Protestan berjumlah 52 orang.

        Penganut agama berjumlah orang.

        3) Katholik

        14 4) Penganut agama Budha berjumlah 411 orang.