FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KAYU OLAHAN DI INDONESIA TAHUN 1985 - 2005 SKRIPSI

  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KAYU

OLAHAN DI INDONESIA TAHUN 1985 - 2005

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

  

Oleh

Cornelius Fury

NIM 041324019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008

HALAMAN MOTTO

  ¾

Roda kehidupan selalu berputar, ada kalanya kita berada di atas

da n a da k a la nya k it a be ra da di ba w a h. Sa a t k it a di a t a s ra ihla h k e suk se sa n, t a pi jik a k it a be ra da di ba w a h t a ba h da n t e t a p be rusa ha .

  ¾

Kita mengerti bahw a kita memang tidak sempurna, tapi jangan

t a k ut t e nt a ng ha l it u, k a re na k it a ha rus be rjua ng unt uk ha ri e sok k it a ya ng le bih c e ra h.

  ¾

Jangan takut dengan pengalaman-pengalaman sulit dalam hidup

k it a , k a re na pe nga la m a n m e rupa k a n guru ba gi k it a . T a npa pe nga la m a n hidup t ida k a da a rt inya da n hidup a da la h sua t u pe rjua nga n ya ng t ia da he nt inya .

  ¾

Dikecew akan merupakan suatu hal yang menyakitkan dalam hati

da n hidup k it a . Apa la gi ya ng m e nge c e w a k a n a da la h ora ng t e rde k a t a t a u ya ng pa ling k it a sa ya ngi. M a k a ja nga n pe rna h m e nge c e w a k a n k a la u t ida k ingin dik e c e w a k a n.

  ¾

Jangan mengandalkan emosi dalam menghadapi suatu masalah,

t a pi guna k a n a k a l se ha t (Ra siona lit a s) unt uk m e nye le sa ik a n m a sa la h.

  ¾

Hidup butuh teman, persahabatan dan orang di sekeliling kita.

  K a re na t a npa it u se m ua hidup t ia da a rt inya .

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan SKRIPSI ini untuk : ¾ Tuhan Jesus Kristus yang selalu membimbing dan memberikan rahmatnya hingga terselesaikannya skripsi ini.

  ¾ Kedua orang tuaku ST. Widaya Dewa.Y dan Cicilia Diyasmi, terima kasih atas motivasi dan bantuanya baik spiritual dan material. Tanpa kalian berdua semua ini tidak akan terjadi. Kalian berDUA Anugrah terindah dalam hidup aku dan Orang tua yang baik n sempurna buat aku untuk selamaNYA n tidak pernah akan ada yang bisa gantiin Kalian berDUA di Hati aku.

  ¾ Buat Kakak aku Yustina Ernawati Dewi dan Bos Aris yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan bantuannya selama ini, terima kasih banget ya. Tanpa kalian semua ini tidak akan pernah terjadi.

  ¾

Buat sibah kakung dan simbah putri ( KASDI ) terima kasih atas doanya dan motivasinya selama

ini dan semoga tetap sehat selalu.

  ¾ Buat DEDEK”KU ”AAW ” terima kasih atas dukungan dan motivasinya buat aku selama ini.

  Berkat dirimu hidup aku lebih berati lagi N akirnya kita bisa wisuda bareng. Hobi marah n ngambeknya dikurangi ya, kalau bisa dihilangkan sampe keakar-akarnya. Tapi karena marah n ngambek kamu, aku bisa jadi orang yang sabar terutama dalam menghadapi kamu...he..he..he. Kamu memang ” tercipta untuk KU ” dan anugrah terindah dari Tuhan buat aku.

  ¾ Buat Mbak JekQlin, Mas Icuk n Jelot(BEJO), makasih atas semua saran, dukungan n bantuanNYA selama ini, baik dalam kuliah maupun dalam hal yang lain n buat BEJO cepet nyusul ya, kuliah”nya jangan lama-lama.

  ¾

Buat teman aku Yogi Murwanto, terima kasih buanget atas bantuan, motivasi, dukungan kamu

selama ini, tanpa campur tangan dari kamu semua ini tidak mungkin selesai secepat ini. Aku doakan kamu dapat menggapai CINTA kamu selama ini ”Semangat”.

  ¾

Buat Sigit JKP, cepet nyusul ya n Buat Tutik, Ratna, Serr, Rosa terima kasih atas dukungan n

bantuannya slama ini.

  ¾ Buat adek-adek angkatan 2005-2007 terima kasih atas kerja samanya selama ini n buat Dek MoniQ CS (2006) terima kasih atas bantuan n kerja sama nya.

  ¾ Dan buat temen-temen yang belum dapat saya sebutkan terima kasih atas bantuan n kerja samanya selama ini buat aku. AMIN.

  

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR

KAYU OLAHAN DI INDONESIA TAHUN 1985 - 2005

  Cornelius Fury 041324019

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2008 Tujuan penelitian ini untuk: (1) melihat perkembangan ekspor kayu olahan di

  Indonesia, (2) melihat pengaruh nilai harga kayu olahan tingkat nasional terhadap ekspor kayu olahan di Indonesia, (3) melihat pengaruh nilai luas hutan terhadap ekspor kayu olahan di Indonesia, (4) melihat pengaruh nilai kebijakan pelarangan ekspor kayu gelondongan terhadap ekspor kayu olahan di Indonesia dan (5) melihat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terhadap ekspor kayu olahan di Indonesia.

  Pengolahan data dalam penelitiaan ini adalah penelitiaan kuantitatif. Sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari Departemen Kehutanan, Bank Indonesia, serta literatur lain yang mendukung. Penelitiaan ini mempergunakan teknik analisis data regresi linier berganda, dan variabel dummy.

2 Nilai koefisien (R ) diperoleh hasil sebesar 0.707, yang menunjukan pengaruh

  variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 70,7% , sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi menyatakan bahwa variabel independen yaitu, (1) nilai harga kayu olahan

  linear berganda

  tingkat nasional mempengaruhi perkembangan nilai ekspor kayu olahan, (2) nilai luas hutan mempengaruhi perkembangan nilai ekspor kayu olahan dan (3) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan nilai ekspor kayu olahan. Sedangkan untuk variabel independen kebijakan pelarangan ekspor kayu gelondongan mempergunakan teknik variabel dummy, kesimpulan yang dapat diambil kebijakan pelarangan ekspor kayu gelondongan mempengaruhi perkembangan nilai ekspor kayu olahan.

  Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan: (1) Pemerintah hendaknya dapat menjaga kestabilan harga kayu olahan di dalam negeri, (2) Pemerintah hendaknya dapat menggalakkan program reboisasi dan (3) Pemerintah hendaknya dapat mempertahankan pelaksanaan kebijakan pelarangan ekspor kayu gelondongan.

  

ABSTRACT

FACTORS INFLUENCING EXPORT OF TIMBER IN INDONESIA IN

1985-2005

  Cornelius Fury 041324019

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  2008 The aims of this research are to find out: (1) the development of exported timber in

  Indonesia, (2) the influence of timber’s price at national level towards exported timbers in Indonesia, (3) the influence of the width of forest towards exported timber in Indonesia, (4) the influence of prohibition policy about exported wood toward exported timber in Indonesia and (5) the influence of rupiah exchange woods to US dollar in exporting the timber in Indonesia.

  This research is a quantitative research. The data are secondary data collected from various sources, such as from Forestry Department, Bank Indonesia, and other supporting literature. This research uses double linear Regression and Dummy variable in analysing the data.

  The result of this research shows that the coefficient value is 0.707, it means that the influence of the independent variable towards dependent variable is 70.7%, while the rest is influenced by other factors. The conclusion which can be drawn from the analysis by using double linear Regression is that the independent variable shows that (1) the price of national timber influences the price of exported timber, (2) the width of forest influences the development of the price of exported timber, and (3) rupiah exchange rate woods to US dollar influences the development of exported timber’s is price. Whereas the independent variable namely the policy of prohibition of expoited wood which uses dummy variable technique, influences the development of the price of exported timber.

  From the result of this research, it is advised that (1) the government should keep the stability of the price of timber in Indonesia, (2) the government should encourage the Reforestation program, and (3) the government should keep the implementation of the policy exported prohibition for timber.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat, karunia, serta penyertaan-Nya, penyusunan skripsi dengan judul ”FAKTOR-

  

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KAYU OLAHAN DI INDONESIA

TAHUN 1985 – 2005” ini dapat terlaksana dengan lancar. Penyusunan skripsi merupakan

  salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.

  Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan pihak–pihak lain, penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati maka penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

  Ekonomi dan juga sebagai dosen pembimbing I, atas semua bimbingan dan pengarahan yang diberikan dari awal sampai akhir dalam proses penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak Yohanes Maria Vianney Mudayen S.Pd, selaku dosen pembimbing II, atas semua bimbingan serta pengarahan yang diberikan dari awal sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. P. A Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing Akademik angkatan 2004 Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah banyak membantu proses penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Indra Darmawan S.E., selaku Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah banyak membantu proses penyusunan skripsi ini.

  6. Ibu Dra. Wigati Retno Astuti, M.Si selaku Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi atas semua kritik dan saran yang diberikan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.

  7. Mbak Titin, Mbak Aris, dan Pak Wawik yang selama ini telah membantu penulis di dalam mengatur urusan administrasi selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma ini.

  8. Segenap karyawan di UPT Perpustakaan Mrican Sanata Dharma, atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

  9. ST.Widaya Dewa.Y dan Cicilia Diyasmy , selaku orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik spiritual maupun material, motivasi sehingga berhasil mengantarkan penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini.

  10. Yustina Ernawati Dewi dan Yustinus Aris (Bos Aris ) selaku kakak penulis terima kasih atas semua motivasi dan bantuan baik spiritual maupun material yang telah diberikan kepada penulis sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  11. The Best All crew in Pendidikan Ekonomi 2004.....Erisius Erimayanto ***Teresia Susanti**** Asteria Tri Hatminingsih **** Yogi Murwanto ”Yova cakep”**** Yanuarius Esti **** Christina Suryanti **** Rosalia Candra **** Maria Dwi Retno Sari**** Elvrida. N **** Caesilia Puji Astuti **** Dyah Nareswari**** Krismal Aswandi **** Enrico Bayu **** Sigit Jaka ”Katrok **** Neni Listanti

  • Adisti Ari Wardhani **** Ratna Yulita **** Petrus Satrio Prakoso**** Yanti Adriana Saketu **** Meldawati Silalahi **** Asih Suryaning Hastuti **** Yuliana Bertha **** Is Rahayu **** Maria Aquina Jumung **** Hadrianus **** Yohanes Manggotu **** Sri Rahayu **** Kristin Nugraheni **** Leni Widiyati****, terima kasih teman atas perjuanngan yang kita lalui semua dan kita tetap menjadi orang yang dapat diandalkan bagi semua.

  12. Teman – teman pendidikan ekonomi 2000 – 2003 n adik adik ku angkatan 2005- 2007 thanks atas pangalamanya n dukungannya dalam penyusunan skripsi ini, n “carilah ilmu sebanyak mungkin selagi kau bisa”.

  13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah memberikan segala bentuk bantuan, serta dukungan sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar.

  Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan sedangkan kekurangan adalah milik

  Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi manusia. ini. Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima segala bentuk kritikan maupun saran yang diberikan demi kebaikan, kemajuan serta perkembangan skripsi ini.

  Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan selamat membaca.

  Yogyakarta, 01Juni 2008 Penulis

  Cornelius Fury

  DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

MOTTO........................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................. vi HALAMAN HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... vii

ABSTRAK....................................................................................................... viii

ix ABSTRACT......................................................................................................

  KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xviii

DAFTAR KURVA.......................................................................................... xx

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxi

  BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8

  D.

  Tujuan Penelitian........................................................................ 9 E. Manfaat Penelitian...................................................................... 9

  

BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 11

A. Sumber Daya Hutan di Indonesia........................................... 11 1. Manajemen Pengelolaan Hutan ........................................... 11 2. Potensi Sumber Daya Hutan di Indonesia............................ 23

B. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Kayu Olahan

di Indonesia .............................................................................. 24

  1. Produksi Kayu Olahan di Indonesia ...................................... 24 2.

  Konsumsi Kayu Olahan di Indonesia ................................... 26

  C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kayu Olahan di Indonesia .............................................................................. 26

  1. Harga Kayu Olahan Nasional ................................................ 28

  2. Luas Hutan di Indonesia ........................................................ 32

  3. Kebijakan Pelarangan Ekspor Kayu Gelondongan................. 36

  4. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat ............. 39

  D. Penelitian terdahulu ................................................................. 46

  E. Kerangka Pemikiran ............................................................... 47

  F. Hipotesis..................................................................................... 49

  

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 50

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 50 B. Jenis Dan Sumber Data.............................................................. 50 C. Waktu Penelitian........................................................................ 51 D. Variabel Penelitian..................................................................... 52 E. Teknik Analisis Data ................................................................. 53

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.................................... 62

A. Analisis Data............................................................................. 62

  1. Pengujiaan Prasyarat Regresi ............................................... 62

  2. Pengujian Linearitas ............................................................ 64

  3. Pengujiaan Asumsi Klasik ................................................... 67

  4. Pengujiaan Statistik…………………………. ..................... 72

  B. Pembahasan............................................................................ 78

  1. Perkembangan Ekspor Kayu Olahan di Indonesia .............. 78

  2. Pengaruh Harga Kayu Nasional Terhadap Ekspor Kayu Olahan di Indonesia tahun 1985 - 2005 ............................. 81

  3. Pengaruh Luas Hutan Terhadap Ekspor Kayu Olahan di Indonesia Tahun 1985 - 2005 ......................................... 83

  4. Pengaruh Kebijakan Pelarangan Eksor Kayu

  Gelondongan di Indonesia…………………………. 86 5.

  Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dólar Amerika Serikat Terhadap Ekspor Kayu Olahan …………………….. 89 BAB V PENUTUP ....................................................................................

   92

  1. Kesimpulan………………………………………….. 92 2. Saran ............................................................................

  95 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

  DAFTAR TABEL Hal

  Tabel I.1 PDB Kehutanan………………………………………………… 6 Tabel II.2 Volume Ekspor Produk Kayu Olahan………………………….

  7 Tabel II.1 Komposisi Tata Guna Hutan ..................................................... 23 Tabel II.2 Potensi Kehutanan di Indonesia ................................................. 24 Tabel II.3 Produksi Kayu Olahan di Indonesia ........................................... 25 Tabel II.4 Konsumsi Kayu Olahan di Indonesia .......................................... 26 Tabel II.5 Perkembangan Ekspor Kayu Olahan di Indonesia ...................... 27 Tabel II.6 Harga Kayu Olahan Nasional dan Internasional ......................... 30 Tabel II.7 Data Luas Hutan di Indonesia ..................................................... 32 Tabel II.8 Data Luas Hutan di Dunia ........................................................... 33 Tabel II.9 Skema Sertifikasi Kehutanan ...................................................... 36 Tabel II.10 Produksi Kayu Bulat dari Hutan Alam Produksi ....................... 37 Tabel II.11 Tujuan Kebijakan Pelarangan Ekspor Kayu Gelondongan ........ 39 Tabel II.12 Nilai Ekspor Kayu Olahan Terhadap Nilai Tukar US Dolar...... 45 Tabel IV.1 Pengujiaan Normalitas................................................................. 62 Tabel IV.2 Descreptive Statistic .................................................................... 63 Tabel IV.3 Pengujiaan Linearitas .................................................................. 65

  Tabel IV.4 Hasil Pengujiaan Multikolinearitas .............................................

  67 Tabel IV.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas .......................................... 69 Tabel IV.6 Hasil Pengujiaan Autokorelasi ...................................................... 71 Tabel IV.7 Hasil Koefisien Regresi Ganda.................................................... 73 Tabel IV.8 Hasil Uji F hitung........................................................................ 76

  2 Tabel IV.9 Hasil R ....................................................................................... 77

  Tabel IV.10 Perkembangan Ekspor Kayu ..................................................... 80 Tabel IV.11 Harga Kayu Olahan Tingkat Nasional…………………………… 82 Tabel IV.12 Data Luas Hutan di Indonesia .... ............................................... 84 Tabel IV.13 Volume Ekspor Kayu Gelondongan .........................................

  87 Tabel IV.14 Nilai Ekspor Kayu Olahan Terhadap Nilai Tukar US$...............

  90

  DAFTAR KURVA

  Grafik II.1 Kurva Perdagangan Kayu Olahan.............................................. 31 Grafik II.2 Kurva Permintaan Valuta Asing................................................. 43 Grafik II.3 Kurva Penawaran Valuta Asing.................................................. 44

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar II. 1 Piramida

  Piramida dari “Good Forest Governance”…………………… 12

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang A. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai wilayah hutan

  yang cukup luas dan merupakan negara terpenting sebagai penghasil berbagai kayu bulat tropis dan kayu gergajian, kayu lapis dan hasil kayu lainnya, serta pulp untuk pembuatan kertas. Hasil produksi hutan Indonesia mempunyai comparative

  advantage (keunggulan komparatif) terhadap negara-negara lain dan sebagian

  dari hasil produksi produk hutan diekspor ke negara lain dan produk kayu merupakan penghasil devisa utama dari sektor non migas.

  Lebih dari setengah hutan di Indonesia dialokasikan untuk produksi kayu. Oleh karena itu, kayu tropis merupakan salah satu komoditi hasil hutan yang strategis sebagai bahan baku industri di dalam negeri dan penghasil devisa dari sektor non migas. Sebagian besar produksi kayu Indonesia digunakan untuk kepentingan domestik dan harganya umumnya jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasar internasional. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak terjadi penyelundupan kayu atau perdagangan kayu illegal (illegal trade).

  Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu dari hutan. Untuk memenuhi kebutuhan industri

  2 Kerusakan hutan diperparah lagi dengan semakin maraknya pembalakan tidak resmi (illegal logging), pembukaan perkebunan kelapa sawit yang sangat luas yang dilakukan oleh pengusaha perkebunan, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan.

  Pada tahun 1997, sektor kehutanan dan pengolahan kayu menyumbang 3,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan ekspor kayu lapis, pulp dan kertas nilainya mencapai 5,5 miliar dolar. Jumlah ini nilainya hampir setengah dari nilai ekspor minyak dan gas, dan setara dengan hampir 10 persen pendapatan ekspor total. Pada waktu itu sektor kehutanan mengalami pertumbuhan yang hebat dan menggerakkan ekspor bagi perekonomian, tetapi ekspansi ini dicapai dengan mengorbankan hutan karena praktek kegiatan kehutanan yang sama sekali tidak lestari. Industri pengolahan kayu di Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 80 juta meter kubik kayu tiap tahun untuk memasok kebutuhan industri penggergajian, kayu lapis, pulp dan kertas. Jumlah kayu yang dibutuhkan ini jauh lebih besar daripada yang dapat diproduksi secara legal dari hutan alam dan HTI. Akibatnya, lebih dari setengah pasokan kayu di Indonesia diperoleh dari pembalakan ilegal (Kompas, 2006).

  Pada tahun 2004, sektor kehutanan dan pengolahan kayu menyumbang 3,5 persen terhadap PDB (Product Domestik Bruto), dan ekspor kayu lapis, pulp dan

  3 permasalahan di sektor kehutanan misalnya pemerintah melalui Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 1132/KPTS-II/2001 dan Nomor 292/MPP/Kep/10/2001 tentang Penghentian Ekspor Kayu Bulat/Bahan Baku Serpih pada 8 Oktober 2001 (Dephut, 2004).

  Dalam pasal 2 SKB tersebut dinyatakan kayu bulat adalah bagian dari pohon yang dipotong menjadi batangan atau batang-batang bebas cabang dan ranting, mempunyai ukuran diameter minimal 30 cm dan panjang tidak dibatasi dari semua jenis kayu yang termasuk dalam nomor Tarif Pos HS 4403. Bahan baku serpih adalah kayu yang mempunyai ukuran diameter 29 cm ke bawah dan panjang tidak dibatasi dari semua jenis kayu termasuk dalam nomor Tarif Pos HS 4403 sampai dengan HS 4404. Larangan ekspor log tersebut kemudian diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 tahun 2002 tentang “Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan”. Dengan tegas sejak 8 Oktober 2001 ekspor kayu bulat dan bahan baku serpih resmi dilarang. Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, sebagai akibat dari penebangan hutan yang tak terkendali, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun

  4 Akibat lainnya, Indonesia juga kehilangan aneka macam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan rusaknya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, mengakibatkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia, karena sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan (Siagian, 2006).

  Perusahaan-perusahaan bidang kehutanan tumbuh pesat termasuk pemilik Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Dengan alasan memacu pertumbuhan ekonomi nasional hutan dibabat tanpa henti. Sedangkan upaya rehabilitasi berlangsung sangat lambat. Secara tak sadar akibat kegiatan penebangan hutan mencapai tahap yang sangat memprihatinkan. Berbagai bencana alam di dalam negeri tidak kurang penyebabnya dari kerusakan hutan. Kekeringan, banjir, longsor hampir seluruhnya akibat kondisi hutan yang semakin terganggu.

  Upaya yang dilakukan pemerintah dengan berbagai kebijakan untuk mengendalikan kerusakan hutan tidak sedikit termasuk pelarangan ekspor kayu

  5 sangat marak, baik lewat darat maupun laut hingga saat ini. Apalagi permintaan di luar negeri sangat tinggi, akibatnya pembalakan liar (illegal logging) yang sekaligus satu paket dengan penyelundupan. Atas dasar itu, pemerintah melalui Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 1132/KPTS-II/2001 dan Nomor 292/MPP/Kep/10/2001 tentang Penghentian Ekspor Kayu Bulat/Bahan Baku Serpih pada 8 Oktober 2001.

  Luas kawasan hutan yang dikuasai negara saat ini mencapai areal seluas 120,35 juta hektar. Di dalamnya terdapat hutan produksi seluas 43,95 juta hektar, yang terdiri dari 16,21 juta hektar hutan produksi terbatas dan 27,74 juta hektar hutan produksi. Adapun hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 13,67 juta hektar. Selain itu, masih ada bermacam kawasan hutan, seperti hutan lindung (3,3 juta hektar), hutan konservasi (23,2 juta hektar), dan hutan suaka alam serta hutan wisata (keduanya seluas 1,5 juta hektar). Sumbangan kehutanan kepada pembentukan Product Domestic Bruto (PDB) nasional relatif kecil, rata-rata 1,61% per tahun dalam periode 1995-2003. Sebagai bagian dari sektor pertanian, dalam periode tersebut, kehutanan menyumbang sekitar 10,01% per tahun kepada pembentukan PDB pertanian. Sektor pertanian sendiri menyumbang rata-rata

  6

  Tabel I.1 PDB Kehutanan 1995-2003 Tahun PDB (miliar Rp) Kontribusi (%) Kehutanan Pertanian Nasional (2)/(4) (2)/(3) (3)/(4) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  

1995 6303,6 61766,8 383767,6 1,6 10,21 16,09

1996 6444,1 63827,8 413798,0 1,6 10,10 15,42

1997 7189,8 64468,0 433245,9 1,7 11,15 14,88

1998 6580,7 63609,5 376375,0 1,7 10,35 16,90

1999 6288,1 64985,2 379352,3 1,7 9,68 17,13

2000 6388,9 6620809 398017,3 1,6 9,65 16,63

2001 6556,2 67318,5 411753,6 1,6 9,74 16,35

2002 6682,2 68669,7 426942,9 1,6 9,73 16,08

2003 6658,9 70374,4 444453,8 1,5 9,46 15,83

2004 6657,8 70373,2 432521,7 1,4 9,45 15,80

2005 6655,9 70372,1 422520,6 1,4 9,38 15,75

2006 6565,7 69421,2 410320,2 1,3 8,50 15,65

2007 6565,6 68395,5 400210,0 1,3 8,49 15,52

Sumber:

  • Pendapatan Nasional Indonesia, 1998-2001, BPS
  • Statistik Indonesia, 1999, dan 2001, BPS
  • Tahun 2000-2003 dari sumber : Statistik Indonesia 2003, BPS Keterangan : 1) Atas dasar harga konstan 1983 Kayu merupakan penghasil devisa terbesar setelah minyak dan gas bumi.

  Perkembangan total perdagangan ekspor hasil industri kehutanan pada periode tahun 1985-2004, penerimaan dari ekspor industri kehutanan berkembang dengan pertumbuhan rata-rata 6,61% per tahun. Secara perlahan namun pasti kontribusi devisa yang cukup besar dari produk kayu lapis (wood panel) beralih ke produk

  pulp & paper

  . Namun demikian, pendapatan ekspor dari pulp & paper tidak banyak berubah pada tiga tahun terakhir.

  Nilai ekspor kayu olahan pada tahun Produk ekspor kayu olahan dari Indonesia diekspor ke berbagai negara terutama negara Asia seperti Jepang,

  7

  3

  negara Singapura dengan volume mencapai 10.929 m , atau 88% dari total volume ekspor kayu gergajian. Produk kayu lapis (plywood), terbesar diekspor ke

  3

  negara Jepang sebesar 354.455 m , setara dengan 38% dari total volume ekspor kayu lapis (Dephut, 2004).

  Tabel I.2 Volume Ekspor Produk Kayu Olahan Tahun 2004 Produk Kayu Volume Nilai Negara Tujuan Olahan (m3) (Juta US $) Utama Yang diekspor Plywood 930.354 315,21 Jepang (38%)

Kayu gergajian 12.314 5,19 Negara Asia (88%)

Woodworking 153.900 66,52 Jepang (42%) Blockboard 407.945 34,05 Afrika (61%) Pulp 660.945 105,67 Singapura (53%) Kertas 208.774 162,51 Asia (60%) Chipwood 42.348 1,65 Taiwan (100%) Sumber: Dephut, 2004

  Devisa yang diperoleh dari ekspor produk kayu lapis tampak mengalami penurunan sejak tahun 1990. Beberapa produk yang semula mengalami peningkatan nilai ekspornya, seperti produk wood working dan wooden furniture tampak mengalami penurunan pada kurun waktu yang berbeda. Pendapatan dari ekspor produk wood working mengalami penurunan setelah tahun 1994, sedangkan produk wooden furniture mengalami rebound pada tahun 1999.

  Berdasarkan pada latar belakang yang peneliti sampaikan maka ekspor kayu merupakan salah satu sumber pendapatan negara baik dari devisa maupun dari

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana perkembangan nilai ekspor kayu olahan di Indonesia tahun 1985 – 2005 ?

  2. Apakah nilai harga kayu olahan tingkat nasional mempengaruhi ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005 ?

  3. Apakah nilai luas hutan berpengaruh terhadap ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005 ?

  4. Apakah nilai kebijakan ekspor kayu gelondongan berpengaruh terhadap ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005 ?

  5. Apakah nilai tukar rupiah terhadap dolar mempengaruhi ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005 ?

  C. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini, dibatasai dalam perkembangan ekspor kayu olahan, harga kayu olahan tingkat nasional mempengaruhi ekspor kayu olahan, luas hutan berpengaruh terhadap ekspor kayu olahan, kebijakan ekspor kayu gelondongan berpengaruh terhadap ekspor kayu olahan, nilai tukar rupiah terhadap dolar mempengaruhi ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005.

D. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui perkembangan ekspor kayu olahan di Indonesia tahun 1985 – 2005.

  2. Untuk mengetahui pengaruh harga kayu olahan tingkat nasional terhadap ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005.

  3. Untuk mengetahui pengaruh luas hutan terhadap ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005.

  4. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan ekspor kayu gelondongan terhadap ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005.

  5. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap ekspor kayu olahan tahun 1985 – 2005.

E. Manfaat Penelitian

  Hasil Penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak – pihak antara lain:

  1. Bagi Pemerintah Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan yang menyangkut ekspor kayu dalam peningkatan kesejahteraan masayarakat serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.

  2. Bagi Peneliti Dapat sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuaan

  4. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil Penelitian ini dapat menambah referensi koleksi perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang berguna bagi para Mahasiswa/i Sanata Dharma serta pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kayu olahan di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sumber Daya Hutan di Indonesia

1. Manajemen Pengelolaaan Hutan di Indonesia

  Selama kurang lebih 50 tahun, hutan alam di Indonesia mengalami penyusutan secara drastis. Diperkirakan telah terjadi pengurangan penutupan hutan dari 162,3 juta ha di tahun 1950 menjadi sekitar 105 juta ha di tahun 2000. Laju deforestasi diperkirakan sebesar 2 juta ha per tahun. Kontribusi illegal logging terhadap deforestasi belum diketahui secara pasti namun dapat diperkirakan sekitar 2.5 juta ha hutan menjadi areal tebangan secara ilegal (Nugraha, 2004).

  Perubahan hutan menjadi perkebunan merupakan komponen terbesar sekitar 2,4 juta ha selama periode 1985-1997, yang berkontribusi dalam berkurangnya tutupan hutan di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi (Dephut, 2000). Deforestasi adalah salah satu bentuk nyata dari sebuah kesalahan manajemen hutan di Indonesia, di samping faktor alami lainnya yang tidak terhindarkan. Seperti disebutkan oleh Mubariq Ahmad bahwa permasalahan kehutanan seringkali ditimbulkan oleh faktor yang datangnya justru jauh dari hutan itu sendiri. Tata Kepengurusan hutan (Forest Governance) yang lemah membawa implikasi serius terhadap kondisi hutan. Kebijakan serta prakondisi pengelolaan hutan lestari perlu diciptakan oleh semua pihak termasuk institusi yang terlibat di dalamnya. (Menurut Maynard, B. 2003) Pengelolaan yang sesuai dengan kelestarian lingkungan, dalam piramida berikut;

  

(5)Verifikasi PHL]. Tersedia alat

verifikasi Pengelolaan Hutan Lestari

(PHL)

  

(4)Promosi/Extentions]. Adanya Promosi PHL

kepada Konsumen

  

(3) Instrumen]. Adanya instrumen

untuk insentif dan disinsentif (“carrot and stick”)

  

[(2) Kebijakan/policy PHL]. Tersedianya Kebijakan/peraturan

yang mendukung PHL

  

(1) Peran/Role]. Adanya peran di antara stakeholder dan institusi

dalam kerangka negosiasi pengunaan lahan dan hutan

[Pondasi]. Dijaminnya hak kepemilikan (property tenure right).

  

Kondisi pasar dan investasi. Mekanisme kerjasama denga sektor lain yang

berpengaruh. Pengakuan terhadap Institusi penting (Pemerintah,Social

kemayarakatan dan sektor

  Gambar 1. Piramida dari “Good Forest Governance”. Sumber : Mayer et al, 2003 a. Pondasi Pondasi ini merupakan prasyarat yang mempengaruhi Good

  Forest Goverance

  tetapi tidak berada dalam kontrol sektor kehutanan. Pondasi tersebut meliputi dasar-dasar demokrasi, hak asasi manusia serta peraturan perundangan yang diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat. Kebutuhan akan sektor kehutanan yang dijalankan oleh beberapa institusi kehutanan diakui oleh masyarakat. Pengakuan ini sangatlah penting menyangkut masalah peran dan kewenangan. Kondisi ini tidak berada dalam kontrol sektor kehutanan saja namun peran politik pemerintah, baik pusat maupun daerah, terutama pada era desentralisasi sangat dominan. Penting tidaknya peran sektor Kehutanan sangat tergantung dari skala “proritas” yang ditetapkan oleh pemerintah setempat. Seperti terjadi pada masa transisi desentralisasi, dimana terjadi kesimpangsiuran koordinasi diantara agen-agen pemerintah, seperti pada kasus terjadinya tarik menarik distribusi kewenangan terhadap hutan.

  Hal tersebut telah menyebabkan tekanan yang kuat kepada hutan untuk menjadi sumber pendapatan daerah, dimana kebijakan yang dibuat tidak berpihak kepada kelestarian ekonomi, sosial dan lingkungan. Kebijakan ekonomi makro dari pemerintah perlu diselaraskan dengan rencana nasional dan regional, seperti:

  Penyesuaian struktural ini penting terutama dalam konteks desentralisasi dimana perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam menangani berbagai isu lintas sektoral (contoh: kebijakan tata ruang) akan sangat menentukan arah kebijakan khususnya di bidang kehutanan. Hutang dan kredit macet sektor kehutanan diperkirakan berjumlah 20 Milyar US $ dalam 10 tahun terakhir.

  Penetapan harga kayu yang cenderung mengikuti harga pasar, banyak berpengaruh terhadap nilai ekonomi hutan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi perbaikan mutu pengelolaan hutan oleh HPH melalui sertifikasi hutan dimana faktor pembiayaan dalam Pengelolaan Hutan Lestari terdiri yang dari perbaikan Internal dan biaya sertifikasi sangat tergantung dari harga kayu dan pasar yang menerimanya (Fajari, 1997).

  Kondisi ekonomi dan finansial hutan dalam wilayah operasi sektor kehutanan perlu dipahami oleh stakeholder. Pemahaman ini seringkali tidak muncul, dimana banyak kebijakan yang hanya beroientasi jangka pendek, dan seringkali distribusi manfaat ekonomi hanya dikalkulasi sebagai hasil kayu semata, sehingga semua pihak hanya berkonsentrasi pada bidang ini dan melupakan manfaat hutan lainnya.

  Dasar atau pondasi pemahaman manfaat hutan oleh stakeholder seringkali diluar kendali sektor kehutanan itu sendiri. Selain itu permasalahan hak kepemilikan sebagaimana dijelaskan dalam bagian sebelumnya, dimana perlu kejelasan, terdokumentasi dan tidak diskrimantif, menjadi permasalahan yang hingga kini belum terselesaikan.

  Konteks internasional juga merupakan bagian penting yang berpengaruh terhadap sektor kehutanan dan tidak sebaliknya.

  Beberapa konvensi dan kewajiban internasional yang berdampak positif atau negatif seringkali belum tersosialisasikan pada

  stakeholder

  yang relevan. Sebagai contoh, dengan spesifik kasus untuk Indonesia adalah terjadinya penebangan hutan di areal kehutanan yang tidak terkontrol sehingga kondisi pasar investasi dan perdagangan sektor kehutanan merupakan faktor dasar lainnya yang berpengaruh terhadap pengelolaan sektor kehutanan, namun di luar kontrol sektor kehutanan masih ada faktor lain seperti masalah penebangan liar dan perdagangan kayu secara liar merupakan salah satu bentuk dari tidak imbangnya permintaan pasar dengan produksi kayu.

  Kebijakan rendahnya nilai jual kayu dalam negeri juga telah menyebabkan adanya penyelundupan kayu ke luar Indonesia. Selain perdagangan kayu lapis telah berhasil menghilangkan hambatan pasar dan kartel. Namun demikian mekanisme pasar yang diterapkan dalam alokasi pemanfaatan hutan sulit untuk mencapai tujuan redistribusi manfaat hutan (Kartodiharjo, 1999). Permasalahan lain yang terjadi adalah kebebasan investasi asing dalam kemudahan perijinan perkebunan besar yang cenderung merusak hutan karena hanya mengejar Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) saja dengan pola tebang habis ( Kartodiharjo, 1999).

  b.

  Elemen-1 (Peran/Role) Keberadaaan peran dari stakeholder dan institusi terbentuk dan bernegosiasi sangat diperlukan dalam mengembangkan peran yang seimbang dalam pengelolaan hutan. Di samping peran-perannya diakui, kapabilitas sektor kehutanan juga perlu dikembangkan dalam rangka memberi ruang yang seimbang dalam bernegosiasi dengan para stakeholder. Peran-peran ini dalam konteks pengelolaan hutan di Indonesia masih belum berkembang dengan baik. Berbagai konflik diantara stakeholder masih sering terjadi, pihak swasta dengan pemerintah, sebagai contoh kasus ketidakjelasan status kawasan pengusahaan hutan yang dikelola oleh pemerintah (Nugraha, 1996).

  Kasus yang sama juga terjadi antara pihak swasta dengan swasta, Pemungutan Hasil Hutan (HPHH). Permasalahan yang juga sering timbul di lapangan adalah antara pihak swasta dan masyarakat disekitar hutan terutama berkaitan dengan kurangnya komunikasi diantara keduanya dalam menegosiasikan bentuk pengelolaan hutan yang mereka sepakati. Akses terhadap informasi merupakan masalah kritis yang perlu di pertimbangkan dalam meningkatkan kapasitas negosiasi dari pihak-pihak tersebut. Pada kondisi komunikasi yang cukup visi dan misi serta kemajuan pengelolaan hutan yang lestari dapat disampaikan kepada pihak lain secara kontinyu.

  Dasar struktur institusi yang terkait dengan pengelolaan hutan dan hak-hak pengambilan keputusan dan kewenangannya dihormati dan disetujui oleh semua pihak. Hal ini penting mengingat dalam sebuah konflik yang tidak kunjung selesai, diperlukan sebuah kewibawaan institusi untuk menyelesaikannya, agar dampak konflik pengelolaan hutan tersebut tidak merugikan (merusak) kondisi hutan itu sendiri. Peran-peran yang seimbang ini dapat diformulasikan dalam bentuk kerjasama dan kemitraan (Collaborative and

  Partnership ) yang adaptif.

  c. Elemen-2 (Kebijakan/Policies) Pada kondisi Ideal, elemen ini terdiri dari komponen penting meliputi visi peran dan struktur dari institusi dalam sektor kehutanan kebijakan pemerintahan. Proses-proses yang terkait dengan penetapan kawasan hutan. Penetapan yang jelas terkait dengan hak pengelolaan hutan yang didasarkan pada persetujuan dengan pihak/hak lain (informed consent).