AGAMA ETNIS ETNIS TIONGHOA TIONGHOA TIONGHOA DALAM DALAM DALAM PENINGKATAN PENINGKATAN PENINGKATAN EKONOMI EKONOMI EKONOMI DI DI DI KELURAHAN KELURAHAN MELAYU MELAYU BARU BARU BARU KECAMATAN KECAMATAN KECAMATAN WAJO WAJO WAJO KOTA KOTA KOTA MAKASSAR MAKAS
ETIKA ETIKA ETIKA ETIKA AGAMA AGAMA AGAMA AGAMA ETNIS ETNIS ETNIS ETNIS TIONGHOA TIONGHOA TIONGHOA TIONGHOA DALAM DALAM DALAM DALAM PENINGKATAN PENINGKATAN PENINGKATAN PENINGKATAN EKONOMI EKONOMI EKONOMI EKONOMI
DI DI DI DI KEL. KEL. KEL. KEL. MELAYU MELAYU MELAYU MELAYU BARU BARU BARU BARU KEC.KEC.
KEC. KEC. WAJO WAJO WAJO WAJO KOTA KOTA KOTA KOTA MAKASSAR MAKASSAR MAKASSAR MAKASSARSkripsi Skripsi Skripsi Skripsi
DiajukanDiajukan Diajukan Diajukan untuk untuk untuk untuk Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Salah
Salah Salah
Salah SatuSatu Satu Satu Syarat Syarat Syarat Syarat Meraih Meraih Meraih Meraih Gelar Gelar Gelar Gelar Sarjana Sarjana Sarjana Sarjana Sosiologi Sosiologi Sosiologi Sosiologi (S.Sos) (S.Sos) (S.Sos) (S.Sos) Jurusan Jurusan Jurusan Jurusan Perbandingan Perbandingan Perbandingan Perbandingan Agama Agama Agama Agama pada pada pada pada Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas Ushuluddin Ushuluddin Ushuluddin Ushuluddin dan dan dan dan Filsafat Filsafat Filsafat Filsafat
UIN UIN UIN UIN Alauddin Alauddin Alauddin Alauddin Makassar Makassar Makassar Makassar
Oleh:
Oleh:
Oleh: Oleh:
NUR NUR NUR NUR FITRAWAN FITRAWAN FITRAWAN FITRAWAN
NIM NIM NIM NIM :::: U. U. U. U. 30
30
30 3022220010 0010 0010 0010777700001616
16
16 FAKULTAS FAKULTAS FAKULTAS FAKULTAS USHULUDDIN USHULUDDIN USHULUDDIN
USHULUDDIN DAN
DAN DAN DAN FILSAFAT FILSAFAT FILSAFAT FILSAFAT UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS ISLAMISLAM
ISLAM
ISLAM NEGERI NEGERI NEGERI NEGERI
(UIN) (UIN) (UIN) (UIN) ALAUDDIN ALAUDDIN ALAUDDIN ALAUDDIN MAKASSAR MAKASSAR MAKASSAR MAKASSAR
201 201 201 2011111
PERNYATAAN PERNYATAAN PERNYATAAN PERNYATAAN KEASLIAN KEASLIAN KEASLIAN KEASLIAN SKRIPSI SKRIPSI SKRIPSI SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh dinyatakan batal demi hukum.
Makassar, 14 April 2011 Penyusun,
NUR NUR NUR NUR FITRAWAN FITRAWAN FITRAWAN FITRAWAN NIM NIM NIM NIM :::: U. U. U. U. 30
30
30 3022220010 0010 0010 00107777000016
16
16
16
PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PERSETUJUAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PEMBIMBING PEMBIMBING
NUR NUR FITRAWAN, FITRAWAN,Pembimbing penulisan Saudara NUR NUR FITRAWAN, FITRAWAN, NIM: U.30200107016, mahasiswa Program Studi Sosiologi Agama Jurusan Perbandingan Agama pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama
ETIKA ETIKA AGAMA AGAMA
meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul, ETIKA ETIKA AGAMA AGAMA
ETNIS ETNIS ETNIS ETNIS TIONGHOA TIONGHOA TIONGHOA DALAM TIONGHOA DALAM PENINGKATAN DALAM DALAM PENINGKATAN PENINGKATAN PENINGKATAN EKONOMI EKONOMI EKONOMI EKONOMI DI DI DI DI KELURAHAN KELURAHAN KELURAHAN KELURAHAN
MELAYU MELAYU MELAYU BARU MELAYU BARU BARU BARU KECAMATAN KECAMATAN KECAMATAN KECAMATAN WAJO WAJO WAJO WAJO KOTA KOTA KOTA KOTA MAKASSAR MAKASSAR,,,, memandang MAKASSAR MAKASSARbahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk munaqasyah. diajukan ke sidang Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.
Makassar, 14 April 2011
Dosen Dosen Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing IIII Pembimbing Pembimbing Dosen Pembimbing Dosen Dosen Dosen Pembimbing Pembimbing Pembimbing II
II II
II Dr. Dr. Dr. Indo Dr. Indo Indo Santalia Indo Santalia,,,, M. Santalia Santalia M. M. M.Ag Ag.... Ag Ag Wahyuni, S.Sos, Wahyuni, Wahyuni, Wahyuni, S.Sos, S.Sos, S.Sos, M.Si. M.Si. M.Si. M.Si.
NIP. 19621231 199703 2 003 NIP. 19701013 199903 2 001
PENGESAHAN PENGESAHAN PENGESAHAN SKRIPSI PENGESAHAN SKRIPSI SKRIPSI SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Etika Agama Etnis Tionghoa dalam Peningkatan Ekonomi di Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo Kota Makassar”, yang disusun oleh saudara NUR FITRAWAN, NIM: U.30200107016, mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji yang diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal 20 April 2011 bertepatan dengan tanggal 16 Jumadil Awal 1432 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi dengan beberapa perbaikan.
Makassar,
20 April 2011 M
16 Jumadil Awal 1432 H
DEWAN DEWAN PENGUJI DEWAN DEWAN PENGUJI PENGUJI PENGUJI
Ketua : Drs. Ibrahim, M.Ag. (………..…..) Sekretaris : Dra. Hj. A. Nirwana, M.HI. (………..…..) Munaqisy I : Drs. H. Darwis Muhdina, M.Ag. (………..…..) Munaqisy II : Drs. M. Hajir Nonci M.Sos.I. (………..…..) Pembimbing I : Dr. Indo Santalia, M.Ag. (………..…..) Pembimbing II : Wahyuni, S.Sos. M.Si. (………..…..)
Diketahui Oleh: Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar
Prof. Dr. Prof. Prof. Prof. Dr. Dr. Dr. H.
H.
H. Arifuddin Ahmad Arifuddin Arifuddin Ahmad,,,, M. Ahmad Ahmad M. M. M.Ag Ag Ag Ag NIP: NIP: 19691205 19691205 199303 199303 001 001 NIP: 19691205 NIP: 19691205 199303 199303 1111 001 001
KATA KATA PENGANTAR PENGANTAR
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
H. Arifuddin Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia. Shalawat dan salam, kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan para Sahabat, serta kepada umatnya yang akan selalu setia mengikuti petunjuk- petunjuknya hingga ke akhir zaman, amin.
Dengan taufik, rahmat dan hidayah-Nya penulis telah menyelesaikan Skripsi ini sebagai bentuk perjuangan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Perbandingan Agama Program Studi Sosiologi Agama
Etika Etika Agama Agama Etnis Etnis
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, dengan judul Etika Etika Agama Agama Etnis Etnis
Tionghoa Tionghoa Tionghoa dalam Tionghoa dalam dalam Peningkatan dalam Peningkatan Ekonomi Peningkatan Peningkatan Ekonomi Ekonomi Ekonomi di di di Kelurahan di Kelurahan Melayu Kelurahan Kelurahan Melayu Baru Melayu Melayu Baru Kecamatan Baru Baru Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Wajo Wajo Kota Kota Makassar MakassarWajo Wajo Kota Kota Makassar Makassar sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Perbandingan Agama Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Muslimin Sakka dan Ibu Wardanriani Dahyar, selaku orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dorongan spiritual, moril dan materil kepada penulis selama menuntut ilmu di UIN Alauddin Makassar hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT, MS., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
4. Ibu Dra. Hj. Andi Nirwana, M.HI., Selaku Ketua Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
5. Ibu Wahyuni, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi.
6. Ibu Dr. Indo Santalia, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, yang telah memberikan pengetahuannya selama penulis kuliah.
8. Seluruh Karyawan dan Staf Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis selama ini.
9. Bapak Kepala Kelurahan Melayu Baru beserta para Staf, atas data-data dan
10. Bapak dan Ibu yang menjadi informan peneliti, atas kesediaannya untuk diwawancara dan atas data-data yang telah diberikan sehingga membantu terselesaikannya skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat penulis di Jurusan Perbandingan Agama angkatan 2006, Ifah, Rustam, Akbar, Musik, Mabni, Ja’far, Nur Ramadhan dan Ngali Al-Furqan, atas dorongan semangat, kerjasama dan persahabatannya selama ini yang tidak akan terlupakan.
12. Kepada adik-adik tercinta, yang selalu memberikan kecerian, canda tawa, inspirasi dan semangatnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT. selalu memberikan balasan yang terbaik kepada semuanya. Dan semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada para pembaca umumnya, amin.
Makassar, 14 April 2011 Penulis
NUR NUR NUR NUR FITRAWAN FITRAWAN FITRAWAN FITRAWAN NIM :::: U. NIM NIM NIM U. U. 30 U. 3022220010
30 30 0010 0010 00107777000016
16
16
16
DAFTAR ISI DAFTAR DAFTAR DAFTAR
ISI
ISI
ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................................... . ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... . iii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv KATA PENGANTAR.................................................................................... v DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. viii DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. x ABSTRAK ………………………………………………………………… xi
BAB BAB
BAB IIII :::: PENDAHULUAN BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………….
1 B. Rumusan dan Batasan Masalah ……………………………..
8 C. Defenisi Operasional ………………………………………...
8 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………….
10 E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………...
11 F. Metodologi Penelitian ………………………………………..
17 G. Garis-garis Besar Isi Skripsi ………………………………….
20 BAB BAB BAB
BAB II II :::: GAMBARAN II II GAMBARAN LOKASI GAMBARAN GAMBARAN LOKASI PENELITIAN LOKASI LOKASI PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kel. Melayu Baru Kec. Wajo Makassar ..
22 B. Sistem Pemerintahan Kel. Melayu Baru Kec. Wajo Makassar
23 C. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kel. Melayu Baru Kec. Wajo Makassar..............................................................
24 D. Sistem Pendidikan dan Kebudayaan Masyarakat Kel. Melayu Baru Kec. Wajo Makassar.......................................................
26 E. Agama dan Kepercayaan Masyarakat Kel. Melayu Baru Kec. Wajo Kota Makassar...............................................................
28 BAB BAB
BAB III BAB III :::: ETIKA III III ETIKA ETIKA ETIKA AGAMA AGAMA AGAMA ETNIS AGAMA ETNIS TIONGHOA ETNIS ETNIS TIONGHOA TIONGHOA TIONGHOA
1. Etika Menurut Agama Buddha........................................ .
63
DAFTAR DAFTAR DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA ……………………………………………………….
80 DAFTAR
79 B. Saran ………………………………………………………….
BAB V V V V :::: PENUTUP PENUTUP PENUTUP PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………...
71 BAB BAB BAB
68 C. Tinjauan Islam Terhadap Etika Bisnis Etnis Tionghoa..........
2. Prinsip Agama Khonghucu dalam Mengumpulkan dan Menggunakan Kekayaan..................................................
63
1. Prinsip Agama Buddha dalam Mengumpulkan dan Menggunakan Kekayaan...................................................
57 B. Prinsip Agama Etnis Tionghoa dalam Mengumpulkan dan Menggunakan Kekayaan..........................................................
30 2. Etika Menurut Agama Khonghucu...................................
BAB IV IV IV IV :::: POLA POLA POLA POLA PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN PEREKONOMIAN PEREKONOMIAN PEREKONOMIAN MELALUI MELALUI MELALUI MELALUI ETIKA ETIKA ETIKA ETIKA AGAMA AGAMA AGAMA AGAMA A. Sejarah Perkembangan Bisnis Etnis Tionghoa Makassar..........
51 BAB BAB BAB
46 D. Pandangan Etnis Tionghoa Terhadap Etika Agama Mereka......
42 2. Etika Agama Khonghucu dalam Pengembangan Ekonomi..
42 1. Etika Agama Buddha dalam Pengembangan Ekonomi.......
35 C. Etika Agama Etnis Tionghoa dalam Pengembangan Ekonomi..
32 2. Dasar Utama Etika Agama Khonghucu............................
32 1. Dasar Utama Etika Agama Buddha..................................
31 B. Dasar Utama Etika Agama Etnis Tionghoa.............................
81 LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN -LAMPIRAN -LAMPIRAN -LAMPIRAN
DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR TABEL TABEL TABEL TABEL
4. Tabel 4 : Jumlah sekolah, murid dan guru Kel. Melayu Baru
7. Tabel 7 : Distribusi Penduduk Kel. Melayu Baru menurut agama
28
6. Tabel 6 : Distribusi Penduduk Kel. Melayu Baru menurut etnis
27
5. Tabel 5 : Jenjang pendidikan masyarakat Kel. Melayu Baru
27
26
Halaman
3. Tabel 3 : Mata pencaharian penduduk Kel. Melayu Baru
25
non-produktif
2. Tabel 2 : Penduduk menurut usia sekolah, produktif dan
24
1. Tabel 1 : Distribusi Penduduk menurut umur dan jenis kelamin
29
ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK
Nama Penulis : NUR FITRAWAN NIM : 30200107016 Judul Skripsi : ETIKA AGAMA ETNIS TIONGHOA DALAM PENINGKATAN
EKONOMI DI KELURAHAN MELAYU BARU KECAMATAN WAJO KOTA MAKASSAR Skripsi ini adalah suatu kajian ilmiah yang membahas tentang Etika Agama
Etnis Tionghoa dalam Peningkatan Ekonomi di Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo Kota Makassar. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui etika agama etnis Tionghoa yang berpengaruh terhadap perilaku bisnis dan usaha etnis Tionghoa sehingga mereka mampu meraih keberhasilan dan kesuksesan. Dan juga untuk mengetahui bagaimana pandangan etnis Tionghoa mengenai etika agama mereka tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan etika agama etnis Tionghoa dan peranannya dalam pengembangan usaha dan bisnis mereka secara sistematis, faktual dan akurat.
Keberhasilan dan kesuksesan usaha etnis Tionghoa saat ini tidak terlepas dari ajaran agama mereka mengenai etos kerja dan pengembangan moral individu. Hal ini terlihat dari keyakinan mereka bahwa di samping perencanaan, kepandaian dan kerja keras, nasib dan bakti terhadap ajaran agama adalah faktor penentu keberhasilan suatu usaha. Etika agama etnis Tionghoa yang berpengaruh dalam peningkatan dan pengembangan ekonomi mereka adalah : 1). Etika agama Buddha, yaitu : ajaran
uthana-sampada/bekerja keras,
tentang hukum karma; prinsip-prinsip ekonomi (
arakha-sampada/menabung, kalyana-mitta/teman yang baik, samajivitta/usaha
saddha/keyakinan, sila/jauh dari perbuatanbenar); dan ajaran moral Buddha (
cagga/baik hati, panna/pandangan terang). 2). Etika agama Khonghucu,
terlarang, yaitu : Tripusaka/ San Da De (Zhi/arif bijaksana, Ren/cinta kasih, Yong/keberanian); dan Delapan Kebajikan/ Ba De (Xiao/bakti, Ti/rendah hati, Zhong/setia, Xin/dapat dipercaya, Li/susila, Yi/kebenaran, Lian/hati suci, Chi/tahu malu).
BAB BAB BAB
BAB IIII PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. A. A. Latar A. Latar Belakang Latar Latar Belakang Belakang Belakang Bangsa Tionghoa merupakan suatu kelompok masyarakat yang memiliki
bermacam-macam legenda, misteri dan tradisi yang telah mengakar kuat turun- temurun. Seringkali orang Tionghoa sendiri tidak tahu apa yang sesungguhnya mendasari tingkah laku dan kebiasaan mereka tersebut. Semua itu sudah terbentuk sejak berabad-abad yang lalu dan mereka tetap mempertahankan ajaran yang
Bangsa Tionghoa adalah bangsa yang masih dapat mempertahankan tradisi serta kepercayaannya. Namun pada waktu yang bersamaan mampu menyesuaikan diri dalam abad modern seperti sekarang ini. Mereka biasanya dianggap masih kuno, karena banyak aktifitas sehari-hari mereka yang masih dipertahankan sesuai dengan tradisi lama nenek moyang mereka. Tradisi banyak diejawantahkan dalam bentuk sikap dan bukan pernyataan, dalam nuansa perilaku dan dalam kegiatan tertentu dan bukan dalam diskusi terbuka yang membahas benar dan tidaknya suatu masalah. Ini dapat dilihat pada kantor berperalatan modern dan berteknologi tinggi yang untuk memenuhi tuntutan jiwa yang menentukan 1 Thomas Liem Tjoe,
(Cet. II; Jakarta: Rahasia Sukses Bisnis Etnis Tionghoa di Indonesia MedPress, 2008), hal. 53. 2 adalah bagian dari Taoisme yang mengajarkan bahwa alam tersusun harmonis
Feng-shui
atas lima unsur yakni kayu (mu), api (huo) , tanah (tu), logam (cin) dan air (shui). Di antara kelima
unsur ini, salah satunya dapat menjadi elemen yang mempengaruhi peruntungan menurut periode keberuntungan lokasi. Ini menyebabkan kembali ke peradaban yang tradisional
Di balik kemisteriusan orang-orang Tionghoa itu sudah tentu mereka punya keunggulan. Sebab kalau tidak, jelas tidak mungkin bisa berhasil dalam bisnis hingga saat ini. Melihat bagaimana bangsa Tionghoa ini berhasil melampaui masa-masa sulitnya, tidak salah kalau kita mulai lebih serius mempelajari apa kiat mereka sehingga mampu dan berhasil melakukan usaha?
Di Indonesia, pelaku bisnis etnis Tionghoa terkenal sebagai pekerja keras, hemat dan ulet serta memiliki perencanaan jangka panjang dan bukan orientasi pada keuntungan tinggi yang segera didapat. Hal ini menjadi salah satu rahasia keberhasilan usaha etnis Tionghoa. Mereka juga percaya bahwa untuk berhasil seringkali harus terlebih dahulu melakukan pengorbanan dan investasi. Di samping perkara manajemen tersebut, etnis Tionghoa memiliki kebijaksanaan yang dikembangkan sejak nenek moyangnya turun-temurun hingga sekarang sebagai
Sorta Riana Pakpahan dalam penelitiannya mengenai “Etika Bisnis Konfusian dan Kesuksesan Pengelolaan Perusahaan Etnis Cina di Indonesia (Perusahaan Kecap menyimpulkan bahwa etika bisnis Konfusian yang diterapkan dalam
peningkatan menurut feng-shui adalah bisnis yang berkaitan dengan elemen tanah dan logam (T. Liem
Tjoe, 2008, 74). 3 S. Gordon Redding, (Cet. I; Jakarta: Abdi Tandur, 1994), hal. 41. 4 Jiwa Kapitalisme Cina 5 Thomas Liem Tjoe, op. cit ., hal. 55.Sorta Riana Pakpahan, “Etika Bisnis Konfusian dan Kesuksesan Pengelolaan Perusahaan mengelola perusahaan kecap Bango di bawah kepemimpinan Eppy Kartadinata telah memberikan pengaruh pada kesuksesan pengelolaan perusahaan tersebut.
Kesuksesan tersebut dapat terlihat dari meningkatnya omzet penjualan, bertambahnya luas pabrik, bertambahnya jumlah karyawan, serta bertambahnya luas wilayah penjualan kecap Bango.
Prinsip-prinsip etika bisnis berdasarkan Konfusian yang khusus digunakan Eppy adalah :
1. Prinsip li (ritual dan tata krama). Artinya, setiap karyawan harus bekerja dengan baik sesuai dengan peran dan peranannya masing-masing dalam perusahaan. Dalam prinsip ini, terkandung pula makna untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
2. Prinsip yi (peri-keadilan). Artinya, perusahaan kecap Bango tidak semata- mata mencari keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Tetapi, juga ingin memberikan keuntungan bagi para konsumennya. Keuntungan itu adalah kualitas produk maupun tingkat harga yang terbaik. Dengan kata lain, perusahaan menerapkan prinsip “konsumen adalah raja”.
3. Prinsip xiao (bakti anak pada orang tua) yang merupakan akar dari prinsip ren (peri-kemanusiaan). Eppy mengakui bahwa ia bisa menguasai cara pembuatan kecap dan menjalankan bisnis kecap Bango karena rasa hormat
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008), hal. 65-67. dan baktinya pada orang tua. Jika bukan karena rasa cintanya pada ibunya, saat ini tentu ia tidak akan menjadi pengusaha sukses.
Rasulullah SAW pernah bersabda : Artinya : Dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang
keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali (HR. At-
Rasulullah menganjurkan kepada kaum muslimin agar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, bahkan hingga keluar dari daerah sendiri apabila ilmu yang dicari berada di daerah lainnya. Beliau juga kemudian menganggap mereka yang bepergian demi menuntut ilmu sebagai yang berjuang di jalan Allah dan menjamin bagi mereka pahala dan berkah dari Allah SWT. Melihat perkembangan dan peningkatan yang dialami oleh negeri Tiongkok sejak dahulu hingga saat ini dan juga masyarakatnya yang berimigrasi dan mayoritas berhasil di negara lain, maka selayaknyalah Tiongkok dan etnis Tionghoa menjadi salah satu sintesa dalam menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan saat ini, di samping negara di Timur-Tengah, Eropa ataupun Amerika.
Negeri Tiongkok merupakan salah satu negara di dunia yang dikenal berperadaban tua, yang mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknnologi yang bermanfaat bagi manusia seperti kertas, obat-obatan, ilmu kelautan dan 6 perikanan, dan ilmu strategi perang Sun-Tzu. Ia juga mampu menghasilkan filsafat sebagai hasil pemikiran manusia sejak abad ke-7. Hal tersebut ditandai dengan
Konfusianisme dan Taoisme, juga berkembangnya ajaran
munculnya ajaran Walaupun memiliki banyak perbedaan, ketiga ajaran tersebut dapat berkembang bersama-sama dengan baik di negeri Tiongkok dan bahkan saling melengkapi dan menggenapi ajaran masing-masing.
Ketiga ajaran tersebut menampilkan corak pengetahuan yang lebih bersifat ke dalam (diri). Artinya, persoalan yang ingin dipecahkan oleh manusia bukan terletak di luar diri manusia itu sendiri, yang bertujuan membangun kearifan dan
(wisdom). Dalam paham Konfusianisme dijelaskan bahwa
kebijaksanaan pengetahuan intuitif melampaui rasio (akal), sehingga berusaha mendapatkan pengetahuan langsung dari Tuhan. Kata kuncinya adalah kesucian dan kearifan seseorang hingga meraih intuisi. Sementara, dalam ajaran Taoisme, manusia diajarkan untuk hidup sesuai dengan alam dengan menjaga harmoni, yakni Sedangkan, Buddhisme memandang bahwa kebenaran itu akan semakin tampak jika dirasakan dan dihayati, sehingga kebenaran tertinggi tidak dapat diraih seseorang dengan panca inderanya. Sejauh
7 Wawan Susetya, Cina Menuju Super Power (dalam Cakrawala Pemikiran Islam, Barat dan Jawa) (Bantul: Media Insani, 2010), hal. 18 8 Konsep ini disebut konsep dan Keduanya adalah aspek yang saling berlawanan yin yang.
dan sama-sama mempengaruhi segala aspek kehidupan. Yin bersifat gelap, pasif, perempuan, teduh,
basah dan negatif. Sedangkan bersifat terang, aktif, laki-laki, panas, kering dan positif (Ikhsan
Yang pengetahuan tentang kebenaran itu dikonstruksi oleh akal, hanya akan menghasilkan kebenaran yang relatif.
Seorang motivator terkenal, Mario Teguh mengisahkan pengalamannya Kebiasaannya menggunakan sepeda motor butut sering dicela oleh salah seorang kawannya, yang kebetulan memakai sepeda motor baru. Namun, ia tidak marah dan merasa dendam, sebab yang terpenting bukan sepeda motor bututnya tetapi bagaimana ia mampu ‘menghadirkan’ sesuatu yang penting bagi orang lain. Ini jelas mengisyaratkan bahwa motivasi intrinsik (semangat yang bersifat ke dalam) telah merasuk ke dalam jiwa Mario. Dan dengan motivasi intrinsiknya itu, ia mampu bangkit untuk mengoptimalkan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia bekerja keras dan pantang menyerah. Sekian puluh tahun kemudian, ketika Mario telah menjadi Direktur salah satu bank swasta, dengan mengendarai mobil mewah, ia pulang kampung. Ia pun bertemu lagi dengan kawan lamanya, yang dulu sering mencelanya. Yang mengherankan, kawan lamanya itu tetap menggunakan sepeda motornya yang dulu, yang kini tentu telah usang.
Dari kisah di atas, kita dapat melihat sebuah kenyataan bahwa ada orang yang tidak memiliki keyakinan atas dirinya dan ada pula orang yang memiliki keyakinan atas kemampuan dirinya. Demikianlah, rasa percaya diri, kerja keras, tangguh dan pantang menyerah adalah merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan ini. 9
Kisah kawan Mario Teguh tersebut, saat ini banyak menimpa sebagian umat Islam. Kemiskinan dan kebodohan menguasai mereka karena kehilangan sifat dinamis, tidak mau berusaha mengembangkan diri agar dapat keluar dari kesengsaraan. Mereka ingin kaya, tetapi tidak menempuh proses untuk menjadi kaya. Mereka tidak mau bekerja keras, hanya pandai mengkhayal dan penuh dengan angan-angan hampa. Bahkan, sebagian mereka tidak lagi mengindahkan petunjuk Rasulullah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, yang menjamin kesejahteraan dunia dan akhirat, rohani dan jasmani.
Padahal Rasulullah SAW sendiri merupakan profil orang yang sukses berbisnis dan sering mengajarkan serta menganjurkan kerja keras kepada umatnya.
Bekerja untuk mencapai berkah Allah, melepaskan diri dari kemiskinan, meningkatkan taraf hidup dan harga diri merupakan nilai ibadah yang esensial di hadapan Allah SWT. Bagi orang muslim, bekerja dan sukses menjadi kaya materi dan rohani merupakan cara yang hakiki untuk mencapai ridha Allah. Bukan hanya untuk Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taubah/9 : 105 :
Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-
Artinya :
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
10 Danang Sunyoto,
Mengapa Banyak Orang Cina Kaya dan Berhasil? : Dalam Bisnis
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
Setiap pribadi muslim seharusnya meyakini bahwa nilai iman akan terasa hikmahnya jika secara nyata dimanifestasikan dalam amal shaleh dan tindakan kreatif serta prestatif, tidak cukup diterjemahkan hanya dengan percaya kepada Allah semata. Bagi umat Islam, dunia adalah tempat untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya dan kelak akan dinikmati hasilnya di akhirat. Artinya, umat Islam harus kaya agar bisa berbuat banyak dan bermanfaat bagi muslim lain yang kekurangan.
Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk mengkaji dan menggambarkan kondisi etnis Tionghoa yang sukses meningkatkan taraf hidup mereka dan hubungannya dengan nilai-nilai agama yang mereka jalankan, seperti etos kerja yang tinggi, pantang menyerah, telaten, disiplin, efisien, hemat waktu, menepati janji dan bisa dipercaya. Dan pada dasarnya, nilai-nilai yang diamalkan oleh etnis Tionghoa dalam mewujudkan kesuksesan bisnisnya, merupakan nilai-nilai yang bersifat universal dan dapat dijumpai hampir di semua bangsa dan agama, sehingga diharapkan dengan membaca dan memahami hasil penelitian ini, para pembaca dapat menemukan dan menggali etika agama etnis Tionghoa yang mempengaruhi kesuksesan mereka, yang ternyata memiliki kesinkronan dengan etika dan nilai-nilai agama masing-masing pembaca. 11 Departemen Agama RI, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media,
Syaamil Al-Qur’an Tajwid
B.
B.
B. Rumusan dan Rumusan Rumusan dan dan Batasan dan Batasan Batasan Masalah Batasan Masalah Masalah Masalah
B. Rumusan
Dalam masalah ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang akan menjadi rumusan masalah dan akan dibahas selanjutnya, yaitu :
1. Apa saja etika agama etnis Tionghoa yang berpengaruh dalam peningkatan ekonomi dan bisnis etnis Tionghoa di Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo Kota Makassar?
2. Bagaimana pandangan etnis Tionghoa di Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo Kota Makassar terhadap etika agama mereka? C.
C. Definisi Definisi Operasional Operasional C.
C. Definisi Definisi Operasional Operasional
Untuk memudahkan pemahaman penulis dan pembaca dalam menginterpretasi judul Etika Agama Etnis Tionghoa dan Peningkatan Ekonomi di Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo Kota Makassar, maka terlebih dahulu penulis mendefinisikan kata-kata dari judul yang dianggap penting dan merupakan variabel dari penelitian ini.
Dalam agama Buddha kata etika sering pula dijelaskan dengan kata Sila, yang berarti hal-hal yang berkenaan dengan perbuatan baik. Sila merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama, mencakup semua perilaku dan sifat-sifat baik,
yang termasuk ajaran moral dan etika Taoisme sendiri mendefinisikan etika sebagai perbuatan yang benar. Berjalan pada jalan kebenaran, akan menjamin
Adapun etika yang dimaksud penulis di sini adalah nilai-nilai yang dilaksanakan etnis Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari. Yakni gaya hidup mereka yang sederhana, pantang menyerah, dapat dipercaya dan selalu berpikir positif, sikap kekeluargaan dan persaudaraan mereka dengan sesama etnis Tionghoa, sikap bersahabat dan toleran dengan etnis dan pemeluk agama lainnya, serta sikap mereka yang selaras dengan alam. Terkait pula dengan keyakinan mereka terhadap
karma (hukum sebab-akibat), Yin dan Yang (keseimbangan hidup) dan wu-
konsep
wei (tanpa tindakan), pelaksanan ibadah baik yang bersifat berkelanjutan ataupun
aksidental, dan perayaan hari raya besar yang memiliki makna penting bagi mereka.Etnis adalah bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, Adapun etnis Tionghoa adalah suatu kelompok sosial yang terdiri dari sekumpulan orang-orang Tionghoa perantauan dan juga yang
12 B. Subhapanno Thera, “Moral Etik dalam Agama Buddha”, disampaikan pada penataran
guru-guru dan pengajar sekolah minggu se-Kaltim (11 April 2007). .
manggalajaya.com/index.php?option=com (Diakses 03 Januari 2011). 13 M. Ikhsan Tanggok, (Cet II; Jakarta: UIN Jakarta Press,Mengenal Lebih Dekat Agama Tao 2010), hal. 115. 14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Edisi II; Jakarta: Kamus Besar Bahasa Indonesia telah lama menetap di Indonesia, terutama di Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo Kota Makassar sebagai tempat penelitian penulis.
Ekonomi menurut pandangan agama Buddha, mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu-ilmu etika. Perlu diingat bahwa agama Buddha tidak menentang manusia mencari kekayaan untuk memenuhi kebutuhannya. Sang Buddha dalam beberapa khotbahnya menerangkan bahwa materi adalah penting dalam kehidupan kita.
Tetapi materi bukanlah satu-satunya tujuan yang harus dikejar-kejar dengan semua cara, materi sebaiknya digunakan sebagai sarana penunjang untuk mendapatkan kebahagiaan spiritual yang lebih tinggi.
Adapun ekonomi yang dimaksud di sini adalah segala daya dan upaya seseorang untuk menghasilkan materi, sehingga mereka memiliki penghidupan yang sejahtera. Lebih penting dari itu, pencapaian dalam bidang ekonomi membuat mereka merasa dihargai, memiliki tujuan hidup, menghasilkan sebuah prestasi dan juga bisa memberi manfaat bagi komunitas dan agamanya, serta masyarakat di sekitarnya. Singkatnya, pencapaian ekonomi merupakan awal dari banyak pencapaian, baik aspek sosial maupun aspek agama.
D.
D.
D. Tujuan Tujuan dan Tujuan dan dan Kegunaan dan Kegunaan Penelitian Kegunaan Kegunaan Penelitian Penelitian Penelitian 1.
D. Tujuan
1. Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian
1. Tujuan Penelitian Penelitian 15 Y.M. Bhikkhu Suguno, “Pandangan Agama Buddha tentang Ekonomi” (June, 1, 1998).
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui etika agama etnis Tionghoa yang berpengaruh dalam peningkatan ekonomi dan bisnis etnis Tionghoa di Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui pandangan etnis Tionghoa terhadap etika agama mereka dan pengaruhnya terhadap peningkatan ekonomi dan bisnis mereka.
2. Kegunaan Kegunaan Penelitian Penelitian 2.
2.
2. Kegunaan Kegunaan Penelitian Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah ;
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan. Khususnya terhadap ilmu Sosiologi Agama yang mengkaji fenomena sosial keagamaan dan interaksi antar umat beragama dalam masyarakat.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi para pelaku ekonomi, agar lebih bersemangat dalam memajukan perekonomian Indonesia dengan mencontohi perilaku bisnis etnis Tionghoa tanpa menanggalkan prinsip-pinsip hidup atau keagamaan yang dianutnya.
E. Tinjauan Pustaka E.
E. Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka Pustaka
E. Tinjauan
Penelitian mengenai etika agama etnis Tionghoa dalam meningkatkan
The Protestant Ethic
ekonominya ini terinspirasi dari tesis Max Weber yang berjudul
and The Spirit of Capitalism. Dalam bukunya tersebut, Weber menyatakan bahwa
semangat kapitalisme mengandung komponen-komponen berikut :
1. Modal tetap yang diinvestasikan untuk memproduksi barang keperluan sehari-hari.
2. Organisasi kapital yang mempunyai buruh lepas, namun menjunjung tinggi disiplin.
3. Pemisahan modal bisnis dan anggaran rumah tangga.
4. Pembukuan dan laporan yang rasional untuk keuntungan jangka panjang.
5. Struktur hukum dan administrasi yang rasional 6. Rasionalisasi kehidupan perekonomian dalam spirit kebersamaan.
Semangat kapitalisme, sebagaimana ungkapan Benjamin Franklin bahwa - waktu adalah uang, kredit adalah uang, uang itu bersifat berkembang dengan pesat, kejujuran menambah kredit dan berfoya-foya dengan apa yang dipegang adalah – meningkatkan produktivitas kerja manusia dengan meningkatkan intensitas pekerjaannya. Semakin giat dan banyak ia bekerja maka akan semakin banyak pendapatan dan pencapaian yang dihasilkan. Pendapatan itu selain untuk memenuhi kebutuhan bisa juga kemudian digunakan sebagai modal dan bukan untuk kesenangan dan berfoya-foya yang tentunya akan menyebabkan kerugian besar. 16 S. Gordon Redding, (Cet. I; Jakarta: Abdi Tandur, 1994), hal. 9. 17 Jiwa Kapitalisme Cina
Stanislav Andreski, Max Weber : Kapitalisme, Birokrasi dan Agama (Cet. I; Yogyakarta: PT Weber menilai hal tersebut di atas berhubungan dengan konsep Calling (panggilan) dalam Protestan. Panggilan menurut Protestan (yang diwakili oleh Martin Luther, Calvin dan Richard Baxter) bukanlah dengan kehidupan monastis (membiara) yang bisa berarti penolakan kewajiban di dunia ini sebagai hasil egoisme diri, dengan tindakan menyingkir dari kewajiban-kewajiban di dunia. Sebaliknya, panggilan adalah sesuatu yang harus diterima sebagai peraturan keilahian, peraturan yang harus dipatuhi oleh manusia. Maka, kerja dalam aspek panggilan
Dunia ada untuk melayani kemuliaan Tuhan, dan orang-orang Kristen terpilih di dunia hanya dimaksudkan untuk memuliakan Tuhan dengan mematuhi firman- firman-Nya sesuai dengan kemampuan masing-masing pribadi. Di samping itu, Tuhan menghendaki adanya pencapaian sosial dari orang-orang Kristen sebab Tuhan menghendaki kehidupan sosial orang-orang Kristen semacam itu harus dikelola menurut firman-firman-Nya, sesuai dengan tujuan-tujuan kehidupan tadi. Ini kemudian dilakukan dengan kerja dalam suatu panggilan hidup yang dapat melayani kehidupan duniawi dan masyarakatnya. Dengan bekerja, orang-orang Kristen memperoleh kepercayaan diri sebagai yang terpilih dan dengan sendirinya menghilangkan sikap keragu-raguan keagamaan serta memberi kepastian akan perolehan rahmat.
18 Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (Cet. I; Surabaya: Pustaka
Berharap menjadi miskin adalah sama dengan berharap menjadi tidak sehat, hal itu tidak bisa dibenarkan sebagai pemujaan terhadap karya atau pekerjaan dan merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan. Khusus mengenai perbuatan mengemis, pada saat ketika manusia sebenarnya bisa bekerja, perbuatan itu tidak hanya merupakan suatu dosa karena sikap malas, akan tetapi juga merupakan kehancuran suatu kewajiban dari kasih persaudaraan menurut Protestan.
Protestan lebih lanjut lagi menerangkan mengenai kekayaan dan perolehannya. Menurut etika, kekayaan tidaklah baik bila merupakan godaan menuju sikap penuh kemalasan dan kenikmatan duniawi yang penuh dosa. Perolehan kekayaan juga tidak baik jika hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kehidupan nanti dengan suka cita dan tanpa kehati-hatian. Akan tetapi, jika itu merupakan pelaksanaan kewajiban dalam suatu panggilan, maka hal itu tidak saja secara moral diperbolehkan, bahkan diperintahkan.
Jika Tuhan menunjukkan kepada salah satu dari umat pilihan-Nya kesempatan secara sah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan jalan lainnya (tanpa perasaan salah dalam jiwa dan jiwa orang lain), maka umat itu harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Jika ia menolaknya, dan memilih cara yang kemungkinan keuntungannya lebih sedikit, ia justru menghilangkan salah satu tujuan dari panggilannya, dan berarti ia telah menolak untuk menjadi pelayan Tuhan, menolak untuk menerima anugerah-Nya
Tesis Weber tersebut di atas kemudian banyak mengilhami peneliti-peneliti lainnya untuk meneliti hubungan agama atau sistem kepercayaan dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu bangsa. Seperti, Robert N. Bellah dan penelitiannya mengenai agama Tokugawa di Jepang dan S. Gordon Redding dengan penelitiannya menganai kapitalisme Cina. Peneliti pun berusaha mengacu pada model Weber tersebut untuk melihat peningkatan ekonomi etnis Tionghoa di Makassar, khususnya di Kelurahan Melayu Baru dan kaitannya dengan etika agama mereka.
Menurut Thomas Liem Tjoe bahwa ciri-ciri usahawan Tionghoa di perantauan pada umumnya merasa tidak punya tanah air, cepat mengadaptasi bahasa dan cenderung mengikuti standar Barat. Namun demikian mereka akan tetap bergerak di antara keluarga mereka sendiri dan bisnis mereka akan tetap dikelola oleh anggota keluarga inti secara eksklusif. Untuk bisa diterima dalam pergaulan yang membantu perkembangan bisnisnya mereka melakukan dua hal penting. Pertama, menjadikan dirinya sebagai pribadi yang kompeten melalui proses belajar yang keras dan terus-menerus. Kedua, menjadikan dirinya pribadi yang supel, memiliki empati,
19 hal. 238. 20 Ibid.,
Untuk sukses mereka memerlukan orang lain atau jaringan bisnis. Mereka percaya bahwa sukses bersifat mutual benefit, timbal balik atau saling menguntungkan. Dan itu harus ditebus dengan kerja keras. Malas adalah kata lain yang amat dihindari dalam hidup mereka. Dari ajaran Konfusius kita tahu pemalasan dianggap keadaannya jauh lebih buruk daripada orang bodoh. Kemalasan adalah pangkal kemiskinan dan menyusahkan orang saja. Mudah menyerah adalah sifat lain yang amat direndahkan, mereka biasanya dianggap pengecut dan cenderung menjadi pengkhianat.
Keberhasilan orang Tionghoa dalam perdagangan berkaitan dengan pandangan dan falsafah hidup yang dipegangnya. Bagi orang Tionghoa hidup adalah
Kerja dalam konteks ini bukan sekadar untuk mendapatkan pendapatan saja, melainkan berusaha meningkatkan taraf dan kualitas hidup serta kedudukan sosial mereka dalam masyarakat. Salah-satunya cara adalah dengan berdagang.
Berdagang dapat menjadikan seseorang lebih bijak, disiplin dan tahan banting. Gabungan kepercayaan, falsafah, pandangan hidup dan pendidikan keluarga, melahirkan pedagang-pedagang Tionghoa yang berjiwa besar yang memiliki ketahanan dari dalam yang kuat. Kegagalan pertama tidak dapat melunturkan semangatnya. Sebaliknya, justru akan membuatnya lebih gigih. Kegagalan kedua dijadikannya sebagai pelajaran, dan kegagalan yang ketiga 21 Ann Wan Seng, (Cet. VIII; Bandung: Hikmah/PT Mizan
Rahasia Bisnis Orang Cina menjadikannya lebih bijak. Kegagalan yang seterusnya akan menguji kesabaran dan ketabahannya.
Melalui perdagangan, seseorang memiliki kesempatan berjumpa dengan berbagai golongan manusia. Hal ini dapat membentuk keterampilan berinteraksi dan menambah pengetahuan berkenaan dengan psikologi manusia. Bagi orang Tionghoa, perdagangan mempunyai tujuan lain selain mencari keuntungan. Orang yang berdagang selalu dikenal oleh banyak orang dan hal ini merupakan pengakuan sosial kepadanya. Golongan pedagang menjadi tempat rujukan untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan kepentingan masyarakat. Mereka juga menjadi donatur bagi segala aktivitas yang berkaitan dengan sosial, pendidikan, keagamaan dan persatuan komunitas. Karena itulah, menjadi satu kesalahan besar jika perdagangan dijadikan sebagai alat untuk cepat kaya tanpa menghiraukan tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan.
Y.M. Bhikkhu Suguno dalam artikelnya Pandangan Agama Buddha tentang
Ekonomi, mengatakan bahwa agama Buddha tidak pernah melarang pengikutnya