KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 72 TAHUN 2002

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA
NOMOR 72 TAHUN 2002
TENTANG
KETENTUAN EKSPOR KAYU BULAT JENIS MERBAU DI PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PROVINSI PAPUA
Menimbang :
a. bahwa t erhent inya ekspor kayu bulat secara nasional khususnya di Provinsi Papua t elah
menimbulkan dampak yang kurang mengunt ungkan t erhadap st abilit as sosial dan ekonomi
masyarakat ;
b. bahwa pelaksanaan eksor kayu bulat di Provinsi Papua dapat membant u Pemerint ah
Daerah dan mit ra kerj a dalam rangka meningkat kan penerimaan devisa, pendapat an
daerah sert a meningkat kan daya saing hasil hut an dengan t et ap memperhat ikan
kelest arian sumber daya hut an sesuai dengan semangat ot onomi khusus bagi Provinsi
Papua;
c. bahwa salah sat u cara unt uk menanggulangi permasalahan sosial dan ekonomi di Provinsi
Papua t ersebut di at as diperlukan adanya kebij akan crash program penyelamat an
invest asi, pengamanan hasil hut an dan pelest arian lingkungan melalui kebij aksanaan
Pemerint ah Daerah t ent ang ekspor kayu bulat j enis merbau di Provinsi Papua;
d. bahwa unt uk maksud t ersebut huruf b dan c perlu dit et apkan dengan Keput usan Gubernur
Provinsi Papua.
Mengingat :

1.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969 t ent ang Pembent ukan Propinsi Ot onom Irian
Barat dan Kabupat en-kabupat en Ot onom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara
Tahun 1969 Nomor 47);

2.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1985 t ent ang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun
1985 Nomor 75);

3.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i
dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49);

4.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 t ent ang Pengesahan Agreement Est ablishing The
World Trade Organizat ion (Perset uj uan Pembent ukan Organisasi Perdagangan Dunia

(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57);

5.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 667);

6.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60);

7.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan ant ara
Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72);

8.

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus Bagi Provinsi Papua

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 135);

9.

Perat uran Pemerint ah Nomor 1 Tahun 1982 t ent ang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan
Lalu Lint as Devisa (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 1);

10. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
54);
11. Keput usan Ment eri Perindust rian dan Perdagangan Nomor 408/ MPP/ Kep/ 1/ 1997
t ent ang Ket ent uan dan Tat a Cara Pemberian Tanda Daf t ar Usaha Perdagangan (TDUP)
dan Surat Ij in Usaha Perdagangan (SIUP);
12. Keput usan Ment eri Perindust rian dan Perdagangan Nomor 317/ MPP/ Kep/ 1/ 1998
t ent ang Penyelenggaraan Waj ib Daf t ar Perusahaan;
13. Keput usan Ment eri Perindust rian dan Perdagangan Nomor 146/ MPP/ Kep/ 4/ 1999
t ent ang Perubahan Lampiran Keput usan Ment eri Perindust rian dan Perdagangan
Nomor 588/ MPP/ 2/ 1998 t ent ang Ket ent uan Umum di Bidang Ekspor.
Memperhat ikan :
1.


Hasil Rapat Koordinasi Dinas Kehut anan Provinsi Papua dengan inst ansi t erkait t anggal
12 Maret 2002 dan t anggal 15 Mei 2002 t ent ang pengkaj ian pelaksanaan ekspor kayu
bulat j enis merbau di Provinsi Papua;

2.

Hasil konsult asi ant ara Pemerint ah Provinsi Papua dengan Depart emen Kehut anan
pada t anggal 12 Maret 2002 mengenai pelaksanaan pembangunan kehut anan Provinsi
Papua pasca pengesahan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi
Khusus Bagi Provinsi Papua;

3.

Hasil audiens ant ara inst ansi t erkait dan pihak keamanan Provinsi Papua dengan
Komisi B DPRD Provinsi Papua pada t anggal 12 April 2002 t ent ang permasalahan st ock
kayu bulat j enis merbau di Provinsi Papua;

4.


Laporan Kepala Dinas Kehut anan Provinsi Papua t ent ang besar nilai t unggakan PSDH
dan DR sert a PBB bidang kehut anan oleh pemegang HPH/ IPK/ IHPHH-MHA dan IPKH
sampai dengan bulan April 2002 unt uk PSDH sebesar Rp. 40, 56 Miliyard, DR sebesar
US$ 13. 34 j ut a dan Rp. 4, 2 milyard sert a PBB bidang kehut anan sebesar Rp. 120
milyard;

5.

Surat Ket ua DPRD Provinsi Papua Nomor 522. 2/ 448 t anggal 24 April 2002 perihal
dukungan t erhadap ekspor kayu bulat merbau;

6.

Surat Gubernur Provinsi Papua yang dit uj ukan kepada Ment eri Perindust rian dan
Perdagangan Nomor 512/ 1447/ SET t anggal 30 April 2002 perihal Permasalahan Ekspor
Kayu Bulat di Provinsi Papua.
M E M U T U SK A N :

Menet apkan: KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA TENTANG KETENTUAN EKSPOR KAYU
BULAT JENIS MERBAU DI PROVINSI PAPUA.

BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
Dalam Keput usan ini yang dimaksud dengan :
1. Kayu bul at adalah bagian dari pohon yang dipot ong menj adi bat angan at au bat ang-bat ang
bebas cabang dan rant ing mempunyai ukuran diamet er minimal 50 cm dan panj ang t idak
dibat asi;

2. Ekspor kayu bulat adal ah usaha perdagangan kayu bulat keluar daerah pabean di wilayah
Republik Indonesia yang dilakukan oleh set iap badan usaha yang t elah mendapat ij in
ekspor;
3. Merbau (int sia sp) adalah j enis kayu dari kelompok merant i yang t ermasuk dalam pos
t arif / HS 4403. 10. 211;
4. Hak Pengusahaan Hut an (HPH)/ Ij in Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) adalah
hak unt uk mengusahakan hut an dalam suat u kawasan hut an yang meliput i kegiat ankegiat an penebangan kayu, permudaan dan pemeliharaan hut an, pengolahan dan
pemasaran hasil hut an sesuai dengan rencana karya pengusahaan hut an menurut
ket ent uan-ket ent uan yang berlaku sert a azas kelest arian hut an dan azas perusahaan;
5. Ij in Pemanf aat an Kayu (IPK) adalah ij in unt uk melaksanakan penebangan dan penggunaan
kayu dari areal hut an yang t elah dit et apkan at au pada areal penggunaan lain unt uk
keperluan pembangunan hut an t anaman at au keperluan non kehut anan;

6. Ij in Hak Pemungut an Hasil Hut an Masyarakat Hukum Adat (IHPHH-MHA) adalah ij in unt uk
melakukan pemungut an, pengolahan hasil hut an di dalam kawasan hut an produksi
masyarakat adat ;
7. Surat Ket erangan Sahnya Hasil Hut an (SKSHH) adalah dokumen milik Depart emen
Kehut anan yang berf ungsi sebagai bukt i legalit as, penguasaan at au pemilikan hasil hut an.
BAB II
ASAL KAYU BULAT DAN KUOTA EKSPOR
Pasal 2
Kayu bulat yang akan diekspor berasal dari HPH/ IUPHHK, IPK dan IHPHH-MHA yang diproduksi
berdasarkan Rencana Karya Tahunan (RKT) dan at au bagan kerj a yang t elah disahkan.
Pasal 3
(1)

Kuot a ekspor kayu bulat j enis merbau unt uk Provinsi Papua dit et apkan sebanyak 350. 000
M3.

(2)

Kewenangan pengat uran alokasi kuot a ekspor pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepal a
Dinas Kehut anan Provinsi Papua.

BAB III
PERSYARATAN DAN PERIJINAN
Pasal 4

(1)

Set iap badan usaha yang akan melaksanakan ekspor waj ib memenuhi persyarat an umum
dan persyarat an khusus.

(2)

Persyarat an umum dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. copy SIUP;
b. copy TDP;

c. copy NPWP;
d. copy Akt a Pendirian Perusahaan/ Koperasi;
e. proses administ rasi maupun keuangan sert a pengendaliannya harus berpusat pada
kant or perusahaan yang berkedudukan di Provinsi Papua.
(3)


Persyarat an khusus dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. copy SK Rencana Karya Tahunan HPH/ IUPHHK at au SK IPK/ IHPHH-MHA;
b. surat pernyat aan bersedia melunasi iuran kehut anan;
c. berit a acara st op opname yang dibuat oleh pet ugas kehut anan Provinsi Papua;
d. laporan t at a usaha kayu dan t at a usaha provisi sumber daya hut an/ dana reboisasi
(PSDH/ DR).
Pasal 5

(1)

Ij in ekspor kayu bulat j enis merbau hanya diberikan kepada Pemegang HPH, IUPHHK, IPK,
IHPHH-MHA.

(2)

Permohonan ij in ekspor kayu bulat j enis merbau dit uj ukan kepada Gubernur Provinsi
Papua dengan t embusan kepada Kepala Dinas Perindust rian dan Perdagangan Provinsi
Papua dan Kepala Dinas Kehut anan Provinsi Papua.


(3)

Ij in ekspor kayu bulat j enis merbau dit erbit kan oleh Gubernur Provinsi Papua set elah ada
rekomendasi dan penet apan kuot a ekspor kayu bulat dari Kepala Dinas Kehut anan
Provinsi Papua.
BAB IV
KEWAJIBAN
Pasal 6

(1)

Ekspor kayu bulat hanya dapat dilaksanakan dengan cara pembayaran sight let t er of
credit (L/ C) melalui Bank Devisa Pemerint ah Provinsi Papua.

(2)

L/ C yang dibuka oleh import ir di luar negeri t idak boleh lebih rendah dari harga pat okan
ekspor (HPE) yang berlaku pada saat L/ C dibuka.

(3)


Produsen/ eksport ir waj ib melunasi dana reboisasi (DR) dan provisi sumber daya hut an
(PSDH) dan at au melalui pemot ongan langsung dari pencairan L/ C.

(4)

Eksport ir kayu bulat waj ib melaporkan rencana ekspor kayu bulat kepada Gubernur
Provinsi Papua melalui Kepala Dinas Kehut anan Provinsi Papua dan Kepala Dinas
Perindust rian dan Perdagangan Provinsi Papua dengan t embusan kepada Kepala Dinas
Kehut anan Kabupat en/ Kot a dan Kepala Dinas Perindust rian dan Perdagangan
Kabupat en/ Kot a.
BAB V
LEGALITAS KAYU

Pasal 7
(1)

Set iap kayu bulat yang akan diekspor, sebelum dit erbit kan dokumen SKSHH ekspor waj ib
dilakukan pemeriksaan keabsahan kayu bulat j enis merbau oleh pet ugas kehut anan yang
dit unj uk Kepala Dinas Kehut anan Provinsi Papua.

(2)

Penerbit an dokumen SKSHH unt uk ekspor dilakukan secara of f icial assessment oleh
pet ugas kehut anan yang dit unj uk berdasarkan Surat Keput usan Kepala Dinas Kehut anan
Provinsi Papua at as usul Kepala Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pemeriksaan f isik kayu bulat ekspor diat ur lebih lanj ut
oleh Kepala Dinas Kehut anan Provinsi Papua.
BAB VI
HARGA PATOKAN, PAJAK EKSPOR DAN RETRIBUSI
Pasal 8

(1)

Penet apan harga pat okan kayu bulat disesuaikan dengan ket ent uan yang berlaku.

(2)

Penet apan besarnya t arif dan t at a cara pembayaran sert a penyet oran paj ak ekspor kayu
bulat disesuaikan dengan ket ent uan yang berlaku.

(3)

Penet apan besarnya ret ribusi dan t at a cara pembayaran sert a penyet oran ret ribusi
ekspor kayu bulat disesuaikan dengan ket ent uan yang berlaku.
BAB VII
PENGAWASAN DAN SANKSI
Pasal 9

(1)

Pengawasan pelaksanaan ekspor kayu bulat di pelabuhan muat dilaksanakan secara
t erpadu oleh:
a. Dinas Perindust rian dan Perdagangan set empat ;
b. Kant or Pelayanan Bea dan Cukai set empat ;
c. Dinas Kehut anan set empat ;
d. PT. SUCOFINDO.

(2)

Pelanggaran t erhadap Keput usan ini akan dikenakan sanksi sesuai ket ent uan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11

(1)

Hal-hal yang bersif at t eknis dan belum di at ur dalam Keput usan ini akan dit et apkan oleh
Kepala Dinas Kehut anan dan Kepala Dinas Perindust rian dan Perdagangan Provinsi Papua.

(2)

Keput usan ini berlaku selama 1 (sat u) t ahun t erhit ung mulai t anggal pengundangan.
Pasal 12

Keput usan ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

Agar set iap orang menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Keput usan ini dengan
penempat annya dalam Lembaran Daerah Provinsi Papua.
Dit et apkan di JAYAPURA
pada t anggal 18 Juni 2002
GUBERNUR PROVINSI PAPUA
cap/ t t d.
Drs. J. P. SOLOSSA, M. Si
Diundangkan di Jayapura
pada t anggal 18 Juni 2002
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA
cap/ t t d.
D. ASMURUF
LEMBARAN DAERAH PROVINSI PAPUA
TAHUN 2002 NOMOR 27
Unt uk salinan yang sah sesuai dengan yang asli
AN. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA
KEPALA BIRO HUKUM
t t d.
W. TURNIP, SH
SALINAN Keput usan ini disampaikan kepada Yt h. :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Ment eri Dalam Negeri dan Ot onomi Daerah RI di Jakart a;
Ment eri Kehut anan RI di Jakart a;
Ment eri Perindust rian dan Perdagangan RI di Jakart a;
Ment eri Koordinat or Bidang Perekonomian di Jakart a;
Ment eri Negara Lingkungan Hidup di Jakart a;
Ment eri Negara Percepat an Pembangunan Kawasan Timur Indonesia di Jakart a;
Sekret aris Jenderal Depart emen Kehut anan di Jakart a;
Inspekt ur Jenderal Depart emen Kehut anan di Jakart a;
Direkt ur Jenderal Bina Produksi Kehut anan di Jakart a;
Direkt ur Jenderal Rehabilit asi Lahan dan Perhut anan Sosial di Jakart a;
Direkt ur Jenderal Perlindungan Hut an dan Konservasi Alam di Jakart a;
Kepala Badan Planologi Kehut anan di Jakart a;
Ket ua DPRD Provinsi Papua di Jayapura;
Wakil Gubernur Provinsi Papua di Jayapura;
Kepala Dinas Kehut anan Provinsi Papua di Jayapura;
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Papua
di Jayapura;
17. Bupat i/ Walikot a se Papua;
18. Kepala Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a se Papua.