LP ASUHAN AKEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONKIEKTASIS

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKIEKTASIS
Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
A. PENGERTIAN
1. Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri
dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap
disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular
dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)
2. Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi
dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis
berulang dan memanjang,aspirasi benda asing, atau massa (
mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan
obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).
3. Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah
satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar (Barbara
E, 1998).
B. ETIOLOGI
1. Kelainan heriditer atau kelainan konginetal
2. Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi

3. Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai
komplikasi campak, batuk rejan,
atau penyakit menular
lainnya semasa kanak-kanak.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama
pada pagi hari,setelah tiduran dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2
minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis
ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak
kurang lebih
200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu
makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan
lemah badan
kadang-kadang sesak nafas dan sianosis,
sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

Pemerisaan Laboratorium.

1

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

a.

b.

c.

d.

e.

2.
1.


Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna
sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan
menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit
dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora
normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae,
hemofilus
influenza,
stapilokokus
aereus,klebsiela,
aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila
ditemukan sputum berbau busuk menunjukkan adanya
infeksi kuman anaerob.
Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang
ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya
supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya
infeksi yang menahun.
Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang

ditemukan
adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh
amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam
batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.
Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut
yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda
pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan
mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan
obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1
menit atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai
insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :
1)
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
2)
Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoliarteri
3)
Hipoksemia
4)
Hiperkapnia

Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor
predisposisi dilakukan pemerisaan :
1)
Pemeriksaan imunologi
2)
Pemeriksaan spermatozoa
3)
Biopsi
bronkus
dan
mukosa
nasal( bronkopulmonal berulang).
Pemeriksaan Radiologi.
Foto dada PA dan Lateral

2

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com


Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan
batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadangkadang ada gambaran sarang tawon serta gambaran
kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling
banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai
diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang
mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus
medius paru kanan.
2.
Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi
dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi
yaitu pendereita dengan pneumoni yang terbatas pada
suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan
perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif
atau penderita dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah
pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat
sehingga bronkus bersih dari sekret..
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan

mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi:
1. Pemberian
antibiotik
dengan
spekrum
luas
( Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin ) selama 5- 7 hari
pemberian
2. Drainage
postural
dan
latihan
fisioterapi
untuk
pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan
sekret secara maksimal
Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan bronkodilator
untuk mencegah bronkospasme dan memperbaiki drainage
sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk

mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat
pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret atau sekresi kental
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen dan kerusakan alveoli
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu

3

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses
penyakit kronis, malnutrisi.
5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas
selama fase eksaserbasi,
kurang pengetahuan tentang

pengobatan yang akan dilaksanakan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan
pertukaran gas
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN/ INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekret kental.
a. Tujuan: Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi
nafas bersih/jelas.
b. Kriteria hasil :
Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
nafas( batuk yang
efektif, dan mengeluarkan secret.
c. Rencana Tindakan :
1)
Kaji
/pantau
frekuensi
pernafasan.Catat rasio inspirasi dan ekspirasi
R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat

dapat ditemukan pada penerimaan atau selam
stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat
dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding
inspirasi
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat /tak dimanisfestasikan
adanya bunyi nafas.
3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala
tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi
pernafasan
dengan
mempergunakan
gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta
membantu menurunkan kelemahan otot-otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
4) Bantu latihan nafas abdomen atau bibir
R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan

menurunkan jebakan udara
5) Observasi karakteriktik
batuk dan Bantu tindakan
untuk efektifan upaya batuk
R/ Mengetahui keefktifan batuk
6) Tingkatan masukan cairan samapi 3000ml/hari sesuai

4

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan
cairan antara sebagai penganti makan
R/ Hidrasi
membantu
menurunkan
kekentalan
secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat
dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan antara
makan dapat meningkatkan distensi gaster dan
tekana diafragma.
7) Berikan obat sesuai indikasi
R/ Mempercepat proses penyembuhan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen dan kerusakan alveoli.
a. Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan
bebas gejala distress pernafasan.
b. Kriteria :
GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi
nafas 1224x/mt,bunyi nafas bersih, tidak ada
batuk,frekuensi nadi 60-100x/mt,tidak dispneu.
c. Rencana Tindakan :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat
penggunaan otot aksesori
R/ untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/
kronisnya suatu penyakit.
2) Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernafas .Kaji / awasi secara
rutin kulit dan warna membran mukosa
R/
Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan
kolaps jalan nafas.
3) Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila
ada indikasi
R/ Sputum menganggu proses pertukaran gas serta
penghisapan dilakukan bila batuk tidak efektif.
4) Awasi tingkat kesadaran / status mental
R/ Manisfestasi umum dari hipoksia
5) Awasi tanda vital dan status jantung
R/ Perubahan tekanan darah menunjukkan efek
hipoksia sistemik pada fungsi jantung
6) Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi
mekanik dan Bantu intubasi

5

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

R/
Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya
hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan untuk
penyelamatan hidup.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu
a.
Tujuan: Peningkatan dalam status nutrisi dan berta
badan pasien
b.
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih
lanjut atau mempertahankan berat badan.
c.
Rencana tindakan :
1) Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah
makanan yang dikonsumsi serta timbang berta badan
tiap minggu.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau
penyimpangan dari yang diharapkan
2) Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan
yang bebas dari bau selama waktu makan
R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama
waktu makan dapat meyebakan anoreksia
3) Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau
merencanakan makanan yang akan dikonsumsi
R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan
makan dengan gisi yang sesuai.
4) Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan
perhari, jika tidak mendapat infus.
R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses
penyakit kronis, malnutrisi.
a. Tujuan : Tidak terjadi/ adanya gejala –gejala infeksi
b. Kriteria hasil :
Tidak terjadi infeksi suhu tbuh berkisar 36-37 0c,Sel darah
putih 5000-10000/mm.batuk produktif tidak ada.
c. Rencana intervensi :
1) Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum
dan hasil pemeriksaan leokusit serta warna dan
konsistensi sputum
R/ Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dapat
dicapai dan penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan ( infeksi yang mungkin terjadi ).
2) Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan

6

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

kultur.
R/Dapat membantu menegakkan diagnosa infeksi
saluran
nafas
dan
mengidentifikasi
kuman
penyebabnya.
3) Berikan nutrisi yan adekuat
R/ malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum
dan menurunkan tahan terhadap infeksi.
4) Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi
keefektifannya
R/ Sebagai pencegahan dan pengobatan infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan.
5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas
selama fase eksaserbasi,
kurang pengetahuan tentang
pengobatan yang akan dilaksanakan.
a. Tujuan: Hilangnya ansietas
b. Kriteria hasil : Ekspresi wajah rileks, frekuensi nafas
antara 12-24 x/mt,frekuensi nadi 60-100x/mt.
c. Intervensi Keperawatan :
1) Selama periode distress pernafasan akut :
 Batasi jumlah dan frekuensi pengunjung
 Mulai berikan oksigen lewat kanula sebanyak 2
ltr/mt
 Demontrasikan untuk kontrol pernafasan
 Ijinkan seseorang untuk menemani pasien
 Pertahankan posisi fowler dengan posisi lengan
menopang
R/ Membantu pasien untuk mengontrol keadaannya
dengan meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
jumlah udara yang masuk paru-paru
2) Hindari pemberian informasi
dan instruksi yang
bertele-tele/sederhana
mungkin
ketika
pasien
mengalami distress dan lakukan pendekatan dengan
pasien secara tenang dan menyakinkan.
R/ Pasien dapat menerima sedikit informasi dalam
keadaan gelisah dan terlalu banyak informasi dapat
meningkatkan ansietas dan memberitauhkan apa
yang
diharpkan
makakan
dapat
membantu
penurunan ansietas.
3) Gunakan obat sedatif sesui dengan yang diresepkan.
R/ Obat penenang dapat mengontrol tingkat
ansietasnya.
7

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

6. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kerusakan
pertukaran gas
a. Tujuan :Klien menunjukkan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas
b. Kriteria hasil :
Menurunnya keluhan tentang napas pendek dan lemah
dalam melaksanakan aktivitas
c. Rencana Tindakan
1) Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah
aktivitas
R/ Mengidentifikasi kemabali penyimpangan tujuan
yang diharapkan
2) Berikan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sesuai
yang diperlukan dan dilakukan secara bertahap
R/
Dapat mengurangi pengunaan energi yang
berlebihan
3) Anjurkan makanan dalam porsi kecil tapi sering
dengan makanan yang mudah dikunyah.
R/ Makanan dalam porsi besar sasah dikunyah dan
memerlukan banyak energi

8

Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
http://yuflihul.blogspot.com

DAFTAR PUSTAKA
Burner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC: Jakarta.
Doengos,E.M. Pedoman Untuk Perencanaan Dan Dokummentasi
Perawtan Klien. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius:
Jakarta.

9