Teknik pembuatan Flonder
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyimpanan karung bertujuan untuk memudahkan identifikasi stok
bahan yang disimpan. Inspeksi dapat dilakukan setiap saat sehingga sanitasi dan
control perubahan cuaca dapat lebih efektif. Aspek yang harus diperhatikan untuk
peletakan tumpukan karung adalah system tumpukan dengan jumlah dan ukuran
yang
telah
ditentukan
yang
disertai
adanya
fumigasi,
menggunakan
hamparan/palet/flonder untuk membantu sirkulasi udara dan mencegah kerusakan
lantai, dan memperhatikan kapasitas gudang penyimpanannya.
Flonder/hamparan/palet, sangat penting diperhatikan dalam proses
penyimpanan bahan pangan di gudang. Fungsinya adalah untuk memperlancar
sirkulasi udara, memudahkan proses pembersihan, menghindari kelembaban, dan
mencegahnya bersarangnya hama tikus gudang. Flonder dapat dari bahan kayu,
dengan bentuk yang beraneka ragam.
Saat ini, fungsi utama penyimpanan secara ekonomis adalah mengurangi
fluktuasi pasar. Suplai berlebih berbagai komoditi umumnya hanya terjadi
beberapa bulan selama setahun, sementara permintaan konsumen boleh dikatakan
cenderung tetap sepanjang tahun .Pada gudang Bulog, pola penyusunan karung
yang biasa digunakan adalah kunci lima dan bata mati.
1.2 TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan flonder.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Barier fisik yang dapat menghalangi serangga masuk system pascapanen
berpotensi sebagai sarana pengendalian hama. Secara tradisional benih disimpan
dalam gerabah, tabung bambu, atau labu kering kemudian disegel. Struktur
penyimpanan tradisional juga selalu memperhatikan barier fisik anti hama.
Sejalan dengan waktu, bahan untuk struktur penyimpanan juga berubah dari tanah
liat atau kayu menjadi logam, plastic dan beton. (Indera, 2005).
System perawatan dengan sinar gamma merupakan alternative perawatan
jangka panjang. Bulog telah mencobanya terhadap beras dengan alasan teknologi
preservasi makanan dan bahan pangan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar
gamma Cobalt 60 telah digunakan untuk produk hortikultura, ternak, ikan, bijibijian dan umbi-umbian. Di samping itu Departeman Kesehatan telah mengijinkan
beberapa jenis makanan radiasi beredar dan dikonsumsi : rempah-rempah dengan
dosis maksimum 10 (Kilogray) kGy, umbi-umbian dengan dosis maksimum 0,15
kGy, biji-bijian dengan dosis maksimum 1 kGy. (Kartasapoetra, 1988).
Walaupun sistem pascapanen merupakan sistem artifisial yang relatif
tertutup dari lingkungan luar, organisme yang ada didalamnya cukup beragam
dengan berbagai prilaku dan peran ekologi. Aktifitas yang dilakukan satu
kelompok organisme mempengaruhi kelompok organisme lain. Campur tangan
manusia, misalnya dalam praktik pengendalian hayati, juga menjadi penyebab
keberadaan organisme tertentu dalam organisme tertentu dalam ekosistem
penyimpanan. (Kartasapoetra, 1987).
Serangga di penyimpanan biji-bijian dan bahan simpan berpotensi
merugikan karena merusak secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan
langsung terjadi karena serangga makan bahan simpan, menyebabkan kontaminasi
fisik maupun kimiawi, serta serangan terhadap kemasan, peralatan dan struktur
penyimpanan. Kerusakan bisa semakin besar karena menyebabkan kerusakan
tidak langsung seperti tumbuhnya cendawan dan kerusakan lainnya. Kerusakan
2
akibat hama pascapanen dapat diartikan sebagai kehilangan berat, kehilangan
kandungan gizi, kehilangan daya kecambah, sampai kehilangan finansial. (Rizal,
1993).
Bangunan penyimpanan seperti yang sekarang dikelola oleh Bulog dapat
dikatakan sebagai modifikasi dari lumbung. Model dan kontruksi bangunan
semakin disempurnakan sehingga lebih aman baik dari serangan hama gudang
atau perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan. Bentuk bangunan ini
tampil lebih cantik, kokoh, bersih, dan menarik jauh dari kesan yang menakutkan.
Fungsi gudang ini untuk menyimpan sembilan macam bahan pokok kebutuhan
orang banyak. Bangunan Bulog dibuat lebih permanent sehingga dapat berfungsi
untuk jangka waktu yang lama. Kerangkanya terdiri atas logam (kerangka besi),
dinding dari seng tebal bergelombang. Jendela ventilasi dibuat dalam bentuk
memanjang menggunakan kasa kawat, terletak dibawah atap dan saling
berhadapan. Lantai bangunan di semen yang mudah dikeringkan dan dibersihkan.
Keadaan ruangan dilengkapi dengan lampu penerang. Ruangan yang ada sangat
lapang karena tidak ditemukan tiang penyangga. (Widayat,2002).
3
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Peralatan dan bahan yang digunakan adalah :
1. Paku secukupnya,
2. Kayu plat plafon 2 m,
3. Gergaji 1 buah,
4. Palu 1 buah.
3.2 CARA KERJA
Adapun cara kerja praktikum pembuatan flonder adalah sebagai berikut :
1. Buat flonder sederhana dengan pola berikut :
2. Deskripsiskan.
4
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyimpanan merupakan suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari
beberapa faktor kerusakan. Penyimpanan karung bertujuan untuk memudahkan
identifikasi stok bahan yang disimpan. Flonder sangat penting diperhatikan dalam
proses penyimpanan bahan pangan di gudang. Fungsinya adalah untuk
memperlancar sirkulasi udara, memudahkan proses pembersihan, menghindari
kelembaban, dan mencegahnya bersarangnya hama tikus gudang.
Flonder bisa dibuat dari kayu dan beberapa plat logam lainnya yang tahan
terhadap karat sehingga tidak merusakkan karung bahan panen akibat karat yang
dikeluarkan oleh plat logam tersebut. Kayu yang telah diukur sepanjang 2,5 m ini
lalu dipotong dan dibuat flonder sesuai dengan pola yang dimaksud. Setelah
dibuat flondernya lalu ditaruh di bawah tumpukan karung yang telah disusun pada
gudang-gudang penyimpanan bahan pangan. Pada gudang Bulog flondernya
dibuat sedemikian bagus sehingga dapat mempertahankan mutu hasil bahan
pangan yang disimpan dan tidak akan bersarangnya hama tikus gudang.
5
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini adalah:
1. Karung juga dapat menimbulkan kelembaban apabila karung terkena air
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tepung dalam metode
penyimpanan.
2. Flonder berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara, memudahkan
proses pembersihan, menghindari kelembaban, dan mencegahnya
bersarangnya hama tikus gudang.
3. Flonder dapat dari bahan kayu, dengan bentuk yang beraneka ragam.
4. Penyimpanan merupakan suatu usaha untuk melindungi bahan pangan
dari beberapa faktor kerusakan dan memudahkan identifikasi stok bahan
yang disimpan.
5.2 SARAN
Untuk saat ini saya belum ada saran sebagaimana mestinya, cuma dalam
pengarahan materi harus lebih jelas lagi dan setiap kelompok harus ada 1 asisten
untuk mengarahkan praktikannya. Trim’s.
6
DAFTAR PUSTAKA
Heru P. Widayat, 2002, Teknologi Penyimpanan Biji-bijian Pangan, Jurusan
THP, Fakultas Pertanian, Unsyiah, Banda Aceh.
Indera sakti S. TP, 2005, Diktat Kuliah Penyimpanan Dan Penggudangan
Dalam Teknologi Pasca panen, Darussalam, Banda Aceh.
Kartasapoetra, A.G. Ir, 1987, Hama tanaman Pangan dan Tanaman Keras,
Diktat, 1986. 1987, PT Bina Aksara Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. Ir, 1988, Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Didaerah
Tropik, Penerbit Bina Aksara , Jakarta.
Rizal Syarief, Hariyadi Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan,
Jakarta.
7
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyimpanan karung bertujuan untuk memudahkan identifikasi stok
bahan yang disimpan. Inspeksi dapat dilakukan setiap saat sehingga sanitasi dan
control perubahan cuaca dapat lebih efektif. Aspek yang harus diperhatikan untuk
peletakan tumpukan karung adalah system tumpukan dengan jumlah dan ukuran
yang
telah
ditentukan
yang
disertai
adanya
fumigasi,
menggunakan
hamparan/palet/flonder untuk membantu sirkulasi udara dan mencegah kerusakan
lantai, dan memperhatikan kapasitas gudang penyimpanannya.
Flonder/hamparan/palet, sangat penting diperhatikan dalam proses
penyimpanan bahan pangan di gudang. Fungsinya adalah untuk memperlancar
sirkulasi udara, memudahkan proses pembersihan, menghindari kelembaban, dan
mencegahnya bersarangnya hama tikus gudang. Flonder dapat dari bahan kayu,
dengan bentuk yang beraneka ragam.
Saat ini, fungsi utama penyimpanan secara ekonomis adalah mengurangi
fluktuasi pasar. Suplai berlebih berbagai komoditi umumnya hanya terjadi
beberapa bulan selama setahun, sementara permintaan konsumen boleh dikatakan
cenderung tetap sepanjang tahun .Pada gudang Bulog, pola penyusunan karung
yang biasa digunakan adalah kunci lima dan bata mati.
1.2 TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan flonder.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Barier fisik yang dapat menghalangi serangga masuk system pascapanen
berpotensi sebagai sarana pengendalian hama. Secara tradisional benih disimpan
dalam gerabah, tabung bambu, atau labu kering kemudian disegel. Struktur
penyimpanan tradisional juga selalu memperhatikan barier fisik anti hama.
Sejalan dengan waktu, bahan untuk struktur penyimpanan juga berubah dari tanah
liat atau kayu menjadi logam, plastic dan beton. (Indera, 2005).
System perawatan dengan sinar gamma merupakan alternative perawatan
jangka panjang. Bulog telah mencobanya terhadap beras dengan alasan teknologi
preservasi makanan dan bahan pangan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar
gamma Cobalt 60 telah digunakan untuk produk hortikultura, ternak, ikan, bijibijian dan umbi-umbian. Di samping itu Departeman Kesehatan telah mengijinkan
beberapa jenis makanan radiasi beredar dan dikonsumsi : rempah-rempah dengan
dosis maksimum 10 (Kilogray) kGy, umbi-umbian dengan dosis maksimum 0,15
kGy, biji-bijian dengan dosis maksimum 1 kGy. (Kartasapoetra, 1988).
Walaupun sistem pascapanen merupakan sistem artifisial yang relatif
tertutup dari lingkungan luar, organisme yang ada didalamnya cukup beragam
dengan berbagai prilaku dan peran ekologi. Aktifitas yang dilakukan satu
kelompok organisme mempengaruhi kelompok organisme lain. Campur tangan
manusia, misalnya dalam praktik pengendalian hayati, juga menjadi penyebab
keberadaan organisme tertentu dalam organisme tertentu dalam ekosistem
penyimpanan. (Kartasapoetra, 1987).
Serangga di penyimpanan biji-bijian dan bahan simpan berpotensi
merugikan karena merusak secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan
langsung terjadi karena serangga makan bahan simpan, menyebabkan kontaminasi
fisik maupun kimiawi, serta serangan terhadap kemasan, peralatan dan struktur
penyimpanan. Kerusakan bisa semakin besar karena menyebabkan kerusakan
tidak langsung seperti tumbuhnya cendawan dan kerusakan lainnya. Kerusakan
2
akibat hama pascapanen dapat diartikan sebagai kehilangan berat, kehilangan
kandungan gizi, kehilangan daya kecambah, sampai kehilangan finansial. (Rizal,
1993).
Bangunan penyimpanan seperti yang sekarang dikelola oleh Bulog dapat
dikatakan sebagai modifikasi dari lumbung. Model dan kontruksi bangunan
semakin disempurnakan sehingga lebih aman baik dari serangan hama gudang
atau perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan. Bentuk bangunan ini
tampil lebih cantik, kokoh, bersih, dan menarik jauh dari kesan yang menakutkan.
Fungsi gudang ini untuk menyimpan sembilan macam bahan pokok kebutuhan
orang banyak. Bangunan Bulog dibuat lebih permanent sehingga dapat berfungsi
untuk jangka waktu yang lama. Kerangkanya terdiri atas logam (kerangka besi),
dinding dari seng tebal bergelombang. Jendela ventilasi dibuat dalam bentuk
memanjang menggunakan kasa kawat, terletak dibawah atap dan saling
berhadapan. Lantai bangunan di semen yang mudah dikeringkan dan dibersihkan.
Keadaan ruangan dilengkapi dengan lampu penerang. Ruangan yang ada sangat
lapang karena tidak ditemukan tiang penyangga. (Widayat,2002).
3
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Peralatan dan bahan yang digunakan adalah :
1. Paku secukupnya,
2. Kayu plat plafon 2 m,
3. Gergaji 1 buah,
4. Palu 1 buah.
3.2 CARA KERJA
Adapun cara kerja praktikum pembuatan flonder adalah sebagai berikut :
1. Buat flonder sederhana dengan pola berikut :
2. Deskripsiskan.
4
BAB IV
PEMBAHASAN
Penyimpanan merupakan suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari
beberapa faktor kerusakan. Penyimpanan karung bertujuan untuk memudahkan
identifikasi stok bahan yang disimpan. Flonder sangat penting diperhatikan dalam
proses penyimpanan bahan pangan di gudang. Fungsinya adalah untuk
memperlancar sirkulasi udara, memudahkan proses pembersihan, menghindari
kelembaban, dan mencegahnya bersarangnya hama tikus gudang.
Flonder bisa dibuat dari kayu dan beberapa plat logam lainnya yang tahan
terhadap karat sehingga tidak merusakkan karung bahan panen akibat karat yang
dikeluarkan oleh plat logam tersebut. Kayu yang telah diukur sepanjang 2,5 m ini
lalu dipotong dan dibuat flonder sesuai dengan pola yang dimaksud. Setelah
dibuat flondernya lalu ditaruh di bawah tumpukan karung yang telah disusun pada
gudang-gudang penyimpanan bahan pangan. Pada gudang Bulog flondernya
dibuat sedemikian bagus sehingga dapat mempertahankan mutu hasil bahan
pangan yang disimpan dan tidak akan bersarangnya hama tikus gudang.
5
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini adalah:
1. Karung juga dapat menimbulkan kelembaban apabila karung terkena air
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tepung dalam metode
penyimpanan.
2. Flonder berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara, memudahkan
proses pembersihan, menghindari kelembaban, dan mencegahnya
bersarangnya hama tikus gudang.
3. Flonder dapat dari bahan kayu, dengan bentuk yang beraneka ragam.
4. Penyimpanan merupakan suatu usaha untuk melindungi bahan pangan
dari beberapa faktor kerusakan dan memudahkan identifikasi stok bahan
yang disimpan.
5.2 SARAN
Untuk saat ini saya belum ada saran sebagaimana mestinya, cuma dalam
pengarahan materi harus lebih jelas lagi dan setiap kelompok harus ada 1 asisten
untuk mengarahkan praktikannya. Trim’s.
6
DAFTAR PUSTAKA
Heru P. Widayat, 2002, Teknologi Penyimpanan Biji-bijian Pangan, Jurusan
THP, Fakultas Pertanian, Unsyiah, Banda Aceh.
Indera sakti S. TP, 2005, Diktat Kuliah Penyimpanan Dan Penggudangan
Dalam Teknologi Pasca panen, Darussalam, Banda Aceh.
Kartasapoetra, A.G. Ir, 1987, Hama tanaman Pangan dan Tanaman Keras,
Diktat, 1986. 1987, PT Bina Aksara Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. Ir, 1988, Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Didaerah
Tropik, Penerbit Bina Aksara , Jakarta.
Rizal Syarief, Hariyadi Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan,
Jakarta.
7