Pedoman Teknis BPS Provinsi

Buku

1

Buku 4

Pedoman Teknis
BPS Provinsi/Kabupaten/Innas
Survei Penyempurnaan Diagram Timbang
Nilai Tukar Petani
2012

BADAN PUSAT STATISTIK

Kata Pengantar

Buku Pedoman Teknis BPS Provinsi/BPS Kabupaten/Instruktur Nasional ini
adalah buku pedoman teknis yang ditujukan bagi Kepala BPS Provinsi/Kepala
Bidang/Kasie/Instruktur Nasional. Buku pedoman ini memuat petunjuk/acuan tentang
pelaksanaan lapangan Survei Penyempurnaan Diagram Timbang Nilai Tukar Petani
(SPDT NTP) 2012.

Kegiatan SPDT NTP yang dilaksanakan pada tahun 2012, terdiri dari
persiapan sampai pelaksanaan lapangan dan entri data. Sedangkan proses pengolahan,
tabulasi dan penyusunan diagram serta penghitungan NTP dilakukan pada tahun
berikutnya.
Mengingat kualitas data sangat ditentukan oleh keberhasilan pengumpulan
data di lapangan, untuk itu diperlukan petugas yang mempunyai kualifikasi yang
sangat baik, sehingga diperlukan kejelian dan kesungguhan dalam rekrutmen petugas.
Saya berharap kepada seluruh Instruktur Nasional Survei Penyempurnaan
Diagram Timbang NTP dapat menyampaikan materi pelatihan dengan sungguhsungguh dan cermat kepada para petugas agar pelaksanaan lapangan SPDT NTP 2012
dapat berjalan lancar dan data yang dihasilkan berkualitas.
Demikian dan saya ucapkan terima kasih. Selamat bekerja.

Jakarta, Juli 2012
Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suryamin, M.Sc.

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………

i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………......

iii

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………...

1

1.1. Latar Belakang ...………………………………………………………………

1

1.2. Landasan Hukum ……………………………………………………………...


2

1.3. Tujuan …………………………………………………………………………

2

1.4. Ruang Lingkup ………………………………………………………………..

3

1.5. Buku Pedoman dan Jenis Dokumen ………………………………………...

3

1.6. Jadwal …………………………………………………………………….........

5

II. ORGANISASI SURVEI…………………………………………………………....


6

2.1. Penanggung Jawab Pelaksanaan Survei …...………………………………….

6

2.2. Tugas Pemeriksa (PMS) ……………………………………………………....

6

2.3. Tugas Pencacah (PCS) ………………………………………………………..

6

2.4. Hubungan Antara PCS dan PMS ……..……………………………………....

7

2.5. Alur Dokumen ………………………………………………………………… 7
III. METODOLOGI …………………………………………………………….……..


9

3.1. Metode Pengambilan Sampel …………………………………………………. 9
3.2. Cakupan Rumah Tangga ………………………………………………………

9

3.3. Tata Cara Berwawancara ……………………………………………………11
IV. Tugas Instruktur Nasional ………….………………………………………….......12
4.1. Persyaratan Instruktur Nasional ……………………………………………...12
4.2 Tugas Instruktur Nasional ……………………………………………….……12
4.3. Persiapan Mengajar …………………………..………………………………12
4.4. Materi yang Diajarkan ………………………………………………………..13
4.5. Cara Mengajar yang Baik ……………………………………….………….. 13
4.6. Pembuatan Laporan ……………………….……….…………………..…….14
LAMPIRAN .…………….………………………………………………………………......15

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas


iii

BAB
I
1.1.

Latar Belakang
Hampir setengah dari jumlah penduduk Indonesia bergantung hidup pada sektor
pertanian dimana sekitar 36 persen (Sakernas Agustus 2011) distribusi tenaga kerja diserap
oleh sektor tersebut. Hal ini mencerminkan bahwa sektor pertanian sesungguhnya masih
menjadi tumpuan bagi penduduk Indonesia dan sekaligus sebagai penyumbang terhadap
pertumbuhan ekonomi sekalipun dalam keadaan resesi.
Pelaku sektor pertanian, khususnya petani, adalah masyarakat yang umumnya tinggal
atau menetap di wilayah Perdesaan. Sedikit ironis bahwa disatu sisi sektor pertanian sebagai
pemberi sumbangan yang berarti terhadap perekonomian namun disisi lain tingkat
kesejahteraan para petani yang berusaha pada sektor pertanian pada umumnya (diduga)
berada disekitar garis kemiskinan. Sehubungan dengan itu, maka diperlukan suatu indikator
yang secara akurat dapat mengukur kemampuan daya beli petani. Ukuran ini disajikan
sebagai bentuk perhatian dan kepedulian pemerintah yang berguna sebagai dasar
pengambilan kebijakan dan keberpihakan kepda petani agar mereka tetap bersemangat

dalam mengelola usaha pertanian.
Salah satu indikator untuk memproxy tingkat kesejahteraan petani di daerah perdesaan
adalah indikator Nilai Tukar Petani (NTP). Dimana NTP merupakan perbandingan indeks
harga yang diterima oleh petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Salah satu
bahan dasar dalam penghitungan NTP adalah diagram timbang dan paket komoditi dimana
diagram timbang dan paket komoditi didapat dari hasil survei penyempurnaan diagram
timbang. Untuk saat ini penghitungan NTP masih menggunakan diagram timbang tahun
dasar 2007. Seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim/cuaca, perubahan
pendapatan petani dan perubahan akan permintaan komoditi serta perubahan sikap
masyarakat atas komoditi yang dihasilkan petani dapat mengubah pola tanam dan konsumsi
petani. Oleh karena paket komoditi dan diagram timbang NTP tahun dasar 2007
diperkirakan sudah tidak sesuai lagi untuk menggambarkan keadaan sekarang secara tepat
yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan tersebut.

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

1

Pada tahun 2008-2011 BPS RI dan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI
telah melakukan survei penyusunan diagram timbang subsektor perikanan tangkap (NTPI)

dan perikanan budidaya (NTPI). Oleh karena itu, untuk survei penyempurnaan diagram
timbang kali ini untuk subsektor perikanan tidak diikut sertakan, sehingga untuk kali ini
Survei Penyempurnaan Diagram Timbang NTP 2012 hanya mencakup subsektor tanaman
pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan rakyat dan peternakan di 32 provinsi di
Indonesia. Dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 46.000 rumah tangga di daerah
perdesaan.

1.2. Landasan Hukum
Pelaksanaan Survei Penggantian Tahun Dasar dan Inflasi Perdesaan 2012 dilandasi oleh:
a. Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik.
b. Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik.
c. Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2002 Jo Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Fungsi, Kewenangan, dan Susunan Organisasi Lembaga
Pemerintah Non Departemen.

1.3. Tujuan
Tujuan dari survei ini adalah:
a. Memperoleh nilai produksi dan jenis komoditi pertanian yang banyak dihasilkan petani
dan persentase marketed surplusnya.
b. Memperoleh nilai konsumsi dan biaya produksi serta komoditi yang banyak di gunakan

oleh rumah tangga pertanian, baik untuk keperluan rumah tangga maupun digunakan
dalam proses produksi pertanian.
c. Menyusun struktur input untuk setiap komoditi serta rasio biaya produksi terhadap total
produksi.
d. Sebagai bahan untuk menyusun paket komoditi diagram timbang Nilai Tukar Petani
(NTP).

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

2

1.4. Ruang Lingkup
Kegiatan survei dilakukan di 32 provinsi di Indonesia, kecuali DKI Jakarta. Respondennya
adalah rumah tangga pertanian terpilih di 4 (empat) subsektor yang meliputi: rumah tangga
pertanian Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR),
dan Peternakan. Materi pencacahan meliputi pendapatan petani dari penjualan hasil
produksi, pengeluaran rumah tangga petani untuk keperluan produksi, penambahan barang
modal dan konsumsi.

1.5. Buku Pedoman dan Jenis Dokumen

a. Buku 1, buku ini digunakan sebagai pedoman teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas.
b. Buku 2, buku ini digunakan sebagai pedoman pencacahan konsumsi rumah tangga.
c. Buku 3, buku ini digunakan sebagai pedoman pencacahan hasil produksi pertanian.
d. Buku 4, buku ini digunakan sebagai pedoman pengawasan/pemeriksaan.
e. Buku 5, buku ini digunakan sebagai pedoman pengolahan.
f. Daftar SPDT12-TP, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data produksi, serta
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada Subsektor Tanaman Pangan.
g. Daftar SPDT12-TH, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data produksi, serta
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada Subsektor Tanaman
Hortikultura.
h. Daftar SPDT12-TPR, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data produksi, serta
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada Subsektor Tanaman
Perkebunan Rakyat.
i. Daftar SPDT12-TRK, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data produksi, serta
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada Subsektor Peternakan.
j. Daftar SPDT12-K, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan keterangan rumah
tangga dan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang berasal dari pembelian, tidak
termasuk pemberian dari pihak lain maupun produksi sendiri.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas


3

k. Daftar SPDT12-LKK, daftar ini digunakan untuk membantu atau sebagai lembar kerja
pengumpulan data pengeluaran konsumsi rumah tangga selama seminggu.
l. Daftar SPDT12-LKP, daftar ini digunakan sebagai lembar kerja untuk membantu
pengumpulan data produksi yang dihasilkan petani dan produksi yang dijual selama
setahun.

Satu rumah tangga sampel hanya dicacah dengan satu daftar SPDT12-K dan salah
satu daftar SPDT12 yang sesuai dengan kegiatan subsektor yang diusahakan.

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

4

1.6. Jadwal
KEGIATAN

JADWAL

1. Persiapan
- Penyusunan Kerangka Daftar Sampel

Maret - April 2012

-

Penyusunan Daftar Isian dan Buku Pedoman

April - Mei 2012

-

Penyusunan Program Tabulasi

Juni - Agustus 2012

-

Pencetakan Dokumen

Juli - Agustus 2012

-

Pengiriman Dokumen

September 2012

2. Pelatihan dan Pelaksanaan Lapangan
-

Workshop Intama

September 2012

-

Pelatihan Instruktur Nasional

September 2012

-

Pelatihan Petugas Lapang

-

Pencacahan dan Pengawasan

16 Oktober - 15 November 2012

-

Supervisi Pencacahan

16 Oktober - 15 November 2012

1-15 Oktober 2012

3. Pelatihan dan Pengolahan
- Pelatihan Editor dan Petugas Entri

16 Oktober - 23 Oktober 2012

-

Editing Coding dan Entri Data

24 Oktober - 31 November 2012

-

Pengiriman hasil entri data

1 Desember - 20 Desember 2012

-

Pengolahan Tabel dan Kompilasi Data

-

Finalisasi Diagram Timbang NTP

4. Penyusunan Publikasi
5. Penghitungan NTP Tahun Dasar
6. Release NTP
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

Januari - Februari 2013
Maret 2013
April 2013
Mei 2013
Juni - Juli 2013
5

BAB
II
2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan Survei
Penanggung jawab Pusat

: Direktur Statistik Harga

Penanggung jawab Daerah

: Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten terpilih.

Pengawas/Pemeriksa (PMS)

: Staf BPS Kabupaten atau Kepala Seksi Statistik Distribusi.

Pencacah (PCS)

: Koordinator Statistik Kecamatan (KSK)/Mitra.

2.2 Tugas Pemeriksa (PMS)
a. Mengikuti pelatihan petugas survei.
b. Mengatur pendistribusian dokumen dan perlengkapan pencacah (PCS) yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Mengawasi jalannya pelaksanaan pencacahan apakah sudah sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
d. Mengatasi masalah teknis yang dihadapi oleh petugas pencacah.
e. Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan semua dokumen serta hasil pencacahan
yang dilakukan PCS.
f. Mengisi kode jenis komoditas.
g. Menyerahkan semua dokumen yang telah diperiksa kepada BPS Kabupaten.
h. Mematuhi jadwal waktu yang telah ditetapkan.

2.3 Tugas Pencacah (PCS)
a. Mengikuti pelatihan petugas survei.
b. Melakukan pencacahan dengan menggunakan daftar SPDT12 ke rumah tangga sampel.
c. Mencatat seluruh permasalahan dan informasi penting dalam blok catatan.
d. Memeriksa kelengkapan isian hasil pencacahan.
e. Menyerahkan Daftar SPDT12 yang telah diisi kepada PMS secara bertahap tanpa
menunggu selesainya seluruh beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Memperbaiki isian daftar pertanyaan yang dinyatakan salah oleh PMS.
g. Mematuhi jadwal waktu yang telah ditetapkan.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

6

2.4 Hubungan Antara PCS dan PMS
a. PMS harus membantu, memeriksa dan memberikan bimbingan kepada pencacah/PCS.
b. PCS dan PMS bersama-sama mendiskusikan dan memutuskan kesulitan yang dijumpai
selama melaksanakan pencacahan. Apabila tidak dapat memecahkan permasalahan,
harus segera melaporkan kepada Kepala BPS Kabupaten.

2.5 Alur Dokumen
1. PCS menyerahkan dokumen hasil pencacahan kepada PMS
2. PMS meneliti kelengkapan isiannya. Jika belum lengkap atau ada isian yang
meragukan, dokumen tersebut dikembalikan ke PCS untuk dilengkapi dan diperbaiki.
3. Seluruh dokumen yang sudah bersih dari kesalahan, dikirimkan oleh Kepala Seksi
Statistik Distribusi ke BPS Provinsi cq Bidang Statistik Distribusi, setelah dilakukan
pemeriksaan.
4. Sebelum proses entri dokumen dilakukan editing coding terlebih dahulu oleh petugas.
5. Setelah proses data entri selesai, seluruh hasilnya segera dikirimkan via email ke BPS
RI cq Subdit Statistik Harga Perdesaan.

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

7

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

8

BAB
III

3.1. Metode Pengambilan Sampel
Survei Penyempurnaan Diagram Timbang NTP 2012 dilaksanakan di seluruh provinsi
di wilayah Indonesia, kecuali provinsi DKI Jakarta. Dari sisi materi, survei ini mencakup
produksi dan konsumsi rumah tangga petani yang dibedakan menurut empat subsektor yaitu
Subsektor Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, dan
Peternakan. Kecamatan yang dicakup dalam kegiatan ini adalah semua kecamatan di
wilayah kabupaten.
Rancangan sampel yang digunakan dalam Survei Penyempurnaan Diagram Timbang
NTP 2012 adalah rancangan sampel dua tahap. Masing-masing tahapan pemilihan sampel
adalah sebagai berikut:
-

Tahap I: di masing-masing provinsi dipilih kabupaten-kabupaten yang memiliki
potensi untuk suatu komoditas tertentu berdasarkan besaran produksi komoditas
tersebut.

-

Tahap II: dari kabupaten terpilih, dipilih kecamatan yang memiliki potensi untuk
komoditas yang telah ditentukan besaran sampelnya. Dari kecamatan tersebut dipilih
sampel rumah tangga tani secara purposif bersyarat sesuai usaha utama yang telah
ditentukan komoditasnya.

3.2. Cakupan Rumah Tangga
Responden dalam survei ini adalah rumah tangga tani Subsektor Tanaman Pangan,
Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, dan Peternakan.

Satu rumah tangga tani hanya bisa menjadi responden
pada satu subsektor pertanian.

Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Innas

9

Bila suatu rumah tangga tani telah menjadi responden pada suatu subsektor, maka rumah
tangga tersebut tidak bisa menjadi responden pada subsektor yang lain.
Rumah tangga dibedakan menjadi dua macam:
1. Rumah tangga biasa
2. Rumah tangga khusus
Dalam kegiatan ini yang dicakup hanya rumah tangga biasa.
Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
Yang dimaksud makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari
dikelola bersama-sama menjadi satu.
Rumah tangga tani adalah rumah tangga biasa yang salah satu atau lebih anggota rumah
tangganya berusaha di sektor pertanian.
Petani adalah orang yang mengusahakan/mengelola usaha pertanian baik pertanian
tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan yang
bertujuan sebagian atau seluruh hasil produksinya untuk dijual. Namun yang dicakup dalam
survei ini hanya petani yang mengusahakan usaha pertanian subsektor tanaman pangan,
tanaman hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan.
Petani yang dimaksud adalah petani penggarap baik sebagai pemilik lahan pertanian,
penyewa maupun bagi hasil. Dengan demikian, orang yang bekerja disawah/ladang orang
lain dengan menerima upah (buruh tani) bukan petani. Begitu juga dengan orang yang
mengembalakan ternak, tukang memberi makan ternak milik orang lain dengan menerima
upah, bukanlah peternak.
Syarat rumah tangga tani yang dapat menjadi responden survei ini bila:
a. Jumlah anggota rumah tangganya lebih dari 1 dan kurang dari 11 (1