PSAK 70 Aset dan Liabilitas Tax Amnesty 17112016

PSAK 70
ASET DAN LIABILITAS YANG TIMBUL
DARI PENGAMPUNAN PAJAK

Kebutuhan Informasi Keuangan
Kebutuhan internal
• Untuk mengetahui hasil kinerja
• Untuk mengetahui posisi keuangan  pengambilan
keputusan

Kebutuhan eksternal
• Kreditur  keputusan memberikan kredit dan untuk
monitor kredit
• Investor  keputusan investasi / kerjasama

Kebutuhan regulasi
• Kebutuhan pelaporan perpajakan  pajak
perusahaan; pajak yang harus dipotong oleh
perusahaan
2


Standar Akuntansi ??
• Untuk keseragaman laporan keuangan, laporan keuangan yang
relevan dan reliable (representational faitfullness)
• Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada pedoman
baku sehingga meminimalkan bias dari penyusun
• Memudahkan auditor dalam mengaudit
• Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan
entitas yang berbeda.
• Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun
tidak dapat menjelaskan kepada masing-masing pengguna

Laporan Keuangan bertujuan umum yang relevan dan
reliable sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.
PPL - IAPI

3

Pilar Standar Akuntansi Indonesia

 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
 Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan SAK-ETAP
 Standar Akuntansi Syari’ah – SAK Syariah
 Standar Akuntansi Pemerintahan – SAP
 Draf SAK EMKM (Entitas Mikro Kecil
Menengah)

 IFRS hanya diadopsi PSAK – terakhir ED PSAK 71 Instrumen
Keuangan
 SAK ETAP diluncurkan pada tanggal 17 July 2009
 Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan PP 71 tahun 2010
4

Isi Pengaturan

.









Bab 1 Ruang Lingkup
Bab 2 Konsep dan Prinsip Pervasive
Bab 3 Penyajian Laporan Keuangan
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan
Bab 5 Laporan Laba Rugi
Bab 6 Catatan atas Laporan Keuangan
Bab 7 Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan
Kesalahan
• Bab 8 Aset dan Liabilitas Keuangan
• Bab 9 Persediaan

.
• Bab 10 Investasi pada Ventura
Bersama

• Bab 11 Aset Tetap
• Bab 12 Aset Takberwujud
• Bab 13 Liabilitas dan Ekuitas
• Bab 14 Pendapatan dan Beban
• Bab 15 Pajak Penghasilan
• Bab 16 Transaksi dalam Mata Uang
Asing
• Bab 17 Ketentuan Transisi
• Bab 18 Tanggal Efektif

Ruang Lingkup
Standar digunakan untuk entitas mikro,
kecil dan menengah
• ETAP yang memenuhi definisi dan kriteria
usaha mikro, kecil, dan menengah
sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, selama dua tahun berturut-turut.
Dapat digunakan entitas lain jika otoritas
mengijinkan entitas tersebut menyusun

laporan keuagnan dengan menggunaan
SAK EMKM

Ringkasan PSAK 70
Pencatatan awal atas aset atau liabilitas dari
Pengampunan Pajak
• Mengikuti standar akuntansi yang berlaku,  mengakui aset
atau liabilitas tax amnesty sesuai dengan ketentuan PSAK 25
koreksi kesalahan sebagai konsekuensinya, sehingga akan
dilakukan koreksi atas saldo laba.
• Mengikuti ketentuan khusus dalam PSAK 70, mengakui aset
dan liabilitas sebesar jumlah aset yang dilaporkan dalam
Surat Keterangan Pengampunan Pajak  tambahan modal
disetor.

Untuk pengukuran berikutnya:

• Mengikuti PSAK yang berlaku atau meneruskan
penggunakan pengukuran yang telah dilakukan.
• Jika dilakukan pengukuran kembali maka perbedaan nilai

akan dilaporkan dalam tambahan modal disetor.
7

Tujuan
Tujuan
• Mengatur perlakuan akuntansi atas aset dan
liabilitas yang timbul dari pengampunan pajak
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2016 tentang Pengampunan Pajak (“UU
Pengampunan Pajak”).
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk
unsur-unsur yang tidak material
8

Ruang Lingkup
• Dalam laporan keuangannya jika entitas
mengakui aset (liabilitas) yang timbul dari
pengampunan pajak.
• Persyaratan dalam pernyataan diterapkan jika
entitas mengakui aset dan liabilitas

pengampunan pajak dalam laporan keuangan.
• Pernyataan ini dapat diterapkan oleh entitas
yang menggunakan SAK ETAP.

9

Definisi
• Aset pengampunan pajak adalah aset yang timbul dari
pengampunan pajak berdasarkan Surat Keterangan
Pengampunan Pajak.
• Biaya perolehan aset pengampunan pajak adalah nilai aset
berdasarkan Surat Keterangan Pengampunan Pajak.
• Lliabilitas pengampunan pajak adalah liabilitas yang
berkaitan langsung dengan perolehan aset pengampunan
pajak.
• Pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan
cara mengungkap aset dan membayar uang tebusan
sebagaimana diatur dalam UU Pengampunan Pajak.

10

Definisi


Surat Keterangan Pengampunan Pajak (Surat
Keterangan) adalah surat yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan sebagai bukti pemberian pengampunan pajak.
Dalam hal dalam jangka waktu 10 hari kerja terhitung sejak
tanggal diterimanya Surat Pernyataan Harta untuk
Pengampunan Pajak, Menteri Keuangan atau pejabat yang
ditunjuk atas nama Menteri Keuangan belum menerbitkan
Surat Keterangan, maka Surat Pernyataan Harta untuk
Pengampunan Pajak dianggap sebagai Surat Keterangan.



Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak
(Surat Pernyataan Harta) adalah surat yang digunakan
oleh Wajib Pajak untuk mengungkapkan aset, liabilitas, nilai

aset neto, serta penghitungan dan pembayaran uang
tebusan.



Uang tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan ke
kas negara untuk mendapatkan pengampunan pajak.
11

Kebijakan Akuntansi
Pernyataan ini memberikan opsi
bagi entitas pada saat pengakuan
awal untuk mengukur aset dan
liabilitas pengampunan pajak
sesuai:
• PSAK yang berlaku  PSAK 25  par 6
• Ketentuan Khusus diatur dalam par 1023.
• Penerapan opsi kebijakan akuntansi
dilakukan secara konsisten untuk seluruh
aset dan liabilitas pengampunan pajak

yang diakui
12

Pengakuan
Pengakuan pengampunan pajak
- PSAK

• Entitas mengakui aset dan liabilitas
pengampunan pajak, jika pengakuan
atas aset dan liabilitas tersebut
disyaratkan oleh SAK.
• Entitas tidak mengakui suatu item
sebagai aset dan liabilitas, jika SAK tidak
memperkenankan pengakuan item
tersebut.
13

PSAK yang Berlaku



Pada saat diterbitkannya Surat Keterangan, entitas
dalam laporan posisi keuangannya:
– mengakui aset dan liabilitas pengampunan pajak jika
pengakuan atas aset atau liabilitas tersebut disyaratkan oleh
SAK;
– tidak mengakui suatu item sebagai aset dan liabilitas jika SAK
tidak memperkenankan pengakuan item tersebut; dan
– mengukur, menyajikan, serta mengungkapkan aset dan
liabilitas pengampunan pajak sesuai dengan SAK.



Konsekuensinya dampak pengakuan aset tersebut
akan diakui sebagai koreksi di periode sebelumnya,
sehingga harus diakui dalam saldo laba dan laporan
keuangan disajikan kembali sesuai PSAK 25
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
Entitas yang menggunakan SAK ETAP mengikuti ketentuan dalam
dan Kesalahan paragraf 41–53
SAK ETAP par 9.3
14

Ketentuan Khusus


Aset pengampunan pajak diukur sebesar biaya
perolehan aset pengampunan. Biaya perolehan aset
pengampunan pajak merupakan deemed cost yang menjadi
dasar bagi entitas dalam melakukan pengukuran setelah
pengakuan awal.



Liabilitas pengampunan pajak diukur sebesar kewajiban
kontraktual untuk menyerahkan kas atau setara kas untuk
menyelesaikan kewajiban yang berkaitan langsung dengan
perolehan aset pengampunan pajak.



Selisih selisih antara aset pengampunan pajak dan liabilitas
pengampunan pajak diakui dalam pos tambahan modal
disetor di ekuitas. Jumlah tersebut tidak dapat diakui
sebagai sebagai laba rugi direalisasi maupun direklasifikasi
ke saldo laba.



Tebusan yang dibayarkan diakui dalam laba rugi pada
periode Surat Keterangan disampaikan.

15

Ketentuan Khusus
• Entitas melakukan penyesuaian atas saldo klaim,
aset pajak tangguhan dan provisi dalam laba rugi
pada peride Surat Keterangan disampaikan
sesuai UU Pengampunan Pajak sebagai akibat
hilangnya hak yang telah diakui sebagai klaim
atas kelebihan pembayaran pajak, atas aset
pajak tangguhan atas akumulai rugi pajak belum
dikompensasi, dan provisi pajak seelum
menerapkan Pernyataan ini.

16

Pengukuran setelah
Pengakuan Awal
• Pengukuran setelah pengakuan awal aset dan
liabilitas pengampunan pajak mengacu pada SAK
yang relevan, namun tidak terbatas pada:
– Properti investasi (PSAK 13)
– Persediaan (PSAK 14)
– Investasi pada asosiasi dan ventura bersama (PSAK 15)
– Aset tetap (PSAK 16)
– Aset takberwujud (PSAK 19)
– Instrumen keuangan (PSAK 55)

17

Pengukuran setelah
Pengakuan Awal
• Entitas diperkenankan tetapi tidak disyaratkan
untuk mengukur kembali aset dan liabilitas
pengampunan pajak berdasarkan nilai wajar
sesuai SAK pada tanggal Surat Keterangan.
– Selisih pengukuran kembali antara nilai wajar
pada tanggal surat ekterangan dengan biaya
perolehan aset dan liabilitas pengampunan
yang telah diakui sebelumnya disesuaikan
dalam saldo tamahan modal disetor.
– Nilai hasil pengukuran kembali menjadi dasar
baru bagi entitas dalam menerapkan
ketentuan pengukuran setelah pengakuan
awal.
18

Pengukuran setelah
Pengakuan Awal


Jika pengampunan pajak mengakibatkan entitas
memperoleh pengendalian sesuai PSAK 65 selama periode
pengukuran kembali, maka entitas disyaratkan mengukur
kembali aset dan liabilitas pengampunan pada tanggal
surat keterangan.



Periode pengukuran kembali dimulai setelah tanggal Surat
Keterangan sampa dengan 31 Des 2017.



Jika investee bukan entitas sepengendali menerapkan PSAK
22 dan jika entitas sepengendali menerapkan PSAK 38.



Dari tanggal surat keterangan sampai sebelum menerapkan
prosedur konsolidasi, entitas disyaratkan mengukur
investasi pada anak dengan menggunakan metode biaya.



Selisih pengukuran kembali antara nilai wajar pada Surat
Keterangan dengan nilai yang telah diakui sebelumnya
disesuikan dalam saldo tambahan modal disetor.
19

Penghentian Pengakuan
• Entitas menerapkan kriteria penghentian
pengakuan atas masing-masing aset dan liabilitas
pengampunan pajak sesuai dengan ketentuan
dalam SAK untuk masing-masing jenis aset dan
liabilitas tersebut.

20

Penyajian


Aset dan liabilitas pengampunan pajak disajikan secara
terpisah dari aset dan liabilitas lainnya dalam
laporan posisi keuangan, jika memilih kebijakan khusus
dan tidak melakukan pengukuran kembali.



Menyajikan sesuai klasifikasi aset lancar dan tidak
lancar serta liabilitas jangka pendek dan panjang ,
jika tidak dapat melakukan pemisahan diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar dan liabilitas jangka
panjang



Entitas mereklasifikasi aset dan liabilitas pengampunan
pajak sebelumnya sesuai par 19, ke dalam pos aset dan
liabilitas serupa ketika:
– Entitas mengukur kembali aset dan liabilitas
pengampunan pajak
– Entitas memperoleh pengendalian



Entitas menyajikan kembali laporan keuangan terdekat
21
sebelumnya jika tanggal laporan keuangan adalah setelah

Pengungkapan
• Tanggal Surat Keterangan
• Jumlah yang diakui sebagai aset
pengampunan pajak berdasarkan Surat
Keterangan serta jumlah liabilitas
pengampunan pajak.

22

Ketentuan Transisi dan
Tanggal Efektif
• Entitas menerapkan ketentuan dalam PSAK 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan paragraf 41–53 jika
memilih opsi sesuai sesuai PSAK.
• Entitas menerapkan Pernyataan ini secara
prospektif jika memilih opsi pengakuan khusus.
Laporan keuangan untuk periode sebelum
tanggal efektif Pernyataan ini tidak perlu disajikan
kembali.
• Pernyataan berlaku sejak tanggal
pengesahan UU Pengampunan Pajak.
23

CONTOH KASUS

Contoh 1
• Entitas melakukan pengampunan pajak dengan
melaporkan aset pajak berupa:
– tanah
– Bangunan

5 miliar
10 miliar



Nilai total aset perusahaan 30.000 miliar; penjualan 40.000
miliar dan ekuitas sebesar 1.500 miliar



Nilai pengampunan pajak total 15 miliar atau 1% dianggap
tidak material maka entitas tidak menerapkan ketentuan
dalam PSAK 70. Entitas mengakui aset tersebut sebagai
aset tetap dan mencatatnya sesuai dengan nilai wajar yang
dilaporkan.

25

Contoh 2
• Entitas melakukan pengampunan pajak dengan
melaporkan aset pajak berupa:





– tanah
50 miliar
– Bangunan
100 miliar
Nilai tersebut material dari keseluruhan aset entitas.
Diketahui tanah dan bangunan tersebut diperoleh awal
tahun 2010 dengan harga 30miliar dan 80miliar. Uang
tebusan yang dibayar sebesar 3miliar.
Beban akan diakui sebesar 3miliar
Jika mengikuti PSAK 25 maka akan diakui nilai tanah
sebesar 30miliar dan nilai bangunan sebesar 80miliar.
Akumulasi depresiasi dihitung sd 2015 (misl 40 tahun) =
80/40 *6= 12. Selisih akan diakui dalam saldo laba. Laporan
keuangan tahun 2014 dan 2015 disajikan kembali.
Tanah
30
Bangunan
80
Akumulasi depresiasi
12
26
Saldo laba
98

Contoh 3


Jika mengambil opsi khusus maka Entitas akan mengakui
aset saat terbit surat keterangan sebesar:
Tanah – Aset TA
50
Bangunan – Aset TA
100
Tambahan modal disetor
150
Beban pengampunan
3
Kas
3
Jika pada Desember 2016 entitas menilai kembali ternyata
nilainya 60 dan 120 maka akan dibuat jurnal penyesuaian dan
dilakukan reklasifikasi.
Tanah
60
Bangunan
120
Tanah – Aset TA
50
Bangunan – Aset TA
100
Tambahan modal disetor
30
Jika penilaian kembali dilakukan 2017 maka laporan keuangan
2016 disajikan kembali dan dilakukan reklasifikasi.
27

Dasar Kesimpulan


UU Pengampunan Pajak mengatur ketentuan
perpajakan, namun tidak mengatur perlakuan
akuntansi atas aset dan liabilitas yang timbul dari
pengampunan pajak.

• PSAK 70 mengatur perlakuan akuntansi atas aset
dan liabilitas yang timbul dari pengampunan
pajak. (DK01)
• Memberikan opsi pengaturan khsusu dalam hal
pengukuran dan penyajian aset dan liabilitas
pengampunan berbeda dengan PSAK lain (DK02)

28

Dasar Kesimpulan


Aset dan liabilitas yang timbul dari pengampunan pajak
dapat dianalogikan dengan kontribusi dari atau distribusi ke
pemegang saham.



Kenaikan atau penurunan aset dan liabilitas tersebut bukan
merupakan penghasilan atau beban entitas selama periode
tersebut, sehingga transaksi tersebut diperlakukan sebagai
transaksi ekuitas.



Karena saldo laba mencerminkan jumlah kumulatif kinerja
entitas, maka kenaikan atau penurunan yang timbul dari
transaksi ekuitas tidak disajikan dalam saldo laba.



Dengan pertimbangan tersebut, selisih antara nilai aset dan
liabilitas yang timbul dari pengampunan pajak diakui dalam
ekuitas (bukan pada saldo laba) sesuai PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan paragraf 109.



29

Hak atas kelebihan pembayaran pajak dan atas akumulasi

TERIMA
KASIH

Dwi Martani
081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/