Ekstraksi Skrining fitokimia HASIL

4 senyawa secara kualitatif dengan beberapa reagen yaitu reagen dragendorff untuk deteksi alkaloid, FeCl 3 untuk deteksi tanin dan sitroborat untuk deteksi flavonoid Saifudin, 2014.

2.3.4 Uji sitotoksik

Suspensi sel sebanyak 100 µL dimasukkan ke dalam plate 96 dan diinkubasi selama 24-48 jam dalam inkubator CO 2 5. Pada akhir inkubasi, media pada masing-masing sumuran dibuang, kemudian ditambahkan 100 µL sampel dalam tiap sumuran dengan variasi kadar 500, 250, 125, 62,5 dan 31,25 µgmL. Selanjutnya plate 96 diinkubasi dalam inkubator CO 2 5 selama 48 jam pada suhu 37ºC. Pada akhir inkubasi, media pada masing-masing sumuran dibuang kemudian ditambahkan 100 µL MTT 5 mg mL dalam PBS. Plate 96 diinkubasi lagi selama 2-4 jam dalam inkubator CO 2 5 dengan suhu 37ºC. Sel hidup akan bereaksi dengan MTT 3-4,5-dimetiltiazol- 2il-2,5-difenil tetrazolium bromida membentuk formazan yang berwarna ungu. Reaksi pembentukan formazan dihentikan dengan penambahan 100 µL larutan SDS Sodium Dodecyl Sulphate 10 dalam HCl 0,01N ke dalam masing-masing sumuran, lalu dibungkus kertas dan disimpan selama semalam pada suhu kamar di tempat yang gelap. Pada akhir masa inkubasi serapan dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 594 nm. Persentase sel hidup dihitung melalui data absorbansi sel kemudian dibuat kurva hubungan log konsentrasi versus nilai sel hidup dan dihitung harga IC 50 -nya. Absorbansi yang didapat dari pembacaan dengan ELISA reader digunakan untuk menghitung persentase sel hidup dengan rumus : sel hidup = x 100 Selanjutnya dibuat persamaan garis : y = Bx + A, dengan y = sel hidup dan x = log konsentrasi dibuat grafik log konsentrasi versus persentase sel hidup dan dihitung regresi liniernya. Untuk memperoleh nilai IC 50 dimasukkan y = 50 pada persamaan regresi linier dan dicari x nya kemudian dihitung antilog dari konsentrasi tersebut CCRC, 2013. Nilai IC 50 menunjukkan konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50 dari populasi.

3. HASIL

DAN PEMBAHASAN

3.1 Ekstraksi

Hasil ekstraksi simplisia dengan methanol menghasilkan rendemen sebesar 10,39 untuk ekstrak daun nangka, 11,85 untuk daun sukun dan 10,60 untuk daun kluwih.

3.2 Skrining fitokimia

Hasil optimasi fase gerak pada uji pendahuluan adalah perbandingan etil asetat : n-heksan 2:8. Fase diam yang digunakan untuk analisis adalah silica GF-254 yang mampu berfluoresensi pada panjang gelombang 254 nm. Uji skrining fitokimia dilakukan untuk senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid. 5 Hasil analisis KLT menunjukkan ekstrak metanol daun sukun, nangka dan kluwih mengandung tanin pada deteksi dengan reagen semprot FeCl 3 Gambar 1e, 2e, 3e. Hasil positif ditandai dengan adanya bercak berwarna abu-abu pada sinar tampak Saifudin, 2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pradhan et al. 2012 yang menunjukkan adanya senyawa tanin dalam ekstrak metanol daun sukun. Hasil penelitian Moura Burci et al. 2015 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat nangka mempunyai kandungan tanin, sehingga hasil tersebut sesuai dengan penelitian ini karena senyawa tanin juga dihasilkan pada uji fitokimia ekstrak tetapi pelarut yang digunakan adalah metanol. Hasil deteksi dengan reagen semprot Dragendorff menunjukkan ekstrak metanol daun sukun, nangka dan kluwih positif mengandung alkaloid Gambar 1f, 2f, 3f yang ditunjukkan dengan bercak berwarna kecoklatan pada sinar tampak Saifudin, 2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khan et al. 2003 yang menghasilkan senyawa alkaloid dalam ekstrak metanol daun nangka. Penelitian yang dilakukan oleh Tehubijuluw and Tenggara 2013 menyatakan bahwa ekstrak metanol daun sukun mengandung alkaloid yang sejalan dengan penelitian ini. Deteksi dengan reagen semprot sitroborat menunjukkan hasil yang negatif terhadap senyawa flavonoid dalam ekstrak metanol daun sukun, nangka dan kluwih Gambar 1d, 2d, 3d. Hasil yang positif ditandai dengan adanya bercak berwarna kuning-kehijauan pada UV 366 nm Markham, 1988. Hasil penelitian Apsari 2007 menunjukkan adanya senyawa flavonoid dalam ekstrak metanol kulit batang kluwih, sehingga hasilnya berbeda dengan penelitian ini. Hal ini disebabkan karena bagian tanaman yang digunakan berbeda. Profil KLT ekstrak metanol daun sukun, nangka dan kluwih dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 dan Tabel 1. a b c d e f Gambar 1. Profil KLT ekstrak metanol daun sukun dengan fase gerak etil asetat : n-heksan 2:8. Sebelum disemprot dilihat pada sinar tampak a, UV 254 b, UV 366 c dan setelah disemprot reagen sitroborat UV 366 d, FeCl 3 sinar tampak e dan Dragendorff sinar tampak f. 1 3 4 5 1 2 3 5 1 2 4 5 2 3 4 1 2 3 6 a b c d e f Gambar 2. Profil KLT ekstrak metanol daun nangka dengan fase gerak etil asetat : n-heksan 2:8. Sebelum disemprot dilihat pada sinar tampak a, UV 254 b, UV 366 c dan setelah disemprot reagen sitroborat UV 366 d, FeCl 3 sinar tampak e dan Dragendorff sinar tampak f. a b c d e f Gambar 3. Profil KLT ekstrak metanol daun kluwih dengan fase gerak etil asetat : n-heksan 2:8. Sebelum disemprot dilihat pada sinar tampak a, UV 254 b, UV 366 c dan setelah disemprot reagen sitroborat UV 366 d, FeCl 3 sinar tampak e dan Dragendorff sinar tampak f. Penelitian yang dilakukan oleh Mohan et al. , 2012 menyatakan bahwa senyawa alkaloid mempunyai aktivitas sebagai agen antikanker dengan menghambat enzim topoisomerase yang terlibat dalam replikasi DNA, menginduksi apoptosis dan ekspresi gen p53.

3.3 Uji Sitotoksik Ekstrak Daun