3
2. METODE
Kategori penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian
Post Test Only.
2.1 Alat
Tangki  nitrogen  cair,  inkubator CO
2
Binder,  mikroskop  inverted  Olympus Jepang,
cell  counter
,
vortex
Genie,  mikropipet  Soccorex,
blue  tip
dan
yellow  tip
Greiner
,
tabung  reaksi,
microtube
, timbangan elektrik, LAF Nuaire, ELISA
reader
ELX 800 Bio Tech, 96
well-plate
Iwaki,
tissue culture  flask
Nunclon,  tabung
conical
steril  Nunclon,  hemositometer  Marienfield  Germany, sonikator, alat gelas Pyrex,
vacuum rotary evaporator
Heidolp
,
alumunium foil, spatula, vakum dan corong
Buchner
dan kamera digital Sony.
2.2 Bahan
Daun  sukun,  nangka  dan  kluwih, sel  MCF-7,  media  kultur  DMEM
Dulbecco’s  modified  eagle
medium
,  FBS  10
Fetal  Bovine  Serum
,  penisilin-streptomisin  1,  SDS  10
Sodium  Dodecyl Sulfate
, tripsin-EDTA tripsin 0,25, DMSO Dimetil Sulfoksida, fungizone 0,5, larutan MTT 3-4,5  dimetiltiazol-2-il,  2,5-difenil  tetrazolium  bromida,  PBS
Phosphate  Buffered  Saline
, akuades, metanol, alkohol 70, reagen semprot FeCl
3,
sitroborat, dan dragendorff, silica GF-254, n-heksan dan etil asetat.
2.3 Jalannya Penelitian
2.3.1   Preparasi sampel simplisia
Sampel daun sukun, nangka dan kluwih didapatkan dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Daun dicuci bersih dan diangin-anginkan sampai air yang menempel pada daun hilang, kemudian dijemur
dibawah sinar matahari selama 4-5 hari sampai kering simplisia. Simplisia diserbuk dan ditimbang hasilnya
2.3.2 Ekstraksi simplisia daun
Serbuk simplisia sebanyak 200 gram direndam maserasi menggunakan 750 mL metanol selama 24 jam,  kemudian  disaring  dengan  vakum
Buchner
dan  didapatkan  larutan.  Larutan  tersebut dievaporasi  sampai  dihasilkan  ekstrak  kental.  Ampas  diremaserasi  sebanyak  4x  dengan  perlakuan
yang  sama.  Hasil  evaporasi  dipindah  ke  dalam  cawan  porselen  dan  diletakkan  di  atas
waterbath
untuk menguapkan sisa pelarut dan mendapatkan ekstrak kental.
2.3.3 Uji skrining fitokimia
Optimasi fase gerak dilakukan dengan 5 perbandingan fase gerak etil asetat : n-heksan yaitu 5:5, 4:6,  3:7,  2:8  dan  1:9.  Masing-masing  ekstrak  ditotolkan  pada  plat  KLT  dan  dimasukkan
dalam  chamber  berisi  fase  gerak  yang  optimal  dan  telah  dijenuhkan.  Elusi  dilakukan  dengan  fase gerak  optimal  n-heksan  :  etil  asetat  2:8.  Plat  kemudian  disemprot  untuk  melihat  kandungan
4
senyawa secara kualitatif dengan beberapa reagen yaitu reagen dragendorff untuk deteksi alkaloid, FeCl
3
untuk deteksi tanin dan sitroborat untuk deteksi flavonoid Saifudin, 2014.
2.3.4 Uji sitotoksik
Suspensi  sel  sebanyak  100  µL  dimasukkan  ke  dalam
plate
96  dan  diinkubasi  selama  24-48  jam dalam  inkubator  CO
2
5.  Pada  akhir  inkubasi,  media  pada  masing-masing  sumuran  dibuang, kemudian  ditambahkan  100  µL  sampel  dalam  tiap  sumuran  dengan  variasi  kadar  500,  250,  125,
62,5  dan  31,25  µgmL.  Selanjutnya
plate
96 diinkubasi  dalam  inkubator  CO
2
5  selama  48  jam pada  suhu  37ºC.  Pada  akhir  inkubasi,  media  pada  masing-masing  sumuran  dibuang  kemudian
ditambahkan 100 µL MTT 5 mg  mL dalam PBS.
Plate
96 diinkubasi  lagi  selama 2-4 jam  dalam
inkubator CO
2
5 dengan suhu  37ºC. Sel hidup akan bereaksi  dengan MTT 3-4,5-dimetiltiazol- 2il-2,5-difenil  tetrazolium  bromida  membentuk  formazan  yang  berwarna  ungu.  Reaksi
pembentukan  formazan  dihentikan  dengan  penambahan  100  µL  larutan  SDS
Sodium  Dodecyl Sulphate
10  dalam  HCl  0,01N  ke  dalam  masing-masing  sumuran,  lalu  dibungkus  kertas  dan disimpan selama semalam pada suhu kamar di tempat yang gelap. Pada akhir masa inkubasi serapan
dibaca  dengan  ELISA
reader
pada  panjang  gelombang  594  nm.  Persentase  sel  hidup  dihitung melalui  data  absorbansi  sel  kemudian  dibuat  kurva  hubungan  log  konsentrasi
versus
nilai    sel hidup dan dihitung harga IC
50
-nya. Absorbansi yang didapat dari pembacaan dengan ELISA
reader
digunakan untuk menghitung persentase sel hidup dengan rumus : sel hidup =
x 100 Selanjutnya dibuat persamaan garis : y = Bx + A, dengan y =  sel hidup dan x = log konsentrasi
dibuat  grafik  log  konsentrasi
versus
persentase  sel  hidup  dan  dihitung  regresi  liniernya.  Untuk memperoleh nilai IC
50
dimasukkan y = 50 pada persamaan regresi linier dan dicari x nya kemudian dihitung antilog dari konsentrasi tersebut CCRC, 2013. Nilai IC
50
menunjukkan konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50 dari populasi.
3. HASIL