Pemeriksaan Laboratorium: TINJAUAN PUSTAKA

d. Pemeriksaan Laboratorium:

1. Pemeriksaan darah rutin Hasil pemeriksaan darah rutin kurang spesifik untuk tuberkulosis paru. Laju endapan darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositosis juga kurang spesifik. 27 2. Pemeriksaan bakteriologis. Untuk pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat diambil spesimen dari sputum, bilasan lambung, cairan pleura, cucian lambung, jaringan baik kelenjar getah bening atau jaringan reseksi operasi, cairan serebrospinalis, pusaspirasi abses, apusan laring. 14 a Pemeriksaan mikroskopis biasa Pemeriksaan mikroskopis ini dapat melihat adanya basil tahan asam, dimana dibutuhkan paling sedikit 5000 batang kuman per ml sputum untuk mendapatkan kepositivan. Pewarnaan yang umum dipakai adalah pewarnaan Zielh Nielsen dan pewarnaan Kinyoun Gabbett. 28 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD International Union Against Tuberculosis and Lung Disease . 2 ̇ Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : negatif Ely Juli Suryani Nasution : Profil Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Mellitus Dihubungkan Dengan…, 2007 USU e-Repository © 2008 ̇ Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang : ditulis jumlah kuman yang ditemukan. ̇ Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang : + ̇ Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang : ++ ̇ Ditemukan 10 BTA dalam 1 lapang pandang : +++ Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopis yaitu : ̇ Bila 2x positif → mikroskopis + ̇ Bila 1x positip, 2x negatif → ulang BTA 3x - Bila 1x positif → mikroskopis positif - Bila 3x negatif → mikroskopis negatif b Pemeriksaan mikroskopis fluoresens Dengan mikroskopis ini gambaran basil tahan asam akan terlihat lebih besar dan lebih jelas karena daya pandang diperluas dan adanya fluoresens dari zat warna auramin-rhodamin. 14 c Kulturbiakan kuman Pemeriksaan kultur dibutuhkan paling sedikit 10 kuman tuberkulosis yang hidup. Jenis pemeriksaan kultur : • Metode konvensional : Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh, Middle brook. • Tehnik pemeriksaan dengan metode radiometrik seperti BACTEC. 29 d Imunologi Serologi o Uji Tuberkulin Ely Juli Suryani Nasution : Profil Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Mellitus Dihubungkan Dengan…, 2007 USU e-Repository © 2008 Di Indonesia dengan prevalensi TB yang tinggi pemeriksaan ini kurang berarti apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan bermakna jika dijumpaikan konversi dari uji yang sebelumnya atau apabila kepositivan dari uji yang dijumpai besar sekali atau timbul bulla. 3,18 o ELISA Enzyme Linked Immunosorbent Assay Merupakan tes serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Dengan cara ini dapat ditentukan kadar antibodi terhadap basil tuberkulosis pada serum penderita. Dari hasil penelitian dijumpaikan bahwa IgG saja yang memberikan kenaikan diatas normal secara bermakna. Sayangnya uji serologis ini hanya memberikan sensitivitas yang sedang saja 62 dan spesifisitas 74,3. 21 o Uji PAP Peroksidase Anti Peroksidase Uji serologi imunoperoksida untuk menentukan adanya IgG anti TB. Uji PAP dikatakan positif jika terdapat 3 atau lebih antigen dalam lapangan pandang kecil pembesaran mikroskop 10x10 yang tercat merah. Dikatakan : - Positif lemah + : bila antigen tercat merah muda - Positif sedang ++ : bila antigen tercat merah cerah - Positif +++ : bila antigen tercat merah tua 30 o Mycodot Ely Juli Suryani Nasution : Profil Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Mellitus Dihubungkan Dengan…, 2007 USU e-Repository © 2008 Tes ini menggunakan antigen lipoarabinomannan LAM yang direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan kedalam serum penderita dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai dan sesuai dengan aktivitas penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir. 25,31 e RFLP Restrictive Fragment Length Polymorphism Tehnik ini dikenal sebagai teknik finger printing. Pada teknik ini dapat dideteksi perbedaan antara satu Mycobacterium tuberculosis dengan mycobacterium lainnya. 31,32 f PCR Polymerase Chain Reaction Tehnik ini pada dasarnya mendeteksi DNA yang memang spesifik untuk tiap mahluk hidup. Pemeriksaan ini sangat baik bahkan dapat mendeteksi bila terdapat satu kuman saja. Teknik ini spesifik, sensitif dan cepat. Hasil dijumpai dalam waktu ± 6 jam dan dapat membedakan Mycobacterium tuberculosis dengan MOTT Mycobacterium other than tuberculosis. 32 Dalam klasifikasi TB paru terdapat beberapa pegangan yang prinsipnya hampir bersamaan. PDPI membuat klasifikasi berdasarkan gejala klinis, radiologis dan hasil pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini dipakai untuk menetapkan strategi pengobatan dan penanganan pemberantasan TB , yaitu : 1. TB paru BTA positif adalah : Ely Juli Suryani Nasution : Profil Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Mellitus Dihubungkan Dengan…, 2007 USU e-Repository © 2008 • Dengan atau tanpa gejala klinis • BTA positif mikroskopis ++ mikroskopis + biakan + mikroskopis + radiologis + • Gambaran radiologis sesuai dengan TB paru 2. TB paru BTA negatif yaitu: • Gejala klinis dan gambaran radiologis sesuai dengan TB paru aktif • Bakteriologis sputum BTA negatif, jika belum ada hasil tulis belum diperiksa • Mikroskopis -, biakan, klinis dan radiologis + Mikroskopis -, biakan, klinis dan radiologis + 3. Bekas TB paru yaitu: • Bakteriologis mikroskopis dan biakan negatif • Gejala klinis tidak ada, atau ada gejala sisa akibat kelainan paru yang ditinggalkan • Radiologis menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, terlebih menunjukkan gambaran serial foto toraks yang samatidak berubah • Riwayat pengobatan OAT yang adekuat, akan lebih mendukung. 29 Pada tahun 1997 WHO membuat klasifikasi menurut regimen pengobatan yang dibagi atas empat kategori yaitu: 34,35 a. Kategori I adalah kasus dengan dahak yang positif dan penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis, tuberkulosis milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis masif atau bilateral spondilitis dengan gangguan Ely Juli Suryani Nasution : Profil Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Mellitus Dihubungkan Dengan…, 2007 USU e-Repository © 2008 neurologik, penderita dengan dahak negatif tapi paru luas, tuberkulosis usus, saluran kemih dan sebagainya. b. Kategori II adalah kasus relaps atau gagal dengan dahak yang tetap positif. c. Kategori III adalah kasus dengan dahak yang negatif dengan kelainan paru yang tidak luas, dan kasus tuberkulosis ekstrapulmoner selain dari yang disebut dalam kategori I. d. Kategori IV adalah kasus tuberkulosis kronik.

2.4. DIAGNOSIS DIABETES MELLITUS