disebut ruang Disse yang menghubungkan pembuluh limfe di dalam septum interlobularis. Sel Kupffer mempunyai complement dan reseptor Fc yang dapat
menghilangkan benda asing seperti sel debris dan sisa hasil perombakan sel darah merah. Selain sel endotel dan sel Kupffer juga terdapat komponen yang disebut
Sel Ito Ito Cells. Sel tersebut menyimpan banyak retinoid hati dalam droplet lemak yang banyak terlibat dalam dinamika retinol dalam tubuh Samuelson
2007. Fungsi dasar hati dapat dibagi menjadi: 1 fungsi detoksifikasi, 2 fungsi
metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem metabolisme tubuh yakni metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, 3 fungsi sekresi dan ekskresi
yang berperan membentuk empedu dan mengalirkan empedu ke saluran pencernaan Guyton dan Hall 1997.
Aktivitas SOD tertinggi terdapat dalam hati, kemudian dalam kelenjar adrenal, ginjal, darah, limpa, pankreas, otak, paru-paru, lambung, usus, ovarium,
timus, dan lemak Chow 1988. Jurczuk et al. 2004 menyebutkan bahwa sistem pertahanan antioksidan di hati lebih efektif dibandingkan dengan organ lain. Hati
berperan sebagai komponen utama pertahanan tubuh inang serta menginduksi toleransi terhadap antigen Kleinman al. 2008.
2.3 Enteropathogenic Escherichia coli EPEC
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang, tidak berspora, dan bersifat fakultatif anaerobik. E. coli merupakan bakteri yang
normal terdapat di dalam usus besar manusia dan hewan berdarah panas dan dikenal sebagai bakteri yang tidak berbahaya, sehingga sering ditemukan pada
feses. Bakteri enteropahtogenic E. coli EPEC didefinisikan sebagai bakteri yang
memiliki karakteristik
berikut: 1
kemampuan menimbulkan
diare, 2 kemampuan memproduksi sebuah bentukan histologi pada epitel usus yang
dikenal sebagai
lesio attaching
and effacing
AE lesion,
dan 3 ketidakmampuan memproduksi Shiga-like toxin verocytotoxin. Karakteristik
yang kedua merupakan pembeda antara EPEC dengan strain E. coli penyebab diare lainnya, yang meliputi enterotoxigenic E. coli ETEC, enteroaggregative
E. coli EAEC, dan enteroinvasive E. coli EIEC. Karakteristik yang ketiga merupakan pembeda EPEC dengan E. coli penghasil Shiga-like toxin STEC dan
VTEC dan enterohemorrhagic E. coli EHEC Kaper et al. 2004. Proses patogenitas EPEC diawali dengan perlekatan bakteri pada sel epitel
usus inang dan membentuk lesi attaching and effacing AE Gambar 2. Perlekatan awal EPEC pada sel epitel usus inang diperantarai oleh bundle-forming
pilus BFP diikuti sekresi faktor virulen yang dikenal dengan “molecular syringe” berupa sistem sekresi tipe III. Salah satu faktor yang disuntikkan adalah
Tir translicated intimin receptor yang berfungsi sebagai reseptor membran plasma untuk perlekatan EPEC. EPEC kemudian mengikat Tir melalui protein
membran luar, intimin. Sinyal transduksi terjadi dalam sel inang, termasuk aktivasi protein kinase C PKC, inositol triphosphate IP3, dan pelepasan Ca
2+
. Beberapa protein sitoskeletal termasuk aktin, menjadi tempat melekatnya EPEC.
Pada akhirnya, terjadi penyusunan kembali sitoskeletal setelah Tir-intimin berikatan, dan menghasilkan formasi pedestal-like structure Lu dan Walker
2001.
Gambar 2 Bentuk infeksi EPEC pada epitel usus. Sumber : Lu dan Walker 2001
2.4 Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik