berbagai bentuk, salah satunya senioritas. Senioritas tidak hanya terjadi di sekolah selama siswa baru mengikuti pelajaran. Senioritas bahkan terjadi di
luar sekolah, bahkan di mal.
50
Seniortitas menjadi sangat populer di sekolah- sekolah maupun perguruan tinggi. Bukan tidak mungkin di sekolah negeri
dan swasta, PTN dan PTS kerap terjadi senioritas dengan alasan untuk „menggembleng’ junior agar tahan mental dan fisik selama berada di sekolah
atau perguruan tinggi tersebut. Fenomena bullying telah lama menjadi bagian dari dinamika sekolah.
Umumnya orang lebih mengenalnya dengan istilah-istilah seperti penggencetan,
pemalakan, pengucilan,
intimidasi, dan
lain-lain.
51
Diperkirakan bullying menjadi semakin marak terjadi di sekolah karena orang tua atau orang dewasa lain tidak menganggap serius atau bergeming
atas terjadinya bullying.
52
Anak yang pernah menjadi korban atau menyaksikan bullying bystander cenderung akan menjadi pelaku bullying
atau menganggap bullying sebagai hal yang wajar terjadi.
53
Berdasarkan penelitian Halimah, dkk., terdapat pemgaruh positif persepsi pelaku bullying
pada bystander terhadap intensitas bullying di SMP. Semakin tinggi persepsi pada bystander, maka semakin intens siswa melakukan bullying di sekolah.
54
Hal ini menunjukkan bahwa bystander secara tidak langsung bisa menjadi pelaku atau menjadi korban bullying.
Maraknya fenomena bullying di sekolah-sekolah menimbulkan keinginan para siswa untuk melakukan tindakan bullying. Keinginan mereka
50
Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak, h. 6
51
Robiah Flora, Mengurangi Perilaku Bullying Kelas X-4 Melalui Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing di SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 20122013,
Jurnal Saintech Vol. 06 No. 02, 2014, h. 40
52
Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak, h.9
53
Levianti, Konformitas dan Bullying pada Siswa, Jurnal Psikologi Vol.6 No.1, 2008, h.9
54
Andi Halimah, Persepsi pada Bystander terhadap Intensitas Bullying pada Siswa SMP, h.137
dikarenakan adanya tindakan bullying tersebut terjadi di lingkungan terdekat mereka, yakni sekolah, teman pergaulan, dan keluarga.
C. Penelitian Relevan
Hasil penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian analisis faktor- faktor penyebab bullying di kalangan peserta didik adalah sebagai berikut.
1. Pertama, Sebuah penelitian dilakukan oleh Farisa Handini, mahasiswi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidyataullah Jakarta pada tahun 2010 dengan judul “Hubungan Konsep Diri dengan Kecenderungan
Berperilaku Bullying Siswa SMAN 70 Jakarta”.
55
Tujuan penelitiannya ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan
kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta. Jumlah responden sebanyak 40 siswa yang diambil secara acak dari kelas XI
IPA 1. Dalam penelitian ini, Farisa menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dan teknik statistik yang digunakan adalah
Pearson Product Momen dalam SPSS 16 for Windows. Dalam hasil uji korelasi didapatkan nilai r hitung -0,058 yang signifikan pada level 0,05
dimana r tabel 0,312 maka diperoleh kesimpulan ada hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70
Jakarta yang mengarah pada korelasi negative. Artinya semakin tinggi positif konsep diri siswa, maka semakin rendah kecenderungan
berperilaku bullyingnya. Begitupun sebaliknya, semakin rendah negative konsep diri siswa, maka semakin tinggi kecenderungan
berperilaku bullyingnya. Persamaan antara skripsi ini dengan skripsi penulis terletak pada pembahasan yang sama mengenai perilaku
bullying di kalangan peserta didik tingkat SMASMKSederajat dan
55
Farisa Handini, “Hubungan Konsep Diri dengan Kecenderungan Berperilaku Bullying Siswa SMAN 70 Jakarta”, Skripsi pada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010,
tidak dipublikasikan.
menggunakan jenis sumber data yang sama yaitu data primer dan data sekunder untuk menemukan jawaban atas permasalahan bullying ini.
Sedangkan, perbedaannya terletak pada adanya variable konsep diri, lokasi penelitian, dan metode penelitian yang digunakan.
2. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dina Amalia, mahasiswi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010 yang berjudul “Hubungan Persepsi Tentang Bullying dengan Intensi
Melakukan Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta”.
56
Jenis penelitiannya adalah korelasional. Sedangkan populasinya adalah siswa
kelas XI dan XII SMAN 82 Jakarta Selatan yang diambil dengan teknik stratified random sampling. Sample pada penelitian ini adalah 50 siswa.
Instrument pengumpulannya menggunakan skala likert untuk persepsi dan intensi bullying. Analisis data penelitiannya menggunakan metode
korelasi spearman correlation pada taraf signifikan 0,05 pada two tailed test. Hasil penelitian menyatakan nilai koefisien korelasi r
hitung antara persepsi bullying dengan intensi melakukan bullying adalah 0,286 r tabel Sig. 5 ; N 50 = 0,279, maka hipotesis
alternative Ha yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sginifikan antara persepsi bullying dengan intensi melakukan bullying
diterima. Arah hubungan yang didapat juga menunjukkan postif, yang bermakna bahwa semakin positif persepsi tentang bullying maka akan
semakin tinggi intensi mereka melakukan bullying. Persamaan antara skripsi ini dengan skripsi penulis terletak pada pembahasan yang sama
mengenai perilaku bullying di kalangan peserta didik tingkat SMASMKSederajat dan menggunakan jenis sumber data yang sama
yaitu data primer dan data sekunder untuk menemukan jawaban atas
56
Dina Amalia, “Hubungan Persepsi tentang Bullying dengan Intensi Melakukan Bullying Siswa SMAN 82 Jakarta”, Skripsi pada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010,
tidak dipublikasikan.