15
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Orang Batak termasuk salah satu sub suku bangsa di Indonesia, Suku Batak terdiri dari enam sub suku yang dibagi secara geografis, yaitu: Batak Toba dan Pakpak di
Tapanuli Utara, Batak Karo dan Simalungun di Timur dan Timur Laut Tapanuli Utara, Batak Angkola dan Mandailing di Tapanuli Selatan.
1
Orang Batak Toba yang memiliki filosofi hidup yaitu hagabeon, hamoraon, hasangapon yang dikenal dengan konsep harajaon.
Perkampungan leluhur mereka di kaki gunung pusuk buhit yang tidak jauh dari kota Pangururan sekarang. Etnis Batak
adalah kelompok etnis ke empat terbesar di Indonesia setelah etnis Jawa, Sunda dan Bali Orang Batak Toba sering menyebut mereka sebagai halak hita orang kita untuk
menyebutkan suku sendiri. Orang kita halak kita biasa digunakan diperantauan untuk menunjukkan kedekatan emosional dan kebersamaan di tanah perantauan.
2
1
Johan Hasselgren, Batak Toba di Medan: Perkembangan Identitas Etno-Religius Batak Toba Di Medan 1912-1965,
Medan: Bina Media Perintis, 2008. Hal 63.
2
Ibid, Hal 27.
Untuk menempuh filosofi ini, beberapa tindakan dilakukan oleh orang Batak yaitu hagabeon ditempuh dengan
mendambakan panjang umur dan mendapatkan keturunan dalam ikatan perkawinan khususnya anak laki- laki, Hamoraon, bagian ini di tempuh dengan berusaha sekuat
tenaga untuk mencari kekayaan dan kesejahteraan. Dalam bagian ini harta mempunyai peranan penting dalam kehidupan orang Batak Toba, hasangapon ditempuh dengan
memiliki wibawa yang diwujudkan dengan kekuasaan. Untuk menwujudkan harajaon- nya, Orang Batak didorong untuk bermigrasi mencari wilayah baru yang memungkinkan
dirinya menjadi seorang Raja dalam arti yang luas.
Universitas Sumatera Utara
16
Salah satu wilayah yang menjadi tujuan migrasi Orang Batak Toba adalah wilayah kekuasaan orang Pakpak Dairi. Migrasi Batak Toba ke Kabupaten Dairi diperkirakan
sudah terjadi sekitar tahun 1900-an
3
. Orang Batak Toba yang tinggal dan menetap di Dairi sudah ratusan dan tahun- tahun selanjutnya jumlah terus meningkat sehingga lahan
pertanian yang tersedia tidak mencukupi, sehingga mendorong mereka mencari lahan pertanian yang baru di Dairi
4
. Desa Simanduma merupakan salah satu dari 13 Desa yang ada di kecamatan Pegagan Hilir yang menjadi tujuan migrasi orang Batak Toba. Semakin
banyaknya jumlah pendatang semakin banyak sumber berita tentang Dairi kepada saudara-saudara mereka yang ada di Bonapasogit. Sejak tahun 1925 Dairi semakin
dikenal sebagai daerah panombangan.
5
3
Merisdawaty Limbong, Migrasi Batak Toba Di Sidikalang, 1964-1985, Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2010. Hal 23.
4
Dairi terbagi atas 5 wilayah suak yaitu, Pakpak Simsim yang menetap di Simsim, Pakpak Keppas yang menetap di kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan Kecamatan
Sidikalang, Pakpak Pegagan yang menetap di Pegagan Hilir, Tiga Lingga dan Sumbul Pegagan, Pakpak Kelasen yang menetap di Kecamatan Parlilitan, Pakkat dan Barus, Pakpak Boang yang menetap di wilayah
Singkil. Lister brutu, Nurbani Padang, Tradisi Dan Perubahan konteks Masyarakat Pakpak Dairi, Medan: C. V Monora 1998. Hal 3.
5
Refi Roslila Siringo-Ringo, Migrasi Batak Toba di Sumbul Pegagan, 1971-1990, Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2008. Hal 37.
Orang- orang dari Holbung, Silindung, dan Toba Holbung tidak hanya berbondong- bondong ke Sidikalang atau daerah- daerah yang sudah
ditempati pendatang yang sudah lebih duluan, tetapi juga mencari daerah- daerah baru ke seluruh pelosok Dairi bahkan ada yang sampai ke Tanah Alas dan Singkil. Mereka
mendirikan rumah- rumah sederhana di ladang- ladang mereka atau beberapa marga dari daerah asal yang sama mendirikan satu kampung di daerah yang baru ditempati. Maka
tidak heran kalau di temukan pada satu tempat yang semuanya satu marga juga. Pendatang dari Humbang dan Toba Holbung ada yang membuka lahan persawahan dan
tentu lebih banyak yang membuka kebun kopi karena kondisi daerah yang yang cocok dengan tanaman keras.
Universitas Sumatera Utara
17
Perpindahan orang Batak Toba datang dengan mengikuti ajakan keluarga ataupun kerabat dekat yang sudah terlebih dahulu tinggal dan menetap. Mereka biasanya sudah
berhasil meningkatkan taraf hidup seperti memiliki tanah. Pada masyarakat tradisional Batak Toba tanah berperan ganda, semakin banyak tanah yang di miliki maka akan
sangap atau wibawa sosialnya akan tinggi dalam masyarakat. Tanah juga merupakan harta benda yang akan di wariskan kepada keturunanya.
Penyebab migrasi orang Batak Toba ke Desa Simanduma disebabkan berbagai faktor seperti adanya faktor pendorong dan penarik baik dari daerah asal maupun daerah
yang dituju. Salah satu faktor yang dominan adalah faktor ekonomi. Kebutuhan hidup yang beraneka ragam dan semakin lama semakin mengalami peningkatan, serta jumlah
anggota keluarga juga semakin bertambah tetapi tidak didukung dengan pendapatan ekonomi yang baik pada satu keluarga. Sedangkan sektor pertanian juga tidak dapat
diandalkan. Keadaan lahan yang tandus dan iklim yang tidak mendukung turut menyebabkan kesulitan ekonomi. Ketidak cukupan lahan atau ketidak mampuan lahan
untuk menjamin kelangsungan hidup anggota masyarakat tersebut membuat mencari perluasan lahan pertanian ke daerah lain karena pembukaan lahan-lahan pertanian baru
terutama persawahan tidak mungkin lagi didaerah asal mereka dan sumber penghasilan lainya juga sangat terbatas. Sementara itu perekonomian dalam hal ini pertanian dan
persawahan di Desa Simanduma mulai mengalami peningkatan seiring dengan penanaman kopi Robusta dan kopi Arabika
6
Selain faktor demografi dan ekonomi, pembukaan jalan turut menyumbang laju migrasi Batak Toba ke Desa Simanduma. Pada waktu hubungan lalu lintas masih di
dominasi jalan setapak, perpindahan penduduk dari Tapanuli Utara kedaerah-daerah .
6
Merisdawaty Limbong, op.cit, Hal 15.
Universitas Sumatera Utara
18
sekitarnya ditempuh beberapa hari perjalanan, namun dengan dibukanya jalan-jalan yang lebih besar yang menghubungkan antara daerah semakin banyak dibangun sehingga
Tapanuli Utara semakin terbuka dengan daerah luar melalui pembukaan jalan-jalan yang menghubungkan daerah tapanuli dengan daerah lainya seperti dari Siborong-borong-
Doloksanggul-Sidikalang tahun 1930
7
Pertambahan penduduk orang Batak Toba di Desa Simanduma terus bertambah. Sekitar tahun 1985 orang Batak Toba yang tinggal menetap sudah banyak ± 100 kepala
keluarga dan secara berlahan-lahan terus bertambah karena banyak keluarga yang sudah tinggal di Desa Simanduma itu mengajak saudara, kerabat atau famili yang ada di daerah
asal untuk tinggal di daerah ini karena masih banyak lahan yang kosong dan kesuburan tanah serta persawahan cukup baik. Kedatangan mereka ada yang datang dengan keluarga
maupun secara individu dengan ikatan persaudaraan yang sama dan juga ada yang berbeda marga. Di Desa Simanduma itu sendiri kebanyakan bermarga Banjar Nahor,
Siregar dan Lumbangaol. .
8
Pada waktu mereka datang, Desa ini dihuni oleh masyarakat Pakpak yang daerahnya memiliki banyak lahan yang kosong hanya berupa hutan yang ditumbuhi
pohon-pohon yang besar. Dapat di katakan bahwah Desa Simanduma itu sendiri pada awalnya hanyalah hutan yang kemudian dibuka oleh masyarakat Batak Toba untuk
dijadikan lahan pertanian dengan cara membeli tanah pada masyarakat penduduk asli Pakpak
9
7
O.H.S Purba. Elvis f Purba,, “Migrasi Spontan Batak Toba Marserak: Sebab, Motif dan Akibat Perpindahan Penduduk dari Daratan Tinggi Toba.” Medan: Monora, 1997. Hal 91
.
8
Wawancara Pine Lumbanggaol, Simanduma, 30 Mei 2013
9
Secara etimologis, Pakpak artinya puncak gunung. Orang Pakpak disebut orang pegunungan karena sebagian besar hidup dan bertempat tinggal di pegunungan. Budi Agustono, Konferensi Nasional
Sejarah: Etnik Pakpak Membelah Wilayahnya Sendiri: Pemekaran Kabupaten Pakpak Barat, 2011.
. Kondisi tanah di daerah ini cukup subur dan juga sangat baik untuk daerah persawahan karena terdapat aliran sungai yang dapat menunjang pengairan pada
Universitas Sumatera Utara
19
persawahan, selain persawahan juga terdapat tanaman kopi, jagung dan tanaman holtikultura lainya. Hal ini membuat para petani Batak Toba yang datang ke daerah ini
harus mencocokkan diri untuk mulai beralih ke perladangan dan persawahan. Awal kedatangan petani Batak Toba ini mereka menebang hutan untuk lahan pertanian serta
membuat tali air atau irigasi dari sungai yang paling dekat dengan Desa. Mereka bekerja keras untuk membuka lahan baru untuk di tanami tanaman kopi. Hal ini merupakan
pekerjaan yang biasa bagi mereka karena di kampung halamannya Batak Toba sudah terbiasa bekerja keras. Dengan cara seperti ini memberi harapan baru kepada para migran
Batak Toba, sehingga mereka gigih bekerja untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yang akan memperbaiki ekonomi mereka dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka
dan anak- anaknya. Orang Batak Toba menjadi dominan di Desa Simanduma Hal ini disebabkan
karena Batak Toba lebih unggul dari masyarakat Pakpak dalam bidang pendidikan. Dilihat juga dari bidang pendidikan orang Pakpak masih jauh ketinggalan jika
dibandingkan dengan orang Batak Toba. Keterbelakangan dalam bidang pendidikan pada masyarakat Pakpak disebabkan rendahnya minat untuk melanjutkan pendidikan anak-
anaknya ke jenjang yang lebih Tinggi. Sedangkan orang Batak Toba jauh lebih maju dalam bidang pendidikan sehingga memudahkan bagi orang Batak Toba untuk menguasai
orang Pakpak di Desa Simanduma. Bahasa merupakan unsur dari kebudayaan yang paling cepat terpengaruh, bila tidak bisa dipertahankan maka unsur- unsur budaya lainnya akan
hilang. Dengan demikian pengaruh bahasa Batak Toba membawa perubahan di di Desa Simanduma, dengan kata lain orang Batak Toba dapat mempertahankan bahasa sendiri di
daerah migran yang merupakan hal yang paling sulit dan sebaliknya penduduk asli tidak dapat mempertahankan bahasa mereka sendiri. Dalam kehidupan sehari- hari sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
20
orang Batak Toba menyadari telah memberikan kesempatan bagi orang Pakpak untuk memakai bahasa mereka, karena orang Batak Toba sebagai orang Pendatang harus
menghargai orang pakpak, dengan harapan orang pakpak mampu belajar dan mempertahankan bahasa sendiri, dimulai dari percakapan di kalangan keluarga dan
percakapan sehari- hari. Maka dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pengaruh bahasa Batak
Toba itu sangat kuat pada masyarakat generasi muda Pakpak. Keluarga Pakpak yang tinggal di Simanduma, sehingga hampir tidak mengetahui domain unsur- unsur tertentu
dalam berbahasa, termasuk domain bahasa dalam keluarga. Sementara domain- domain bahasa lain yang menyangkut pendidikan, teman sebaya, atau teman bermain seluruhnya
itu sudah dikuasai Batak Toba Bertambahnya jumlah penduduk orang Batak Toba di Desa Simanduma membawa
perubahan tidak hanya pada masyarakat Batak Toba tetapi juga dengan orang Pakpak yang relatif berbeda budaya dengan orang Pakpak sebagai penduduk asli. orang Batak
Toba sebagai pendatang yang membawa budaya sendiri dan menjalankan budayanya didaerah Pakpak dapat beradaptasi dengan budaya setempat. Bahkan sebagai masyarakat
pendatang cenderung untuk mempengaruhi budaya setempat. Orang Pakpak di Desa Simanduma ini bahkan cenderung mengikuti budaya Batak Toba hal ini terlihat dalam
berbagai upacara seperti perkawinan, upacara meninggal, dan pesta- pesta kecil lainnya. Dengan latar belakang permasalahan yang dikemukakan, penulis tertarik untuk
meneliti keberadaan orang Batak Toba yang tinggal di Desa Simanduma dengan judul
tulisan yaitu “Orang Batak Toba Di Desa Simanduma 1985- 2000”.
Universitas Sumatera Utara
21
Berdasarkan hasil penelitian, Orang Batak Toba di Desa Simanduma tidak mengalami akulturasi budaya dengan budaya lokal, bahkan masyarakat Simanduma
cenderung untuk mengunakan tradisi Batak Toba. Adaptasi budaya Batak Toba oleh masyarakat menjadi topik permasalah yang menarik, karena biasa dalam migrasi suku-
suku tertentu kesuatu wilayah, masyarakat pendatang cenderung untuk beradaptasi terhadap budaya setempat. Hasil penelitian juga menunjukkan orang Batak Toba dengan
Pakpak lebih memilih hidup berkelompok. Proses perubahan dan pengelompokan pemukiman menjadi hal yang unik dan menarik untuk diteliti di mana kedua orang
memiliki budaya yang berbeda walaupun termasuk dalam suku bangsa yang sama sebagai suku Batak.
Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan sejarah ini, penulis membatasi waktu antara tahun 1985-2000 penelitian di awali tahun 1985 karena jumlah orangBatak
Toba di Desa Simanduma semakin bertambah karena adanya pembukaan lahan pertanian dan pemukiman yang baru lahan Sedangkan tahun akhir batasan penulisan ini yaitu pada
tahun 2000 orang Batak Toba memiliki perkampungan huta sendiri. Pembatasan waktu ini diharapkan dapat mempermudah penulisan dalam pengkajianya.
Universitas Sumatera Utara
22
2. Rumusan Masalah