Analisa Kadar Fosfat Pada Limbah Cair Rumah Sakit Dan Air Sungai Disekitarnya Secara Spektrofotometri UV - VIS

(1)

ANALISA KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH

SAKIT DAN AIR SUNGAI DISEKITARNYA SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

KARYA ILMIAH

FEBRI YANTHI TAMBUNAN

102401058

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DAN AIR SUNGAI DISEKITARNYA SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan mematuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

FEBRI YANTHI TAMBUNAN 102401058

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR FOSFAT PADA LIMBAH

CAIR RUMAH SAKIT DAN AIR SUNGAI DISEKITARNYA SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV - VIS

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : FEBRI YANTHI TAMBUNAN

Nomor Induk Mahasiswa : 102401058

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

Disetujui di Medan , Juli 2013

Diketahui/Disetujui Oleh:

Ketua Program Studi D3 Kimia Dosen Pembimbing F-MIPA USU

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Rumondang Bulan,M.S NIP. 195512181987012001 NIP.195408301985032001

Ketua Departemen Kimia F-MIPA USU


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DAN AIR SUNGAI DISEKITARNYA SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

FEBRI YANTHI TAMBUNAN 102401058


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, berkat petunjuk dan Anugrah yang tak terhingga dari-Nya, serta Shalawat berangkaikan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan Studi Program Diploma (D-3) Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Karya Ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan (Baristand Industri Medan), dengan judul “ Penentuan Kadar Fosfat Air Sungai Pembuangan Limbah Cair Rumah Sakit secara Spektrofotometer UV-VIS”.

Selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara, penulis telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan, pengarahan, serta dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan program pendidikan dan penyusunan Karya Ilmiah ini dengan baik.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW atas rahmat dan karunia yang tiada habisnya. Terimakasih kepada Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M. Phil sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis. Terimakasih kepada Dr. Rumondang Bulan M.S, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA-USU, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Terimakasih Dra. Emma Zaidar Nasution selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA-USU Medan, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh staff dan Dosen Matematika FMIPA USU, pegawai FMIPA USU. Terima kasih kepada rekan-rekan IMKAN teristimewa kepada Nova, Puput, Veronicha, Irma, Suayba. Akhirnya terimakasih yang tiadatara kepada ayahanda Syaiful Tambunan, dan Ibunda Alm. Senny Simanjuntak atas kasih sayang dan restunya yang telah mendidik, memberi motivasi, dukungan moril maupun immaterial, serta bimbingan kepada penulis dalam setiap langkah perjalanan dari kehidupan penulis, dan terimakasih kepada Adinda Lina Shaari Tambunan, Nur Asiah Ramadhani Tambunan, Laila Fitriani Siregar, dan terimakasih kepada Mak Tua R. Br. Sianturi, kakanda Risa Maharani, S.Pd serta seluruh keluarga besar penulis, atas do’a, bimbingan dan dorongannya.


(6)

Penulis menyadari masih banyak kelemahan serta kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat, dan tiada petunjuk kearah itu kecuali yang datang dari Allah SWT. Kepada-Nya kita bertawakkal dan kepada-Nya jualah kita kembali.

Wabillahittaufiq Walhidayah.


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar fosfat terhadap limbah cair rumah sakit dan air sungai disekitar rumah sakit. Penentuan kadar fosfat dengan menggunakan asam askorbat sebagai reduktor dengan cara spektrofotometer dengan panjang gelombang 880 nm, dimana dalam suasana asam Ammonium molibdat dan Kalium antimoniltartrat bereaksi dengan ortofosfat membentuk senyawa asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat menjadi kompleks biru molibden. Dari hasil analisa diperoleh kadar Fosfat sebesar: 0,00016 mg/L - 0,0058 mg/L. Adapun kadar Fosfat berdasarkan ketentuan baku mutu limbah cair bagi kegiatan Rumah Sakit adalah 2 mg/L. Jadi limbah cair rumah sakit masih memenuhi standar.


(8)

ANALYSIS PHOSPHATE IN WASTE WATER HOSPITAL AND RIVER SURROUNDING WITH SPEKTROFOTOMETRY

ABSTRACT

Have been made analysis phosphate content about waste water hospital and river around hospital. Act of determining phosphat with applying for ascorbic acid as reducer by gething UV-VIS spectrophotometry method with a wave lenght of 880 nm. Where on acid ambience Ammonium molybdate and Pottasium antimonyltartrat reacting to Orthophosphoric acid forming Phosphomolybdent and than reduction by ascorbic acid become blue Molibdent complex. From analysis results content phosphate is 0,00016 mg/L- 0,0058 mg/L. Phosphate content building on certainly standart waste water for hospital activity is 2 mg/L. So waste water from hospital still fill the standart.


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

4.1 Data absorbansi larutan seri standart 37

4.2 Data konsentrasi sampel 37

4.3 Data penentuan persamaan garis regresi dengan


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup 45 2. Grafik metode biasa larutan standart 46 3. Grafik metode Least Square 47


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar tabel vi

Daftar lampiran vii

Bab 1. Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 4

1.3. Tujuan Penelitian 4

1.4. Manfaat Penelitian 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 5

2.1. Manfaat Sumberdaya Air 5

2.1.1. Pengolahan Air 6

2.1.2. Parameter Uji Kualitas Air 6

2.1.3. Dampak Pencemaran 10

2.2. Limbah 11

2.2.1. Limbah Rumah Sakit 11

2.2.2. Limbah Cair Rumah Sakit 13 2.2.3. Pengolahan Limbah Rumah Sakit 14

2.2.4. Pengolahan Lumpur 15

2.3. Fosfor 15

2.3.1. Sifat Fosfor 16

2.3.2. Terjadinya Fosfor 17

2.3.3. Tersedianya Fosfor 18

2.3.4. Manfaat Fosfor 18

2.3.5. Efek Fosfor 20

2.3.6. Penghilangan Unsur Fosfor 21

2.4. Fosfat 22

2.5. Spektrofotometri 25

2.5.1. Spektrofotometer UV-Visible 26 2.5.2. Peralatan Untuk Spektrofotometer 28 2.5.3. Prinsip Kerja Alat Spektrofotometer 30 2.5.4. Kesalahan-Kesalahan dalam Spektrofotometri 31

Bab 3. Metodologi Percobaan 32

3.1. Alat-alat 32

3.2. Bahan 33

3.3. Prosedur 33

3.3.1. Pembuatan Pereaksi 33

3.3.2. Pembuatan Larutan Standar 35 3.3.3. Penentuan Nilai Absorbansi untuk Larutan Seri

Standart 0,1 ppm; 0,3ppm; 0,5ppm;0,7ppm; 1ppm 35


(12)

Bab 4. Hasil dan Pembahasan 37

4.1. Hasil Percobaan 37

4.2. Perhitungan 38

4.3. Pembahasan 41

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 43

5.1. Kesimpulan 43

5.2. Saran 43

Daftar Pustaka 44

Lampiran 45


(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar fosfat terhadap limbah cair rumah sakit dan air sungai disekitar rumah sakit. Penentuan kadar fosfat dengan menggunakan asam askorbat sebagai reduktor dengan cara spektrofotometer dengan panjang gelombang 880 nm, dimana dalam suasana asam Ammonium molibdat dan Kalium antimoniltartrat bereaksi dengan ortofosfat membentuk senyawa asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat menjadi kompleks biru molibden. Dari hasil analisa diperoleh kadar Fosfat sebesar: 0,00016 mg/L - 0,0058 mg/L. Adapun kadar Fosfat berdasarkan ketentuan baku mutu limbah cair bagi kegiatan Rumah Sakit adalah 2 mg/L. Jadi limbah cair rumah sakit masih memenuhi standar.


(14)

ANALYSIS PHOSPHATE IN WASTE WATER HOSPITAL AND RIVER SURROUNDING WITH SPEKTROFOTOMETRY

ABSTRACT

Have been made analysis phosphate content about waste water hospital and river around hospital. Act of determining phosphat with applying for ascorbic acid as reducer by gething UV-VIS spectrophotometry method with a wave lenght of 880 nm. Where on acid ambience Ammonium molybdate and Pottasium antimonyltartrat reacting to Orthophosphoric acid forming Phosphomolybdent and than reduction by ascorbic acid become blue Molibdent complex. From analysis results content phosphate is 0,00016 mg/L- 0,0058 mg/L. Phosphate content building on certainly standart waste water for hospital activity is 2 mg/L. So waste water from hospital still fill the standart.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tak akan dapat hidup tanpa air. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati dan kedua, air untuk kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya.

Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air. Proses kimia yang terjadi di dalam tubuh kita, yaitu yang disebut metabolisme, berlangsung dalam medium air. Molekul air juga ikut dalam banyak reaksi kimia metabolisme. Air merupakan alat untuk mengangkut zat dari bagian tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lain. Misalnya, darah, yang sebagian besar terdiri atas air, mengalir keseluruh bagian tubuh dan membawa oksigen yang terikat pada sel darah merah ke semua sel dalam tubuh. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

Baik kuantitas maupun kualitas air harus dapat memenuhi kebutuhan kita. Di sebagian besar tanah air kita, curah hujan cukup tinggi. Karena itu dari segi kuantitas di banyak tempat di negara kita, air tidak jadi masalah, apalagi jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Akan tetapi dari segi kualitas, air kita makin memprihatinkan.


(16)

Kualitas air di tentukan banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup, khususnya jasad renik di dalam air. Air murni yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat yang terlarut ada yang debersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar.

Pencemaran dapat berasal dari beberapa sumber. Sumber pencemaran yang paling utama di negara kita adalah limbah rumah tangga. Limbah rumah sakit termasuk limbah rumah tangga sesuai dengan peraturan Men.Kes R.I. no.173/MenKes/Per/Vii/77. Dalam melakukan kegiatannya rumah sakit dapat menimbulkan berbagai buangan, misalnya limbah kimia dari laboratorium, rumah sakit. Limbah ini mengandung berbagai jenis zat kimia yang berbahaya, antara lain fosfat.

Air biasanya mengandung fosfat anorganik terlarut. Fitoplankton dan tanaman lain akan mengabsosbsi fosfat ini dan membentuk senyawa misalnya adenosin trofosfat, ATP. Seperti nitrogen, fosfor memasuki air melalui berbagai jalan seperti, limbah, kotoran, sisa pertanian, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan yang sudah mati.

Fosfor terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terinfiltrasi kedalam air tanah dan akhirnya masuk kedalam sistem perairan terbuka ( sungai dan danau). Selain itu dapat berasal dari atmosfer dan bersama dengan curah hujan masuk ke dalam sistem perairan. Fosfor bersama dengan nitrogen sangat berperan dalam proses terjadinya eutrofikasi di suatu ekosistem air. Seperti diketahui bahwa fitoplankton dan tumbuhan air lainnya membutuhkan nitrogen


(17)

dan fosfor sebagai sumber nutrisi utama pertumbuhannya. Dengan demikian maka peningkatan unsur fosfor dalam air akan dapat meningkatkan populasi algae secara massal yang dapat menimbulkan eutrofikasi dalam ekosistem air. Pencegahan populasi fosfor juga dilakukan dengan melarang deterjen mengandung fosfat. Demikian pula dengan mewajibkan pengolahan limbah industri memberikan air kapur atau aluminium sulfat agar fosfatnya mengendap dan dibuang (Barus,T.A.2004).

Rumah sakit adalah suatu prasarana layanan kesehatan yang hasil dari kegiatan sehari – harinya akan menghasilkan limbah cair yang mengandung zat- zat kimia yang berbahaya. Salah satu diantaranya adalah fosfat. Kadar fosfat yang tinggi berasal dari limbah cair yang dibuang ke suatu ekosistem air secara terus menerus sehingga terakumulasi dalam jumlah yang banyak. Peningkatan unsur hara tersebut akan meningkatkan proses pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan air yang sangat cepat sehingga terjadi ledakan populasi vegetasi yang sering disebut sebagai blooming.

Berdasarkan uraian diatas , maka penulis ingin mengetahui kandungan kadar fosfat pada limbah cair rumah sakit dan air sungai disekitar rumah sakit dan mengangkat judul karya ilmiah “ ANALISA KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DAN AIR SUNGAI DISEKITARNYA SECARA


(18)

1.2. Permasalahan

Dari uraian diatas, timbul permasalahan apakah kadar fosfat dari limbah cair Rumah Sakit memenuhi standar baku mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, dan bagaimana dampak kelestarian lingkungan dari pembuangan limbah rumah sakit ke sungai.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar fosfat dari limbah cair Rumah Sakit dan air sungai di sekitar Rumah Sakit

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat apakah air sungai di sekitar Rumah Sakit masih layak digunakan atau tidak

2.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui kadar fosfat dalam air sungai

2. Dapat mengetahui cara penentuan kadar fosfat pada air


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manfaat Sumberdaya Air

a. Untuk kebutuhan domestik, penduduk yang bertempat tinggal di perkampungan/desa memanfaatkan sungai sebagai tempat untuk mendapat air untuk kebutuhan sehari-hari dan juga sebagai tempat pembuangan limbah.

b. Untuk kebutuhan pertanian, untuk mengairi sawah dan ladang umumnya digunakan air sungai, air danau, air irigasi serta air hujan. Sisa air yang tak terambil oleh tanaman akan menguap, masuk kedalam tanah menjadi air tanah dan masuk kedalam aliran air sungai.

c. Untuk industri, air di butuhkan di berbagai industri sebagai penunjang proses industri, misalnya untuk pemanasan atau pendinginan mesin-mesin industri serta juga sebagai komponen yang dibutuhkan untuk proses produksi industri yang terletak dengan aliran air sungai umumnya mengambil kebutuhan airnya dari sungai dan membuang limbahnya kembali kedalam sungai.

d. Untuk perikanan, rekreasi dan alin-lain, untuk perikanan dan lain-lain dapat memanfaatkan air sungai, air danau, air payau dan air laut sesuai dengan kebutuhan habitat dari organisme air tertentu. ( Barus, 2004 ).


(20)

2.1.1 Pengolahan Air

1. Pengolahan fisika, yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi/ menghilangkan kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah.

2. Pengolahan kimia, yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya.

3. Pengolahan bakteriologis, yaitu suatu tingkat pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara/jalan membubuhkan kaporit ( zat desinfektan ).

2.1.2 Parameter Uji Kualitas Air

Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, dilakukan serangkaian tahap pengujian untuk menentukn tingkat pencemaran tersebut. Beberapa parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu:

a. Nilai keasaman (pH) dan alkalinitas

Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6 hingga 8. Air limbah atau air yang tercemar memiliki pH sangat asam atau pH cenderung basa, tergantung dari jenis limbah dan komponen pencemarnya.

b. Suhu

Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut di dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya


(21)

kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan air pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian ikan dan hewan lainnya.

c. BOD/COD

BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup didalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan pencemar di dalam air.

COD (Chemical Oxygen Demand), merupakan uji yang lebih cepat daripada uji BOD yaitu suatu uji yang berdasarkan suatu reaksi kimia tertentu untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air.

d. Warna, rasa dan bau

Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati.

e. Jumlah padatan

Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel dan sifat-sifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap (sedimen), padatan tersupensi dan padatan yang terlarut.


(22)

f. Kehadiran mikroba pencemar

Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa dan bakteri. Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator kualitas perairan.

g. Kandungan minyak dan lemak

Meskipun minyak mengandung senyawa volatil yang mudah menguap, namun masih ada sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat larut didalam air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke pantai atau tanah disekeliling sungai. Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar mataharike dalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhabat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan ratai makanan di dalam air.

h. Kandungan bahan radioaktif

Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri peleburan dan pengolahan logam, sering kali ditemukan bahan-bahan radioaktif seperti uranium, thorium-230 dan radium-226. Komponen-komponen tersebut dapat terlarut dalam air hujan dan masuk ke sumber-sumber air yang ada.


(23)

i. Kandungan logam berat

Logam berat atau logam toksik adalah terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok elemen-elemen logam hkebanyakan tergolong berbahaya bila masuk kedalam tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut juga sebagai trace metals. j. Phospat

Banyak terdapat di peraiaran dalam bentuk inorganik dan organik sebagai larutan , debu, dan tubuh organisme. Sumber utama phospat inorganik dari penggunaan detergen, alat pembersih untuk keperluan rumah tangga atau industri, dan pupuk pertanian.

k. Nitrat, nitrit dan amonia

Merupakan senyawa nitrogen organik yang sangat banyak mendapat perhatian pada kualitas air. Nitrat biasanya ada di permukaan dalam konsentrasi kecil, dan kemungkinan mencapai konsentrasi tinggi pada air tanah. Dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang disebut inflantile methomolobinemia. Nitrit adalah unsur penting dalam proses photosintesis tanaman air. Nitrit merupakan bentuk antara oksida amonia ke nitrit atau reduksi nitrat ke amonia. Nitrit dapat masuk perairan melalui air limbah industri. Nitrit adalah penyebab sebenarnya, karena di dalam rubuh dapat mengikat zat besi dari hemoglobin yang membentuk methemoglobinemia. Asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamin yang kebanyakan diketahui potensi karsinogenik. Amonia secara alamiah ada di air permukaan dan air limbah. Pada air tanah konsentrasi sangat rendah


(24)

karena terikt pada partikel tanah sehingga tidak lepas dari tanah. Amonia dihasilkan dari determinasi urea dan dan nitrogen organik melalui proses hidrolisis.

2.1.3. Dampak pencemaran

Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragam atau punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton. Dengan menurunya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologis perairan dapat terganggu. Sistem ekologis perairan (ekosistem) mempunyai kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi.

Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk, seperti timbulnya bau, menurunya keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen-komponen beracun (Nugroho,A.1996).


(25)

2.2. Limbah

2.2.1 Limbah Rumah Sakit

Limbah rumah sakit mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalansi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Selain itu, limbah layanan kesehatan juga mencakup limbah yang berasal dari sumber-sumber kecil atau menyebar misalnya limbah hasil perawatan yang dilakukan di rumah sakit (dialisis, suntikan insulin, dan sebagainya ).

Klasifikasi limbah berbahaya yang berasal dari layanan kesehatan masyarakat yaitu: limbah infeksius, limbah patologis, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah genotoksik, limbah kimia, limbah yang mengandung logam berat, limbah radioaktif.

a. Limbah infeksius

Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan.

b. Limbah patologis

Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia dan bangkai hewan, darah dan cairan tubuh.

c. Limbah benda tajam

Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, skalpel, pisau ,peralatan infus, dan pecahan kaca. Baik terkontaminasi maupun tidak.


(26)

d. Limbah farmasi

Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat.

e. Limbah genotoksik

Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, atau karsinogenik. Limbah ini menimbulkan persoalan pelik, baik di dalam area kesehatan itu sendiri maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus. Limbah genotoksik dapat mencakup obat- obatan sitostatik tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan sitostatik, zat kimia, maupun radioaktif.

f. Limbah kimia

Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun gas yang berasal dari, misalnya dari aktivitas diagnostik dan eksperiment serta dari pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian desinfektan. Limbah kimia dari instalansi kesehatan bisa berupa limbah berbahaya, bisa juga tidak. pemeliharaan anstalasi kesehatan dan kemungkinan ditemukan di dalam limbah yaitu, formaldehid, zat kimia fotografis, solven, zat kimia organik, dan zat kimia anorganik.

g. Limbah yang mengandung logam berat

Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik.


(27)

Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak.

h. Limbah radioaktif

Limbah radioaktif juga mencakup benda padat, cair dan gas yang terkontaminasi radionuklida. Limbah ini terbentuk akibat pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara in- vivo, dan berbagai jenis metode investigasi dan terapi lainnya.

2.2.2. Limbah Cair Rumah Sakit

Limbah cair dari layanan kesehatan mutunya serupa dengan limbah cair yang berasal dari daerah perkotaan, tetapi mungkin juga mengandung berbagai komponen berbahaya yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Patogen mikrobiologis

Keprihatinan utama saat ini berkaitan dengan limbah cair yang mengandung begitu banyak patogen usus, termasuk bakteri, virus, dan cacing, yang mudah menular melalui air.

b. Zat kimia berbahaya

Sejumlah kecil zat kimia yang berasal dari aktivitas pembersihan dan desinfektan biasanya dibuang secara teratur ke selokan. Jika rekomendasi yang ada tidak diikuti, maka akan semakin banyak jenis zat kimia yang terkandung dalam limbah cair.


(28)

c. Sediaan farmasi

Sejumlah kecil sediaan farmasi biasanya juga dibuang ke selokan dari apotik rumah sakit dan dari berbagai bangsal. Jika rekomendasi pada limbah sediaan farmasi tidak diikuti, akan semakin banyak jenis sediaan farmasi, termasuk antibiotik dan obat-obatan genetoksik yang juga akan dibuang ke selokan.

d. Isotop radioaktif

Sejumlah kecil isotop radioaktif akan dibuang ke selokan dari bagian onkologi, tetapi pembuangan tersebut tidak akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan jika rekomendasi yang ada dipatuhi.

2.2.3. Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Banyak rumah sakit, terutama rumah sakit yang sistem pembuangannya tidak terhubung dengan instalasi pengolahan limbah kota, memiliki instalasi pengolahan limbahnya sendiri. Pengolahan limbah cair rumah sakit ditempat hanya akan efisien jika mencakup aktivitas sebagai berikut:

a. Pengolahan primer

b. Purifikasi biologis sekunder. Sebagian besar cacing akan mengendap dalam lumpur akibat proses purifikasi sekunder, demikian pula dengan bakteri (90-95%) dan virus; dengan demikian walau sudah terbebas dari cacing efluen masih mengandung bakteri dan virus dalam konsentrasi yang infektif.

c. Pengolahan tersier. Efluen sekunder kemungkinan akan mengandung minimal 20 mg/L zat organik terlarut yang jika didesinfeksi dengan klor


(29)

hasilnya tidak akan efisien. Dengan demikian, efluen harus menjalani pengolahan tersier, misalnya pengolaman; jika tidak tersedia cukup ruang untuk membuat kolam, teknik filtrasi pasir cepat dapat dipakai untuk menghasilkan efluen tersier dengan kadar zat organik yang jauh lebih berkurang (<10 mg/L).

d. Desinfeksi klor. Agar konsentrasi patogen sebanding dengan konsentrasi yang ditemukan dalam air di alam, efluen tersier harus menjalani desinfeksi klor sampai mencapai kadar yang ditetapkan. Desinfeksi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan klor dioksida, natrium hipoklorit, atau gas klor. Pilihan lainnya adalah dengan melakukan desinfeksi sinar ultraviolet.

2.2.4. Pengolahan Lumpur

Lumpur yang bersal dari instalansi pengolahan limbah perlu menjalani proses pengolahanan aerob dahulu untuk memastikan musnahnya sebagian besar patogen melalui metode pemanasan. Cara lain adalah dengan menghamparkan lumpur tersebut dalam kolam-kolam pengeringan kemudian dimasukkan insenerator bersama dengan limbah layanan kesehatan yang infeksius. Pengolahan limbah rumah sakit di tempat akan menghasilkan lumpur yang mengandung cacing dan patogen lain dalam konsentrasi yang cukup tinggi (Fauziah,M. 2005).


(30)

2.3. Fosfor

Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi mahluk hidup. Fosfor terdapat di alam dalam dua bentuk yaitu senyawa fosfat organik dan senyawa fosfat anorganik. Senyawa fosfat organik terdapat pada tumbuhan dan hewan, sedangkan senyawa fosfat anorganik terdapat pada air dan tanah dimana fosfat ini terlarut dia air tanah maupun air laut yang terkikis dan mengendap di sedimen. Fosfor juga merupakan faktor pembatas. Perbandingan fosfor dengan unsur lain dalam ekosistem air lebih kecil daripada dalam tubuh organisme hidup. Diduga bahwa fosfor merupakan nutrien pembatas dalam eutrofikasi; artinya air dapat mempunyai misalnya konsentrasi nitrat yang tinggi tanpa percepatan

eutrofikasi asalkan fosfat sangat rendah

2.3.1. Sifat Fosfor

1. Sifat Fisika Unsur Fosfor a. Titik didih : 550 K b. Wujud : padat

c. Warna : tidak berwarna/merah/putih d. Titik leleh : 317,3 K (44,2 oC)¬(277 oC)

e. Massa jenis (fosfor putih) : 1,823 g/cm3¬2,34 g/cm3

f. Energi ionisasi (fosfor putih) : 1011,8. (fosfor hitam) : 2,609 g/cm3 g. Secara umum fosfor membentuk padatan putih yang lengket

h. Memiliki bau yang tak enak tetapi ketika murni menjadi tak berwarna


(31)

i. Fosfor putih mudah menguap j. Larut dalam pelarut nonpolar

k. Fosfor merah tidak larut dalam semua pelarut (benzena) l. Fosfor putih bersifat sangat reaktif.

2. Sifat Kimia Unsur Fosfor a. Memancarkan cahaya.

b. Mudah terbakar di udara, beracun.

c. Fosfor putih digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam fosfat di industri.

d. Fosfor merah bersifat tidak reaktif, kurang beracun. Fosfor merah digunakan sebagai bahan campuran pembuatan pasir halus dan bidang gesek korek api.

http://www.slideshare.net/aghnanprahas/fosfor-14710430

2.3.2. Terjadinya Fosfor

Hanya beberapa persen saja fosfor yang ada di dalam tanah yang tersedia bagi tumbuh- tumbuhan berderajat tinggi. Kebanyakan fosfat- fosfat dalam tanah secara relatif tidak dapat larut. Fosfat-fosfat besi dan kelompok kombinasi- kombinasi kalsium secara khusus tak dapat larut. Sumber fosfor yang langsung untuk menumbuhkan tanaman-tanaman adalah dalam bentuk ion fosfat anorganik dalam larutan tanah. Struktur tanah dan aerasi adalah sangat penting dalam mengatur dapat diperolehnya fosfat pada tanah-tanah berkapur. Pencucian dari drainase cepat dapat memperbaiki tersedianya fosfat pada tanah-tanah semacam


(32)

itu. Suatu struktur tanah yang lepas meningkatkan daya serap dan aerasi yang baik. Dalam kondisi-kondisi ini, jasad-jasad tanah disuplai dengan oksigen secara baik. Keadaan demikian menyuburkan akan adanya karbon dioksida bebas.

2.3.3. Tersedianya Fosfor

Air limbah yang berasal dari rumah tangga sangat kaya akan senyawa-senyawa fosfor. Kadar fosfor anorganik biasanya berkisar antara 2 sampai 3 mg/L; bagian-bagian yang organik bervariasi dari 0,4 hingga 1 mg/L. Hal ini kebanyakan tergantung pada , penduduk yang memberi sumbangan, dimana jumlah fosfor yang dilepaskan merupakan suatu fungsi kadar fosfor air limbah rumah tangga dengan cepat meningkat.(Mahida,U.N,1993)

2.3.4. Manfaat Fosfor

Kegunaan Fosfor/Fosfat. Kegunaan fosfor yang penting adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, pestisida, odol dan deterjen. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat tulang dan gigi.

Proses Fosfor / Fosfat Dalam Lingkungan Hidup Perputaran unsur fosfor dalam lingkungan hidup relatif sederhana bila dibandingkan dengan perputaran bahan kimia lainnya, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai pembawa energi dalam bentuk ATP (Adenosin Trifosfat). Perputaran unsur fosfor adalah perputaran bahan kimia yang menghasilkan endapan seperti halnya perputaran kalsium.


(33)

Dalam lingkungan hidup ini tidak diketemukan senyawa fosfor dalam bentuk gas, unsur fosfor yang terdapat dalam atmosfir adalah partikel-partikel fosfor padat. Batu karang fosfat dalam tanah terkikis karena pengaruh iklim menjadi senyawa-senyawa fosfat yang terlarut dalam air tanah dan dapat digunakan/diambil oleh tumbuh-tumbuhan untuk kebutuhan hidupnya /pertumbuhannnya.

Penguraian senyawa organik (tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati serta detergen limbah rumah tangga ) menghasilkan senyawa-senyawa fosfat yang dapat menyuburkan tanah untuk pertanian. Sebagai senyawa fosfat yang terlarut dalam air tanah akan terbawa oleh aliran air sungai menuju ke laut atau ke danau, kemudian mengendap pada dasar laut atau dasar danau.

Kegunaan Fosfor dalam kehidupan mikroorganisme membutuhkan fosfor untuk membentuk fosfor anorganik dan akan mengubahnya menjadi organik fosfor yang dibutuhkan untuk menjadi organik fosfor yang dibutuhkan, untuk metabolisme karbohidrat, lemak. bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk energi dan pertumbuhan.

Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung sinar katoda (CRT) dan lampu fluoresen, sementara fosfor dapat ditemukan pula pada berbagai jenis mainan yang dapat berpendar dalam Asam fosfor yang mengandung 70% – 75% P2O5, gelap (glow in the dark). telah menjadi bahan penting pertanian dan produksi tani lainnya. Fosfor juga digunakan dalam memproduksi baja, perunggu


(34)

fosfor, dan produk-produk lainnya. Trisodium fosfat sangat penting sebagai agen pembersih, sebagai pelunak air, dan untuk menjaga korosi pipa-pipa.

Fosfor juga merupakan bahan penting bagi sel-sel protoplasma, jaringan saraf dan tulang. Bahan tambahan dalam deterjen, bahan pembersih lantai dan insektisida. Selain itu fosfor diaplikasikan pula pada LED (Light Fosfor Emitting Diode) untuk menghasilkan cahaya putih. bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk energi dan pertumbuhan.

2.3.5. Efek Fosfor

Ada beberapa efek dari fosfor, antara lain:

1. fosfor berdampak negatif apabila bijih fosfor yang diolah menjadi fosfat larut dalam air, sehingga menyebabkan terjadinya limbah radioaktif (disebabkan bijih fosfor mengandung uranium)

2. meningkatnya unsur fosfor dalam air akan dapat meningkatkan populasi algae secara massal yang dapat menimbulkan eutrofikasi dalam ekosistem air

3. efek yang ditimbulkan akibat menghirup asam fosfor putih dalam jangka pendek adalah batuk- batuk dan iritasi pada tenggorokan serta paru – paru. Sedangkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan patahnya tulang rahang


(35)

4. fosfor kuning memberi efek kronis terhadap gangguan kesehatan dapat menyebabkan kropos tulang. Dan fosfor kuning ini dapat mengeluarkan uap sehingga apabila terhirup akan mengganggu kesehatan.

5. Mengkonsumsi fosfor putih yang terdapat pada minuman soda dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan kerusakan hati dan jantung, gagal ginjal, muntah – muntah, lemas, dan bahkan kematian.

6. Penyalahgunan fosfor menjadi Bom yang sangat mengerikan. Kerugian Fosfor bom yaitu memiliki sifat utama membakar.

2.3.6. Penghilangan Unsur Fosfor

Pada senyawa kimia, nitrogen dan fosfor adalah kunci penyebab pencemaran dalam limbah cair. Oleh karena itu dalam konsentrasi yang tinggi, kita harus mengurangi kandungan unsur-unsur ini didalam limbah cair. Cara penghilangan unsur fosfor adalah sebagai berikut:

a. Penghilangan unsur fosfor oleh koagulan

Senyawa Ca(PO4)2 terdapat pada tulang ternak dan gigi hewan serta senyawa protein yang terdiri atas unsur C,H,O,N,S,P dari bahan pangan yang menyebabkan adanya limbah kimia fosfor (P). Pengendalian unsur fosfor dilakukan dengan penambahan superfosfat. Unsur fosfor dalam limbah cair harus dihilangkan dengan cara pengendapan menggunakan bahan koagulan seperti garam Ca2+, ferro sulfat, Fe2+, dan ferri sulfat, Fe3+, tawas atau aluminium sulfat Al2(SO4).18 H2O, dan bahan koagulan FeCl3 dapat digunakan untuk mengendapkan unsur fosfor dalam limbah cair.


(36)

Penggunaan bahan koagulan tersebut harus diatur nilai pH dalam limbah cair terlebih dahulu agar metode pengendapan berlangsung maksimal. Nilai pH dalam limbah cair dijaga sekitar 6 sampai 8,5 agar dapat digunakan bahan koagulan Fe(SO4)3 dan Al2(SO4)4. 18H2O. Endapan yang diperoleh dipisahkan cairannya dengan cara filtrasi.

b. Pengambilan unsur fosfor oleh mikroba

Bakteri acinotebacter sp mampu mengambil fosfor dalam limbah cair berbentuk polifosfat proses berlangsung secara anaerobik dan diikuti dengan aerobik. Proses lumpur aktif termasuk perlakuan biologi aerobik yang menggunakan oksigen untuk tumbuh dan berkembang biak mikroba adalah perlakuan sinambung atau kontinu yang berupa sistem dengan pertumbuhan sel mikrobah tersuspensi, hidup atau mati dalam limbah cair. Lumpur aktif adalah kumpulan endapan sejumlah mikroba aktif yang menyeruapai lumpur. (Suharto, 2011)

2.4. Fosfat

Dalam kimia ortofosfat (bahasa inggris: orthophosphate, inorganic phosphate, Pi) atau sering disebut gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, dia membawa sebuah -3 muatan formal, dan dinotasikan PO43-.

Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan


(37)

kandungan P2O5. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca10 (PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.

Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam .Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potasium cair atau K2O).

Didalam air limbah fosfat terdapat sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Ortofosfat adalah senyawa monomer seperti H2PO4- , HPO4 2-dan PO43-, sedangkan polifosfat merupakan senyawa polimer seperti (PO3)6 3-(heksametafosfat), P3O105- (tripolifosfat) dan P2O74- (pirofosfat); fosfat organis adalah P yang terikat dengan senyawa-senyawa organis sehingga tidak berada dalam larutan secara terlepas. Dalam air alam atau buangan, fosfor yang terlepas dan senyawa P selain yang disebut diatas hampir tidak ditemui.

Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat didalam sel organisme. Berdasarkan ikatan kimia, senyawa fosfat dibedakan sebagai berikut: ortofosfat, polifosfat, dan fosfat organis. Sedangkan klasifikasi penting lain berdasarkan sifat fisis adalah fosfat terlarut, fosfat tersuspensi dan fosfat total.


(38)

Analisis fosfat terdiri dari 4 tahap yang dapat digabungkan sedemikian rupa sehingga setiap unsur fosfat dapat ditentukan. Adapun 4 tahap analisa fosfat yaitu:

A. Penyaringan pendahuluan

Tahap ini dilakukan untuk dapat membedakan antara fosfat total dan fosfat terlarut. Sebagai saringan digunakan filter membran dengan pori 0,45µm; bila sampel terlalu sulit disaring karena sangat keruh, maka sampel dapat disaring dahulu pada saringan kasar terbuat dari glass-fiber, kemudian disaring lagi dengan filter membran.

B. Hidrolisa pendahuluan: analisis polifosfat

Bila sampel dipanaskan dalam suasana asam, maka akan dihidrolisa semua polifosfat, pirofosfat, trifosfat, heksafosfat serta sebagian kecil fosfat organis menjadi ortofosfat. Jumlah polifosfat (sebenarnya”acid hydrolyzable phosphate”) adalah perbedaan jumlah ortofosfat pada sampel yang didapatkan setelah pengolahan hidrolisa dalam suasana asam dan ortofosfat pada sampel tanpa hidrolisa.

Pada analisis ortofosfat sebelum hidrolisa sebagian kecil polifosfat ikut teranalisa namun dapat diabaikan. Kedua analisa ortofosfat dengan dan tanpa hidrolisa dapat dilakukan pada sampel yang tidak disaring (polifosfat total) atau sampel yang telah disaring (polifosfat terlarut).


(39)

Fosfat total adalah semua zat ortofosfat, polifosfat baik yang terlarut maupun yang terikat dalam senyawa organis. Untuk melepaskan fosfat (atau fosfor) dari senyawa organis maka diperlukan proses peleburan dengan asam serta reaksi oksidasi. Setelah peleburan semua fosfat dan fosfat yang telah menjadi ortofosfat dapat ditentukan dengan metode asam askorbik.

D. Analisis ortofosfat (metode asam askorbik)

Amonium molibdat dan antimoniltartrat bereaksi dalam suasana asam dengan ortofosfat hingga membentuk asam fosfomolibdik; asam fosfomolibdik tersebut kemudian direduksi oleh asam asorbik sampai menjadi molibden biru. Warna ini sebanding dengan konsentrasi fosfor. Skala kadar P yang dapat diliputi adalah 0,01 mg P/L sampai 2 mgP/L (Alaert,G.1987).

2.5. Spektrofotometri

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual, yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar. Dalam penggunaan pada masa sekarang, istilah spektrofotometri merupakan metode pengukuran berapa jauh energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi, maupun pengukuran absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombag tertentu.


(40)

2.5.1. Spektrum UV- Visible

Spektrum absorpsi dalam daerah- daerah ultra violet dan visble umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorpsi yang lebar seperti terlihat pada gambar. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV- visible, oleh karena mereka mengandung elektron, baik yang dipakai bersama maupun tidak yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorpsi terjadi tergantung pada bagaimana erat elektron terikat didalam molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal erat terikat, dan radiasi dengan energi tinggi, atau panjang gelombang pendek, diperlukan untuk eksitasinya.

Spektofotometer UV- visible biasanya bekerja dari sekitar 220-1000 nm. Identifikasi senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada inframerah. Hal ini oleh karena pita absorpsi adalah luas dan kekurangan perincian. Akan tetapi gugus-gugus fungsi tertentu, seperti karbonil, nitro, dan sistem konjugat, memang menunjukkan puncak- puncak yang khas, dan keterangan – keterangan berguna sering dapat diperoleh mengenai ada atau tidak adanya gugus – gugus demikian didalam molekul.

Hubungan antara absorpsi radiasi dan panjang jalan melalui medium yang menyerap pertama kali dirumuskan oleh Bouguer (1729), dan hubungan antara konsentrasi macam zat penyerap dan besarnya absorpsi dirumuskan oleh Beer dalam tahun 1859. Hukum Bouguer dan Beer dengan mudah digabung menjadi pernyataan yang sesuai. Telah diketahui bahwa perubahan konsentrasi terhadap absorpsi, jarak jalan lewat larutan harus dibuat tetap, tetapi hasil yang diukur akan


(41)

tergantung pada besarnya harga tetapan. Dengan perkataan lain, dalam hukum Beer tertulis, k4 = f(b). Demikian pula dalam hukum Bouguer, k2 = f(c). Substitusi hubungan- hubungan dasar ini kedalam hukum – hukum Bouguer dan Beer menghasilkan

log �o

� = f(c)b dan log ��

� = f(f)c

(Bouguer) (Beer)

Kedua hukum harus diberlakukan bersamaan pada setiap titik, sehingga

f(c)b = f(b)c

atau kalau dipisahkan variabelnya,

�(�) � =

�(�)

Substitusi pernyataan Bouguer maupun Beer menghasilkan pendapatan yang sama:

log��

� = f(c)b = Kbc

log��

� = f(c)c = Kbc

Tanda- tanda Po dan P seperti digunakan disini disarankan untuk tenaga-tenaga radiasi berturutan, untuk yang jatuh dan untuk ditransmisi. Istilah log (�� �⁄ ) absorban dan diberi tanda A.


(42)

Tanda untuk panjang b diterima untuk panjang jalan lewat medium penyerap: biasanya dinyatakan dalam sentimeter.

Dua satuan c yang berbeda untuk c, konsentrasi solut yang menyerap, sering digunakan, gram per liter atau mol per liter.

Transmitans, T= �� �⁄ adalah hanya fraksi tenaga jatuh yang ditransmisikan oleh suatu contoh. Transmitans persen, %T = P/PO x 100.

Jika A= log(Po/P) dan T= P/Po, maka A= log (1/T).

Karena dari hukum Beer, absorbansi adalah berbanding lurus dengan konsentrasi, maka adalah jelas bahwa transmitans tidak demikian; log Tdigambarkan harus digambarkan terhadap c untuk memperoleh suatu grafik linear.

2.5.2. Peralatan untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan.

Spektrofotometer sinar tunggal amupun sinar rangkap dan alat-alat yang bekerja dalam bermacam- macam daerah dari spektrum, semuanya mempunyai unsur – unsur penting ini. Adapun unsur-unsur yang terdapat pada spektrofotometer adalah:


(43)

1. Sumber

Sumber energi radiasi yang biasa bagi daerah tampa k dari spektrum maupun inframerah dan ultraviolet adalah suatu lampu pijar dengan filamen wolfram. Pada kondisi operasi biasa, hasil lampu wolfram ini adalah memadai dari kira-kira 325 atau 350 nm hingga kira-kira 3µm. 2. Monokromator

Ini merupakan peralatan optik untuk mengisolasi dari sumber kontinu suatu berkas radiasi dengan kemurnian spektral yang tinggi dari panjang gelombang apapun yang dikehendaki. Unsur – unsur terpenting sebuah monokromator adalah sistem celah dan unsur dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian dikumpulkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga sinar paralel jatuh pada unsur dispersi yang merupakan suatu prisma atau suatu fisi difraksi. Dengan pemutaran secara mekanik prisma atau kisi, bermacam – macam bagian spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersif difokuskan ke celah keluar, yang dari sini melalui suatu jalan optik selanjutnya, menjumpai contohnya.

3. Wadah contoh

Wadah contoh merupakan sel untuk menempatkan cairan didalam sinar dari spektrofotometer. Sel harus memancarkan energi radiasi dalam daerah spektral yang penting; maka sel gelas melayani dalam daerah tampak, kuarsa atau gelas berkadar silikat yang tinggi dan garam batuan dalam inframerah. Sel – sel untuk UV-visible mempunyai panjang lintasan sebesar 1 cm, tetapi suatu keanekaragaman dapat diperoleh mulai dari


(44)

batas lintasan sangat pendek, fraksi dari 1 milliliter, keatas sampai10 cm atau bahkan lebih.

4. Detektor

Detektor untuk suatu spektrofotometer, kita mengharapkan kepekaan tinggi di dalam daerah spektral yang penting, tanggap linear untuk tenaga radiasi, waktu tanggap yang cepat, dapat dipengaruhi oleh amplifikasi, dan tingkat stabilitas tinggi. Jenis deteksi yang digunakan paling luas berdasarkan perubahan fotokimia, efek fotoelektrik, dan efek termoelektrik. Fotografi tidak digunakan lebih lama dalam spektrofotometri biasa; pada umumnya detektor fotoelektrik dipergunakan dalam daerah tampak dan ultraviolet.

5. Penguatan dan pembacaan

Adalah alat elektronika yang terperinci dari penguatan (amplifikasi) dan pembacaan. Unsur ini dapat menguatkan tahanan pemasukan yang tinggi sehingga rangkaian fototabung tidak terkuras. Malahan voltase pada tahanan beban digunakan untuk mengendalikan suatu rangkaian yang menarik teganganya dari suatu sumber bebas dan yang mempunyai tenaga cukup besar untuk menjalankan sebuah meteran atau peralatan pembaca lain.

2.5.3. Prinsip Kerja Alat Spektrofotometer

Cahaya polikromatis yang berasal dari lampu wolfram sebagai sumber cahaya akan melewati cermin yang bersifat mengumpulkan cahaya dan diteruskan kesuatu celah yang yang kemudian diteruskan ke lensa untuk difokuskan kembali


(45)

untuk melewati monokromator untuk diuraikan menjadi cahaya monokromatis yang diteruskan ke celah untuk memperoleh panjang gelombang tertentu yang kemudian masuk ke sel absorbansi dan sebagian lagi ditransmisikan dalam bentuk energi radiasi ke detektor yang akan diubah menjadi sinyal – sinyal elektronik dan diperkuat oleh amflifier untuk dibaca oleh recorder sebagai %T.

2.5.4. Kesalahan-Kesalahan dalam Spektrofotometri

Kesalahan dalam pengukuran secara spektrofotometri dapat timbul dari banyak sekali sebab, beberapa diantaranya adalah:

1. Sel – sel contoh harus bersih

2. Gelembung gas tidak boleh ada dalam lintasan optik 3. Penerapan panjang gelombang harus teliti


(46)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat-alat

a. Neraca analitik b. Spatula

c. Pipet tetes d. Kuvet e. Corong f. Cawan g. Kertas saring

h. Beaker glass 50mL Pyrex

i. Gelas ukur 100mL Pyrex

j. Erlenmeyer 250mL Pyrex

k. Malt pipet 50mL Pyrex

l. Pipet volume 5mL Pyrex

m. Pipet volume 10mL Pyrex

n. Pipet volume 15mL Pyrex

o. Pipet volume 20mL Pyrex

p. Pipet volume 25mL Pyrex

q. Pipet volume 50mL Pyrex

r. Labu ukur 50mL Pyrex


(47)

t. Labu ukur 250mL Pyrex

u. Spektrofotometer UV – VIS Parkin Elmer Precisely

3.2. Bahan

a. Kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4) p.a E’Merck b. Amonium molibdat (NH4)6Mo7O2 p.a E’Merck

c. Asam sulfat (H2SO4) 5N p.a E’Merck

d. Kalium antimoniltartrat (K(SbO)C4H4O6) p.a E’Merck

e. Asam askorbat (C6H8O6) p.a E’Merck

f. Akuades

g. Indikator penolftalein h. Air limbah

i. Air sungai

3.3. Prosedur

3.3.1. Pembuatan Pereaksi

a. Asam sulfat 5N

Dimasukkan 300mL akuades kedalam labu takar 500mL. Ditambahkan 70mL H2SO4(P) dengan hati-hati. Diencerkan dengan air suling sampai garis tanda. Dihomogenkan.


(48)

b. Kalium antimoniltartrat

Ditimbang 1,3715 g K(SbO)C4H4.½H2O. Dimasukkan kedalam beaker glass 250mL. Dilarutkan dengan ±200mL akuades. Dimasukkan kedalam labu takar 500 mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Dihomogenkan.

c. Amonium molibdat

Ditimbang 10 g (NH4)6Mo7O24.4H2O. Dimasukkan kedalam beaker glass 100mL. Dilarutkan dengan akuades. Dimasukkan kedalam labu ukur 250mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Dihomogenkan.

d. Asam askorbat

Ditimbang 1,76g asam askorbat. Dimasukkan kedalam beaker glass 50mL. Dilarutkan dengan ± 40mL akuades. Dimasukkan kedalam labu takar 100mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Dihomogenkan. Disimpan dalam kulkas pada suhu 40C.

e. Larutan campuran

Dicampurkan secara berturut-turut 50mL H2SO4 5N, 5mL larutan Kalium antimoniltartrat, 15mL larutan Amonium molibdat dan 30mL larutan Asam askorbat. Dikocok hingga tercampur sempurna.

f. Larutan induk Fosfat 500mg

Ditimbang 0,2195g KH2PO4 . Dimasukkan kedalam beaker glass 50mL. Dilarutkan dengan ±40mL akuades. Dimasukkan larutan kedalam labu takar 100mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Dihomogenkan.


(49)

3.3.2. Pembuatan Larutan Standart

a. Pembuatan larutan standart 50 ppm

Dipipet 10mL larutan induk fosfat. Dimasukkan kedalam labu ukur 100mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Dihomogenkan.

b. Pembuatan larutan standart 10 ppm

Dipipet 20mL larutan standart 50 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 100mL. Dincerkan dengan akudes hingga garis tanda. Dihomogenkan.

c. Pembuatan larutan standart 1 ppm

Dipipet 25 mL larutan standart 10 ppm. Dimasukkan kedalam labu ukur 250mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Dihomogenkan.

d. Pembuatan larutan seri standart 0,1 ppm; 0,3 ppm; 0,5 ppm; 0,7 ppm dan 1 ppm

Dipipet sebanyak 5mL, 15mL, 25mL, 35mL,50mL larutan standart 1 ppm kedalam 5 buah labu ukur 50 mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Dihomogenkan.

3.3.3. Penentuan Nilai Absobansi untuk Larutan Seri Standart 0,1 ppm; 0,3 ppm; 0,5 ppm; 0,7 ppm dan 1 ppm

Dipindahkan masing-masing larutan seri standart kedalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein. Ditambahkan H2SO4 5N sampai


(50)

warna hilang ( jika terbentuk warna merah muda). Ditambahkan 8 mL larutan campuran. Dihomogenkan. Didiamkan selama 10-30 menit. Dibaca dan dicata

absorbansinya pada λ 880 nm dengan alat spektrofotometer UV-VIS. Dibuat

kurva kalibrasinya.

3.3.4. Pengujian Sampel

Dipipet air limbah sebanyak 50 mL. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein. Ditambahkan H2SO4 5N sampai warna hilang (jika terbentuk warna merah muda). Ditambahkan 8 mL larutan campuran. Dihomogenkan. Didiamkan selama 10-30 menit. Dibaca dan dicatat

absorbansinya pada λ 880 nm dengan alat spektrofotometer UV-VIS. Dibuat


(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil percobaan

Tabel 4.1. Data absorbansi larutan seri standart

Tabel 4.2. Data konsentrasi sampel

No. Kode sampel Absorbansi (nm) Konsentrasi (mg/L)

1. 001a 0,0014 0,0003

2. 001b 0,0013 0,00016

3. 002a 0,0047 0,0058

4. 002b 0,0046 0,0056

5. 003a 0,0025 0,0021

6. 003b 0,0024 0,0020

7. 004a 0,0035 0,0038

8. 004b 0,0034 0,0036

No. Konsentrasi (ppm)

Absorbansi (nm)

1. 0 0,0000

2. 0,1 0,0574

3. 0,3 0,1780

4. 0,5 0,3114

5. 0,7 0,4364


(52)

4.2. Perhitungan

Tabel 4.3. Data penentuan persamaan garis regresi dengan metode least square

N o.

Xi Yi Xi-�� Yi-�� (Xi-��)2 (Yi-��)2 (Xi-��)(Yi-��) 1. 0 0 −0,4333 −0,2629 0,1877 0,0691 0,1139 2. 0,1 0,0574 −0,3333 −0,2055 0,1111 0,0422 0,0685 3. 0,3 0,1780 −0,1333 −0,0849 0,0178 0,0072 0,0113 4. 0,5 0,3114 0,0667 0,0485 0,0044 0,0023 0,0032 5. 0,7 0,4364 0,2667 0,1735 0,0711 0,0301 0,0463 6. 1 0,5940 0,5667 0,3311 0,3211 0,1096 0,1876

∑ 2,6 1,5772 0,0002 −0,0002 0,7132 0,2605 0,4308 Dimana harga X rata-rata = �� = ∑��

� = 2,6

6 = 0,4333 Dimana harga Y rata-rata = �� = ∑��

� = 1,5772

6 = 0,2629

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat di turunkan dari persamaan garis:

Y= a X + b Dimana:

a = slope b = intersept

Harga (a) ditentukan dengan persamaan metode least square sebagai berikut:

a = ∑(��−X�)(Yi−Y�) ∑(��−��)

= 0,4308


(53)

Maka harga (b) yaitu:

�� = a �� + b atau b = �� - a �� b = 0,2629 - (0,6040) 0,4333 = 0,2629 – 0,2617

= 0,0012

Persamaan garis regresi baru yaitu: Y = a X + b atau X = �−�

� Dimana :

Y = Absorbansi X = Konsentrasi

Perhitungan untuk konsentrasi sampel

Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: X = �−�

� a. 001a = 0,0014−0,0012

0,6040

= 0,0003 mg/L 001b = 0,0013−0,0012

0,6040

= 0,00016 mg/L b. 002a = 0,0047−00 ,0012

,6040

= 0,0058 mg/L 002b = 0,0046−0,0012

0,6040

= 0,0056 mg/L c. 003a = 0,0025−0,0012


(54)

= 0,0021 mg/L 003b = 0,0024−0,0012

0,6040

= 0,0020 mg/L d. 004a = 0,0035−0,0012

0,6040

= 0,0038 mg/L 004b = 0,0034−0,0012

0,6040


(55)

4.3. Pembahasan

Analisa Fosfat dengan menggunakan metode spektrofotometri dengan asam askorbat sebagai reduktor yang akan mereduksi Asam fosfomolibdat menjadi Molibdenum berwarna biru. Dalam limbah rumah sakit fosfat berasal dari limbah kimia, yaitu dari larutan desinfektan, pembersih, minyak, insektisida dan zat- zat kimia lainnya yang digunakan dalam pelayanan rumah sakit. Jika dalam perairan terdapat kadar Fosfat yang sangat tinggi maka akan memicu terjadinya eutrofikasi, yaitu merupakan suatu gejala peningkatan unsur hara. Peningkatan unsur hara tersebut akan meningkatkan proses pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan air yang sangat cepat sehingga terjadi ledakan populasi vegetasi yang sering disebut sebagai blooming. Biomassa dari vegetasi ini akan setelah mati akan mengalami proses pembusukan dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri dan berlangsung secara aerob, artinya proses tersebut membutuhkan oksigen terlarut di dalam air, dan hal ini dapat menyebabkan terganggunya kehidupan ikan – ikan didalam air, dan apabila kadar Fosfat dalam air sangat rendah (<0,01 mgP/L), pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan oligotrop.

Pada analisa limbah cair rumah sakit didapatkan kadar Fosfat yaitu, 0,0003mg/L, 0,00016mg/L pada inlet, dan 0,0058mg/L, 0,0056mg/L pada outlet. Sedangkan pada air sungai yang disekitar rumah sakit kadar Fosfatnya yaitu, 0,0021mg/L, 0,0020mg/L pada hulu dan 0,0038mg/L, 0,0036mg/L pada hilir. Dari hasil analisa diatas, air limbah dari rumah sakit dapat disalurkan ke induk perairan karena kadar nya masih memenuhi standar yaitu di bawah 2mg/L. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


(56)

No.Kep-58/MENLH/12/1995 tanggal 21 Desember 1995. Tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, diman kadar fosfat yang diperolehkan yaitu 2mg/L. hal ini menunjukkan bahwa sistem pengolahan limbah cair rumah sakit tersebut masih baik.


(57)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Dari data yang diperoleh bahwa kadar Fosfat yang terkandung pada limbah cair Rumah Sakit yaitu 0,0003 mg/L pada inlet dan 0,0058 mg/L. Berdasarkan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup adapun kadar Fosfat yang diizinkan pada limbah cair bagi kegiatan Rumah Sakit adalah 2 mg/L, maka limbah cair Rumah Sakit masih memenuhi standart yang ditetapkan dan aman disalurkan ke perairan terbuka.

2. Dan kadar Fosfat pada air sungai yang berada disekitar Rumah Sakit yaitu 0,0021 mg/L pada hulu air sungai dan 0,0038 mg/L pada hilir air sungai. Kadar Fosfat yang sangat rendah pada air alam yaitu < 0,01 mg/L, dapat menyebabkan oligotrop ( kekurangan unsur hara) sehingga air sungai tersebut kurang baik untuk digunakan sebagai pengairan di bidang pertanian.

5.2. Saran

a. Sebaiknya pihak pengolahan limbah cair Rumah Sakit dapat

mempertahankan kualitas pengolahan limbah, agar kelestarian lingkungan tetap terjaga.

b. Sebaiknya masyarakat tidak menggunakan air sungai di sekitar Rumah Sakit sebagai pengairan perkebunan.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ortofosfat

Mahida,U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nugroho,A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta.

Pruss,A., Giroult,E. dan Rushbrook,P. 2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sastrawijaya,A.T. 2001. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. C.V.Andi Offset. Yogyakarta.

Sutrisno, T.C.,dkk. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Underwood,A.T. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.


(59)

Lampiran 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995

Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit Tanggal : 21 Desember 1995

Parameter Kadar maksimum (mg/L) BOD 75

COD 100 TSS 100 pH 6-9

Parameter Kadar maksimum

a. Fisika

Suhu 300C

b. Kimia

pH 6-9

BOD5 30 mg/L

COD 80 mg/L

TSS 30 mg/L

NH3 bebas 0,1 mg/L

PO4 2 mg/L

c. Mikrobiologi


(60)

Lampiran 2: Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfat (PO4-2)

Grafik kurva kalibrasi larutan standar posfat

y = 0,6056x R² = 0,9985

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A

bso

r

ba

nsi

Konsentrasi

X Y

0 0

0,1 0,0574 0,3 0,178 0,5 0,3114 0,7 0,4364 1,0 0,594


(61)

Lampiran 3: Grafik kurva kalibrasi sampel limbah cair rumah sakit

, Grafik kurva kalibrasi sampel limbah cair rumah sakit

y = 0,6016x R² = 0,9945

0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035 0,004 0,0045 0,005

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01

A

bso

r

ba

nsi

Konsentrasi X(Konsentrasi) Y(Absorbansi)

0 0

0,0020 0,0012 0,0078 0,0047 0,0042 0,0025 0,0002 0,0004


(1)

58/MENLH/12/1995 tanggal 21 Desember 1995. Tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, diman kadar fosfat yang diperolehkan yaitu 2mg/L. hal ini menunjukkan bahwa sistem pengolahan limbah cair rumah sakit tersebut masih baik.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Dari data yang diperoleh bahwa kadar Fosfat yang terkandung pada limbah cair Rumah Sakit yaitu 0,0003 mg/L pada inlet dan 0,0058 mg/L. Berdasarkan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup adapun kadar Fosfat yang diizinkan pada limbah cair bagi kegiatan Rumah Sakit adalah 2 mg/L, maka limbah cair Rumah Sakit masih memenuhi standart yang ditetapkan dan aman disalurkan ke perairan terbuka.

2. Dan kadar Fosfat pada air sungai yang berada disekitar Rumah Sakit yaitu 0,0021 mg/L pada hulu air sungai dan 0,0038 mg/L pada hilir air sungai. Kadar Fosfat yang sangat rendah pada air alam yaitu < 0,01 mg/L, dapat menyebabkan oligotrop ( kekurangan unsur hara) sehingga air sungai tersebut kurang baik untuk digunakan sebagai pengairan di bidang pertanian.

5.2.Saran

a. Sebaiknya pihak pengolahan limbah cair Rumah Sakit dapat

mempertahankan kualitas pengolahan limbah, agar kelestarian lingkungan tetap terjaga.

b. Sebaiknya masyarakat tidak menggunakan air sungai di sekitar Rumah Sakit sebagai pengairan perkebunan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ortofosfat

Mahida,U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nugroho,A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta.

Pruss,A., Giroult,E. dan Rushbrook,P. 2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sastrawijaya,A.T. 2001. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. C.V.Andi Offset. Yogyakarta.

Sutrisno, T.C.,dkk. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.

Underwood,A.T. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.


(4)

Lampiran 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995

Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit Tanggal : 21 Desember 1995

Parameter Kadar maksimum (mg/L) BOD 75

COD 100 TSS 100 pH 6-9

Parameter Kadar maksimum

a. Fisika

Suhu 300C

b. Kimia

pH 6-9

BOD5 30 mg/L

COD 80 mg/L

TSS 30 mg/L

NH3 bebas 0,1 mg/L

PO4 2 mg/L

c. Mikrobiologi


(5)

Lampiran 2: Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfat (PO4-2)

Grafik kurva kalibrasi larutan standar posfat

y = 0,6056x R² = 0,9985

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A

bso

r

ba

nsi

Konsentrasi

X Y

0 0

0,1 0,0574 0,3 0,178 0,5 0,3114 0,7 0,4364 1,0 0,594


(6)

Lampiran 3: Grafik kurva kalibrasi sampel limbah cair rumah sakit

, Grafik kurva kalibrasi sampel limbah cair rumah sakit

y = 0,6016x R² = 0,9945

0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035 0,004 0,0045 0,005

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01

A

bso

r

ba

nsi

Konsentrasi X(Konsentrasi) Y(Absorbansi)

0 0

0,0020 0,0012 0,0078 0,0047 0,0042 0,0025 0,0002 0,0004