Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Buruh Harian Panen Jeruk Di Kabupaten Karo (Kasus : Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo)

(1)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN BURUH HARIAN PANEN JERUK di

KABUPATEN KARO

(Kasus : Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH:

IDRIS SARDI SINULINGGA

030334010

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN BURUH HARIAN PANEN JERUK di

KABUPATEN KARO

(Kasus : Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH:

IDRIS SARDI SINULINGGA

030334010

SEP/AGRIBISNIS

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Yusak Maryunianta, MSI Ir. M. Jufri, MSI Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

IDRIS SARDI SINULINGGA (030334010), dengan judul Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Buruh Harian Panen Jeruk di Kabupaten Karo . Kasus Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSIdanBapak Ir. M. Jufri, MSI.

Kehidupan buruh panen beserta keluarga sama halnya dengan kehidupan masyarakat secara umum, mulai dari mencari nafkah sampai dengan pengunaan perolehan dari pekerjaan tersebut (pendapatan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu pangan maupun non pangan. Para buruh panen selalu berusaha dengan sejumlah pendapatan yang diperolehnya agar bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga yang kompleks, mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan buruh harian panen, dan mengetahui total pendapatan keluarga buruh harian panen ditinjau dari garis kemiskinan. Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian ini.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan metode penarikan sampel secara acak (Simple Random Sampling), dimana jumlah populasi buruh harian panen di daerah penelitian sebesar 197 KK dan diambil sampel sebanyak 30 KK. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Karakteristik Sosial ekonomi buruh harian panen di daerah penelitian meliputi rerata umur 34,90 tahun, lama pendidikan formal 9,3 tahun, lama menjadi buruh harian panen 7 tahun, pendapatan utama Rp.1.164.166/Bulan, pendapatan sampingan Rp. 667500/Bulan, jumlah anggota keluarga 4 orang, yaitu suka Batak Karo, Batak Tapanuli dan Jawa, dan total pendapatan keluarga Rp. 1.771.666,667/ Bulan.


(4)

jeruk di daerah penelitian adalah Rp. 5.408.866,66, ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo (1988) maka rumah tangga buruh harian panen berada di atas garis kemiskinan, dengan catatan semua serba kecukupan.

3. Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan rata-rata perkapita rumah tangga buruh harian panen di daerah penelitian Rp. 1.076.04/ Bulan. berdasarkan kriteria BAPPENAS (2001) maka rumah tangga buruh harian panen berada di atas garis kemiskinan (kecukupan), dengan catatan 28 sampel kecukupan dan 2 orang sampel berada dibawah standar.

4. Faktor sosial ekonomi (umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh, dan jumlah anggota keluarga) secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan. Secara parsial umur dan lama menjadi buruh, jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan, sementara lama pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan.

5. Distribusi konsumsi pangan lebih tinggi daripada konsumsi non pangan dimana rata-rata pengeluaran konsumsi pangan Rp.109.135,00/kapita/tahun dan non pangan Rp. 20.835/kapita/tahun pada rumah tangga buruh harian panen

6. Alokasi pendapatan terhadap pengeluaran atau konsumsi rumah tangga buruh harian panen jeruk di daerah penelitian lebih besar untuk pangan daripada non pangan dan masih ada sisa pendapatan sebagai uang simpanan.


(5)

7. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh harian panen di daerah penelitian yaitu dengan melakukan pekerjaan sampingan dan berusaha tetap bekerja semaksimal mungkin.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Barus Jahe pada tanggal 28 Februari 1985 dari bapak B. Sinulingga dan ibu P. Tarigan. Penulis merupakan Putra ke 5 dari 5 bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU KHATOLIK Kabanjahe dan pada tahun 2003 masuk USU Program Studi Agribisnis Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian , Fakultas Pertanian.

Pada tahun 2007 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Siarung arung Kecamatan Parbuluan kabupaten Dairi.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul penelitian adalah BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN BURUH HARIAN PANEN JERUK di KABUPATEN KARO . Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Yusak Maryunianta,M.Si.selaku ketua komisi pembimbing, dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Siselaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh responden dan instansi yang telah memberikan data-data yang penulis butuhkan.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua yang telah berkorban begitu banyak kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyakini bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu saran dan masukan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan agar laporan ini dapat lebih bermanfaat bagi kita semua.


(8)

DAFTAR TABEL

N0 Judul Halaman 1.Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut

Wilayah Administrasi dan Status Pekerjaan di Kabupaten Karo ...6

2.Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut

Wilayah Administrasi dan Status Pekerjaan di Kecamatan Barus Jahe .7

3. Jumlah Tenaga Kerja Pria Dan Wanita Sebagai Buruh/Pekerja

Menurut Lapangan pekerjaan di Desa Sukanalu 8

4.Spesifikasi Pengumpulan Data ..25

5.Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di

di Desa Sukanalu Tahun 2007 ..31

6.Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Sukanalu

Tahun 2008 .32

7.Kepala Keluarga Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sukanalu

Tahun 2008 .32

8.Tata Guna Lahan di Desa Sukanalu Tahun 2007 ...33

9.Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Sukanalu Tahun 2007 ...34

10.Standar Upah Yang Berlaku di Daerah Penelitian Tahun 2008 ..37

11.Rekapitulasi Karakteristik Buruh Harian Panen di Daerah penelitian

Tahun 2008 .39

12.Jumlah dan Persentase Anggota Rumah Tangga Buruh Harian Panen Menurut Jenis Pekerjaan di Daerah Penelitian 44

13. Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Jeruk /Tahun


(9)

14.Persentase kriteria Garis Kemiskinan Buruh Harian Panen di

Daerah Penelitian .46

15.Pengeluaran Perkapita Pertahun Rumah Tangga Buruh Harian Panen

di Daerah Penelitian Tahun 2008 .47

16.Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial dan Karakteristik Ekonomi Terhadap Tingkat Pendapatan di Daerah Penelitian..49

17.Rerata Konsumsi Pangan dan Non Pangan/ Tahun Rumah Tangga

Buruh Harian Panen di Daerah penelitian ..54

18.Alokasi Pendapatan/Tahun Terhadap Pengeluaran Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Buruh Panen di Daerah Penelitian 54


(10)

DAFTAR GAMBAR

N0 Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

N0 Judul Halaman

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Buruh Harian Panen di Daerah Penelitian .58 2. Pendapatan Rumah Tangga Buruh Panen Perbulan di Daerah Penelitian .59 3. Total Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Per Tahun di Daerah

Penelitian ...60

4. Total Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Pertahun dan

Pendapatan perkapita di Daerah Penelitian ...61 5. Pengeluaran Konsumsi Pangan Perbulan Rumah Tangga Buruh Harian

Panen Jeruk di Daerah Penelitian ..62

6. Pengeluaran Konsumsi Pangan Pertahun Rumah Tangga Buruh Panen

Harian di Daerah Penelitian ..63

7. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Perbulan Rumah Tangga Buruh Harian

Panen Jeruk di Daerah Penelitian .64

8. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Pertahun Rumah Tangga Buruh Harian

Panen Jeruk di Daerah Penelitian .65

9. Total Pengeluaran Konsumsi Pangan dan Non Pangan Perbulan Rumah

Tangga Buruh Harian Panen Jeruk di Daerah penelitian ..66 10. Total Pengeluaran Konsumsi Pangan dan Non Pangan Pertahun Buruh

Harian Panen Jeruk di Daerah Penelitian 67

11. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN i

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ..v

DAFTAR TABEL ..vii

DAFTAR GAMBAR ..ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..1

Identifikasi Masalah ..9

Tujuan Penelitian ..10

Kegunaan Penelitian .11

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka ...12

Landasan Teori ..16

Kerangka Pemikiran ..19

Hipotesis Penelitian ...23

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian 24

Metode Pengambilan Sampel 24

Metode Pengumpulan Data 24

Metode dan Analisis Data ..25

Defenisi dan Batasan Operasional .27

Defenisi ..27

Batasan Operasional ...29


(13)

Keadaan Penduduk ..30

Sosial Ekonomi Penduduk ...31

Tata Guna Lahan ..33

Sarana dan Prasarana ....33

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Kegiatan Pemetikan Buah Jeruk .35 Gambaran Umum Sistem Pengupahan Buruh Harian Panen Jeruk ..36 Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Buruh Harian Panen

Jeruk ..37

PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial dan Karakteristik Ekonomi Buruh Harian Panen

Jeruk di Daerah Penelitian 39

Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen di Daerah Penelitian 43

Pendekatan Garis Kemiskinan (1988) ...45

Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Jeruk dilihat dari

Pendekatan Kriteria BAPPENAS (2001) ..47

Pengaruh Karakteristik Sosial dan Karakteristik Ekonomi Terhadap

Tingkat Pendapatan ...49

Distribusi Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Jeruk di Daerah Penelitian ...50 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Pendapatan

Rumah Tangga Buruh Harian Panen di Daerah Penelitian ...51

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 53

Saran ..54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau produk nasional yang berasal dari pertanian (Danuwijaya, 1994).

Dalam perekonomian Indonesia, sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting. Kondisi ini bukan saja disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang hidup dan bekerja disektor ini tetapi juga karena sektor ini merupakan salah satu sumber devisa bagi negara. Banyak komoditi pertanian yang menjadi komoditi ekspor Indonesia (Biro Pusat statistik, 2000).

Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian termasuk tanaman perkebunan dan usahatani sebagai sektor pertanian yang terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, kondisi iklim yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata/tahun yang cukup tinggi. Semua kondisi ini merupakan faktor-faktor ekologi yang cukup baik untuk membudidayakan tanaman perkebunan dan usahatani (Rahardi, 1997).

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat agraris. Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan dan hidup bergantung dari sektor pertanian tradisional. Sektor pertanian perlu mendapat perhatian yang serius


(15)

karena tidak sesuai lagi dengan kemajuan jaman, hal ini terlihat baik di perkotaan maupun di pedesaan. (Muyang, 1997).

Sektor pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijakan pengembangan profesional dan produktivitas tenaga kerja pertanian. Pengembangan IPTEK disertai penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan secara konseptual maupun secara empiris, sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan ekonomi nasional termasuk dalam meningkatkan kesejahteran masyarakat petani (Soepardi, 1999)

Komoditas perkebunan mencakup tanaman usahatani dan tanaman semusim. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas usahatani antara lain produktivitas tanaman yang belum optimal, proses diversifikasi (vertikal dan horizontal) belum memadai dan peran kelembagaan yang masih lemah. Sedangkan keunggulan komparatif sub sektor usahatani dibandingkan dengan sektor non migas lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan berada dikawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan masih banyak bergantung pada sektor ini, sehingga dimasa mendatang sektor pertanian perlu untuk ditingkatkan. Kondisi tersebut merupakan suatu hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk usahatani Indonesia di pasaran dunia (Raharjo, 1997).

Perkembangan usahatani jeruk menyebabkan daerah yang selama ini terisolir menjadi terbuka dan berpeluang mendorong kegiatan ekonomi sekitarnya. Sumber daya alam yang mendukung saran produksi yang tersedia, kemudahan


(16)

yang diberikan pemerintah. Peningkatan produksi ini juga telah mendorong ekspor untuk menambah devisa sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara pertanian setelah Malaysia. Pengembangan tanaman usahatani pada masa mendatang mempunyai tantangan, tantangan yang dihadapi yaitu mendapatkan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi daerah atau kondisi alamnya, prospek pemasaran yang baik untuk masa mendatang, juga merupakan hal yang terpenting tanaman usahatani untuk mendukung industri sebagai salah satu sumber devisa negara serta kemakmuran rakyat (Rochiman, 1994).

Produktivitas tanaman jeruk pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas yang diusahakan oleh tanaman hortikultura lainnya seperti markisa, terung belanda, pisang, pepaya dan lain-lain (Soerojo, 1991).

Kabupaten Karo dan Dairi merupakan bagian wilayah Propinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi cukup besar sebagai daerah pengembangan jeruk. Daerah ini terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada pada ketinggian 140-1.700 m diatas permukaan air laut. Kedalaman efektif tanah pada umumnya adalah pada rentang antara 30-60 cm. Suhu udara berkisar antara 14° C-27° C dengan kelembaban udara rata-rata 75-88% curah hujan rata-rata berkisar antara 1.000-3.500 mm per tahun dengan hari hujan rata-rata 145 hari per tahun dengan rata-rata penyinaran matahari 55-66%. Varietas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah jenis siam, washington, sunkist, padang, dan siam madu. Pertanaman jeruk di Kabupaten Karo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Penyebaran pertanaman jeruk terdapat di Kecamatan Barus Jahe, Tigapanah, Simpang Empat, Juhar, Merek, Munthe, Kutabuluh, dan


(17)

Kabanjahe. Sejak tahun 2002, Kecamatan Mardinding menjadi lokasi baru sasaran pengembangan jeruk Siam. Di wilayah Kabupaten Karo terdapat beberapa lokasi gudang yang berfungsi sebagai tempat penampungan, penyortiran, dan pengemasan buah jeruk. Penanganan pasca panen jeruk oleh para petani di Kabupaten Karo yang mencakup penampungan, penyortiran, grading, dan pengemasan buah jeruk segar meskipun umumnya masih bersifat tradiosional dan perlu disempurnakan untuk memberikan tambahan jaminan kualitas jeruk sebagai bahan baku bagi pembuatan produk powder. Permintaan buah jeruk masih merupakan yang terbesar dibandingkan permintaan terhadap jenis buah lainnya. Menggunakan besarnya konsumsi per kapita sebesar 0,05 kg per minggu pada tahun 1996, menjadi 0,09 kg per minggu pada tahun 2003, maka konsumsi jeruk penduduk Indonesia naik 9,917 ton pada tahun 1996 menjadi 19,356 ton per minggu pada tahun 2003. Dengan perkiraan tingkat konsumsi perkapita sebesar 0,2 kg per minggu, maka proyeksi kebutuhan jeruk untuk konsumsi nasional pada tahun 2010 diperkirakan akan menjadi sekitar 48.000 per minggu atau sekitar 2.496.000 ton per tahun (Maryunianta, 2004).

Ketenagakerjaan adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas, yang dimaksud bekerja adalah melakukan kegiatan yang bertujuan memperoleh atau membantu pendapatan atau penghasilan selama seminggu lebih besarnya persentase pria yang bekerja disebabkan karena pada umumnya pria adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan rumah tangga sebaliknya ibu pada umumnya bukan pencari nafkah yang utama, tetapi fungsinya lebih pada penambahan pendapatan suami. Di dunia sedang berkembang, jumlah


(18)

wanita lebih dari setengah jumlah buruh tani. Di Asia Tenggara mereka menghasilkan bagian besar pangan untuk keperluan rumah tangga. Dalam seluruh usahatani, baik pada usahatani untuk konsumsi sendiri maupun yang komersial ukuran kecil, mereka juga banyak melakukan tugas penanaman dan pengerjaan lahan, sebagian besar pengeringan pasca panen pangan dan hampir seluruh penyiapan pangan bagi keluarga. Partisipasi buruh dapat disebabkan oleh beberapa hal dibidang pertanian sejak semula dalam memenuhi kebutuhan pokoknya buruh panen wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada: yaitu tenaga kerja laki-laki dalam mengerjakan pemanenan, menyemprot, memangkas dan pembersihan lahan (Manurung, 2003).

Kabupaten Karo terdapat 17 Kecamatan dimana Kecamatan Kabanjahe merupakan Kecamatan paling tinggi jumlah penduduk dengan status berusaha dibantu buruh tetap dan tidak tetap. Untuk lebih jelasnya perincian jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.


(19)

Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Wilayah Administrasi dan Status Pekerjaan di Kabupaten Karo.

N0 Kecamatan Status Pekerjaan Jumlah

Berusaha

sendiri Berusaha/dibantu dengan buruh tidak tetap Berusaha/ dibantu dengan buruh tetap Pria Wanita

1. Merdeka 2.821 1.710 95 6.039 5.934

2. Barus Jahe 6.638 2.476 106 11.496 11.399

3. Merek 2.475 1.345 75 7.679 7.679

4. Tigapanah 6.933 3.364 91 14.753 14.873

5. Dolat Rayat 1.475 2.211 50 3.978 3.976

6. Berastagi 7.929 2.576 215 19.855 21.587

7. Kabanjahe 10.036 2.779 336 29.244 29.256

8. Simpang Empat 4.305 2.341 96 9.891 9.883

9. Tiga Nderket 2.115 1.879 40 6.821 6.944

10. Payung 1.857 2.880 68 5.265 5.362

11. Kuta Buluh 3.506 1.345 79 5.776 5.773

12. Munte 3.807 1.789 47 10.365 10.200

13. Juhar 1.242 1.467 30 6.684 7.157

14. Tigabinanga 3.415 2.125 27 9.558 9.336

15. Lau Baleng 2.570 1.864 50 9.207 9.197

16. Naman Teran 5.211 1.937 25 5.840 5.710

17. Mardinding 4.321 1.763 54 7.904 7.712

Jumlah 70.656 35.851 1.484 170.574 171.981

Sumber: Kantor Bupati Karo Tahun 2007

Tabel di atas memperlihatkan bahwa Kecamatan Kabanjahe memiliki jumlah tertinggi untuk status pekerjaan buruh dimana setiap wilayah kelurahannya kebanyakan terdapat buruh yang bekerja bukan disektor pertanian saja karena dekat dengan lingkungan perkotaan. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa Kecamatan Barus Jahe menduduki peringkat ke empat setelah Kecamatan Berastagi dan Tigapanah. Di pilihnya Kecamatan Barus Jahe sebagai tempat penelitian karena di Kecamatan Barus Jahe kebanyakan terdapat buruh yang bekerja pada sektor usaha tani jeruk.


(20)

Kecamatan Barus Jahe terdiri dari 19 Desa yang secara umum penduduknya dengan mata pencahariannya bertani. Desa Sukanalu merupakan salah satu Desa di Kecamatan ini yang paling tinggi jumlah penduduk dengan status berusaha dibantu dengan buruh tetap atau buruh tidak tetap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut

Wilayah Administrasi dan Status Pekerjaan di Kecamatan Barus Jahe.

N0 Desa Status Pekerjaan

Jumlah Berusaha/

bekerja sendiri Berusaha/dibantudengan buruh tidak tetap

Berusaha/dibantu dengan buruh tetap

1. Rumamis 891 5 0 896

2. Semangat 861 15 11 887

3. Sinaman 770 76 51 897

4. Talimbaru 956 0 5 961

5. Pertumbuken 936 34 20 990

6. Bulan Julu 751 81 55 887

7. Bulan Jahe 846 70 44 960

8. Sukanalu 2.369 475 34 2.878

9. Sukajulu 2.211 296 40 2.547

10. Barus Jahe 2.322 373 131 2.826

11. Serdang 779 65 54 898

12. Penampen 780 10 7 897

13. Sarimanis 775 69 45 889

14. Tengkidik 745 15 7 767

15. Paribun 836 35 27 898

16. Persadanta 854 15 7 876

17. Sikap 970 12 0 982

18. Tanjung Barus 954 19 3 976

19. Barus Julu 963 19 2 984

Jumlah 20.569 1684 543 22.896

Sumber: Kantor Bupati Karo 2007

Tabel di atas memperlihatkan bahwa Desa Sukanalu memiliki jumlah terbesar dari ke 19 Desa yang ada di Kecamatan Barus Jahe untuk status buruh usahatani. Selanjutnya, buruh yang bekerja dalam jumlah diatas, tidak hanya


(21)

buruh tani, tetapi buruh dalam artian untuk semua sektor pekerjaan. Untuk mengetahui jumlah buruh yang benar-benar bekerja sebagai buruh tani dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja Pria Dan Wanita Sebagai Buruh/Pekerja Menurut Lapangan pekerjaan di Desa Sukanalu

Bidang Pekerjaan Jumlah Buruh

Laki-Laki Wanita

Pertanian tanaman pangan 45 35

Dagang 38 12

Perikanan 6 3

Peternakan 8 4

Pertanian lainnya 16 30

Jumlah 113 84


(22)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik sosial (umur, lama pendidikan formal, lama jadi buruh) dan karakteristik ekonomi (pendapatan utama, pendapatan sampingan, total pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga) para buruh panen di daerah penelitian?

2. Bagaimana pendapatan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo (1988)?

3. Bagaimana besar pendapatan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian dilihat dari kriteria kemiskinan menurut BAPPENAS (2001)? 4. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial (umur, lama pendidikan formal,

lama menjadi buruh) dan karakteristik ekonomi (jumlah anggota keluarga) para buruh panen terhadap tingkat pendapatan di daerah penelitian?

5. Sejauh mana distribusi konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian?

6. Bagaimana alokasi pendapatan terhadap pengeluaran atau konsumsi rumah tangga buruh panen di daerah penelitian?

7. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian?


(23)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui karakteristik sosial (umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh) dan karakteristik ekonomi (pendapatan utama, pendapatan sampingan, total pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga) para buruh tani di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui besar pendapatan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian berdasarkan garis kemiskinan Sajogyo (1988).

3. Untuk mengetahui besar pendapatan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian berdasarkan kriteria kemiskinan menurut BAPPENAS (2001). 4. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi Para

buruh panen di daerah penelitian terhadap tingkat pendapatan.

5. Untuk mengetahui distribusi konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui alokasi pendapatan terhadap pengeluaran atau pola konsumsi rumah tangga buruh panen di daerah penelitian.

7. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Pendapatan rumah tangga buruh panen di daerah penelitian.


(24)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan khususnya pengelolaan dalam sistem upah buruh panen.

2. Sebagai bahan refrensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam

menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman jeruk (Citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan (Rahardi, 1997).

Dalam dunia tumbuhan , tanaman jeruk (Citrus sp) diklasifikasi sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Clasis : Dicotyledoneae Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus sp

(Nurhadi, 1999).

Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut (bercabang pendek kecil) serta akar akar rambut. Bila akar tunggang mencapai tanah yang keras atau tanah yang terendam air, maka pertumbuhannya akan berhenti. Tetapi bila tanahnya gembur, panjang akar tunggang bisa mencapai 4 meter. Akar cabang yang mendatar bisa mencapai 6-7 meter. Perakaran jeruk


(26)

0,15-0,50 meter. Pohon jeruk yang ditanam di Indonesia berbentuk bulat dan tingginya dapat mencapai 5-15 meter. Daun jeruk berwarna hijau tua dan tidak meranggas. Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman jeruk adalah 1.500 mm per tahun dengan bulan kering selama 3-4 bulan diperlukan untuk merangsang pembentukan bunga. Perkembangan bunga dan buah diperlukan hujan selama 6-8 bulan supaya keadaan tanahnya lembab. Sedangkan penyinaran matahari 50%-70%. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk antara 25-70°C. Aktivitas pertumbuhan jeruk sangat terganggu bila suhu kurang dari 13°C, tetapi masih dapat bertahan pada suhu 38°C (Utami, 1996).

Dengan demikian, buruh panen merupakan salah satu unsur dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasional dalam suatu usahatani tersebut. Untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam suatu proses kerja, diperlukan tenaga buruh. Sehubungan dengan berlangsungnya hubunga kerja, maka pengusaha mempunyai beberapa hak terhadap buruh sebagai partner dalam mencapai keberhasilan usahanya. Dikatakan buruh sebagai partner karena dalam hubungan perburuhan dan pengusaha harus terjadi hormat menghormati, saling menghargai, bantu- membantu dalam mencapai keberhasilan. Kelancaran proses kerja tergantung pada keterampilan dan keahlian yang dimiliki buruh panen. Tenaga kerja buruh yang memiliki keterampilan dan keahlian yang tinggi akan menghasilkan produksi maksimal, sebaliknya tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang pekerjaanya akan menghasilkan produksi yang rendah dan mengakibatkan kerugian bagi pengusaha (Bedjo Siswanto, 1991:3).


(27)

Dalam pembangunan pertanian beberapa penulis menganggap bahwa modernisasi pertanian membawa akibat berkurangnya permintaan tenaga kerja dibidang pertanian. Kondisi rumah tangga pada lapisan bawah dan lapisan menengah kebawah memerlukan sumber penghasilan yang berbeda. Penghasilan Bapak rumah tangga tidak cukup untuk dapat menghidupi seluruh keluarga. Istri dan anak pada umumnya turut menyumbangkan penghasilan dan karena sumber yang beraneka ragam itu maka berbagai kebutuhan dapat dipenuhi. Sumbangan para buruh harian baik wanita atau anak-anak sering tidak diperhitungkan langsung dengan uang, tapi sumbanganya bagi pendapatan rumah tangga dalam banyak hal bersifat tidak langsung karena berkat pekerjaan yang dilakukannya, maka anggota lain dalam rumah tangga bersangkutan dapat melakukan kegiatan yang secara langsung menghasilkan uang untuk digunakan bagi keperluan rumah tangga (Hermanto, 2002).

Peran serta buruh pria, wanita dan anak-anak dalam mencari nafkah di sektor pertanian disamping sektor non pertanian sebagai sumber pendapatan utama yang berarti bahwa mereka pun turut menyumbang pada produksi pertanian secara keseluruhan. Berbeda dengan buruh kalangan rumah tangga didalam sektor non pertanian mampu melakukan usaha-usaha modern (berupa dagang dan jasa), maka buruh kalangan kurang mampu karena tidak cukup memiliki sumber-sumber produksi, jangkaunnya terbatas pada usaha tradisional berupa pengumpulan barang dari alam (Moekijat, 1992).

Pendapatan buruh akan berbeda apabila lingkungan pertaniannya berbeda. Pendapatan buruh di dataran rendah yang umumnya menanam padi tidak sama


(28)

dengan dengan pendapatan petani di dataran tinggi yang umumnya menanam palawija sebagai sumber utama pendapatan. Dataran rendah yang dicirikan oleh baiknya keadaan irigasi menghasilkan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di dataran tinggi. Selain itu, perbedaan status buruh memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Kelompok buruh miskin cenderung memperoleh pendapatan per jam kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tidak miskin (Sedermayanti, 2001).

Pertanian disuatu negara mempunyai basis yang terdiri dari atas beribu-ribu atau berjuta-juta usahatani dari berbagai jenis dan ukuran. Apa yang dihasilkan serta bagaimana caranya menghasilkan di masing-masing usahatani itu ditentukan oleh petani pengusahanya. Petani pengusaha pada usahatani yang betul-betul subsisten mengambil keputusan atas dasar kebutuhan konsumsi keluarganya sendiri, dan atas dasar apa yang dapat dihasilkan dengan tenaga kerja keluarga itu tanpa mengambil manfaat dari sarana produksi dan alat-alat pertanian yang dibeli atau yang dijual dan tidak ada pula apa-apa yang harus diangkut ke atau dari masing-masing usahatani (lukman, 2004)

Menurut hasil penelitian Suryana 2003, dilihat dari alokasi pengeluaran untuk tiap jenis pangan, ternyata pola konsumsi rumah tangga pedesaan di Sumatera Barat dan Jawa Barat serupa, sedangkan di Sulawesi Selatan agak lain. Di ketiga provinsi tersebut pengeluran untuk padi-padian dan umbi-umbian menghabiskan sekitar 35 persen dan 2 persen dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk ikan lebih tinggi dibandingkan untuk produk peternakan (daging, telur, susu). Di Sumatera Barat dan Jawa pengeluaran untuk ikan (10%)


(29)

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur dan susu (6%). Di Sulawesi Selatan pengeluaran untuk ikan (16%) lebih dua kali lipat dibandingkan dengan pengeluaran untuk daging, telur dan susu (7%). Sementara itu pengeluaran untuk makanan jadi di Sulawesi Selatan 3% saja (Suryana, 2003).

Landasan Teori

a. Pertanian dan pembangunan pertanian

Dalam kerangka pembangunan Nasional, mandat utama sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung perkembangan perkembangan sektor-sektor lainya. Pada masa mendatang mandat tersebut terasa semakin berat karena laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat sejalan dengan laju pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian akan meningkat baik dalam jumlah, keragaman, maupun kualitasnya (Winarni, 2006).

Strategi pembangunan pertanian yang ditawarkan oleh berbagai pakar dan praktisi adalah pendekatan sistem agribisnis terpadu berkelanjutan, yang memanfaatkan potensi sumber daya wilayah secara optimal; memanfaatkan keterkaitan antar subsistem, dan manfaat peluang penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja (Zainun,1993)

b. Pendapatan

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang di terima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas


(30)

jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang di pelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial. Pada saat tingkat income masyarakat rendah pada umumnya pengeluaran rumah tangga lebih besar dari pendapatannya sehingga pengeluran konsumsi buat itu tidak hanya dibiayai oleh pendapatannya saja tetapi juga menggunakan sumber-sumber lain seperti tabungan dari wakil sebelumnya menjual harta kekayaan rumah atau meminjam. Selanjutnya pada suatu tingkat income yang cukup tinggi, konsumsi rumah tangga akan sama besar dengan incomenya. Bila income kemudian meningkat lagi pada saat itu pengeluaran rumah tangga dapat menabung kelebihan income yang tidak digunakan oleh konsumsi (Herlambang, 2001).

Produktivitas tenaga kerja pertanian jauh lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas di sektor lainnya. Pada tahun 1990 produktivitas kasar tenaga kerja pertanian sebesar 638 ribu rupiah per orang, sementara untuk tingkat nasional sudah mencapai 1,6 juta rupiah. Pada tahun tersebut produktivitas tenaga kerja pertanian hanya sebesar 40 persen dari rata-rata nasional, atau 24 persen dari produktivitas tenaga kerja pertanian di sektor industri. Selama dekade 1980-an, produktivitas tenaga kerja pertanian tumbuh sebesar 1,2 persen per tahun, tetapi pertumbuhan ini jauh dibawah pertumbuhan rata-rata produktivitasnya tenaga kerja nasional yaitu 2,2 persen per tahun. Rendahnya produktivitas ini menyebabkan pendapatan rumah tangga pertanian tumbuh lebih lamban dan berada pada tingkat lebih rendah (Suryana, 2003).


(31)

c. Pola konsumsi

Pola konsumsi dapat diartikan sebagai kebutuhan-kebutuhan manusia dalam bentuk berbeda-beda dan juga baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan keluarga/lingkungannya, berdasarkan tata hubungan dan tanggungjawabnya didasarkan atas pola produksi, pola distribusi dan sistem kebutuhan yang dimilikinya yang sifatnya tercermin sebagai kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Untuk kurun waktu yang sangat panjang, dimana aktivitas ekonomi manusia dipusatkan pada satu tujuan utama, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya (Rivanto, 1995: 33-34).

d. Buruh

Buruh adalah orang yang melaksanakan kegiatan penanaman, pemeliharaan dan sebagainya yang hidup dalam masyarakat yang selalu mereka lakukan, misalnya dengan bekerja di sektor pertanian atau mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga. Adapun untuk alasan dari buruh harian panen memilih pekerjaan sebagai buruh panen harian karena pekerjaan ini tidak menuntut banyak keterampilan dan keahlian dalam prakteknya dan secara umum bisa dilakukan semua orang (Abbas, 2000).

Kerangka Pemikiran

Buruh harian panen diartikan sebagai buruh yang bekerja sebagai buruh tani dalam usahatani jeruk yang memperoleh upah/bayaran yang diberikan perhari. Buruh harian panen dalam hal ini bisa mencakup buruh tani yang bekerja untuk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, serta


(32)

pertanian lainnya. Selanjutnya buruh harian panen itu akan bekerja untuk suatu bentuk usahatani di lahan orang lain yang memakai mereka sebagai buruh/pekerja. Dorongan seseorang untuk bekerja sangat beraneka ragam. Selain untuk memanfaatkan potensi sumberdayanya, juga dikarenakan oleh tuntutan kebutuhan hidup yang mendesak dan semakin kompleks. Apalagi mereka yang sudah memiliki keluarga.

Demikian juga halnya dengan buruh harian panen, mereka bekerja pada suatu usahatani karena berbagai macam motivasi. Motivasi tersebut sesungguhnya berasal dari dalam dirinya sendiri. Faktor ini dikenal dengan sebutan karakteristik. Karakteristik ini juga kemudian menjadi faktor-faktor pendorong sehingga ia bekerja sebagai buruh panen. Karakteristik ini terdiri dari karakteristik sosial dan ekonomi. Karakteristik sosial terdiri dari suku, jenis pekerjaan, umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh serta karakteristik ekonomi berupa pendapatan utama, pendapatan sampingan, total pendapatan keluarga, potensi tenaga kerja keluarga dan jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi buruh harian panen harian dalam menjalankan pekerjaanya sebagai buruh tani.

Usaha yang mereka kerjakan untuk suatu bentuk usahatani di lahan orang lain akan dibayar dengan upah sebagai gaji mereka, dengan kata lain disebut dengan penerimaan. Dari penerimaan tersebut buruh harian panen menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangganya juga sebagai pendapatan keluarga. Selain perolehan dari upah, pendapatan lain juga diperoleh buruh harian panen dari pekerjaan sampingan selain usahatani. Sehingga pendapatan total keluarga yaitu diperolehan upah dan usaha sampingan,


(33)

sedangkan pola konsumsi berupa pangan dan non pangan yang saling mempengaruhi satu sama lain dengan pendapatan keluarga. Akan tetapi ia akan berusaha dengan mencurahkan kemampuan berupa tenaga bekrja sebagai buruh panen untuk mempertahankan hidup keluarga dan dirinya sendiri dengan harapan sejumlah upah yang mereka terima dapat kiranya menjadi tambahan penghasilan keluarga, dan pada akhirnya, segala kebutuhan tiap-tiap anggota keluaga terpenuhi sehingga penghasilanya yang diperoleh buruh harian panen mampu menjadi salah satu kontribusi bagi pendapatan keluarga.

Adapun kriteria yang peneliti gunakan untuk menilai pendapatan buruh harian panen adalah kriteria Sajogyo (1988) yaitu menggunakan ekiuvalen konsumsi beras perkapita per tahun.

Sedangkan kriteria BAPPENAS (2001) digunakan untuk meninjau standar kebutuhan minimum berdasarkan pengeluaran pedesaan untuk makanan dan bukan makanan, yaitu dengan melihat nilai minimum pengeluaran jenis pangan dan bukan pangan perkapita. Kemiskinan disetarakan dengan pengeluaran untuk bahan makanan dan non makanan sebesar Rp. 90.549/kapita/bulan dan Rp. 29.239/kapita/bulan dan Rp. 29.239/kapita/bulan.


(34)

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik Sosial : USAHATANI JERUK Karakteristik ekonomi:

-Pendapatan utama

-Suku Buruh Panen Jeruk - Pendapatan Sampingan

- Jenis Pekerjaan - Total Pendapatan

- Umur Keluarga - Lama Pendidikan Penerimaan

Formal - Lama menjadi

Buruh

Upah

Pola Konsumsi Pendapatan Total

Buruh Panen

Uaha Lain pangan Non Pangan

Pendapatan Keluarga BAPPENAS

(2001)

Kriteria Kemiskinan Sajogyo (1988)


(35)

Hipotesis Penelitian

1. Ada karakteristik sosial (umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh) dan karakteristik ekonomi (pendapatan utama, pendapatan sampingan, total pendapatan keluarga) dan jumlah anggota keluarga para buruh panen di daerah penelitian.

2. Ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo (1988) pendapatan rumah tangga buruh Panen di daerah penelitian berada di atas garis kemiskinan.

3. Ditinjau dari kriteria BAPPENAS (2001) pendapatan buruh panen di daerah penelitian berada diatas garis kemiskinan.

4. Ada pengaruh karakteristik sosial (umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh) dan karakteristik ekonomi (jumlah anggota keluarga) para buruh panen terhadap tingkat pendapatan di daerah penelitian.

5. Distribusi konsumsi pangan lebih besar daripada non pangan dalam rumah tangga buruh panen di daerah penelitian.

6. Alokasi pendapatan terhadap pengeluaran atau konsumsi rumah tangga lebih tinggi pada konsumsi pangan daripada non pangan di daerah penelitian.

7. Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan buruh panen di daerah penelitian.


(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo. Jumlah penduduk seluruh di Desa Sukanalu sebesar 3.375 jiwa. Adapun alasan penetapan daerah ini adalah karena Desa Sukanalu merupakan salah satu Desa di Kecamatan Barus Jahe yang para petani jeruknya banyak menggunakan tenaga buruh harian dalam kegiatan pemanenan buah.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah buruh harian panen yang bekerja khusus di sektor Pertanian atau disebut juga buruh harian tani, Sampel yang akan diambil adalah buruh harian panen jeruk. Adapun jumlah buruh harian panen di Desa Sukanalu sebanyak 197 KK dan diambil sampel sebanyak 30 KK. Pengambilan masing-masing sampel secara acak (simple random sampling).

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan buruh harian panen di Desa Sukanalu melalui survey maupun daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Bupati Kabupaten Karo bagian pengolahan data, Kantor Kepala Desa Sukanalu. Jenis data, sumber dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 4.


(37)

Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data

N0 Jenis Data Sumber Metode

1. Pendapatan Buruh Harian Panen Wawancara 2. Frekuensi jadi buruh Buruh Harian Panen Wawancara 3. Tingkat Pendidikan Buruh Harian Panen Wawancara 4. Jumlah Anggota Keluarga Buruh Harian Panen Wawancara 5. Jenis pekerjaan Buruh Harian Panen Wawancara

6. Umur Buruh Harian Panen Wawancara

7. Frekuensi mengikuti

kegiatan lain Buruh Harian Panen Wawancara 8. Pengeluaran konsumsi

pangan Buruh Harian Panen Wawancara

9. Pengeluaran konsumsi non

pangan Buruh Harian Panen Wawancara

10. Monografi desa Kantor Kepala Desa Data primer 11. Jumlah Buruh Harian

Panen Kantor Kepala Desa Wawancara

Metode Dan Analisis Data

Untuk menguji Hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi (suku, jenis pekerjaan, umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh, pendapatan utama, pendapatan sampingan, tingkat pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga buruh harian panen di daerah penelitian.


(38)

Untuk menguji hipotesis 2 digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat garis kemiskinan Sajogyo (1988) berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan untuk konsumsi beras.

Untuk menguji hipotesis 3 digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat kriteria BAPPENAS (2001) berdasarkan pengeluaran untuk bahan makanan dan non makanan.

Untuk menguji hipotesis 4 dianalisis dengan metode Regresi Linier Berganda OLS (Ordinary Least Square)dengan menggunakan rumus:

Rumus linear berganda adalah sebagai berikut: = a + b1x1 + b2x2 + b4x4

Dimana:

= Tingkat pendapatan buruh harian panen a = Koefisien Intercept

b1,b2 ..b4 = Koefisien regresi setiap faktor

x1 = Umur (Tahun)

x2 = Lama pendidikan formal (Tahun)

x3 = Lama menjadi buruh (Tahun)

x4 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)

Untuk menguji masing-masing variabel berpengaruh atau tidak terhadap Y digunakan Uji F, dimana Fhitung >Ftabel maka variabel yang diuji berpengaruh

terhadap Y dan sebaliknya jika Fhitung<Ftabel maka variabel yang diuji tidak


(39)

Untuk menguji hipotesis 5 digunakan analisis deskriptif dengan melihat distribusi konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga buruh harian panen di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 6 digunakan analisis deskriptif dengan membandingkan kontribusi setiap pengeluaran terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh buruh harian panen di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 7 digunakan analisis deskriptif dengan menjelaskan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh harian panen di daerah penelitian.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional.

Definisi

1. Buruh tani adalah orang yang bekerja dalam sektor pertanian pada segala macam bentuk usahatani tertentu yang memperoleh upah/bayaran, sebagai mata pencahariannya.

2. Buruh harian panen jeruk adalah orang yang bekerja sebagai buruh tani pada sektor usahatani jeruk yang memperoleh upah/bayaran yang diberikan perhari. 3. Suku adalah garis keturunan yang berkaitan dengan informasi tentang

kehidupan budaya dan adat istiadat buruh harian panen.

4. Jenis pekerjaan buruh adalah bermacam-macam untuk memperoleh sejumlah Penghasilan.


(40)

5. Pendapatan total keluarga adalah pendapatan bersih ditambah dengan pendapatan dari usaha lainnya.

6. Upah adalah imbalan yang diperoleh dari mengerjakan sesuatu yang berupa uang.

7. Pendapatan per kapita adalah pendapatan total dibagi jumlah anggota keluarga. 8. Frekuensi jadi buruh menyatakan lamanya buruh harian panen yang telah

bekerja sebagai buruh untuk kurun waktu tertentu. 9. Umur adalah jumlah tahun lahir sampai saat ini.

10. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan kepala keluarga.

11. Pola konsumsi adalah kebutuhan-kebutuhan manusia dalam bentuk benda-benda dan jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan keluarganya/lingkungannya.

12. Tingkat pendidikan adalah sejauh mana jenjang pendidikan yang telah ditempuh untuk memperoleh pengajaran di bangku sekolah.

13. Sampel penelitian adalah para buruh harian panen yang bekerja sebagai buruh tani untuk usahatani jeruk.

Batasan Operasional

1. Buruh harian panen merupakan orang yang bekerja sebagai buruh tani baik bekerja di daerahnya sendiri, maupun yang bekerja di luar desanya.

2. Buruh harian panen usahatani jeruk bekerja tidak tetap pada satu daerah yang sama


(41)

Untuk kurun waktu tertentu.

3. Kriteria garis kemiskinan Sajogyo (1988)

4. Ukuran BAPPENAS (2001) mengenai garis kemiskinan disetarakan dengan pengeluaran untuk bahan makanan dan non makanan sebesar Rp. 90.545/kapita/ bulan dan Rp. 29.239/kapita/bulan, sehingga total pengeluaran minimumnya Rp.119,788/kapita/bulan.

5. Waktu penelitian dilakukan pada Tahun 2008.

6. Tempat penelitian adalah Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo.


(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Gambaran Umum Daerah Penelitian

Keadaan Fisik dan Geografi

Desa Sukanalu adalah salah satu Desa di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Luas Desa Sukanalu 7242 Ha dan berada pada ketinggian ± 1200 meter dari permukaan laut, sehingga termasuk dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 500 mm / tahun dan suhu udara berkisar antara 14º C- 26º C.

Jarak dari Desa Sukanalu ke Ibu Kota Kecamatan 4 km, jarak ke Ibukota Kabupaten 7 km, sedangkan jarak ke Ibukota propinsi 137 km. Secara administratip daerah penelitian mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kubu Colia dan Desa Sukajulu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukadame dan Desa Sinaman - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bulanjahe

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Seberaya dan Desa Tigapanah

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk daerah penelitian tahun 2007 tercatat sebanyak 3375 jiwa atau 962 KK, yang terdiri dari 1516 jiwa laki-laki dan 1859 jiwa perempuan. Distribusi penduduk dirinci menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.


(43)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Sukanalu Tahun 2007

N0 Kelompok Umur

(Tahun) Laki-Jenis Kelamin Jumlah(Jiwa) Persentase(%) Laki Perempuan

1. 0 4 40 70 110 3,25

2. 5 9 50 80 130 3,85

3. 10 14 40 75 115 3,40

4. 15 19 60 95 155 4,59

5. 20 24 114 120 243 6,93

6. 25 29 100 130 230 6,81

7. 30 34 105 115 220 6,51

8. 35 39 111 118 229 6,78

9. 40 44 211 240 451 13,36

10. 45 49 220 260 480 14,22

11. 50 54 115 141 256 7,58

12. 55 59 140 165 305 9,03

13. 60 64 110 130 240 7,11

14. 65 + 100 120 220 6,51

Jumlah 1516 1859 3375 99,93

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu, Tahun 2008

Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur 15 64 tahun sebesar 3020 jiwa atau sebesar 89,48 %, pada kelompok umur 0 14 tahun ada sebesar 355 jiwa atau sebesar 10,51 % dan pada kelompok umur 65 + terlihat 220 jiwa atau hanya 6,51 %.

Sosial Ekonomi Penduduk

Sebagian besar penduduk memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini:


(44)

Tabel 6. Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Sukanalu Tahun 2008.

N0 Mata Pencaharian Kepala Keluarga Persentase (%)

1. Bertani 725 68,85

2. Pegawai Negeri/ swasta 52 4,93

3. Buruh 197 18,70

4. Dagang 38 3,60

5. Lain-lain 41 3,89

Jumlah 1053 99,97

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu, Tahun 2008

Dari Tabel 6 dapat dikemukakan bahwa 68,85 % kepala keluarga mempunyai mata pencaharian sebagai petani, 18,70 % bekerja sebagai buruh, sementara 4,93 sebagai pegawai negeri sipil dan wiraswasta, dan 3,60 % adalah sebagai pedagang.

Keadaan kepala keluarga berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Sukanalu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kepala Keluarga Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sukanalu Tahun 2008

N0 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Persentase (%)

1. Sekolah Dasar 135 30,20

2. SMP/ SLTP 105 23,48

3. SMA/ SLTA 112 25,05

4 Dan Lain-lain 95 21,25

Jumlah 447 99,98

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu, Tahun 2008

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah kepala keluarga menurut tingkat pendidikan, antara lain 30,20 % kepala keluarga Desa Sukanalu berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar disusul SMP/ SLTP sebesar 23,20 %, dan SMA/ SLTA sebesar 25,05 %, serta wawasan berfikirnya sudah luas.


(45)

Tata Guna Lahan

Gambaran luas wilayah Desa Sukanalu berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tata Guna Lahan di Desa Sukanalu Tahun 2008

N0 Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 10,7 1,47

2. Ladang jeruk 460 63,51

3. Sawah 220 30,37

4. Kebun 5 6,90

5. Belukar 2 0,27

6. Hutan 25 3,45

7. Pekuburan 1,5 0,20

Jumlah 724,2 106,17

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu, Tahun 2008

Dari Tabel 8 dapat digambarkan bahwa penggunaan lahan adalah 63,51 % untuk perladangan jeruk, 30,37 % untuk persawahan, 6,90 % untuk perkebunan, 1,47 % untuk pemukiman, 0,27 % untuk belukar dan 0,20 % untuk pekuburan.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Sukanalu akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung maka akan mempercepat laju perkembangan dari Desa tersebut. Distribusi sarana dan prasarana yang ada di Desa Sukanalu dapat dilihat pada Tabel 9.


(46)

Tabel 9. Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Sukanalu Tahun 2008

N0 Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Pendidikan

- Sekolah Dasar - SLTP

- SLTA

2 1 0 2. Kesehatan

- Puskesmas/ BKIA - Kamar mandi - Tangki air minum

1 46 2

3. Kantor Kepala Desa 1

4. Sarana ibadah: - Mesjid

- Gereja 15

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukanalu, Tahun 2008

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang ada di daerah penelitian sudah lengkap. Sehingga kebutuhan masyarakat akan pendidikan, kesehatan dan sosial budaya dapat terpenuhi, kecuali untuk sarana pendidikan SLTA belum ada sehingga anak-anak yang tamat SLTP di daerah penelitian harus melanjutkan pendidikan ke Ibukota Kecamatan/Barus Jahe atau Ibukota Kabupaten/Kabanjahe.


(47)

HASIL PENELITIAN

Gambaran Singkat Masuknya Buruh Harian Panen di Desa Sukanalu

Penelitian dilaksanakan di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah buruh harian panen jeruk yang bekerja pada lahan orang lain, dan yang dipilih menjadi sampel yaitu buruh pemetik buah jeruk. Pada awalnya buruh panen (aron) di Desa Sukanalu masuk sekitar tahun 1980 an, buruh panen dulu lebih banyak didatangkan dari luar daerah karena di Desa tersebut tidak memiliki tenaga kerja (aron) yang cukup untuk dipekerjakan karena kebanyakan masyarakatnya memiliki lahan sendiri untuk bercocok tanam, perkembangan jaman telah merubah semua situasi dimana sekarang banyak masyarakat pendatang yang tinggal di Desa Sukanalu dan hidup menetap di Desa tersebut untuk bekerja diusahatani jeruk, cabe, padi dan sebagainya, kebanyakan buruh panen berasal dari daerah lain dan menetap tinggal di Desa tersebut serta menyewa lahan sebagai pekerjaan sampingan, biasanya buruh yang tidak menetap berasal dari daerah lain seperti Kabanjahe, Tigapanah (Kepala Desa Sukanalu).

Gambaran Umum Kegiatan Pemetikan Buah Jeruk

Dalam melaksanakan pemanenan buah jeruk, pemilik lahan jeruk mempergunakan tenaga kerja luar keluarga (buruh tani pria dan buruh tani wanita) yang akan membantu pemilik jeruk untuk memetik buah jeruk. Buah dipanen dengan tangan atau kadang juga dengan memakai gunting. Buah yang sudah


(48)

masak mengandung cairan cukup banyak, tetapi kalau pemetikan dilakukan setelah melampaui tingkat masak yang optimum, cairan buah akan berkurang, jadi yang lebih baik adalah tepat waktu. Setelah dipanen jeruk yang diperoleh nantinya akan dipilih dahulu dengan kondisi yang baik untuk disusun kekeranjang. Walaupun sepertinya ini pekerjaan yang paling mudah dan tidak melelahkan dibandingkan dengan pekerjaan lainnya seperti sebelum panen jeruk, tetapi kenyataannya bagian pekerjaan inilah yang sulit karena harus benar-benar teliti dalam memilih jeruk yang akan disusun kedalam keranjang untuk selanjutnya akan dikirim oleh pemilik usahatani jeruk.

Gambaran Umum Sistem Pengupahan Buruh Harian Panen Jeruk

Buruh panen di daerah penelitian bekerja tidak terikat dengan jam masuk tiap harinya, tetapi terserah pada buruh harian panen untuk mulai kumpul dengan yang lainnya pada tempat biasa untuk menunggu para pemilik lahan datang dan menawarkan pekerjaan di lahannya. Buruh panen umumnya di daerah penelitian semacam kelompok kerja yang disebut aron . Para buruh panen bekerja atas dasar kemauan sendiri, para buruh panen di daerah penelitian biasanya berkumpul pada jam 8-9 pagi.

Upah yang dibayarkan kepada buruh panen adalah per hari. Meskipun mereka bekerja lagi untuk besok harinya pada pemilik lahan yang sama, tetapi upah yang akan diberikan tetap dibayar per hari. Umumnya para buruh tani bekerja dalam suatu usahatani secara kelompok, tidak pernah sendiri. Mereka akan bekerja secara bersama sesuai dengan kebutuhan pemilik usahatani untuk mempercepat pemetikan buah jeruknya. Upah yang dibayar pemilik lahan kepada


(49)

buruh pemetik jeruk berkisar antara Rp. 45.000 tanpa ditanggung makan siang, dan makan siang dibawa sendiri oleh buruh panen tersebut dan Rp. 40.000 bagi yang ditanggung makan siangnya oleh pemilik lahan jeruk tersebut. Lain upah untuk menyusun jeruk kekeranjang bekisar Rp. 55.000 tergantung berapa keranjang didapatkan penyusun dalam satu hari, jika lebih dari target maka penyusun jeruk akan ditambah upahnya. Adapun besarnya upah yang diberikan untuk tiap-tiap jenis pekerjaan dalam pemanenan buah jeruk yang telah berlaku di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Standar Upah Yang Berlaku di Daerah Penelitian Tahun 2008

N0 Jenis Kegiatan Standar Upah (Rp/Hari)

1. Pemeliharaan 25.000- 30.000

2. Panen 40.000- 45.000

3. Sortir & Menyusun Jeruk ke Keranjang 55.000

Sumber: Hasil Wawancara buruh harian panen

Dari Tabel 10 dapat lihat bahwa jumlah upah yang terbesar adalah untuk tahapan pekerjaan sortir dan menyusun jeruk ke keranjang, yaitu sebesar Rp. 55.000/hari, dan khusus untuk tahapan pekerjaan ini biasanya upah yang dibayarkan tetap, tidak ada tawar-menawar karena pekerjaan ini sulit dan perlu ketelitian untuk memilih buah jeruk yang benar-benar baik kondisinya sebab hasilnya nanti akan sangat mempengaruhi harga jualnya. Biasanya untuk tahapan pekerjaan ini para penyewa lebih memilih buruh panen yang sudah biasa dan berpengalaman dan sering dipakai untuk bekerja menyusun jeruk ke keranjang.


(50)

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Buruh Harian Panen Jeruk

Faktor yang mempengaruhi pendapatan buruh harian panen jeruk di daerah penelitian adalah jumlah tanggungan keluarga, Apabila dilihat dari sisi pendapatan, jumlah tanggungan keluarga yang ikut memanen mempengaruhi pendapatan buruh harian panen jeruk. Dimana setiap anggota keluarga yang membantu keluarganya dalam memanen jeruk, upah yang diterima anggota keluarga tersebut akan diserahkan kepada orang tua buruh panen oleh pemilik lahan. Cuaca juga dapat mempengaruhi pendapatan buruh harian panen dimana pada waktu memanen buah jeruk tiba-tiba hujan datang maka pemilik lahan dapat menghentikan kegiatan buruh panen untuk memetik jeruk, dimana buah jeruk tidak boleh dipanen pada waktu hujan datang dan buah jeruk yang masih basah dibatang, jika dipanen pada waktu buah jeruk masih basah maka akan mengakibatkan kerusakan pada buah jeruk dan akan merugikan pemilik lahan jeruk, akibat penghentian kegiatan panen tersebut otomatis upah yang dibayarkan kepada buruh panen hanya dibayar setengah dari total upah.

Pengalaman memanen juga sangat mempengaruhi pendapatan. Semakin lama buruh panen tersebut bekerja maka semakin terampil pula buruh panen tersebut memanen. Semakin terampil buruh panen tersebut semakin banyak juga hasil yang diperolehnya dalam satu hari. Keterampilan diperlukan karena buah jeruk yang dipetik tidak boleh bolong.


(51)

PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial dan Karakterisrik Ekonomi Buruh Harian Panen Jeruk di Daerah penelitian

Karakteristik sosial ekonomi buruh harian panen yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi suku, jenis pekerjaan, umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh, pendapatan utama, pendapatan sampingan, total pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Gambaran karakteristik sosial ekonomi buruh harian panen jeruk tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi Karakteristik Buruh Harian Panen di Daerah penelitian

Tahun 2008

Uraian Satuan Rataan Range

Umur Tahun 34,9 23-45

Lama pendidikan

formal Tahun 9,3 6-12

Lama menjadi buruh Tahun 7 3-12

Pendapatan utama Rupiah/Bulan 1.164.166,66 500.000 - 1389000 Pendapatan sampingan Rupiah/Bulan 667500 0-111.000 Total pendapatan

keluarga Rupiah/Bulan 1.771.666,66 500.000-2.100.000 Jumlah anggota

keluarga Orang 4 1-6

Sumber: Data Primer diolah dari lampiran 1 dan 2

Umur

Umur buruh harian panen sampel di daerah penelitian berkisar antara 23-45 tahun dengan rata-rata umur sampel yaitu 34,9 tahun. Berarti buruh harian sampel masih berada pada usia produktif, sehingga dapat dikatakan pada usia ini buruh panen masih mempunyai kekuatan fisik yang kuat. Sebagaimana diketahui


(52)

bahwa buruh harian panen akan bekerja untuk suatu lahan yang membutuhkan kekuatan fisik yang sehat sehingga akan mendukung mereka untuk bekerja maksimal.

Lama Pendidikan Formal

Pendidikan yang dimasudkan dalam penelitian ini meliputi pendidikan formal yang didapat dari bangku sekolah seperti SD, SLTP, SMU dan Perguruan Tinggi. Ada pun tujuan dari pendidikan itu sendiri memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan sikap yang diharapkan nantinya dapat memberi dorongan mental serta merubah sikap dan cara berfikir para buruh harian panen kearah yang lebih baik/maju.

Tingkat pendidikan formal buruh harian panen tani sampel berkisar antara 6-12 tahun dengan rata-rata 9,3 tahun. Berarti lama pendidikan buruh harian panen tersebut masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan kondisi kehidupan yang tidak mendukung dari segi biaya, selain itu sarana dan prasarana pendidikan di daerah penelitian yang juga kurang memadai karena fasilitas pendidikan yang ada hanya tingkat SD dan SLTP.

Lama Menjadi Buruh

Lama menjadi buruh harian panen tani sampel di daerah penelitian berkisar antara 3-12 tahun. Rata-rata pengalaman menjadi buruh yaitu 7 tahun. Berarti buruh harian panen tani sampel belum terlalu lama sebagai buruh pemetik buah jeruk. Secara umum mereka masih mengharapkan pekerjaan yang lain yang


(53)

lebih baik, akan tetapi dengan kemampuan yang terbatas, mereka harus memilih bekerja sebagai buruh harian panen dari pada tidak bekerja sama sekali.

Pendapatan Utama Keluarga

Pendapatan utama buruh harian panen sebagai buruh pemetik di daerah penelitian berkisar antara Rp. 500.000 - Rp. 1.389.000 / Bulan dengan rata-rata pendapatan utama yaitu Rp. 1.164.166,66 / Bulan. Berarti pendapatan utama buruh harian panen sampel masih tergolong sedang, dikarenakan pekerjaan yang mereka geluti juga termasuk pekerjaan yang tidak menuntut banyak keahlian dan keahlian, hanya lebih banyak menuntut fisik yang lebih kuat dan sehat. Sehingga pekerjaan tersebut sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, dan jumlah yang mereka terima juga sesuai dengan alasan tersebut.

Pendapatan Sampingan Keluarga

Buruh harian panen sampel di daerah penelitian masih merasa belum cukup dengan jumlah pendapatan yang diperoleh tiap bulan dari pekerjaan sebagai buruh panen, mereka masih merasa mampu untuk mencari nafkah lain sebagai tambahan pendapatan melalui pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan yang mereka pilih adalah menyewa lahan dan menanam sayur-sayuran atau sebagian buruh harian beternak ayam disekitar pekarangan rumah mereka, selain itu ada juga yang berdagang dan menanam padi di sawah.

Pendapatan sampingan buruh harian panen sampel di daerah penelitian berkisar antara Rp. 0 - Rp. 8.59000 / bulan dengan rata-rata pendapatan


(54)

sampingan Rp. 6.675.500 / bulan. Berarti pendapatan sampingan buruh harian panen sampel masih tergolong sedang dengan rata-rata perolehan Rp. 6.675.500/ Bulan, dimana jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi besar serta harga-harga kebutuhan juga semakin meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dengan perolehan sejumlah Rp. 6.675.500 / Bulan sebagai pendapatan sampingan masih tergolong sedang.

Total Pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga buruh harian panen sampel di daerah penelitian berkisar antara Rp. 500.000 - Rp. 2.100.000 / Bulan dengan rata-rata Rp. 1.771.666,66. Berarti total pendapatan keluarga buruh harian panen sampel di daerah penelitian sudah tergolong sedang, meskipun jumlah rata-rata total tersebut merupakan perolehan dari pendapatan semua anggota keluarga buruh harian panen yang bekerja.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga buruh harian panen sampel di daerah penelitian berkisar antara 1 - 6 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sampel yaitu 4,2 orang. Berarti jumlah anggota keluarga sampel masih tergolong standar.


(55)

Suku

Suku berarti garis keturunan yang berkaitan dengan informasi tentang kehidupan budaya dan adat istiadat buruh harian panen. Suku yang menjadi buruh harian panen sampel di daerah penelitian terdiri dari suku Batak Karo, Jawa dan Tapanuli.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan di daerah penelitian meliputi pekerjaan sebagai buruh tani dan berternak.

Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen di Daerah Penelitian

Pendapatan rumah tangga buruh harian panen adalah pendapatan suami dari pekerjaan utama dan sampingan ditambah pendapatan istri dari pekerjaan utama dan sampingan serta ditambah lagi pendapatan anak yang sudah bekerja. Total pendapatan inilah yang menjadi pendapatan rumah tangga buruh harian panen sebagai indikator untuk menganalisis pendapatan perkapita pertahun.

Besarnya total pendapatan rumah tangga buruh harian panen bervariasi karena tidak semua suami dan istri dari buruh harian panen mempunyai pekerjaan. Demikian juga anaknya hanya sedikit bekerja untuk menambah pendapatan rumah tangga. Semakin banyak anggota rumah tangga (suami, istri dan buruh harian panen) yang terlibat dalam mencari nafkah maka akan dapat meningkatkan total pendapatan rumah tangga.


(56)

Berapa jumlah dan persentase suami dan istri dan anak buruh harian panen yang mempunyai pekerjaan utama dan sampingan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Anggota Rumah Tangga Buruh Harian Panen

Menurut Jenis Pekerjaan di Daerah Penelitian.

Sumber Mempunyai Pekerjaan

Utama Sampingan Tidak Ada 1. Suami 30 (100% ) 27 (90 %) 3(10 %) 2. Istri 28 ( 93,3 %) 28 ( 93,3 %) 2(7,1%)

3. Anak 0 0 0

Sumber: Data diolah dari lampiran 2

Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 30 rumah tangga buruh harian panen jeruk yang menjadi sampel ternyata 30 KK (100%) yang suaminya punya pekerjaan utama saja, 27 KK (90%) suami yang mempunyai pekerjaan sampingan dan 3 KK (10%) suami yang tidak punya pekerjaan sampingan. Sementara isteri yang mempunyai pekerjaan utama dan sampingan 28 KK (93,3%) dan 2 KK (7,1%) tidak mempunyai pekerjaan sampingan, sedangkan anak-anak belum ada yang mempunyai pekerjaan.

Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan pendapatan merupakan andil terhadap pendapatan rumah tangga. Seberapa besar pendapatan rumah tangga dan pendapatan perkapita pertahun masing-masing rumah tangga buruh harian panen sampel dapat dilihat pada Lampiran 4. Pendapatan rumah tangga buruh harian panen ditinjau dari dua pendekatan yaitu dengan pendekatan Garis Kemiskinan Sajogyo (1988) dan Kriteria BAPPENAS (2001).


(57)

Pendapatan Rumah Tangga Buruh Panen Jeruk Dilihat Garis Kemiskinan Sajogyo (1988)

Berdasarkan pendapatan perkapita maka dapat diketahui apakah rumah tangga buruh harian panen sampel di daerah penelitian berada di atas atau di bawah garis kemiskinan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Jeruk /Tahun di Daerah Penelitian.

N0 Uraian Rataan (Rp) Range

1. Pendapatan Utama 1.397.000,0 6000.000 - 16.668.000 2. Pendapatan Sampingan 7.290.800 0 10.308.000 3. Total Pendapatan Keluarga 21.260.800 6000.000 - 25.200.000

4. Jumlah Anggota Keluarga 4 1 - 6

5. Pendapatan Perkapita 5.408.866,66 3.000.000 - 8.400.000

Sumber: Data diolah dari lampiran 4

Kriteria garis kemiskinan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan rumah tangga buruh harian panen sampel di daerah penelitian dengan kriteria Sajogyo (1988), pendapatan disetarakan berdasarkan konsumsi atau beras (harga beras pada saat penelitian adalah Rp 6000) dengan kriteria garis kemiskinan sebagai berikut:

1. Miskin sekali, < 240 Kg Keras / Kapita/ Tahun dengan nilai < Rp.1.440.000

2. Miskin, 240 Kg - 320 Kg Beras / Kapita / Tahun dengan nilai Rp. 1.440.000-1.920.000

3. Nyaris miskin 320 Kg - 480 Kg Beras / Kapita /Tahun dengan nilai Rp.1920.000 - 2.880.000


(58)

Maka jumlah dan persentase rumah tangga buruh harian panen berdasarkan kriteria kemiskinan Sajogyo (1988) dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Persentase kriteria Garis Kemiskinan Buruh Harian Panen di Daerah Penelitian.

N0 Kriteria Jumlah Persentase (%)

1. Miskin sekali 0 0

2. Miskin 0 0

3. Nyaris miskin 0 0

4. Kecukupan 30 100

Total 30 100

Sumber: Diolah dari lampiran 4

Berdasarkan konsumsi atas beras, pendapatan rumah tangga buruh harian panen sampel di daerah penelitian menurut Sajogyo (1988), maka diperoleh pendapatan perkapita dengan rata-rata sebesar Rp. 5.408.866,66 / Tahun. Jumlah ini menunjukkan bahwa keadaan rumah tangga buruh harian panen sampel dalam kondisi di atas garis kemiskinan atau masuk dalam kategori kecukupan dimana > 480 kg beras / kapita / tahun yang dikonsumsi keluarga. Maka hipotesis 2 yang mengatakan bahwa ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo (1988) pendapatan rumah tangga buruh harian panen di atas dapat diterima.

Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Jeruk dilihat Dari Kriteria BAPPENAS (2001)

Pendekatan kriteria BAPPENAS (2001) didasarkan pada pengeluaran minimum dari konsumsi pangan dan non pangan perkapita perbulan dengan standar minimum pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan masing-masing senilai Rp.90.549 dan Rp.29.239, sehingga total pengeluaran minimumnya Rp. 119.788 / Kapita / Bulan atau Rp. 1.437.456 / Kapita / Tahun. Besar pengeluaran


(59)

konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga buruh harian panen sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pengeluaran Perkapita Pertahun Rumah Tangga Buruh Harian Panen

di Daerah Penelitian Tahun 2008

Pengeluaran Rataan (Rp) Range

a. Pangan 4.221.866 2.382.000 9.720.000 b. Non pangan 807.200 300.000 1.224.000 c. Jumlah 5.029.066 2.682.000 10.944.000 d. Jumlah tanggungan

keluarga 4 1 - 6

e. pengeluaran perkapita 1.257.266 120.000 9.720.000

Sumber: Data diolah dari lampiran10

Dari Tabel 15 terlihat bahwa seluruh sampel buruh harian panen di daerah penelitian berada di atas garis kemiskinan (kecukupan) bila dilihat dari rata-rata pengeluaran konsumsi untuk pangan dan non pangan sebesar Rp. 5.029.066/ Tahun, sehingga hipotesis 3 yang menyatakan bahwa ditinjau dari kriteria BAPPENAS (2001) pendapatan buruh harian panen di daerah penelitian berada diatas garis kemiskinan dapat diterima.

Pendapatan rumah tangga diperoleh dari pendapatan individu dan pendapatan bersama. Pendapatan individu merupakan sejumlah penghasilan (berupa uang) dari masing-masing anggota keluarga baik itu suami, istri maupun anak-anak yang bekerja pada lapangan pekerjaan tertentu. Sedangkan pendapatan bersama merupakan penghasilan yang diperoleh dari gabungan semua pendapatan dari masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja.


(60)

Pendapatan rumah tangga buruh harian panen jeruk di daerah penelitian berada dalam kondisi kurang memadai, dalam artian dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks dimasa sekarang ini. Pendapatan rumah tangga mereka masih dirasa kurang untuk dapat memenuhi semua kebutuhan itu secara layak. Melalui penghasilan tersebut berbagai kebutuhan seperti pangan, pakaian, papan, kesehatan serta pendidikan harus dipenuhi, yang dalam hal ini semua kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan dengan prioritas utama. Hal inilah yang mendorong buruh harian panen untuk bekerja diluar sebagai buruh panen untuk mendapatkan penghasilan dari sejumlah upah yang didapatkannya dengan bekerja sebagai buruh harian panen jeruk, juga dari perolehan pendapatan sampingan.


(61)

Pengaruh Karakteristik Sosial dan Karakteristik Ekonomi Terhadap Tingkat Pendapatan

Dalam hipotesis penelitian (hipotesis 4) menyatakan bahwa ada pengaruh karakteristik sosial (umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh) dan karakteristik ekonomi (jumlah anggota keluarga) para buruh panen terhadap tingkat pendapatan di daerah penelitian. Maka dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan suatu metode analisis regresi linear berganda .

Dalam analisis regresi linear berganda tersebut, yang menjadi variabel bebas atau independent variables (X), sedangkan yang menjadi suatu variabel terikat atau dependent variable (Y) dalam analisis regresi linear berganda adalah pendapatan buruh harian panen, varibel ini dinyatakan dalam satuan (Rp).

Hasil analisis regresi linear berganda pengaruh karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi terhadap tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial dan Karakteristik Ekonomi Terhadap Tingkat Pendapatan di Daerah Penelitian.

Variabel Koefisien

Regresi StandarError t-hitung t-tabel Signifikan

Konstanta 42.305,107 38.760,310 0.109 0,000

Umur 12.911,302 994.666,7 1.298 2,074 0,177 tn

Lama Pendidikan

Formal -3.337,680 281.670,11 -0.118 2,074 0,676 tn

Lama Menjadi

Buruh 11.625,616 27.707,892 4.196 2,074 0,000 *

Jumlah anggota

Keluarga 11.809,629 50.681,807 2.330 2,074 0,000 *

R = 0,795 F-hitung = 10,708 Keterangan: tn = tidak nyata pada 0,05 R² = 0,631 F-hitung = 2,67 * = nyata pada 0,05


(62)

Berdasarkan tabel di atas dapat ditulis persamaan:

= 42.305.107 + 12.911.302 3.337,608 + 11.625,616 + 11.809,629 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa:

1. Secara serempak

Diperoleh nilai F-hitung = 10.708 lebih besar dari pada F-tabel ( = 0,05)

= 2.67. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 4 yang menyatakan karakteristik sosial ekonomi buruh harian panen jeruk (secara serempak) berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dapat diterima, dimana X1(umur), X2(lama pendidikan formal

(tahun), X3 (lama menjadi buruh), X4(jumlah anggota keluarga) berpengaruh

nyata terhadap variabel Y (pendapatan buruh harian panen jeruk). 2. Secara parsial:

Untuk melihat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi secara parsial (masing-masing) terhadap pendapatan buruh harian panen jeruk, yaitu apakah ada pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pendapatan buruh harian panen jeruk, maka digunakan uji t.

a. Variabel X1 (umur)

Diperoleh nilai t-hitung = 1,298 lebih kecil dari pada t-tabel ( = 0,05) =

2,074. Umur dari seseorang akan mempengaruhi potensi kerjanya, apakah bisa bekerja semaksimal mungkin atau sebaliknya. Dengan kondisi umur yang masih produktif biasanya bisa bekerja lebih maksimal dari pada yang sudah tidak produktif. Dengan bekerja maksimal hasil yang dicapai juga baik dan secara otomatis pendapatan juga bisa lebih besar.


(63)

koefisien regresi sebesar 12.911,302 dapat diartikan bahwa setiap penambahan umur sebesar 1 tahun akan menyebabkan peningkatan pendapatan buruh harian panen sebesar Rp. 12.911,302.

b. Variabel X2(lama pendidikan formal)

Diperoleh nilai t-hitung = -0,118 lebih kecil dari pada t-tabel ( = 0,05)

= 2,074, berarti secara parsial tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan buruh harian panen.

Koefisien regresi sebesar -333,680 dapat diartikan bahwa setiap penambahan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun akan menyebabkan penurunan pendapatan buruh harian panen jeruk sebesar Rp 333,680.

c. Variabel X3(lama menjadi buruh)

Diperoleh nilai t-hitung = 4,196 lebih besar dari pada t-tabel ( = 0,05) =

2,074, berarti secara parsial lama menjadi buruh berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan karena dengan pengalaman yang sudah banyak maka pekerjaan yang dilaksanakan juga lebih baik.

Koefisien regresi sebesar 11.625,616 dapat diartikan bahwa setiap penambahan lama menjadi buruh sebesar 1 tahun akan menyebabkan peningkatan pendapatan buruh harian panen jeruk sebesar Rp. 11.625,616.

e. Variabel X4(jumlah anggota keluarga)

Diperoleh nilai t-hitung = 2,330 lebih besar dari pada t-tabel ( = 0,05) =


(64)

pendapatan buruh harian panen. Maka hipotesis yang menyatakan karakteristik sosial dan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan diterima.

Koefisien regresi sebesar 11.809,629 dapat diartikan bahwa setiap jumlah anggota keluarga yang membantu, akan menyebabkan peningkatan pendapatan sebesar Rp. 11.809,629.

Nilai konstanta (intercept) yang diperoleh sebesar 42.305,107. Dari nilai dapat diartikan bahwa jika variabel X (umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh dan jumlah anggota keluarga yang mempengaruhi variabel Y (pendapatan buruh harian panen) dikeluarkan dari model atau sama dengan nol maka pendapatan sebesar Rp. 42.305,107.

Nilai koefisien determinasi R² (R square) yang diperoleh sebesar 0,631. Dari nilai ini dapat diartikan bahwa variabel X yaitu X1 (umur), X2(lama

pendidikan formal), X3(lama menjadi buruh), X4(jumlah anggota keluarga)

mempunyai kemampuan sebesar 63,10 % mempengaruhi variabel Y (pendapatan buruh harian panen), sedangkan sisanya sebesar 36,90 % dipengaruhi oleh variabel X yang lain misalnya kesempatan mendapatkan kerja dan cuaca.

Distribusi Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Buruh Harian Panen Jeruk di Daerah Penelitian.

Konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga buruh harian panen di daerah penelitian berupa beras, lauk-pauk, minyak goreng, rokok, kopi susu, minyak tanah, gula, sandang, perabotan rumah tangga, pendidikan, transportasi, perumahan, kegiatan sosial, dan kesehatan. Untuk mengetahui seberapa besar


(1)

jeruk, dapat dilihat pada lampiran 6 dan 8. Dari lampiran diperoleh bahwa distribusi konsumsi pangan lebih besar daripada konsumsi non pangan dengan rata-rata pengeluaran konsumsi pangan Rp. 4.221.866,66 / Tahun dan untuk non pangan Rp. 807200 / Tahun. Hal ini menunjukkan rumah tangga buruh harian panen sampel masih menganggap kebutuhan akan pangan sebagai kebutuhan utama yang paling penting dibandingkan dengan kebutuhan sekunder lain. Selain itu juga konsumsi pangan merupakan suatu tuntutan kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Besarnya rerata konsumsi pangan dan non pangan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rerata Konsumsi Pangan dan Non Pangan / Tahun Rumah Tangga Buruh Harian Panen di Daerah Penelitian.

Uraian Nilai (Rp) Persentase (%)

Konsumsi Pangan 4.221.866 83,95

Konsumsi Non Pangan 807.200 16,05

Jumlah 5.029.066 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 6 dan 8

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa rerata konsumsi pangan pertahun sebesar Rp. 4.221.866 (83,95%) lebih tinggi daripada rerata konsumsi non pangan yaitu sebesar Rp. 807.200 (16,05%). Hipotesis yang menyatakan distribusi pangan lebih besar daripada non pangan dalam rumah tangga buruh panen di daerah penelitian dapat diterima.

Alokasi Pendapatan Terhadap Pengeluaran atau Konsumsi Rumah Tangga Buruh Harian Panen Lebih Tinggi Pada Konsumsi Pangan Daripada Non Pangan di Daerah penelitian

Alokasi pendapatan rumah tangga buruh harian panen terhadap pengeluaran atau konsumsi lebih besar untuk pangan daripada non pangan. Untuk


(2)

konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga buruh panen harian di daerah penelitian pada Tabel 18.

Tabel 18. Alokasi Pendapatan/Tahun Terhadap Pengeluaran Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Buruh Panen di Daerah Penelitian

Uraian Rataan (Rp) Persentase (%)

1. Total Pendapatan keluarga/Tahun 21.260.800 100 2. Pengeluaran Konsumsi

a. Pangan 4.221.866 19,85

b. Non pangan 807.200 3,79

3. sisa 16.177.734 76,09

Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan 10

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa alokasi pendapatan terhadap pengeluaran atau konsumsi pangan sebesar Rp. 4.221.866 (19,85 %) dan untuk non pangan sebesar Rp. 809.200 (3,79 %). Konsumsi pangan terpenting yaitu beras sedangkan non pangan sandang merupakan yang utama. Dari tabel 18 juga dapat dilihat sisa pendapatan sebesar Rp. 16.177.734 (76,09 %) digunakan untuk keperluan yang lain (tiba-tiba dibutuhkan), walaupun jumlah yang diterima rumah tangga buruh harian panen sampel tidak begitu besar pertahunnya, tetapi mereka tetap mengusahakan ada sedikit simpanan untuk antisipasi keperluan/kebutuhan yang tidak terduga muncul, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa alokasi pendapatan terhadap pengeluaran atau konsumsi rumah tangga buruh panen lebih tinggi pada konsumsi pangan daripada non pangan dapat diterima.

Upaya-upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga Buruh Harian Panen di Daerah Penelitian


(3)

dapat diperkirakan jumlah perbulan yang mereka terima, yang jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup yang banyak serta harga-harga yang terus meningkat di masa sekarang ini maka suatu hal yang wajar jika rumah tangga buruh harian panen sampel masih merasa kurang dengan jumlah yang mereka peroleh. Oleh karena itu buruh harian panen sampel berusaha untuk bisa memperoleh tambahan pendapatan yaitu dengan mencari pekerjaan sampingan, walaupun jumlah yang akan mereka terima dari pekerjaan itu akan lebih kecil dari perolehan pendapatan utama tetapi setidaknya mereka tetap berusaha (tidak berdiam diri saja) untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya. Para buruh harian panen sampel juga menyadari kemampuan yang dimiliki, sehingga pekerjaan sampingan yang mereka pilih juga sesuai dengan kemampuannya. Pekerjaan sampingan yang dijalani para buruh harian panen sampel di daerah penelitian berupa menanam padi di sawah, menanam sayur-sayuran dengan menyewa lahan sesuai dengan kemampuan mereka untuk menyewa, ada juga mencari pekerjaan sampingan sebagai tukang nyemprot jeruk. Dengan menjalani beberapa pekerjaan sampingan diatas, para buruh harian panen sampel berharap bisa cukup membantu dalam meningkatkan pendapatan rumah tangganya. Selain itu untuk pekerjaan utama sebagai buruh harian panen mereka juga berusaha maksimal untuk tidak melewatkan satu hari pun tanpa mendapatkan pekerjaan dari pemilik lahan.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1.Karakteristik Sosial ekonomi buruh harian panen di daerah penelitian meliputi rerata umur 34,90 tahun, lama pendidikan formal 9,3 tahun, lama menjadi buruh harian panen 7 tahun, pendapatan utama Rp.1.164.166/Bulan, pendapatan sampingan Rp. 667500/Bulan, jumlah anggota keluarga 4 orang, yaitu suka Batak Karo, Batak Tapanuli dan Jawa, dan total pendapatan keluarga Rp. 1.771.666,667/ bulan.

2. Pendapatan/kapita/tahun rata-rata pada rumah tangga buruh harian panen jeruk di daerah penelitian adalah Rp. 5.408.866,66, ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo (1988) maka rumah tangga buruh harian panen berada diatas garis kemiskinan, dengan catatan semua serba kecukupan.

3. Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan rata-rata perkapita rumah tangga buruh harian panen di daerah penelitian Rp. 1.076.04/ bulan. berdasarkan kriteria BAPPENAS (2001) maka rumah tangga buruh harian panen berada di atas garis kemiskinan (kecukupan), dengan catatan 28 sampel kecukupan dan 2 orang sampel berada dibawah standar.

5. Faktor sosial ekonomi (umur, lama pendidikan formal, lama menjadi buruh, dan jumlah anggota keluarga) secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan. Secara parsial umur dan lama menjadi buruh, jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan,


(5)

sementara lama pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan.

6. Distribusi konsumsi pangan lebih tinggi daripada konsumsi non pangan dimana rata-rata pengeluaran konsumsi pangan Rp.109.135,00/kapita/tahun dan non pangan Rp. 20.835/kapita/tahun pada rumah tangga buruh harian panen

jeruk di daerah penelitian.

7. Alokasi pendapatan terhadap pengeluaran atau konsumsi rumah tangga buruh

harian panen jeruk di daerah penelitian lebih besar untuk pangan daripada non pangan dan masih ada sisa pendapatan sebagai uang simpanan.

8. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga

buruh harian panen di daerah penelitian yaitu dengan melakukan pekerjaan sampingan dan berusaha tetap bekerja semaksimal mungkin.

Saran

Kepada Buruh Harian Panen

1. Agar dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga, sebaiknya buruh harian

panen mempunyai pekerjaan sampingan yang menetap (tidak hanya pada waktu tertentu saja).


(6)

2. Agar buruh panen di daerah penelitian mengusahakan mempunyai lahan sendiri walaupun dengan luas relatif sempit, setidaknya hasil bisa konsumsi sendiri, sehingga mengurangi pengeluaran rumah tangga.

Kepada Pemerintah

1. Pemerintah sebaiknya membuat ketetapan mengenai upah standar bagi para buruh harian panen seperti yang berlaku pada perkebunan, dan industri.

2. Agar pemerintah memberikan pendidikan non formal seperti mengadakan penyuluhan dan latihan untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggalnya guna menambah wawasan para buruh tani dalam meningkatkan pendapatan keluarga.