Perbandingan metode peta konsep dengan metode ceramah terhadap hasil belajar sistem koloid di Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta

(1)

Oleh:

AUFAL MAROM

101016220868

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2007 M/1428 H


(2)

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AUFAL MAROM

101016220868

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Zurinal F.

Dedi Irwandi, M.Si.

NIP : 150170330

NIP. 150 299 937

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(3)

PERBANDINGAN STRTEGI PETA KONSEP DENGAN

METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISTEM KOLOID DI

MAN 4 JAKARTA, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 8 Maret 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengerahuan Alam.

Jakarta, ... 2007

Sidang Munaqasyah

Dekan/

Pembantu Dekan Bid. Akademik/

Ketua Merangkap Anggota

Sekretaris Merangkap anggota

Prof. Dr. Rosyada, MA

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA

NIP. 150 231 356

NIP. 150 202 343

Anggota

Penguji I

Penguji II

Dedi Irwandi, M.Si

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd


(4)

i

Aofa Maron : Perbandingan metode peta konsep dengan metode ceramah terhadap hasil belajar sistem koloid di Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta, Program studi Pendidikan Kimia jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Agustus 2009.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi empiris mengenai pengaruh strategi peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem koloid dengan membandingkan metode peta konsep dan metode ceramah. Dengan harapan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam pengembangan strategi pembelajaran yang efektif dan sekaligus untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi guru maupun siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran kimia.

Penelitian dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta. dengan sampel siswa kelas XI. Dari 6 kelas yang ada, terpilih kelas XI-1 dan XI-2 sebagai sampel, yang masing-masing kelas terdiri dari 30 siswa.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis nihil (Ho) ditolak yang berarti bahwa kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa yang diberi strategi peta konsep dengan kelompok kontrol yakni kelompok yang diberi metode ceramah terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hasil belajar.


(5)

ii Abstract

Aufa Maron: A comparison betwen method of map concept and speech, with the result of learning coloid system in Madrasa Aliyah Negeri 4 Jakarta, study program of Chemistry Education, the major of Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic Univerity of Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2009. The purpose of this research is to obtain empiric information on concept map method strategy influences toward students learning result regarding subject: coloid system by comparising map concept with speech method.

This research output is hoped can contribute ideas and input in developing effective learning strategy, yet to seek problem solving that is faced by teachers and students in learning pocess, especially on Chemistry subject.

The research is conducted in Madrasa Aliyah Negeri (MAN) 4 Model Jakarta, with sample student of XI grade. Out of 6 classses, had choosen grade XI-1 and XI-2 as samples, which each consists 30 students.

This research concludes that alternative hyphothesis (Ha) is accepted and zero hyphothesis (Ho) is rejected, which means experiment groups, that is a group of students whom are given concept map strategy and controlled group, that is group whom are given speech method, found significant diffeences of learning results.


(6)

iii

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan

kekuasaannya, yang menciptakan makhluk tanpa seorang pembantu, tidak ada sekutu

bagi-Nya, tidak ada yang setara dalam keesaan-Nya. Dialah yang mengusir malam

gelap dengan kodrat-Nya, yang menghadirkan siang yang terang dengan rahmat-Nya.

Duhai Yang Agung, dengan perlindungan Islam saya bertawasul kepada-Mu,

dengan kemuliaan Al Qur’an saya bersandar kepada-Mu, dengan Muhammad al

Musthofa aku mohon pertolongan-Mu. Amma ba’du.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana strata

satu (S

1

) Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan dan

penyususnan skripsi ini, tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa motivasi,

dorongan, serta bantuan berbagai pihak. Untuk itu, melalui momentum yang istimewa

ini, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Ir. H. Mahmud M. Siregar, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPA, yang

tiada henti untuk selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Jurusan IPA.

3.

Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Sekretaris Jurusan IPA, sekaligus

pembimbing akademik yang mengorbankan waktunya mendampingi penulis

dengan arahan bermakna.

4.

Ibu Hj. Dr. Zurinal Z. Selaku Dosen Pembimbing I, yang selalu memberikan

bimbingan dan dorongan moril dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.


(7)

iv

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7.

Untuk kedua orang tua penulis yang luar biasa, tidak pernah sekalipun dalam

hidup ini, penulis alpa dari kehangatan cinta dan kasih sayangnya, kakakku serta

adikku yang merupakan sumber inspirasi.

8.

H.M Rozy Munir, M.Sc. yang telah memberikan dukungan dan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, dan Lily Sholihah, Nurhabibah,

Beny Syaaf, Ifan Widarto serta seluruh Volentir

International Conference of

Islamic Scholars yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas kehangatanmu dalam berkarya.

9.

Sahabat, saudara dan rekan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya tim network Dewan Perwakilan Mahasiswa

Jurusan IPA Periode 2002-2003, BEMJ IPA Periode 2003-2004, BEM FITK

Periode 2004-2005, atas dukungan dan motivasi kalian, penulis tetap eksis untuk

berkarya di belantika aktifitas civitas akdemika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang ada penulis ucapkan terima kasih

teruntuk sahabat, saudara, rekan seperjuangan dan siapapun yang terlibat langsung

dalam mengisi kehidupan penulis yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu,

semoga kehangatan cinta dalam kebersamaan tetap terjaga dan abadi sepanjang masa.

Amin.

Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

dan berdaya guna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 9 April 2007


(8)

v

ABSTRAK ...

i

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR ISI

...

iv

DAFTAR TABEL

...

viii

DAFTAR GAMBAR ...

x

DAFTAR LAMPIRAN

...

xi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Identifikasi Masalah ...

7

C.

Pembatasan Masalah ...

7

D.

Perumusan Masalah ………..

8

E.

Tujuan Penelitian ……….. 8

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori ...

9

1.

Pembelajaran ...

9

a. Makna Pembelajaran ...

9

b.

Prinsip - prinsip Pembelajaran ...

11

c.

Hasil Belajar ...

12

d.

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar.. 13

2.

Metode Ceramah dalam Proses Belajar Mengajar ...

15

a. Langkah - langkah dalam menggunakan Metode Ceramah ....

16

b. Keuntungan Metode Ceramah ...

16


(9)

vi

4.

Sistem Koloid ...

29

a. Sistem Dispersi ...

29

b. Jenis - jenis Koloid...

31

c. Koloid dalam Industri ...

33

d. Sifat - sifat Koloid ...

33

e. Pembuatan Sistem Koloid ...

36

B.

Kajian Penelitian Relevan ………... 38

C.

Kerangka Berpikir ...

40

D.

Pengajuan Hipotesis ...

43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tujuan Penelitian ...

44

B.

Waktu dan Tempat Penelitian ...

44

C.

Metode Penelitian ...

44

D.

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...

44

E.

Variabel Penelitian . ...

45

F.

Rancangan Penelitian ...

46

G.

Intrumen Penelitian ...

46

H.

Kaliberasi Instrumen Penelitian ...

49

I.

Teknik Analisis Data ...

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data dan Penelitian ...

57


(10)

vii

1. Implementasi Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran di MAN 4

Jakarta ...

62

2. Hasil Belajar Siswa . ...

64

3. Perbandingan Metode peta konsep dengan metode ceramah

Terhadap Hasil Belajar ...

69

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ...

73

B. Saran - saran ...

73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

viii

2.

Kisi - kisi Instrumen Tes Berdasarkan Dimensi ... 47

3.

Kisi - kisi Instrumen Tes Berdasarkan Indikator ... 47

4.

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Siswa Kelas Eksperimen ... 57

5.

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Siswa Kelas Kontrol ... 59

6.

Penguasaan Konsep kelas Eksperimen... 64

7.

Penguasaan Konsep kelas Kontrol ... 67

8.

Data Analisis Butir Soal Instrumen Uji Coba ... 87

9.

Penghitungan Validitas Intrumen Uji Coba... 88

10.

Data Hasil Uji Coba Kelompok Atas (Upper Group)... 90

11.

Data Hasil Uji Coba Kelompok Bawah (Lower Group) ... 90

12.

Analisis Taraf Kesukaran dan Daya Beda Instrumen ... 91

13.

Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ... 100

14.

Nilai Hasil Belajar Kelompok Kontrol ... 101

15.

Distribusi Frekuensi untuk Mencari Mean, Median, Modus dan SDt

Kelompok Eksperimen ... 103

16.

Distribusi Frekuensi untuk Mencari Mean, Median, Modus dan SDt

Kelompok Kontrol ... 106

17.

Distribusi Data dari Mean Kelompok Eksperimen ... 110

18.

Pengujian Normalitas Data dengan Rumus Chi-Kuadrat Kelompok

Eksperimen ... 111

19.

Distribusi Data dari Mean Kelompok Kontrol ... 113

20.

Pengujian Normalitas Data dengan Rumus Chi-Kuadrat Kelompok

Kontrol ... 114

21.

Uji Homogenitas Sampel Kelompok Eksperimen ... 116

22.

Uji Homogenitas Sampel Kelompok Kontrol ... 118


(12)

ix


(13)

x

2.

Sel Otak/Neuron...

21

3.

Cara Kerja Otak Menerima Informasi ... 23

4.

Skema Teknik Pembuatan Peta Konsep ...

28

5.

Peta Konsep Sistem Koloid ...

37

6.

Diagram Alur Kerangka Berfikir ...

42

7.

Pie Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen... 58

8.

Histogram Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol....

60

9.

Peta Konsep Sistem dispersi ... 127

10.

Peta Konsep Jenis-jenis Koloid ... 128

11.

Peta Konsep Sifat-sifat Koloid ... 129


(14)

xi

2.

Analisis Butir Soal Intrumen Uji Coba ... 87

3.

Data Validitas Skor Uji Coba Tes Sistem Koloid ... 88

4.

Perhitungan Koefesien Reliabilitas Uji Coba Tes Sistem Koloid ... 89

5.

Data Hasil Kelompok Uji Coba Kelompok Atas

dan Kelompok Bawah ... 90

6.

Perhitungan Analisis Taraf Keseukaran dan Daya Beda Instrumen ... 91

7.

Instrumen Tes Hasil Belajar ... 93

8.

Data Hasil Belajar Kelompok Ekspeimen ... 100

9.

Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol... 101

10.

Perhitungan Mean, Median, Modus,

serta Simpangan Baku Kelas Ekperimen ... 102

11.

Perhitungan Mean, Median, Modus,

Serta Simpangan Baku Kelas Kontrol... 105

12.

Proses Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 108

13.

Proses Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol... 113

14.

Uji Homogenitas Sampel Kelompok Eksperimen ... 116

15.

Uji Homogenitas Sampel Kelompok Kontrol ... 118

16.

Proses Perhitungan Homogenitas ... 120

17.

Pengujian Hipotesis ... 123

18.

Rencana Pembelajaran ... 124

19.

Persentse Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen ... 125

20.

Persentse Penguasaan Konsep Kelompok Kontrol ... 126

21.

Peta Konsep Sistem Dispersi ... 127

22.

Peta Konsep Jenis-Jenis Koloid ... 128

23.

Peta Konsep Sifat-Sifat Koloid ... 129


(15)

xii

28.

Nilai ”t” berbagai df ... 155

29.

Tabel Ordinaly untuk Lengkungan Normal Standar Titik z ... 156

30.

Tabel Harga Kritik Chi Kuadrat ... 157

31.

Tabel Nilai Persentil untuk distribusi t (NU=db) ... 159

32.

Tabel Luas di baawah Lengkungan normal Standar dari O ke z. ... 161

33.

Tabel db dari MK Pembilang dan MK Pembagi ... 163

34.

Surat Permohonan Skripsi ... 165

35.

Surat Permohonan Perpanjangan Skripsi ... 166


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan bidang ilmu yang dihasilkan dari kajian empiris dalam mengungkap fenomena kejadian alam yang didapatkan melalui serangkaian kerja ilmiah. Sebagai disiplin ilmu yang bersifat dinamis, maka ilmu sains senantiasa mengalami metamorfosis dan perkembangan secara pesat. Bahkan secara historis pertautan antara sains dan agama sering menjadi wacana menarik karena eksistensinya yang mampu mengubah paradigma dunia. Oleh karenanya, tidak bisa tidak penguasaan terhadap bidang ilmu sains menjadi kebutuhan bagi umat manusia.

Dalam hal ini, Al Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, tidak pernah menghalangi manusia mencapai kemajuan ilmu sains dan tidak pula mencegah seseorang mengadakan penelitian ilmiah. Setiap penelitian ilmiah yang dilakukan dengan prosedur yang benar tidak akan bertentangan dengan Al Qur’an. Bahkan di dalam Al Qur’an tersimpul ayat-ayat yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran dalam mencapai prestasi tersebut.1

Al Qur’an mendorong manusia untuk mengadakan investigasi ilmiah agar dapat menyingkap rahasia ciptaan Allah. Dalam kaitan ini, pengembangan sains justru dianjurkan oleh Allah SWT supaya manusia dapat memahami ayat-ayat Al Qur’an secara paripurna, sehingga tampak kekuasaan dan keagungan-Nya, sekaligus dapat menguasai ilmu pengetahuan tentang sifat dan pola laku alam yang menjadi tempat tinggal dan sumber kehidupannya.

Menurut Baiquni, ”Mengabaikan sains dan membiarkannya terlantar merupakan perbuatan dosa, karena mengabaikan perintah dan petunjuk Ilahi. Kalau seluruh masyarakat, apalagi seluruh umat mengabaikannya, maka hukuman

1 M. Quraisy Syihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung; Mizan 1997) hal.41


(17)

dapat menimpa dalam bentuk kebodohan, kelemahan, penjajahan dan sebagainya”.2

Islam mendorong penyelidikan ilmiah dan mengumumkan bahwa penyelidikan alam semesta merupakan metode untuk mengamati ciptaan Allah.3 Ayat Al Qur’an berikut ini menyinggung persoalan tersebut,

















”Maka, apakah mereka tidak memperhatikan langit yang diatas mereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan, kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata”. (Q.S. Qaaf: 6 - 7)

Kata ”memperhatikan” (nazhara; unzhuru) ialah perintah untuk meneliti dengan sungguh-sungguh dan prosedur yang benar, tidak sekedar melihat dengan pikiran kosong.4 Hal ini dipertegas kembali dalam firman-Nya:















”Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak

2 Achmad Baiquni, Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jogjakarta: PT. Dhana Bahakti Prima Yasa, 1997), hal.7

3 Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat Akal, (Jakarta: Robbani Press, 2001), hal. 61 4 T.H. Thalhas, Hasan Basri, Spektrum Saintifika Al Qur’an, (Jakarta: Bale Kajian Tafsir Al Qur’an Pase, 2001), hal.


(18)

seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (Q.S. Al Mulk: 3 - 4)

Jadi, memeriksa atau meneliti alam semesta berarti ”membaca ayat-ayat Allah”,5 di dalam ayat-ayat ini Yang Maha Kuasa menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk melihat dan memikirkan fenomena alam dan dengan melihat keteraturan serta koordinasi di dalam sistem penciptaan dan keajaiban-keajaibannya akan lebih mendekat kepada-Nya.

Maka, barang tentu untuk mendapatkan konsep terhadap masalah-masalah yang merujuk kepada ayat-ayat ini dan untuk menemukan jawaban-jawaban di dalamnya, seseorang harus akrab dengan ilmu-ilmu kealaman, yakni sains.6 Langkah awal dalam memahami dan mengerti sains sebagai embrio yang membidani teknologi tentu dengan mempelajarinya. Karena alasan inilah, setelah menggambarkan sejumlah fenomena alam, Allah SWT berfirman:



























Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang

5 Ibid, hal.7


(19)

beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(Q.S. Faathir: 27 – 28)

Dalam pembelajaran sains, pemahaman terhadap konsep merupakan satu aspek yang paling penting. Tanpa mengetahui konsep, pembelajaran akan menjadi hafalan saja dan bukan lagi pemahaman ataupun pembelajaran bermakna. Banyak siswa didapati tidak memahami konsep sains yang disebabkan seringnya menghafal sesuatu konsep dengan tidak memahami apa yang mereka katakan. Siswa menghafal makna konsep atau pengertian dari buku teks secara langsung dan tidak dapat menggunakan perkataan sendiri untuk menjelaskan konsep tersebut.

Salah satu cabang ilmu sains yang penting adalah kimia. Kebanyakan produk yang akrab dalam kehidupan sehari-hari seperti kosmetik, obat-obatan, plastik, pupuk, bioteknologi dan sebagainya, menggunakan ilmu kimia sebagai sumbernya. Oleh karenanya mempelajari kimia harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya karena produk yang dihasilkannya namun juga bahaya yang menyertainya.

Namun di sisi lain, untuk mempelajari ilmu kimia bukanlah persoalan yang ringan. Dari pengamatan penulis mendapati bahwa banyak siswa dengan mudah memahami suatu ilmu seperti geografi, sosial dan sebagainya namun mengalami kesulitan ketika memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu kimia. Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia memang berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga cara mempelajarinya juga harus berbeda. Apalagi secara formal, konsep ilmu kimia baru diperoleh ketika siswa masuk MA/SMA, dan baru belakangan ini ilmu kimia sudah diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs).


(20)

Banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas, menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi momok bagi siswa. Dalam mata pelajaran kimia yang sarat dengan konsep dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan abstrak, sangatlah diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep tersebut.

Pada tingkat SMA/MA, siswa akan diperkenalkan mengenai beberapa konsep asas seperti pengenalan materi dan sifat-sifatnya, struktur atom, sistem periodik, ikatan kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi, hukum dasar kimia, stiokhiometri, larutan elektrolit dan non elektrolit, reaksi oksidasi dan reduksi, kimia karbon serta sistem koloid.7

Sistem koloid merupakan salah satu konsep dari ilmu kimia yang memerlukan pemahaman menyeluruh, karena di samping keterkaitannya dengan pokok bahasan lain, siswa juga harus mengingat jenis-jenis koloid, mengetahui sifat-sifatnya dan bisa melakukan pembuatan sistem koloid itu sendiri. Pokok bahasan sistem koloid pada SMA/MA diajarkan di kelas XI (kelas dua) pada semester 2.

Dalam mempelajari sistem koloid di MA/SMA, pada umumnya melalui pendekatan hafalan dengan metode ceramah dan bahkan terkadang siswa hanya diberi tugas merangkum sendiri materi tersebut. Dengan demikian, materi yang cukup luas ini menjadi beban bagi siswa. Dampak yang lebih fatal adalah pokok bahasan sistem koloid menjadi materi pelajaran yang menjemukan dan tidak menarik untuk dipelajari. Padahal sistem koloid, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari baik karena manfaat maupun bahayanya

Dari hasil diskusi dengan beberapa guru kimia di MAN 4 Jakarta Selatan, terungkap bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswanya untuk memahami konsep sistem koloid. Alasan mereka antara lain karena ketidakmampuan siswa dalam mengembangkan nalarnya dalam upaya

7 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menegah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas, 2003)


(21)

mengidentifikaasi sifat-sifat koloid serta reaksinya, ketidakmampuan siswa dalam menguasai konsep dasar untuk dapat membuat sistem koloid, dan juga bagaimana pengetahuan itu diterapkan untuk menyelesaikan masalah dalam situasi yang berbeda, baik untuk mengerjakan soal-soal, ataupun menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari.

Agaknya persoalan di atas merupakan akibat pendekatan pembelajaran yang hanya murni berorientasi pada target penyelesaian sejumlah materi dan bersifat hafalan konsep-konsep semata, seperti dalam metode ceramah. Seharusnya, kalaupun siswa belajar melalui tahapan menghafal, tahapan ini hanyalah sasaran ”antara” dan bukan sasaran final. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pembelajaran konsep sistem koloid, perlu dikembangkan pendekatan pembelajaran ataupun metode yang menekankan pada pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sehingga tercipta kondisi belajar yang bermakna sesuai pemahaman siswa.

Salah satu metode untuk mengembangkan strategi belajar mengajar bermakna kepada siswa adalah penggunaan strategi peta konsep (concept mapping). Peta konsep yang diperkenalkan oleh Josep David Novak, merupakan suatu alat yang efektif untuk menghadirkan secara visual hirarki generalisasi-generalisasi dan untuk mengekspresikan keterkaitan proposisi dalam sistem konsep yang saling berhubungan. Novak mengklaim bahwa pemetaan konsep akan membantu para siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih mudah dipahami pada suatu bidang studi.

Di samping itu, dengan maraknya penelitian teori otak (neuroscince) yaitu teori bagaimana otak bekerja dan cara otak menerima dan menyimpan suatu informasi, menegaskan bahwa penulisan dengan peta konsep merupakan cara yang tepat karena secara prinsipil sesuai dengan cara kerja sel otak (neuron).Yakni bahwa otak kita menyimpan informasi dan kaitan-kaitannya dengan membentuk asosiasi-asosiasi.

Otak memaksimalkan kemampuan untuk menyimpan lebih banyak informasi ketika kelima panca indera digunakan. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa bagian otak yang digunakan untuk berpikir tingkat tinggi, seperti


(22)

mengingat dan menganalisis dibagi menjadi dua bagian, belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Belahan otak kiri terutama sekali terkait dengan kemampuan dalam bidang bahasa, logika, angka dan analisis linier sedangkan belahan otak kanan terkait dengan irama, imajinasi, warna dan dimensi.

Karena otak berhubungan dengan kedua aspek realitas ini melalui kelima panca indera, maka dengan menggunakan semua indera akan memudahkan merangsang baik belahan otak kiri maupun belahan otak kanan. Akibatnya, kita akan lebih bisa memaksimalkan kemampuan otak dan kemampuan penyimpanannya.8

Oleh sebab itu, apabila informasi disimpan seperti cara kerja otak, maka dipastikan informasi tersebut akan tersimpan dalam memori otak dengan baik, sehingga pembelajaran yang memerlukan konsentrasi tinggi dan bersifat hafalan akan semakin mudah dilakukan dengan hasil maksimal.

Pendekatan pembelajaran melalui peta konsep disinyalir mampu meminimalisir beban hafalan yang terlalu banyak dan lebih memudahkan siswa dalam memahami sebuah konsep. Hal ini yang kemudian menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian strategi peta konsep dalam proses belajar mengajar. Dengan harapan mampu memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi siswa maupun guru dalam pembelajaran ilmu kimia.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Apakah metode pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa? 2. Apakah ada hubungan persepsi pemahaman siswa terhadap hasil belajar? 3. Apakah motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar siswa?

4. Seberapa besar pengaruh strategi peta konsep terhadap tingkat pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar?

8 Edmund Bachman, Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), hal. 61


(23)

5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara menggunakan strategi peta konsep dengan menggunakan metode ceramah?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat akan keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga dan biaya serta untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dengan pertimbangan tersebut, maka masalah tersebut dibatasi pada upaya mengungkap informasi tentang perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi strategi peta konsep dengan siswa yang diberi metode ceramah selama proses pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah ada perbedaan yang signifikan penggunaan strategi peta konsep dengan metode ceramah terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem koloid ?”

E. Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh peta konsep terhadap hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar

2. Mendapatkan informasi tentang perbedaan hasil belajar pada siswa yang diberi strategi peta konsep dengan siswa yang diberi metode ceramah dalam pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang perbandingan penggunaan strategi peta konsep dengan metode ceramah dalam pembelajaran kimia terhadap hasil belajar siswa, diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna, antara lain:


(24)

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan kependidikan, khususnya mengenai penerapan strategi peta konsep dalam pembelajaran kimia, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda dan dengan variasi sampel penelitian yang lebih besar.

2. Secara praksis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru, khususnya guru bidang studi kimia dalam upaya memperbaiki metode atau strategi pembelajaran yang mampu menumbuhkan serta memelihara keaktifan belajar siswa terhadap pelajaran kimia, sehingga tercapai hasil belajar yang diharapkan.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teoritis 1. Pembelajaran

Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan siswa sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.

Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, inilah yang disebut dengan pembelajaran sebagai proses.

a. Makna Belajar

Kebanyakan orang mengidentifikasikan belajar sebagai kegiatan seperti membaca, menulis, menerangkan, mengamati, mendengarkan, menghafal, meneliti, praktek, refleksi, dan sebagainya. Namun, pada dasarnya kegiatan tersebut adalah pemahaman belajar dalam batas wilayah metodis, artinya bahwa kegiatan itu adalah bentuk-bentuk metode pembelajaran. Jadi, belum sampai pada makna pembelajaran itu sendiri.

Sebagai landasan dalam menguraikan apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi belajar menurut beberapa pakar pendidikan sebagai berikut:

1) Ernest R. Hilgard 1948, learning is the process by which an activity orginate or is a change trought training procedures (wheteher in tne laboratory or in the natural enviorment) as distinguished from change by factors not attributabel to training. Belajar adalah proses perubahan melalui prosedur pelatihan (baik dilaboratorium ataupun di lingkungan). 2) Cronbach, 1954, learning is shown by a change in behavior as a result of

experience. Yaitu belajar ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

12


(26)

3) Harold Spear, 1955, learning is to observe, to read, to initiate, to listen, and to follow instruction. Belajar adalah untuk mengobservasi, membaca, berinisiatif, mendengarkan, dan mengikuti aturan.

4) B.F. Skinner, 1958, learning is a change in performance as a result of practice. Yaitu belajar adalah perubahan performa sebagai hasil dari latihan.

5) Higard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975), Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang.

6) Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977). Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbutannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

7) Morgan, dalam buku Introduction to Psychologi (1978). Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, makna belajar selalu dikaitkan dengan proses perubahan. Adapun maksud dari perubahan dalam konteks ini dapat dirumuskan sebagai berikut:1

a) Perubahan pada aspek pengetahuan manusia, yakni dari kurang atau tidak tahu menjadi tahu atau lebih berpengetahuan. Sebagian besar pengertian tentang belajar dikaitkan dengan proses perolehan, penafsiran, pengelolaan dan penerapan pengetahuan.

1 Andrias Harefa, Mengasah Paradigma Pembelajar, (Yogyakarta: Penerbit Gradien, 2003), Cet. Ke-1, hal 35.


(27)

b) Perubahan pada aspek sikap dan atau kemauan. Misalnya dari tidak mau menjadi mau, dari kurang serius menjadi serius, dari tidak percaya menjadi percaya diri, dan sebagainya.

c) Perubahan pada aspek perilaku, praktek dan keterampilan manusia, dari perilaku yang satu keperilaku yang lain, dari tidak bisa menjadi bisa dalam melakukan sesuatu.

d) Perubahan pada aspek kinerja, unjuk kerja atau performence. Pengertian ini lebih terfokus pada hasil atau dampak poses belajar. Jika orang lebih berpengetahuan, lebih berkemauan, dan lebih terampil mengerjakan sesuatu, maka tentulah ia menunjukan performa (unjuk kerja) yang lebih baik.

Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2

Dengan demikian, makna belajar dapat disimpulkan sebagai suatu proses perubahan dan atau pertumbuhan yang didasari atas kesadaran seseorang dengan menyatakan diri secara utuh sebagai makhluk sosio-moral-spiritual agar lebih tahu (knowledge), lebih mau (attitude), lebih bisa (skill) dan berhasil (performance) berdasarkan praktek dan pengalaman, hasil dari interaksi dengan lingkungannya yang bersifat menetap.

b. Prinsip - Prinsip Pembelajaran

Prinsip pembelajaran adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Pentingnya guru memahami prinsip dari teori pembelajaran mempunyai alasan sebagai berikut:

1) Teori pembelajaran membantu guru untuk memahami proses belajar yang terjadi di dalam diri siswa.

2 Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), cet. Ke-1, hal.7


(28)

2) Dengan teori pembelajaran, guru dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar

3) Teori pembelajaran memungkinkan guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar. 4) Prinsip dari teori pembelajaran merupakan sumber hipotesis atau

dugaan-dugaan tentang proses belajar mengajar yang telah diuji kebenarannya melalui eksperimen dan penelitian.

Beberapa prinsip yang menjadi landasan teori pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya.

b) Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku, yaitu aspek perilaku kognitif, konatif, efektif atau motorik.

c) Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan. Di dalam aktifitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktifitas yang sistematis dan terarah.

d) Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktifitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai.

e) Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.3


(29)

c. Strategi Pembelajaran

Dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.

Menurut Nana Sudjana, strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran dengan menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi untuk mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.

Menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip Abu Ahmadi, Strategi pembelajaran meliputi empat masalah yaitu:

1) Mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sesuai tujuan yang diharapkan.

2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan dalam kegiatan pembelajaran.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan, sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.

d. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sebuah cermin sejauh mana perkembangan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan motorik.


(30)

Beberapa pakar menyebutkan adanya beberapa jenis perilaku sebagai hasil pembelajaran.

1) Lindgren (1968) menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas; kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

2) Benyamin Bloom (1956) menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

3) R.M. Gagne (1957) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kecakapan manusiawi (human capabilities) yang meliputi, informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan kecakapan motorik.

Dari definisi tersebut maka hasil belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang menyeluruh dari setiap aspek penilian yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.

e. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Berdasarkan makna pembelajaran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pembelajaran merupakan suatu proses seseorang menuju perubahan yang lebih baik sebagai hasil dari pengalamannya. Sebagai sutu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (input) dan hasil dari pemrosesan (output). Jadi pembelajaran merupakan sebuah sistem yang terdiri atas beberapa komponen antara lain: input yang merupakan bahan baku yang perlu diolah, proses pembelajaran yaitu proses kegiatan belajar mengajar itu sendiri, lingkungan yaitu keadaan dimana situasi proses pembelajaran itu berlangsung, guru sebagai pengajar yaitu orang yang memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dan output adalah hasil dari proses pembelajaran itu sendiri.

Dengan menganalisis komponen-komponen pembelajaran tersebut, maka dapat ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran.

1. Input (siswa)

Input dalam hal ini adalah siswa yang diberikan pengalaman tertentu. Setiap siswa memiliki karakteristik tersendiri, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya seperti panca inderanya, pendengarannya dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut


(31)

psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, motivasinya, dan sebagainya.

2. Proses pembelajaran

Dalam proses kegiatan belajar mengajar atau yang disebut dengan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana kegiatan belajar itu berlangsung (sekolah ataupun kelas) termasuk hubungan antara siswa dan guru serta hubungan sesama siswa. Diantara yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran adalah:

a. Sarana dan Prasarana

Prasarana yang mapan seperti ruangan, tempat duduk dan sangat mempengaruhi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Demikian juga dengan sarana, semakin sarana dalam pembelajaran lengkap seperti adanya perpustakaan, alat bantu belajar mengajar, laboratorium sangat menunjang dalam proses belajar mengajar.

b. Metode belajar

Metode belajar merupakan suatu cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode belajar yang tepat akan sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Untuk itu dalam memilih metode pembelajaran guru dituntut untuk memahami situasi dan kondisi siswa.

c. Kurikulum/bahan pelajaran

Dalam proses pembelajaran tidak akan terjadi jika tidak ada bahan pelajaran. Oleh karena itu guru juga harus mampu mengorganisasikan bahan pelajaran secara sistematis sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

d. Penilaian/evaluasi

Penilaian digunakan sebagai alat evaluasi dalam pembelajaran, hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa, guna menjadi rujukan dalam mengolah kegiatan belajar mengajar berikutnya.

3. Guru/Pengajar

Dalam proses belajar mengajar peranan guru sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Disamping guru harus berkepribadian yang


(32)

cakap serta terampil. Guru juga harus mampu memotivasi, membimbing serta memfasilitasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

2. Metode Ceramah dalam Proses Belajar Mengajar

Metode ceramah adalah suatu cara yang dilakukan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat bantu seperti gambar/bagan agar uraiannya menjadi jelas. Tetapi interaksi guru dan siswa menggunakan bahasa lisan sehingga metode ceramah ini yang mempunyai peran utama adalah guru.

Sedangkan peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok-pokok materi yang dikemukakan oleh guru.

Berkenaan dengan sifatnya maka biasanya metode ceramah dilaksanakan dalam beberapa hal, diantaranya yaitu:4

a. Guru akan menyampaikan fakta-fakta/kenyataan atau pendapat-pendapat dimana tidak ada bahan bacaan yang menerangkan fakta-fakta tersebut. b. Guru harus menyampaikan fakta kepada siswa yang besar jumlahnya,

sehingga metode lain tidak memungkinkan untuk dipakai.

c. Guru mengehdaki berbicara yang bersemangat untuk merangsang siswa mengerjakan sesuatu.

d. Guru akan menyimpulkn pokok penting yang telah dipelajari untuk memperjelas murid dalam melihat hubungan antara hal-hal penting lainnya.

e. Guru akan memperkenalkan hal-hal baru dalam rangka pelajaran yang lalu.

1) Langkah - Langkah dalam Menggunakan Metode Ceramah

Pada umumnya ada tiga langkah pokok dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan Kesimpulan.

4 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002), hal. 165


(33)

Adapun langkah-langkah metode ceramah yang diharapkam adalah sebagai berikut:

a) Terlebih dahulu harus diketahui dengan jelas dan dirumuskan sekhusus-khususnya mengenai tujuan pembicaraan atau hal yang hendak dipelajari siswa.

b) Bahan ceramah kemudia disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dengan jelas, menarik perhatian siswa, memperlihatkan kepada siswa bahwa bahan pelajaran yang mereka peroleh berguna bagi kehidupannya.

c) Menanam pengertian yang jelas dimulai dengan suatu ikhtisar ringkas tentang pokok bahasan yang akan diuraikan. Kemudian menyusul bagian utama penguraian dan penjelasan pokok bahasan tersebut. Pada khirnya disimpulkan kembali pokok bahsan yang penting yang telah dibicarakan itu.

Mungkin pula ditambah cerita singkat mengenai kejadian yang bersifat ilustratif, yakini menggambarkan dengan jelas apa yang dimaskud, atau dapat juga dilakukan setelah penggunaan metode ceramah. Siswa diminta mengemukakan pendapat sesuai dengan materi pelajaran yang diceramahkan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.

2) Keuntungan Metode Ceramah

Metode Ceramah dalam kegiatan pembelajaran, mempunyai keuntungan sebagai berikut:

a) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas

Sebab guru semata-mata berbicara langsung sehingga ia dapat menentukan arah itu dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan.

b) Organisasi Kelas sederhana

Dengan berceramah, persiapan satu-satunya yang diperlukan guru ialah buku catatan/bahan pelajaran. Pembicaraan ada kemungkinan sambil duduk atau berdiri. Murid-murid diharapkan mendengarkan secara diam.


(34)

Maka mudah dimengerti jalan ini adalah yang paling sederhana untuk mengatur kelas dari pada penggunaan metode lain.

3. Peta Konsep (Map Concept)

Peta konsep adalah istilah yang digunakan oleh J. D. Novak dan Gowin dalam bukunya Learning How to Learn (1984) tentang strategi yang digunakan dalam pembelajaran untuk membantu dalam mengorganisasikan konsep pelajaran berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan antara satu konsep (informasi) dengan konsep yang lain dikenal sebagai proposisi.

Peta konsep hasil riset J.D. Novak ini dilakukan dengan mengikuti perubahan pemahaman siswa dalam pengetahuan sains. Program riset didasarkan pada teori David Ausubel yang menyatakan bahwa perkembangan suatu pemahaman terbangun karena relevansi konsep dan proposisi, karena susunan kognitif terbentuk secara hirarkis, yaitu dari konsep umum ke konsep yang lebih khusus. Kemudian pembelajaran dilakukan dalam keadaan bermakna, yakni materi yang dipelajari diasimilasikan secara non-arbitrari dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.5

Peta konsep adalah penulisan secara grafik yang memudahkan untuk mengorganisir dan mempresentasikan suatu pengetahuan. Konsep dinyatakan dalam bentuk istilah atau label yang berupa sebuah kata atau lebih, terkadang juga berupa simbol seperti tanda plus (+) atau %. Konsep-konsep dijalin secara bermakna (simantical unit) dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep atau lebih yang dihubungkan dengan kata penghubung (linking words).6

5 Josept D. Novak, “A Science Education Resarch program that Led to the Development of the Concept Mapping Tool and a New Model for Education”, Prosiding Hasil Konferensi Internasional Pertama Peta Konsep (Pamplona, Spain, 2004)

6 Joseph.D.Novak, “The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct Them”.


(35)

Pada peta konsep, konsep yang lebih umum (inklusif) diletakkan di atas konsep yang kurang umum, kemudian dihubungkan dengan kata penghubung (linking words). Kemudian konsep yang lebih khusus ditempatkan dibawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. Konsep yang umum dapat juga dihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang umum. Konsep yang paling umum diletakkan pada puncak pohon konsep yang disebut dengan kunci konsep. Dan konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan ini disebut dengan ikatan silang. Ikatan silang menunjukkan keterpaduan antara jalur pengembangan konsep dalam satu bahasan yang disebut dengan penyesuaian integratif.

Untuk memudahkan penjelasan peta konsep perhatikan skema pada gambar 1, yang menunjukan sebuah contoh peta konsep yang menggambarkan struktur dan ilustrasi peta konsep seperti yang dijelaskan di atas.

Gambar 1. Ilustrasi dan Karakteristik Peta Konsep

menunjukan membantu dalam menjawab dibutuhkan untuk menjawab isi dibutuhkan untuk termasuk menambah

dihubungkan membentuk

berupa membantu harus terbentuk dalam bisa jadi dibutuhkan dalam menunjukan antara Peta Konsep pengetahuan/ materi kontekstual proposisi pertanyaan

belajar secara efektif

mengajar secara efektif dampak atau rasa

yang terhubung

konsep

terdiri dari

kata penghubung susunan hirarki merupakan pengertian/ istilah kata simbol label isi peristiwa/

events objek/ benda dalam daya kreatifitas bermakna susunan kognitif hubungan silang


(36)

Dalam tulisan yang berjudul The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct Them, Joseph D. Novak menegaskan bahwa ada dua hal yang menjadikan peta konsep mampu menumbuhkan kreatifitas dalam berfikir yaitu susunan hubungan konsep yang digambarkan dengan baik dapat menumbuhkan kemampuan untuk mencari ikatan silang yang membentuk proposisi dan peta konsep juga dapat mengetahui kemungkinan kesalahpahaman dari suatu konsep dengan melihat hubungan antara proposisi dalam konsep tersebut.

Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk menggabungkan strategi pembelajaran lainnya pada kebiasaan belajarnya. Karakteristik peta konsep yang mampu untuk mengulas kembali dari apa yang diketahui serta kemampuan dalam menambahkan informasi mengenai pemahaman siswa sebelumnya sangat penting dalam proses pembelajaran, baik untuk guru ataupun siswa itu sendiri.7

a. Hubungan Peta Konsep Terhadap Kerja Otak

Karakteristik penyajian peta konsep yang sangat memungkinkan dalam menambahkan suatu informasi baru, menjadikan peta konsep mampu membangkitkan daya kreatifitas kerja otak. Karena pada dasarnya, peta konsep merupakan peta pikiran (mental/ingatan) yang cara pembuatannya seperti pemrosesan kerja otak dalam menerima dan menyimpan suatu informasi.

Dalam hal ini, Tony Buzan telah mengembangkan peta konsep dalam penelitiannya yang didasarkan pada cara kerja otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang, dan apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang sebuah pohon. Dari fakta tersebut, disimpulkan bahwa jika informasi disimpan seperti cara kerja otak, maka dipastikan informasi akan tersimpan dalam memori otak dengan baik.

7 Joseph S. Francisco dkk, “Assessing Student Understanding of General Chemestry with Concept Mapping, Journal of Chemical Education, Vol. 79 No.2 (February 2002) hal.249


(37)

Sir Charles Sherinton, yang oleh banyak orang dianggap sebagai bapak Neurofisiologi, menyatakan bahwa ”Otak manusia adalah alat tenun mengagumkan yang didalamnya jutaan gelondong benang berkedip-kedip menganyam pola yang sudah mulai pudar, tiap pola selalu mempunyai arti, walaupun pola tersebut tidak pernah diam, namun pergeseran dari subpola begitu harmonis. Keadaannya terlihat jelas seperti bima sakti yang ikut dalam tarian kosmik”.8

Setiap sel otak (neuron) terdiri dari kompleks elektrokimia yang sangat banyak dan setiap data mikro yang datang diproses dalam sistem penyebaran (transmition). Setiap sel otak ini terlihat seperti seekor gurita super yang mempunyai satu badan sentral dengan puluhan, ratusan, atau ribuan tentakel.

Jika ditingkatkan pembesaran untuk mengamatinya, maka terlihat bahwa setiap tentakel seperti cabang sebuah pohon, menyebar dari inti sel atau nukleus. Cabang-cabang dari sel otak disebut dendrit yang berfungsi mengumpulkan informasi. Adapun cabang yang besar dan panjang disebut akson yang berfungsi sebagai pemancar dalam menyampaikan informasi kepada sel otak lain.

Setiap dendrit dan akson panjangnya bervariasi dari satu milimeter sampai 1,5 meter dan disepanjang serta sekelilingnya terdapat tonjolan seperti jamur kecil yang disebut spina dendritis/ tombol sinaptis yang merupakan tempat sel otak saling berhubungan. Di dalam spina dendritis/ tombol sinaptis berisi sekumpulan zat kimia yaitu neurotransmiter (NT) yang merupakan pembawa pesan utama dalam proses berpikir manusia.

Spina dendritis dari satu sel otak akan berhubungan dengan tombol sinaptis dari sel otak yang lain dan ketika ada rangsangan listrik (impuls) yang bergerak melewati sel otak, maka konduksi tidak lagi bersifat listrik melainkan berubah menjadi kimiawi, di sinilah NT berada. Kemudian, NT akan

8 Tony dan Bary Buzan, Memahami Peta Pikiran (The Mind Map Book), (Batam: Interaksara, 2004), Edisi Milenium, hal.35


(38)

dipindahkan melintasi ruang sempit, berisi cairan antara dua sel otak, ruang ini disebut celah sinaptis,9 yang lebarnya diperkirakan 10-50 nm.10

NT kemudian menempel dipermukaan sel otak yang menerima (reseptor site), sehingga timbul rangsangan yang bergerak menuju sel otak lain yang bergandengan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Sel Otak/Neuron

Sebuah sel otak mungkin menerima rangsangan yang datang dari ratusan ribu titik yang berhubungan setiap detik. Berfungsi seperti penyambungan telepon yang amat besar, sel ini akan seketika itu menghitung, mikrodetik demi mikrodetik jumlah data dari semua informasi yang masuk dan akan mengubah arahnya ke jalur yang sesuai.

Ketika suatu pesan (mental/ingatan) tertentu yang dihidupkan kembali disalurkan dari sel otak ke sel otak yang lain, maka timbul jalur biokimia elektromagnetik yang terbentuk di sana. Setiap jalur saraf ini dikenal sebagai “jejak memori”.

Oleh karenanya, apabila kita mempunyai suatu gagasan (ingatan), hambatan biokimia/elektromagnetik sepanjang jalur yang membawa pikiran tadi akan berkurang. Keadaannya seperti mencoba membukakan jalur ketika menerobos hutan. Pertama kali usaha ini dilakuakan merupakan perjuangan

9 Sinaptis berasal dari bahasa yunani Synapto yang berarti berhubngan dengan erat.

10 Yul Iskandar, Neurotransmitter; Si Pembawa Pesan dalam Buku Memahami Otak (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003) editor Jadmiya Taugada, hal.31 – 32.


(39)

keras, karena harus menerobos semak-semak dan sebagainya. Setelah kedua kalinya melewati jalur tersebut, maka semakin kecil hambatan yang ada, kemudian setelah diulang beberapa kali, akan memiliki jalur yang lebar dan mulus yang hanya memerlukan sedikit atau bahkan tidak memerlukan lagi usaha membuka jalur tersebut. Fungsi yang serupa terjadi dalam otak; semakin sering melakukan pengulangan pola atau peta mental (ingatan suatu objek atau peristiwa), hambatan di jalur itu akan semakin berkurang.11

Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Robert Ornstein dan lain-lain telah menunjukan bahwa proses berpikir adalah kombinasi kompleks kata, gambar, skenario, warna dan bahkan suara dan musik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir.12

Oleh sebab itu, penggunaan peta konsep sebagai strategi dalam pembelajaran, diperkirakan mampu mengembangkan kedalaman dan keluasan konsep pemahaman siswa. Sesuai dengan teori asosiatif, bahwa kaitan konsep yang satu dengan konsep yang lain bagi siswa merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, sehingga apa yang dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami, diolah serta dikeluarkan kembali bila diperlukan.

Untuk memudahkan dalam memahami cara kerja dan elemen penting otak berikut ilustrasinya, yang ditunjukkan pada gambar 3 berikut ini.

11 Tony dan Barry Buzan, Loc. Cit., hal.37

12 Colin Rose & Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning for the 21st Century, (Bandung: Nuansa, 2002), cet. Ke-2, hal.136


(40)

Gambar 3. Cara Kerja Otak dalam Menerima Informasi b. Kelebihan Strategi Peta Konsep

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa karakteristik peta konsep mampu menumbuhkan kreatifitas dalam berfikir, yaitu dengan mencari ikatan silang yang membentuk proposisi dalam konsep tersebut. Disamping itu, peta konsep juga memudahkan dalam menemukan kesalahpahaman konsep dari pemahaman sebelumnya.

Dewasa ini peta konsep sering digunakan untuk riset pendidikan sains dan juga digunakan guru sebagai alat metakognitif yang membantu siswa dalam memahami pelajaran sains.13 Adapun peta konsep dapat didayagunakan antara lain untuk:14

13 Richard J. Luli, Using Concept Maps As A Research Tool In Science Education Research, (USA: University of Rochester, 2004)

14 A.J.Canas, J.D.Novak, F.M. Gonzalez, Eds. “Concept Maps: Theory, Methodology, Technologi”, Procedding Hasil Konferensi Internasional Pertama Peta Konsep, (Pamplonia Spain 2004)


(41)

1) Meringkas suatu pengetahuan (informasi) 2) Mengidentifikasi kesalahpahaman konsep 3) Mengkomunikasikan ide-ide kompleks

4) Membantu belajar dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dan yang lampau.

5) Menggerakan dalam berpikir reflektif 6) Desain kurikulum dan instruksional materi 7) Penilaian pembelajaran siswa

8) Evaluasi program yang efektif

9) Fasilitas komunikasi dalam berbagi pemahaman diantara anggota suatu kelompok

10)Mendukung dalam membaca secara komperhensif 11)Membangkitkan dalam menemukan konsep diri.

Secara lebih khusus penggunaan peta konsep dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu:

a) Manfaat bagi guru

(1) Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang lebih sederhana seperti merencanakan dan memulai suatu topik pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan digunakan dalam pembelajaran.

(2) Membantu untuk mengingat kembali dan merevisi konsep pembelajaran, membuat pola catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan presentasi.

(3) Membantu untuk mendiagnosis perkembangan pemahaman siswa. (4) Membantu untuk merencanakan satuan pembelajaran dan evaluasinya

ataupun untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran. b) Manfaat bagi siswa

(1) Membantu untuk mengidentifikasi kunci konsep, menaksir/ memperkirakan hubungan pemahaman dan membantu dalam pembelajaran lebih lanjut.


(42)

(2) Membantu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian.

(3) Membantu dalam mengorganisir pengetahuan siswa antara pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru secara visual dan sistematis.

(4) Mengemukakan pemahaman yang telah diperoleh dengan kata-kata sendiri.

c. Teknik Pembuatan Peta Konsep

Langkah-langkah dalam pembuatan peta konsep yaitu dengan mengidentifikasi semua konsep yang akan dipetakan, setelah itu menyusun konsep-konsep tersebut dari yang paling umum ke khusus. Kemudian menetapkan hubungan antara konsep satu dengan konsep lainnya dengan menggariskan kata penghubung.

Untuk mempermudah bagaimana pembuatan peta konsep berikut teknik pembuatan peta konsep:

1. Topik ditulis di tengah

Topik merupakan tema/gagasan pokok yang sedang dipelajari, dalam pembuatan peta konsep topik tersebut ditulis di tengah-tengah halaman agar ketika ada informasi baru yang berkaitan dapat dengan mudah untuk ditambahkan di sekitarnya. Semakin lebar ukuran kertas tersebut, maka semakin mudah (bebas) dalam menuliskan hubungan antara kata kunci dan atau proposisi.

2. Gunakan kata kunci

Kata kunci merupakan kata penting yang menunjukan pengertian dalam subjek materi (fakta-fakta penting, peristiwa atau benda/objek), biasanya kata tersebut lebih mudah diingat karena terkait dengan materi pelajaran yang dipahami.

3. Buat Cabang dengan kata penghubung (linking words)

Dalam membuat cabang berpusat pada tema pokok, tarik garis (linear ataupun yang lainnya) ke semua arah, batasi cabang tersebut antara lima sampai tujuh agar tidak terlalu rumit sehingga memudahkan dalam melakukan


(43)

'latihan mental' (mengingat). Kemudian hubungkan proposisi-proposisi yang terkait.

4. Gunakan Citra

Sesuatu yang menarik akan mudah diingat dalam memori, oleh karenanya pembuatan peta konsep, baik dari segi kata, warna, simbol, gambar dan pencitraan lainnya digabungkan dengan gaya yang bervariasi, sehingga tampak menarik dan merangsang ingatan otak. Gunakanlah simbol-simbol yang sudah lazim seperti tanda cek, tanda seru, tanda kali sesuai dengan konteksnya, agar mudah dimengerti.

5. Buat seperti bilbor

Peta konsep disajikan dengan label yang berupa perpaduan kata, gambar, simbol dan sebagainya, sehingga agar tampak jelas gunakan kertas kosong (bersih), jika menggunakan kertas yang bergaris-garis (seperti kertas tulis pada lazimya) sebaiknya penulisannya dibalik (landscape) agar tidak mengganggu performa peta konsep yang di buat.

6. Buatlah berwarna-warni

Untuk menekankan suatu kata/ tema utama gunakan warna-warna yang padu, sehingga akan membantu dalam mengidentifikasi dalam membedakan satu kelompok kata dengan kelompok lainnya, dan beri ilustrasi gambar agar merangsang otak.

7. Peta konsep adalah peta memori

Peta konsep merupakan gambaran (mental) yang ada di pikiran/memori. Ingat bahwa kerja sel otak dalam menangkap suatu informasi akan mengakibatkan terjadinya 'jejak memori' yang sering disebut sebagai ingatan (mental), semakin banyak ingatan yang ada maka semakin banyak pula informasi yang akan didapat.

8. Alat tulis berwarna terang

Hal ini dimaksudkan ketika membuat peta konsep dari informasi yang kita baca dari sebuah buku maka tandailah kata-kata pokok (kata kunci) dengan stabilo (alat tulis berwarna terang), sehingga ketika kita hendak


(44)

meninjau kembali tentang bacaan itu akan dengan cepat untuk kita pahami, dan tentu saja memudahkan dalam pembuatan peta konsep itu sendiri.

9. Mudah dimengerti

Disamping informasi yang ada pada peta konsep merupakan sesuatu yang menggambarkan pengetahuan yang tampak menyeluruh, penyajiannya juga cukup simpel karena kata yang dipilih adalah kata kunci, jadi buatlah sejelas mungkin sehingga mudah dimengerti

10. Lakukan sendiri

Membuat peta konsep bukan berarti harus ahli menggambar yang terpenting adalah mengaktualisasikan apa yang ada dalam pikiran (ingatan). Maka dari itu, lakukanlah sendiri sehingga dapat mengukur dengan mudah taraf pemahaman dalam menerima suatu informasi (pengetahuan). Namun bukan berarti tidak memerlukan peta konsep buatan orang lain, justru setelah kita membuat peta konsep sendiri maka bandingkanlah dengan peta konsep buatan yang lainnya untuk menambahkan kekurangan yang ada, dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam melihat kesalahpahaman konsep.

11. Duduk dengan tenang

Karena karakteristik peta konsep yang dibuat didasarkan pada apa yang ada di ingatan (mental) maka untuk mendapatkan ingatan yang jelas dari jejak memori tersebut dibutuhkan keadaan tenang dalam melihat 'film mental' yang ada pada otak, membayangkan kembali apa yang telah terjadi ataupun informasi apa yang menempel dalam otak. Pada umumnya, kita perlu duduk, merenung dan berpikir dengan tenang dari apa saja yang kita baca, lihat, atau dengar.

12. Terus berlatih

Bagi pemula barangkali akan sedikit mendapatkan kesulitan, oleh karenanya pembuatan peta konsep tidak cukup sekali atau dua kali melainkan perlu adanya latihan terus menerus. Namun jika sudah menjadi terbiasa, pembuatan peta konsep akan sangat mudah dan menyenangkan untuk dilakukan. Untuk lebih jelasnya dalam pembuatan peta konsep perhatikan ilusterasi yang ditunjukan pada gambar 4. berikut ini.


(45)

.


(46)

3. Sistem Koloid

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Keadaaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat baik padat, cair maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.

Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, keju, roti adalah sistem koloid; cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.

a. Sistem Dispersi

Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi. Tepung kanji bila dimasukan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air sebagai medium pendispersi dan tepung kanji disebut zat pendispersi.

Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu larutan, koloid, dan suspensi. Secara sepintas perbedaan antara suspensi dengan larutan akan tampak jelas dari homogenitasnya, tetapi akan sulit dibedakan antara larutan dengan koloid atau antara koloid dengan suspensi.

1) Suspensi

Suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen.

Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi atau pasir yang dicampur dengan air. Dalam sistem dispersi tersebut partikel-partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop dan bahkan dengan mata telanjang.

Suspensi merupakan sistem dispersi yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk terus menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat


(1)

cukup tinggi, disamping itu mereka juga cenderung aktif dan kreatif dalam mengolah tiap gagasannya secara bebas dengan tetap bertanggung jawab.

Sedangkan pada kelas kontrol yang terjadi adalah pemahaman siswa terhadap sistem koloid bersifat hafalan yang relatif mudah lupa dalam beberapa waktu kemudian. Hal ini akibat dari proses belajar mengajar yang bersifat penyelesaian materi saja tanpa mengetahui tingkat pemahaman siswa. Kemudian dalam proses pembelajaran guru bukan sebagai fasilitator melainkan pribadi yang mengajar atau menggurui siswa. Walaupun ketika proses pembelajaran berlangsung siswa masih tampak kreatif dan aktif, seperti untuk bertanya dan memberi umpan balik dari apa yang dijelaskan guru, namun di sisi lain, masih didominasi oleh sebagain kelompok siswa saja, dan sebagian yang lain lebih memilih diam (pasif) .

B. Saran - Saran

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan kedua kelompok belajar tersebut, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kegagalan guru dalam mengkonstruksi dan mengelola proses belajar mengajar akan mengakibatkan ketidakberhasilan bagi peserta didik. Selain, peserta didik kehilangan minat dan perhatian dalam pembelajaran, mereka juga kehilangan motivasi untuk mempelajari materi tersebut.

2. Dalam menentukan strategi pembelajaran guru seyogyanya melihat kondisi siswa, bahan ajar, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Guru perlu meningkatkan profesionalitasnya dalam mengemas bahan pelajaran, menyampaikannya, mengelola dan mengevaluasi proses belajar mengajar, serta melengkapi keahlian penerapan peta konsep sebagai strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.


(2)

4. Keberhasilan pendidikan dilihat dari out putnya, yakni siswa. Maka, siswa sendiri perlu mempertanyaan eksistensinya dalam belajar. Dengan peta konsep siswa dapat merefleksikan tentang dirinya, aktivitasnya, masalahnya, harapannya, dan terutama mempertanyakan dirinya tentang apa arti hidup sesungguhnya.

5. Bagi pihak sekolah, sebaiknya memiliki kebijakan untuk melaksanakan pembiasaan bagi setiap guru untuk menggunakan strategi peta konsep sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif pada materi pelajaran tertentu yang dianggap relevan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

_______, Map Concept, www.inspiration.com

_______, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002, cetakan ke-2.

_______, Pendidikan kritis, www.sekolahindonesia.com

_______, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah

Menegah Atas dan Madrasah Aliyah, Departemen Pendidikan Nasional,

2003

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineke Cipta, 2002

Bachman, Edmund, Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif, Jakarta: Prestasi Pustaka Karya, 2005

Baiquni, Achmad, Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jogjakarta: PT. Dhana Bahakti Prima Yasa, 1997

Budiningsih, Asri, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta, 2005

Buzan, Bary dan Tony, Memahami Peta Pikiran (The Mind Map Book), Batam: Interaksara, 2004

Buzan, Tony, Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006

______ Mind Maps at Work, Jakarta: Gramedia, 2005

Coffey, John W., et al., A Concept Map Based Knowledge Modeling Approach to

Expert Knowledge Sharing, USA: Florida Institute for Human and Machine

Cognition Pensacola, 2005.

De Porter, B.,et al., Quantum Teaching, Bandung: Kaifa-Mizan Pustaka, 2000

Deporter, Bobi, Hernacki, Mike, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenagkan, Bandung: Kaifa, 2004, Cetakan XX


(4)

Djohar, Pendidikan Strategik: Alternative untuk Pendidikan Masa Depan, Jakarta: LESFI, 2003

Ferry Brian, et al., How Do Preservice Teacher Use Concept Maps to Organize their

Curriculum Content Knowledge, University of Wollongong, 1995

Fielding, Betty, The Memory Manual, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2005

Francisco, Joseph S., et al., Assessing Student Understanding of General Chemistry

with Concept Mapping, Journal of Chemical Education. Vol.79 No.2 February

2002.

Furchan, Arief, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Gaines, Brian R., dan Shaw G, Mildred, Collaboration Through Concept Maps,

Canada:Knowledge Science Institute, University of Calgary, Canada T2N 1N4, 1995

George, Concept Mapping Learning Theories and Instructional Strategies Matrix, Mason University, 1998

Golsani, Mehdi, Filsafat-Sains Menurut Al Qur’an, Bandung: Mizan, 2003

Gunawan, Adi W., Born to be a Genius, Jakarta: Gramedia, 2004

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam pendidikan,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996

Harefa, Andreas, Mengasah Paradigma Pembelajar, Jakarta: Gradien 2004

Hernowo, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan, Bandung: MLC, 2005

J. Canas, Alberto, et al, Concept Maps: Integrating Knowledge and Information

Visualization, USA: Institute for Human and Machine Cognition Pensacola,

2005

Lipton, Laura dan Hubble, Deborah, Menumbuhkembangkan Kemandirian Belajar, Bandung: Nuansa, 2005

Luli, Richard J., Using Concept Maps as a Research tool in Science Education


(5)

McClure, John R, et al, Concept a Map Assessment of Classroom Learning:

Reliability, Validity, and Logistical Practicality, Journal of Research in

Science Teaching vol.2. No.2, PP.166-184, 1999

Mua’arif, Wacana Pendidikan Kritis, Jogjakarta: Ircisod, 2005

Novak, J.D., A Science Education Research Program That Led to The Development

of The Concept Mapping Tool and A New Model for Education, Concept

Map: Theory, Methodology, Technology Proceeding of the First International Conference on Concept Mapping, Pamplona, Spain, 2004

______The Origins of the Concept Mapping Tool and the Continuing Evolution of the

Tool, Cornell University, 2006

_______The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct Them, Cornell University, 2000

Nurdin, Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Prismashopie, 2004

Plotnick, Eric, Concept Mapping: Graphical System for Understanding the

Relationship between Concept, ERIC Clearing House on Information and

Tecnology Syracuse NY., 1997

Purba, Michael, Kimia SMU Kelas 2 Semester 2, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002

Quinn, Heather J., et al., Successive Concept Mapping Assessing Understanding In

College Science Classes, Journal of College Science Teaching: December

2003/Januari 2004

Rose, Colin, Nicholl, Malcolm, Accelerated Learning for the 21stCentury, Bandung: Nuansa, 2002

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada 2004

Shavelson, Richard J., et al, On Concept Maps as Potential “Authentic” Assessments

In Science, Los Angeles, National Centre for Research on Evaluation,

Standards and Student Testing, University of California, 1994


(6)

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2001

Sudrajat, Subana, M., Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001

Surya, Muhammad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004

Suryosubroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002

Svantesson, Ingemar, Learning Maps and Memory Skill, Jakarta: Gramedia, 2004

Syihab, M. Quraisy, Membumikan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1997

Taugada, Jadmiya (editor), Memahami Otak, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003

Temple, Brade, Marshall, Helen, Using Concept Maps to Evaluate Teaching and

Learning, Royal Melbourne Institute of Technology University, 2000

Thalhas, Basri, Hasan, Spektrum Saintifika Al Qur’an, Jakarta: Bale Kajian Tafsir Al Qur’an, 2001

Trautwein, Steven N., Using Concept Maps as Cooperative Learning Activities to

Explore Hemodynamic Principles, Southeast Missouri State University, 2000

Vanides, Jim, et al, Using Concept Maps in the Science Classroom, USA: The H.W Wilson Company, 2005

Yahya, Harun, Mengenal Allah Lewat Akal, Jakarta: Robbani Press, 2001

Yin, Yue, et al., Comparison of Two Concept-Mapping Techniques: Implication for

Scoring, Interpretation, and Use, Journal of Research in Science teaching


Dokumen yang terkait

Minat belajar siswa pada pembelajaran sastra dengan metode demonstrasi di kelas X Madrasah Aliyah Negeri XI Jakarta

0 8 109

Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbasis Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati : Eksperimen di Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta

0 4 180

Pengaruh metode ceramah terhadap motivasi belajar PAI siswa SMAN 1 Keronjo

0 10 81

Studi Perbandingan Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Akor Siswa SMP Negeri 1 Prembun

0 5 110

PERBANDINGAN PENGUNAAN METODE PETA PIKIRAN DENGAN PETA KONSEP TERHADAP BELAJAR SISWA DIKELAS XI IPA SMA NEGERI 19 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

1 3 22

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE PETA KONSEP PADA STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE PETA KONSEP PADA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 SUKOHA

0 0 17

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODELBERBASIS PORTOFOLIO DENGAN METODE CERAMAH PERBANDINGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL BERBASIS PORTOFOLIO DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI I TANON

0 1 16

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE TEBAK KATA DAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA Studi Perbandingan Penggunaan Metode Tebak Kata dan Metode Ceramah Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Materi Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas IV SD Negeri I Del

0 0 17

STUDI KOMPARASI ANTARA METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN METODE CERAMAH BERVARIASI TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI MATERI JURNAL PENYESUAIAN PADA SISWA KELAS XI IPS MADRASAH ALIYAH NEGERI PURWODADI TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 1

Studi Komparasi Hasil Belajar Fikih Siswa Antara Metode Mind Mapping dengan Metode Ceramah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Denanyar Jombang

0 0 17