Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan Di Kalimantan

(1)

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN

DI KALIMANTAN

HERI EKA SAPUTRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN

DI KALIMANTAN

HERI EKA SAPUTRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

DAN JIKA KAMU MENGHITUNG NIKMAT ALLAH,

NISCAYA KAMU TIDAK AKAN SANGGUP MENENTUKAN JUMLAHNYA SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA PENGAMPUN LAGI MAHA

PENYAYANG Q.S. ANNAHL : 18


(4)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, 2009

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya


(5)

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN

DI KALIMANTAN

HERI EKA SAPUTRA E. 14106301


(6)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

RINGKASAN

Heri Eka Saputra. E 14106301. Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan di Kalimantan. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Dosen Pembimbing ; Ir. Muhdin, M.Sc, F.Trop

Hutan adalah sekelompok tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon berkayu yang menempati suatu tempat dan mempunyai struktur serta komposisi yang berbeda dengan lingkungan di luarnya. Tingginya kebutuhan terhadap hasil hutan berupa kayu menyebabkan hutan alam terdegradasi baik kuantitas maupun kualitasnya, oleh karena itu kedepannya preskripsi pengelolaan hutan alam harus dapat ditentukan dengan lebih akurat dan efisien. Potensi tegakan dimasa yang akan datang dapat diduga berdasarkan potensi tegakan sisa tebangan yang ada sekarang melalui data hasil pengukuran Petak Ukur Permanen (PUP), untuk itu perlu juga diketahui keragaman struktur tegakan setelah penebangan.

Keragaman struktur tegakan setelah penebangan diduga dengan menggunakan rumus

Exponensial Negatif N = No e-kd . Keragaman struktur tegakan hutan alam bekas tebangan di pulau Kalimantan diduga dengan menggunakan 106 PUP dari 39 unit HPH menjadi 9 (sembilan) kemungkinan tipe tegakan didapatkan bahwa struktur tegakan untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae ditemukan 6 (enam) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 21,36% (22 PUP), Tipe II 27,18% (28 PUP), Tipe III 16,50% (17 PUP), Tipe V 2,91% (3 PUP), Tipe VI 13,59% (14 PUP), dan Tipe IX 18,45% (19 PUP). Pada kelompok jenis Non-Dipterocarpaceae ditemukan 7 (tujuh) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 28,16% (29 PUP), Tipe II 17,48% (18 PUP), Tipe III 1,94% (2 PUP), Tipe V 17,48% (18 PUP), Tipe VI 8,74% (9 PUP), Tipe VIII 4,85% (5 PUP) dan Tipe IX 21,36% (22 PUP). Pada kelompok semua jenis ditemukan 6 (enam) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 25,47% (27 PUP), Tipe II 22,64% (24 PUP), Tipe III 3,77% (4 PUP), Tipe V 15,09% (16 PUP), Tipe VI 16,98% (18 PUP), dan Tipe IX 16,04% (17 PUP). Dari ketiga kelompok jenis tegakan tersebut memiliki jumlah pohon awal yang sangat beragam atau berbeda namun sama-sama terjadi penurunan jumlah pohon mulai dari tingkat yang landai hingga sangat curam seiring dengan pertambahan kelas diameter.

Berdasarkan peta penutupan lahan ditemukan: 3 (7,69%) HPH terletak pada hutan primer atau sekunder tua, 24 (61,54%) HPH terletak pada hutan sekunder atau sekunder muda, dan 12 (30,77%) HPH terletak pada kawasan selain hutan.

Kata kunci: potensi tegakan, keragaman struktur tegakan, tipe tegakan, setelah penebangan


(7)

SUMMARY

HERI EKA SAPUTRA. E14106301. The Diversity of Stand Structure on Dry Land Natural Forest in Kalimantan. Supervised by : Ir. MUHDIN, M.Sc.F.Trop

Forest is a natural sophisticated ecosystem that its structure and composition differs than neighborhood environments. High market demand on forest product, especially woods, has charge in forest degradation, both quantity and quality. Thus, upcoming prescription of natural forest management should be determined more accurately and efficiently. The future stand potency can be predicted based on current ex felling stand potency through data collected from Permanent Sample Plot (PSP). In that case, it is necessary to discover the diversity of stand structure after logging.

Stand structure diversity is foretold by negative exponential formula N = N0 e-kd. The diversity of natural stand structure after logging in Kalimantan island is forecasted through observation at 106 PSP of 39 timber estate unit, presented 9 (nine) possible stand type. In stand structure of Dipterocarpaceae group is found six stand type, that were Type I 21,36% (22 PSP), Type II 27,18% (28 PSP), Type III 16,50% (17 PSP), Type V 2,91% (3 PSP), Type VI 13,59% (14 PSP), and Type IX 18,45% (19 PSP). Meanwhile, 7 (seven) type of stand structure were found in non-Dipterocarpaceae group that were Type I 28,16% (29 PSP), Type II 17,48% (18 PSP), Type III 1,94% (2 PSP), Type V 17,48% (18 PSP), Type VI 9,74% (9 PSP), Type VIII 4,85% (5 PSP), and Type IX 21,36% (22 PSP). Six stand type were found at group of all species that were Type I 25,47% (27 PSP), Type II 22,64% (24 PSP), Type III 3,77% (4 PSP), Type V 15,09% (16 PSP), Type VI 16,98% (18 PSP), and Type IX 16,04% (17 PSP). Those three groups have vary initial number of trees but all endured trees number decreasing by the increasing of diameter class, from slightly slope to highly slope topography.

Based on land cover map, some timber estates were discovered located at primary or mature secondary forest, secondary or immature secondary forest, and the rest were at area other than forest, each were 3 HPH (7,69%), 24 HPH (61,54%), and 12 HPH (30,77%), respectively.


(8)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skirpsi yang menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Depatemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan bukan hasil contekan atau salinan dari skripsi lainnya dari lembaga pendidikan manapun. Semua narasumber pendukung skripsi ini dalam bentuk kutipan tertera dalam teks dan Daftar Pustaka.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, 15 Januari 2009

Tertanda

Heri Eka Saputra E 14106301


(9)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN DI KALIMANTAN

NAMA : HERI EKA SAPUTRA

NRP : E 14106301

Diketahui; Dosen Pembimbing

Ir. Muhdin, M.Sc. F.Trop NIP : 131 945 320

Mengetahui; Dekan Fakultas Kehutanan


(10)

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP : 131 578 788


(11)

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN

DI KALIMANTAN

HERI EKA SAPUTRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN

DI KALIMANTAN

HERI EKA SAPUTRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

DAN JIKA KAMU MENGHITUNG NIKMAT ALLAH,

NISCAYA KAMU TIDAK AKAN SANGGUP MENENTUKAN JUMLAHNYA SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA PENGAMPUN LAGI MAHA

PENYAYANG Q.S. ANNAHL : 18


(14)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, 2009

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya


(15)

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN

HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN

DI KALIMANTAN

HERI EKA SAPUTRA E. 14106301


(16)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

RINGKASAN

Heri Eka Saputra. E 14106301. Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan di Kalimantan. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Dosen Pembimbing ; Ir. Muhdin, M.Sc, F.Trop

Hutan adalah sekelompok tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon berkayu yang menempati suatu tempat dan mempunyai struktur serta komposisi yang berbeda dengan lingkungan di luarnya. Tingginya kebutuhan terhadap hasil hutan berupa kayu menyebabkan hutan alam terdegradasi baik kuantitas maupun kualitasnya, oleh karena itu kedepannya preskripsi pengelolaan hutan alam harus dapat ditentukan dengan lebih akurat dan efisien. Potensi tegakan dimasa yang akan datang dapat diduga berdasarkan potensi tegakan sisa tebangan yang ada sekarang melalui data hasil pengukuran Petak Ukur Permanen (PUP), untuk itu perlu juga diketahui keragaman struktur tegakan setelah penebangan.

Keragaman struktur tegakan setelah penebangan diduga dengan menggunakan rumus

Exponensial Negatif N = No e-kd . Keragaman struktur tegakan hutan alam bekas tebangan di pulau Kalimantan diduga dengan menggunakan 106 PUP dari 39 unit HPH menjadi 9 (sembilan) kemungkinan tipe tegakan didapatkan bahwa struktur tegakan untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae ditemukan 6 (enam) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 21,36% (22 PUP), Tipe II 27,18% (28 PUP), Tipe III 16,50% (17 PUP), Tipe V 2,91% (3 PUP), Tipe VI 13,59% (14 PUP), dan Tipe IX 18,45% (19 PUP). Pada kelompok jenis Non-Dipterocarpaceae ditemukan 7 (tujuh) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 28,16% (29 PUP), Tipe II 17,48% (18 PUP), Tipe III 1,94% (2 PUP), Tipe V 17,48% (18 PUP), Tipe VI 8,74% (9 PUP), Tipe VIII 4,85% (5 PUP) dan Tipe IX 21,36% (22 PUP). Pada kelompok semua jenis ditemukan 6 (enam) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 25,47% (27 PUP), Tipe II 22,64% (24 PUP), Tipe III 3,77% (4 PUP), Tipe V 15,09% (16 PUP), Tipe VI 16,98% (18 PUP), dan Tipe IX 16,04% (17 PUP). Dari ketiga kelompok jenis tegakan tersebut memiliki jumlah pohon awal yang sangat beragam atau berbeda namun sama-sama terjadi penurunan jumlah pohon mulai dari tingkat yang landai hingga sangat curam seiring dengan pertambahan kelas diameter.

Berdasarkan peta penutupan lahan ditemukan: 3 (7,69%) HPH terletak pada hutan primer atau sekunder tua, 24 (61,54%) HPH terletak pada hutan sekunder atau sekunder muda, dan 12 (30,77%) HPH terletak pada kawasan selain hutan.

Kata kunci: potensi tegakan, keragaman struktur tegakan, tipe tegakan, setelah penebangan


(17)

SUMMARY

HERI EKA SAPUTRA. E14106301. The Diversity of Stand Structure on Dry Land Natural Forest in Kalimantan. Supervised by : Ir. MUHDIN, M.Sc.F.Trop

Forest is a natural sophisticated ecosystem that its structure and composition differs than neighborhood environments. High market demand on forest product, especially woods, has charge in forest degradation, both quantity and quality. Thus, upcoming prescription of natural forest management should be determined more accurately and efficiently. The future stand potency can be predicted based on current ex felling stand potency through data collected from Permanent Sample Plot (PSP). In that case, it is necessary to discover the diversity of stand structure after logging.

Stand structure diversity is foretold by negative exponential formula N = N0 e-kd. The diversity of natural stand structure after logging in Kalimantan island is forecasted through observation at 106 PSP of 39 timber estate unit, presented 9 (nine) possible stand type. In stand structure of Dipterocarpaceae group is found six stand type, that were Type I 21,36% (22 PSP), Type II 27,18% (28 PSP), Type III 16,50% (17 PSP), Type V 2,91% (3 PSP), Type VI 13,59% (14 PSP), and Type IX 18,45% (19 PSP). Meanwhile, 7 (seven) type of stand structure were found in non-Dipterocarpaceae group that were Type I 28,16% (29 PSP), Type II 17,48% (18 PSP), Type III 1,94% (2 PSP), Type V 17,48% (18 PSP), Type VI 9,74% (9 PSP), Type VIII 4,85% (5 PSP), and Type IX 21,36% (22 PSP). Six stand type were found at group of all species that were Type I 25,47% (27 PSP), Type II 22,64% (24 PSP), Type III 3,77% (4 PSP), Type V 15,09% (16 PSP), Type VI 16,98% (18 PSP), and Type IX 16,04% (17 PSP). Those three groups have vary initial number of trees but all endured trees number decreasing by the increasing of diameter class, from slightly slope to highly slope topography.

Based on land cover map, some timber estates were discovered located at primary or mature secondary forest, secondary or immature secondary forest, and the rest were at area other than forest, each were 3 HPH (7,69%), 24 HPH (61,54%), and 12 HPH (30,77%), respectively.


(18)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skirpsi yang menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Depatemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan bukan hasil contekan atau salinan dari skripsi lainnya dari lembaga pendidikan manapun. Semua narasumber pendukung skripsi ini dalam bentuk kutipan tertera dalam teks dan Daftar Pustaka.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, 15 Januari 2009

Tertanda

Heri Eka Saputra E 14106301


(19)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN DI KALIMANTAN

NAMA : HERI EKA SAPUTRA

NRP : E 14106301

Diketahui; Dosen Pembimbing

Ir. Muhdin, M.Sc. F.Trop NIP : 131 945 320

Mengetahui; Dekan Fakultas Kehutanan


(20)

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP : 131 578 788


(21)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini adalah salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan judul “ Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan di Pulau Kalimantan

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis akan menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun serta dapat meningkatkan kualitas skripsi ini dan bagi kemajuan penulis sendiri.

Bogor, Januari 2009


(22)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan skiripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua (Harmon Zahar dan Jasnita Erni) yang telah memberikan segalanya kepada penulis, kakek tercinta (alm), nenek tersayang, mama Afni Zahara, kakakku (Devi) dan adikku (Rini), dan sanak famili yang sudah ikut memberikan dorongan serta doanya. Terima kasih buat semuanya.

2. Bapak Ir. Muhdin, M.Sc.F.Trop., selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, Ms selaku dosen penguji dari

Departemen Konservasi Sumberdaya hutan dan Ekowisata.

4. Ibu Istie Sekartining Rahayu, S. Hut. M.Si, selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan.

5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Kehutanan.

6. Mas Edi, Saiful dan Pak Toni serta seluruh staf Departemen Manajemen Hutan.

7. Special thank’s for Gret, Alaiya, tri, Eko, Eris (MNH 41). 8. Teman-teman dari MNH 40 dan MNH 41.

9. Teman-teman kos (Fec House). 10. Ibuk kos (Umi Salamah and Family).

11. Semua pihak yang tidak tersebutkan satu per satu.

Mudah-mudahan semua amal dan bantuan yang sudah diberikan untuk kelancaran dan penyelesaian skripsi ini mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT

Dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan sektor kehutanan. Amin.

Bogor, Januari 2009

Penulis


(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sawah Parit pada tanggal 06 Februari 1980 dari keluarga ibu Jasnita Erni dan bapak Harmon Zahar yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1987 penulis masuk SD Negeri 2 Tanjung Alam Kabupaten Tanah Datar dan selesai pada tahun 1993, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 9 Bukittinggi. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pada SMA Negeri 1 Salimpaung dan selesai tahun 1999.

Tahun 1999 penulis diterima di Program Diploma III Program Studi Manajemen Hutan Alam Produksi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan selesai pada bulan Desember 2002. Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan sebagai Mahasiswa Alih Jenjang di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan masuk Laboratorium Biometrika Hutan sebagai minat bidang studi.

Selama mengikuti pendidikan D III, penulis pernah aktif menjadi komando tingkat Program Studi Manajemen Hutan Alam Produksi mulai dari tahun 1999-2002, pernah mengikuti praktek pengenalan hutan di KPH Purwakarta dan Bandung Utara dan Praktek Kerja Lapangan di PT. Inhutani II Kalimantan Selatan. Setelah menyelesaikan pendidikan DIII, penulis berkesempatan bekerja di HPHTI PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah sebagai Staff Teknis Pembinaan Masyarakat Desa Hutan mulai dari Juni 2003 sampai dengan Juni 2006 dengan jabatan terakhir sebagai Asisten Koordinator Unit Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH).

Guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor maka penulis membuat suatu karya ilmiah dengan judul skripsi “Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan di Kalimantan “ di bawah bimbingan Ir. Muhdin, M. Sc. F. Trop.


(24)

DAFTAR SINGKATAN Singkatan/Simbol Keterangan

Bas PT Basuimex

Brt PT Belayan River Timber

Dai PT Daisy Timber

Dsn PT Dharma Satya Nusantara Gjr PT Gunung Jati Rimba Hit PT Hitayaq Alan Medang

Jam PT Jamaker

Kbt PT Kemakmuran Berkah Timber Mug PT Mugi Triman Inter Continental Rat PT Ratah Timber Co.

Rej PT Rejosari Bumi

Sj 1 PT Sumalindo Lestari Jaya I Sj II PT Sumanlindo Lestari Jaya II Sj II/II PT Sumalindo Lestari Jaya II seri II Sj IV PT Sumalindo Lestari Jaya IV

Itk PT Intracawood Manufactoring (Unit Sekatak) Its PT Intracawood Manufactoring (Unit Sesayap) Ked PT Kedungmadu Tropical Wood

Bpt PT Barito Pasific Unit 3 (PT SBIP) Ern PT Erna Djuliawati

Faj PT Fajar Kahayan

Gum PT Gunung Meranti

Ihu PT INHUTANI (III) (Hutan Emas) Ika PT INHUTANI (III) (Katingan) Ise PT INHUTANI (III) (Serawak) Sbk PT Sari Bumi Kusuma

Sar PT Sarmiento Parakantja Timber

Hal PT Halisa

Htl PT Harjohn Timber Limited Kkp PT Kurnia Kapuas Plywood

Mar PT Maragadaya Wood Works (PT Barito Pacific Timber I) Sbk PT Sari Bumi Kusuma

Sjm PT Suka Jaya Makmur

Emi PT Emil Timber

Hen PT Hendratna Plywood

Kod PT Kodeko Timber

PUP Petak Ukur Permanen

Ha Hektar

HPH Hak Pengusahaan Hutan

R Kalimantan Timur

T Kalimantan Barat

H Kalimantan Tengah


(25)

DAFTARISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i UCAPAN TERIMA KASIH ... ii RIWAYAT HIDUP ... iii DAFTAR SINGKATAN ... iv DAFTAR TABEL ... vii DAFTAR GAMBAR ... viii DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 1.3 Manfaat ... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Alam ... 3 2.2 Hutan Hujan Tropika ... 3 2.3 Hutan Sekunder ... 4 2.4 Struktur Tegakan ... 4 2.5 Pertumbuhan Tegakan ... 6

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Bahan, Alat dan Waktu ... 7 3.2 Metode ... 7 BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Letak dan Luas ... 9 4.2 Topografi ... 10 4.3 Tanah ... 10 4.4 Iklim ... 12 4.5 Penutupan Lahan ... 13


(26)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Petak Ukur Permanen ... 15 5.2 Vegetasi ... 15 5.3 Struktur Tegakan ... 17 5.3.1 Kelompok Jenis Dipterocarpaceae ... 17 5.3.2 Kelompok Jenis Non-Dipterocarpaceae ... 20 5.3.3 Kelompok Semua Jenis... 22 5.4 Penutupan Lahan ... 25 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 27 6.2 Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA


(27)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Klasifikasi tipe tegakan ... 8 2. Daftar HPH dan identitas PUP ... 9 3. Kelas kelerengan ... 10 4. Jenis tanah tiap propinsi ... 11 5. Jenis tanah dominan tiap HPH ... 11 6. Iklim dan curah hujan tiap HPH ... 12 7. Komposisi tegakan Dipterocarpaceae dan Non-Dipterocarpaceae ... 15 8. Pengelompokan Struktur Tegakan pada jenis Dipterocarpaceae ... 18 9. Pengelompokan Struktur Tegakan pada jenis Non-Dipterocarpaceae .... 20 10. Pengelompokan Struktur Tegakan pada semua jenis ... 23 11. Sebaran lokasi HPH berdasarkan penutupan lahan ... 26


(28)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Peta sebaran hutan di Pulau Kalimantan ... 14 2. Keragaman struktur tegakan Dipterocarpaceae ... 19 3. Keragaman struktur tegakan Non-Dipterocarpaceae ... 21 4. Keragaman struktur tegakan semua jenis ... 24


(29)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Peta penutupan lahan ... 31 2. Tabel struktur tegakan seluruh HPH contoh di Kalimantan Timur ... 32 3. Tabel struktur tegakan seluruh HPH contoh di Kalimantan Tengah ... 41 4. Tabel struktur tegakan seluruh HPH contoh di Kalimantan Barat ... 46 5. Tabel struktur tegakan seluruh HPH contoh di Kalimantan Selatan ... 49 6. Statistik penghitungan model struktur tegakan kelompok jenis

Dipterocarpaceae ... 51 7. Statistik penghitungan model struktur tegakan kelompok jenis

Non-Dipterocarpaceae ... 53 8. Statistik penghitungan model struktur tegakan kelompok semua jenis . 55 9. Tabel Model Struktur Tegakan Kelompok Dipterocarpaceae ... 57 10. Tabel Model Struktur Tegakan Kelompok Non-Dipterocarpaceae ... 59 11. Tabel Model Struktur Tegakan Kelompok semua jenis ... 61 12. Diagram dahan dan daun No dan K kelompok Dipterocarpaceae ... 63

13. Diagram dahan dan daun No dan K kelompok Non-Dipterocarpaceae .. 64

14. Diagram dahan dan daun No dan K kelompok semua jenis ... 65

15. Tabel perhitungan grafik struktur tegakan Dipterocarpaceae ... 66 16. Tabel perhitungan grafik struktur tegakan Non-Dipterocarpaceae ... 67 17. Tabel perhitungan grafik struktur tegakan semua jenis ... 68


(30)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah sekelompok tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon berkayu yang menempati suatu tempat dan mempunyai struktur serta komposisi yang berbeda dengan lingkungan di luarnya. Pada dasarnya hutan sejak dahulu digunakan sebagai tempat untuk mencari makanan, berteduh, maupun sebagai tempat berlindung dari serangan binatang buas. Seiring perjalanan waktu, manusia mulai melaksanakan suatu cara hidup yang baru dengan bercocok tanam dan beternak. Pada awalnya bercocok tanam masih dilakukan secara tradisional dan berpindah-pindah sampai akhirnya menetap, selanjutnya hubungan hutan dengan manusia secara berangsur-angsur berkurang. Bagi masyarakat modern hutan memang bukan lagi tempat mencari makanan, berteduh maupun berlindung, tetapi di lain pihak kebutuhan akan hasil hutan (kayu) justru terus meningkat. Sehingga saat ini banyak sekali hutan alam yang terdegradasi baik kuantitas maupun kualitasnya.

Pembangunan hutan jenis komersil merupakan salah satu cara dalam memenuhi kebutuhan akan hasil hutan (kayu), namun pembangunan hutan tanaman di areal bekas penebangan hutan alam akan menimbulkan kerugian dari segi ekologis yaitu menurunnya keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Dimasa yang akan datang, areal hutan alam kemungkinan semakin berkurang di Indonesia. Oleh karena itu, untuk menduga potensi tegakan hutan alam dimasa yang akan datang perlu diketahui kondisi hutan alam sekarang setelah kegiatan penebangan melalui pengukuran terhadap Petak Ukur permanen (PUP).

Pengelolaan hutan lestari yang mampu menjamin kesinambungan hasil merupakan harapan yang semestinya dapat terpenuhi dengan semakin intensifnya perhatian masyarakat luas terhadap keberadaan hutan. Pemilihan sistem pengelolaan hutan yang terencana yang dapat mengakomodir kondisi hutan sekarang yang pada umumnya merupakan hutan sekunder (masuk daur tebang kedua) serta dengan memperhitungkan tingkat pertumbuhan tegakan sisa akan


(31)

2

berpengaruh nyata terhadap kondisi hutan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu semua kebijakan pemerintah terkait dengan pengelolaan hutan mulai dari sistem TPTI, TPTJ sampai TPTII (SILIN) perlu di kaji ulang karena kondisi hutan yang telah berubah dari hutan primer menjadi didominasi oleh hutan bekas tebangan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang keragaman struktur tegakan pada hutan alam setelah dilaksanakannya kegiatan penebangan pada hutan hujan tropika daratan rendah tanah kering yang berada di Pulau Kalimantan.

1.3 Manfaat

Dengan diketahui keragaman struktur tegakan awal (setelah penebangan) maka preskripsi pengolahan hutan diharapkan dapat ditentukan dengan lebih akurat karena memperhatikan keragaman kondisi awal tegakan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Alam

Hutan menurut terminologi terbaru yang dikeluarkan oleh Society of American Forester (SAF) yang dimuat dalam The Dictionary of Forestry (Helms dalam Suhendang, 1999) adalah sebagai suatu ekosistem yang dicirikan oleh adanya penutupan pohon yang cukup rapat dan luas yang biasanya terdiri dari tegakan dengan ciri-ciri beragam dalam komposisi jenis, struktur dan kelas umur yang membentuk suatu persekutuan, secara umum didalamnya mencakup juga padang rumput, sungai dan satwa liar.

Hutan alam merupakan hutan yang tumbuh dan hidup secara alami tanpa adanya campur tangan manusia, dimana secara fisik tegakan mempuyai tiga ciri utama, yaitu tegakan tidak seumur, komposisi jenis yang heterogen dengan jumlah jenis yang sangat tinggi, dan memiliki jenis pohon yang bernilai ekonomis tinggi yang cocok untuk setiap penggunaan kayu (Suhendang, 1995)

Hutan alam tidak seumur ditinjau dari sifat-sifat silvikulturnya adalah hutan dengan distribusi umur yang tidak seragam serta sulit untuk menerangkan fase umurnya dan pertumbuhannya, sehingga umumnya digunakan dimensi kelas diameter pohon sebagai pencirinya.

2.2 Hutan Hujan Tropika

Richard (1964) menyatakan bahwa hutan hujan tropika adalah hutan yang terletak dalam wilayah tropika dan merupakan hutan yang kaya akan berbagai jenis yang berasal dari semua masyarakat tumbuhan dan tersebar bagai sabuk raksasa yang mengelilingi bumi di sekitar katulistiwa dengan bagian yang terbesar tersebar di utara katulistiwa.

Struktur hutan hujan tropika paling jelas dinyatakan dengan penampakan arsitekturnya, stratifikasi tajuk pohonnya, semak dan tumbuhan bawah. Hutan hujan merupakan sumberdaya ekonomi yang potensial bagi beberapa tumbuhan tetapi masih belum tergali dan termanfaatkan secara optimal.


(33)

4

Daniel et all. (1987) menjelaskan bahwa hutan hujan tropika adalah bentuk yang paling tinggi perkembangannya dan paling kompleks di antara semua hutan, dengan suhu tidak di bawah 5oC sepanjang waktu dan curah hujan tahunan merata yang berkisar antara 1800-2000 mm, kelembaban selalu tinggi yang mencapai 80% atau lebih.

Hutan hujan tropika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: iklim selalu basah, tanah kering dengan jenis bermacam-macam, pada tanah rendah rata atau bukit (<1000 mdpl) dan pada tanah tinggi (sampai 4000 mdpl). Menurut ketinggian, hutan hujan tropika dibedakan menjadi hutan hujan bawah (2-1000 mdpl), hutan hujan tengah (1000-3000) dan hutan hujan atas (3000-4000 mdpl). Hutan hujan tropika juga memiliki berbagai jenis kayu penting yang berasal dari famili Dipterocarpaceae seperti Shorea, Dipterocarpus, Vatica dan Dryobalanops serta genus-genus lain seperti Agathis, Altingia, Dialium, Duabanga, Dyera, Gossanepinus, Koompassia, dan Octomeles (Soerianegara dan Indrawan, 2002)

2.3 Hutan Sekunder

Menurut Lamprecht (1986) dalam Irwanto (2006) hutan sekunder merupakan fase pertumbuhan dari keadaan tampak gundul menjadi klimaks kembali. Sedangkan menurut Huss (1996) dalam Irwanto (2006), setelah hutan-hutan alam terdegradasi akibat kegiatan tebang pilih, hutan-hutan sekunder berkembang dari sisa pohon ataupun melalui regenerasi jenis-jenis pohon klimaks selama proses tersebut tidak terganggu. Hutan alam bekas penebangan merupakan areal hutan yang sebagian atau seluruh pohon komersilnya ditebang (Departemen Kehutanan RI, 1990).

2.4 Struktur Tegakan

Secara umum tegakan dapat digolongkan berdasarkan komposisi kelas umur, yaitu tegakan seumur dan tegakan tidak seumur. Tegakan seumur merupakan tegakan yang dibangun dalam waktu bersamaan pada luasan tertentu, kelas diameter pada tegakan seumur cenderung seragam dalam masa waktu penanaman sehingga jumlah kelas diameter dapat dibedakan menurut jumlah tahun tanamnya. Tegakan tidak seumur mempunyai paling sedikit tiga kelas umur


(34)

5

yang berbeda dan mempunyai kesenjangan dalam distribusi kelas umur. Jumlah pohon yang tersebar dalam kelas diameter terkecil dan jumlahnya menurun seiring dengan bertambahnya ukuran, sehingga hanya tersisa sedikit pohon-pohon yang berdiameter besar (Daniel et all., 1987).

Kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan akan dapat dijalankan secara optimal, apabila informasi mengenai keadaan dan dimensi tegakan diketahui secara teliti terlebih dahulu. Pengetahuan mengenai bentuk dan karakteristik struktur tegakan hutan merupakan salah satu informasi yang diperlukan untuk maksud pengelolaan hutan tersebut.

Struktur tegakan meliputi dua tipe, yaitu struktur tegakan horisontal dan vertikal. Struktur tegakan vertikal merupakan sebaran jumlah pohon dalam berbagai lapisan tajuk, sedangkan struktur tegakan horisontal merupakan sebaran jumlah pohon pada berbagai kelas diameter. Secara matematis struktur tegakan horisontal ini dapat dipandang sebagai hubungan fungsional antara diameter (X) dengan jumlah pohon (N) pada satuan luas tertentu yang dapat dinyatakan sebagai N = f (X). Struktur tegakan mempunyai bentuk yang khas untuk setiap tempat tumbuh, setiap jenis pohon dan keadaan tegakan hutan (Suhendang, 1985). Model struktur tegakan tidak seumur biasanya menyerupai huruf “J” terbalik, dimana kurva yang dibentuk menunjukkan jumlah pohon per hektar untuk setiap kelas diameter tertentu di setiap kelompok hutan (Suhendang, 1994).

Pengamatan terhadap perubahan struktur tegakan memerlukan minimal dua kali pengukuran dimensi tegakan yang sama, pengukuran dapat dilakukan pada awal siklus penebangan sehingga pertumbuhan untuk masa yang akan datang dapat diduga dan besaran volume yang akan diperoleh dari tegakan dapat diketahui lebih awal (Davis dan Jhonson, 1987)

Suhendang at all. (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan tegakan hutan alam adalah termasuk dalam pertumbuhan yang dinamis karena seiring berjalannya waktu pertumbuhan selain disebabkan oleh bertambahnya dimensi-dimensi dari pohon penyusun tegakan juga disebabkan oleh munculnya individu-individu baru sehingga terjadi pergantian pohon-pohon penyusun tegakan.


(35)

6

2.5 Pertumbuhan Tegakan

Menurut Vanclay (1994), pertumbuhan tegakan menggambarkan laju perkembangan dimensi dari satu atau lebih individu dalam tegakan hutan pada periode waktu tertentu (seperti volume dalam m3/ha/th). Dalam bidang kehutanan pertumbuhan tegakan yang merupakan laju pertumbuhan dikenal dengan sebutan riap. Riap adalah pertambahan dimensi pohon (misalnya : diameter dan tinggi) dalam rentang waktu tertentu.

Tegakan yang sudah mendapatkan perlakuan penebangan memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dengan tegakan yang belum mendapatkan perlakuan penebangan. Tegakan yang berada pada areal yang sudah mendapatkan perlakuan penebangan memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan areal yang belum ditebang. Hal ini disebabkan oleh adanya ruang terbuka dan terjadinya penurunan persaingan diantara tegakan dalam mendapatkan unsur hara, sehingga mempercepat terjadinya pertumbuhan dan perkembangan diantara tegakan tinggal.

Nicholson (1979) menyatakan bahwa laju penambahan diameter pada hutan Dipterocarpaceae adalah sebesar 1 cm/tahun, sedangkan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1972) menyatakan bahwa riap diameter pohon komersil muda adalah sebesar 1 cm/tahun dan hal ini menjadi dasar dalam penentuan limit diameter pohon inti. Sedangkan pada areal bekas tebangan dengan tingkat permudaan yang relatif kecil harus diiringi dengan kegiatan penanaman, sehingga proses penutupan lahan bekas tebangan dapat cepat terpenuhi dan dapat mempercepat proses suksesi (Young and Giese, 1990).


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan, Alat dan Waktu Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Petak Ukur Permanen (PUP) tegakan hutan alam bekas penebangan yang meliputi beberapa HPH yang ada di Pulau Kalimantan dan peta penutupan lahan Pulau Kalimantan. Data PUP merupakan koleksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Gunung Batu Bogor. Peta penutupan lahan yang diperoleh dari Badan Planologi Kehutanan Departemen Kehutanan RI Jakarta digunakan untuk mengevaluasi secara spasial sebaran PUP yang dikaji berdasarkan kondisi penutupan lahannya.

Alat yang digunakan adalah berupa seperangkat komputer untuk pengolahan dan analisa data dengan menggunakan software CurveExpert 1.3 dan Minitab 14. Sedangkan pelaksanaan waktu penelitian pada rentang waktu antara bulan Februari – Juni 2008.

3.2 Metode

Tahapan-tahapan penelitian meliputi: 1. Pengelompokan data

Data hasil pengukuran di kelompokkan berdasarkan kelompok jenis yang meliputi jenis Dipterocarpaceae, Non-Dipterocarpaceae dan seluruh jenis 2. Penyusunan Tabel Struktur Tegakan

Penyusunan tabel struktur tegakan pada masing-masing kelompok jenis dilakukan dengan mengelompokkan pohon-pohon berdasarkan diameternya. Dalam penelitian ini, diameter pohon dibagi kedalam 16 kelas dengan lebar kelas adalah 5 cm, di mana kelas diameter I untuk pohon berdiameter 10 – 14,99 cm, kelas diameter II untuk pohon berdiameter 15 – 19,99 cm dan seterusnya hingga kelas diameter 16 untuk pohon berdiameter 85 cm-up.


(37)

8

3. Penyusunan Model Struktur Tegakan

Model struktur tegakan di susun per PUP pada setiap kelompok jenis (Dipterocarpaceae, Non-Dipterocarpaceae, dan semua jenis) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N = N

o

e

-kd

di mana:

N : Jumlah pohon per hektar yang berdiameter D d : Diameter pohon (cm)

No : Konstanta yang menunjukan kerapatan jumlah pohon

k : Tetapan yang menunjukan laju penurunan jumlah pohon pada setiap kenaikan kelas diameter pohon

e : Nilai logaritma dasar = 2,71828182 4. Pengelompokan Tipe Tegakan

Berdasarkan model struktur tegakan yang didapatkan, tegakan dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai No dan k menjadi sembilan kemungkinan tipe tegakan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi tipe tegakan k Kriteria

< k(1) k(1) s/d k(2) >k(2) < No(1) Tipe I Tipe II Tipe III No No(1) s/d No(2) Tipe IV Tipe V Tipe VI > No(2) Tipe VII Tipe VIII Tipe IX Sumber: Suhendang (1994)

Keterangan:

k(1) = k(min) + k ; No(1) = No(min) + No

k(2) = k(min) + 2 (k) = k(max) – k; No(2) = No(min) + 2 (No) = No(max) – No

k = (k(max) – k(min)) / 3; No = (No(max) – No(min)) / 3

Sehingga struktur tegakan dapat dibagi menjadi 9 kemungkinan tipe sebagai berikut :

Tipe I : No kecil dan k kecil; Tipe VI : No sedang dan k tinggi

Tipe II : No kecil dan k sedang; Tipe VII : No tinggi dan k kecil

Tipe III : No kecil dan k tinggi; Tipe VIII : No tinggi dan k sedang

Tipe IV : No sedang dan k kecil; Tipe IX : No tinggi dan k tinggi


(38)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Letak dan Luas

Areal lingkup penelitian diwakili oleh 106 PUP dari 116 buah PUP hutan alam yang terletak dalam 39 Unit Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Pulau Kalimantan (Tabel 2)

Tabel 2. Daftar HPH dan identitas PUP

No. HPH Propinsi Seri / No. PUP / No. Ptk dan Thn

Tebang

No. PUP

1 PT. Basuimex KALTIM I / - / Ptk 66 / 1993/1994 4,5,6

2 PT. Belayan River Timber KALTIM I / - / Ptk 187 / 1993/1994 4,5,6

3 PT. Daisy Timber KALTIM - / - / Ptk 27-32A / 1994/1995 4,5,6

4 PT. Dharma Satya Nusantara KALTIM I / - / Ptk 27 Zone XVI / 1993/1994 4,5,6

5 PT. Gunung Jati Rimba KALTIM I / - / Ptk O-23 / 1992/1993 4,5,6

6 PT. Hitayaq Alan Medang KALTIM I / - / Ptk A-4 / 1994/1995 4,5,6

7 PT. Jamaker KALTIM - / - / Ptk 50 / 1993/1994 4,5,6

8 PT. Kemakmuran Berkah Timber KALTIM I-IV / - /Ptk O7 / 1993/1994 4,5,6

9 PT. Mugi Triman Inter Continental KALTIM I / - / Ptk 16A / 1993/1994 4,5,6

10 PT. Ratah Timber Co. KALTIM I / - / Ptk T-22 / 1993/1994 4,5,6

11 PT. Rejosari Bumi KALTIM I / - / Ptk 690 / 1993/1994 4,5,6

12 PT. Sumalindo Lestari Jaya I KALTIM I / - / Ptk 16 Zone XII / 1993/1994 4,5,6

13 PT. Sumanlindo Lestari Jaya II KALTIM I / - / Ptk 11 Zone XI / 1992/1993 4,5,6

14 PT. Sumalindo Lestari Jaya II seri II KALTIM II / - / PB 12-40 / 1998/1999 4,5,6

15 PT. Sumalindo Lestari Jaya IV KALTIM I / - / Ptk 62 / 1993/1994 4,5,6

16 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sekatak) KALTIM I / - / Ptk 498 / 1994/1995 4,5,6

17 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sesayap) KALTIM I / - / Ptk 1698 / 1993/1994 4,5,6

18 PT. Kedungmadu Tropical Wood KALTIM I/IV/-/Ptk Q72 & Q77/1993/1994 4,5,6

19 PT. Barito Fasific Unit 3 (PT SBIP) KALTENG -/ -/ Ptk F14 / 1992/1993 4,5,6

20 PT. Erna Djuliawati KALTENG -/ -/ Ptk AF-18 / 1994/1995 4,5,6

21 PT. Fajar Kahayan KALTENG I / - / Ptk 38-O / 1991/1992 4,5,6

22 PT. Gunung Meranti KALTENG I / - / Ptk BM-12 / 1993/1994 4,5,6

23 PT. Inhutani (III) (Hutan Emas) KALTENG -/ -/ Ptk AO35 / 1995/1996 4,5,6

24 PT. Inhutani (III) (Katingan) KALTENG -/ -/ Ptk AA49 / 1994/1995 4,5,6

25 PT. Inhutani (III) (Serawak) KALTENG -/ -/ Ptk DM89 / 1993/1994 4,5,6

26 PT. Sari Bumi Kusuma KALTENG -/ -/ Ptk II.33 / 1998/1999 4,5,6

27 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG I / - / Ptk 105-AA / 1991/1992 4,5,6

28 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG II / - / Ptk 100-P / 1988/1989 4,5,6

29 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG III / - / Ptk 110-W / 1993/1994 4,5,6

30 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG IV / - / Ptk 98-N / 1987/1988 4,5,6

31 PT. Halisa KALBAR I / - / Ptk O-14 / 1993/1994 4,5,6

32 PT. Harjohn Timber Limited KALBAR II / - / Ptk D-4 / 1993/1994 4,5,6

33 PT. Kurnia Kapuas Plywood KALBAR - / - / Ptk AJ-23 / 1993/1994 4,5,6

34 PT. Maragadaya Wood Works (PT BPT Unit I) KALBAR I / - / Ptk 196 / 1990/1991 4,5,6

35 PT. Sari Bumi Kusuma KALBAR I / - / Ptk LL-61 / 1994/1995 4,5,6

36 PT. Suka Jaya Makmur KALBAR I / - / Ptk LLL-41 / 1993/1994 4,5,6

37 PT. Emil Timber KALSEL - / - / Ptk G-17 / 1994/1995 4,5,6

38 PT. Hendratna Plywood KALSEL I / - / Ptk E-78 / 1993/1994 4,5,6

39 PT. Kodeko Timber KALSEL - / - / Ptk V-A / 1993/1994 5,6


(39)

10

4.2 Topografi

Kondisi topografi areal penelitian bervariasi mulai dari 0 mdpl sampai ketinggian 1.000 mdpl, sedangkan kelas kelerengan berkisar dari 0 % hingga 45 %. Menurut Hardjoprayitno (2004), kemiringan lereng dapat diklasifikasikan dalam 5 (lima) kelas kemiringan lereng (Tabel 3).

Tabel 3. Kelas kelerengan

No Kemiringan Lereng Keterangan

1 0 – 8 Datar

2 8 – 15 Landai

3 15 – 25 Agak Curam

4 25 – 40 Curam

5 > 40 Sangat Curam

Sumber : Hardjoprayitno (2004) 4.3 Jenis Tanah

Kondisi tanah merupakan faktor penting yang mempengaruhi penyebaran vegetasi. Ada lima faktor utama yang menentukan formasi tanah : litologi, iklim, topografi, mahluk hidup dan waktu. Sebagian besar tanah di Kalimantan telah berkembang pada dataran bergelombang dan pegunungan yang tertoreh di atas batuan sedimen dan batuan beku tua. Tanah-tanah ini berkisar dari ultisol masam yang sangat lapuk dan inceptisol muda. Di bagian selatan, dataran aluvial dan tanah gambut yang sangat luas, terus meluas sampai ke Laut Jawa. Perluasan ini masih terus terjadi di dangkalan Kalimantan bagian selatan, dengan endapan aluvial yang terbentuk di belakang hutan bakau pesisir.

Secara umum pengetahuan tentang penyebaran tanah di kalimantan masih terbatas ; 90% laporan survey tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah terbatas untuk proyek-proyek khusus seperti transmigrasi, perkebunan atau jaringan irigasi (Sudjadi, 1988).

Dari berbagai sumber informasi, jenis-jenis tanah dominan di Pulau Kalimantan dapat di bedakan berdasarkan propinsi, yang mana tiap propinsi memiliki jenis tanah dominan yang berbeda. Namun ada beberapa jenis tanah yang hampir terdapat di setiap propinsi seperti : Podsolik Merah Kuning, Alluvial, Latosol, Organosol dan Podsol. Sedangkan untuk jenis tanah yang lainnya dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini.


(40)

11

Tabel 4. Jenis tanah tiap propinsi di Pulau Kalimantan

Kalimantan

Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur

OGH Podsolik Merah Kuning (ultisol) Organosol (litosol) Gleyhumus) Aluvial

Alluvial Organosol (Histosols) Aluvial Aquept

Regosol Laterit (Oxisols) Latosol Kambisol

Podsolik MK Regosol (Entisols-Psamments) Utosol Mellisol

Podsol Alluvial (Entisols-Unseptisols) Padsolik Latosol

Latasol Podsol (Gpodosols) Padsolik Merah Kuning Ultisol, Oxisil, Litosol

Latosol (Oxisols) Asosiasi Latosal Utosal Mediteran

Lithosol (Lithic Groups) AsosiasiKuning & Bahan Endapan Mellisol, Alvisol

podsol, Podsolik, PMK Asosiasi Padsolik Merah Kuning

dengan batuan beku

Saprist, Rensina Organosol,

Sumber : RePPProT (1990)

Jenis tanah tiap lokasi penelitian sangat beragam bahkan berbeda dengan jenis tanah yang terdapat dalam Tabel 4 di atas, hal ini dimungkinkan karena data jenis tanah yang tersaji dalam buku risalah PUP dibuat untuk masing-masing PUP sehingga data lebih akurat. Sedangkan untuk data yang tersaji dalam Tabel 4 dibuat berdasarkan jenis tanah yang paling dominan pada tiap-tiap propinsi menurut kelompok jenisnya. Untuk lebih jelasnya, berikut ditampilkan data jenis tanah tiap-tiap PUP (Tabel 5).

Tabel 5. Jenis tanah dominan tiap HPH

No. HPH Propinsi Jenis Tanah

1 PT. Basuimex KALTIM Podzolik, Kambisol

2 PT. Belayan River Timber KALTIM Mediteran, Podzolik, Kambisol

3 PT. Daisy Timber KALTIM Rendoll, Eutropept

4 PT. Dharma Satya Nusantara KALTIM Latosol, Podzolik, Alluvial

5 PT. Gunung Jati Rimba KALTIM Podzolik Merah Kuning (PMK)

6 PT. Hitayaq Alan Medang KALTIM Podzolik kompleks

7 PT. Jamaker KALTIM Latosol, Litosol, PMK, Alluvial

8 PT. Kemakmuran Berkah Timber KALTIM Podsol

9 PT. Mugi Triman Inter Continental KALTIM Podzolik

10 PT. Ratah Timber Co. KALTIM PMK, Latosol, Alluvial

11 PT. Rejosari Bumi KALTIM Inceptisol, Ultisol

12 PT. Sumalindo Lestari Jaya I KALTIM Podzolik, Mediteran, Renzina

13 PT. Sumanlindo Lestari Jaya II KALTIM Kambisol distrik dll.

14 PT. Sumalindo Lestari Jaya II seri II KALTIM Kambisol distrik dll.

15 PT. Sumalindo Lestari Jaya IV KALTIM PMK Kompleks, Organosol

16 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sekatak) KALTIM PMK

17 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sesayap) KALTIM PMK

18 PT. Kedungmadu Tropical Wood KALTIM Podzolik, Latosol

19 PT. Barito Fasific Unit 3 (PT SBIP) KALTENG Podzolik, Latosol

20 PT. Erna Djuliawati KALTENG PMK, Latosol

21 PT. Fajar Kahayan KALTENG Podzolik, PMK Kompleks

22 PT. Gunung Meranti KALTENG PMK


(41)

12

24 PT. Inhutani (III) (Katingan) KALTENG Podzolik

Tabel 5. Lanjutan

No. HPH Propinsi Jenis Tanah

25 PT. Inhutani (III) (Serawak) KALTENG Podzolik

26 PT. Sari Bumi Kusuma KALTENG PMK

27 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG PMK

28 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG Distropept, (Kambisol oksik)

29 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG PMK

30 PT. Sarmiento Parakantja Timber KALTENG Distropept (Kambisol oksik)

31 PT. Halisa KALBAR PMK, PMK kompleks

32 PT. Harjohn Timber Limited KALBAR PMK

33 PT. Kurnia Kapuas Plywood KALBAR PMK

34 PT. Maragadaya Wood Works (PT BPT Unit I) KALBAR PMK

35 PT. Sari Bumi Kusuma KALBAR PMK, Latosol

36 PT. Suka Jaya Makmur KALBAR PMK

37 PT. Emil Timber KALSEL PMK, Latosol, Litosol

38 PT. Hendratna Plywood KALSEL Distropept, Hapludult, Hapludalt, Troportent

39 PT. Kodeko Timber KALSEL Mediteran

Sumber : Buku Risalah PUP tiap HPH

Dari Tabel 5 di atas diketahui bahwa, jenis tanah paling dominan yang terdapat di PUP HPH amatan se-Kalimantan adalah jenis Podsolik Merah Kuning dan latosol, sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah jenis Ultisol, Organosol, Hapludult, Hapludalt, Troportent, dan Renzina.

4.4 Iklim

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, daerah penelitian didominasi oleh tipe iklim A (kecuali pada areal PT. Emil Timber dan PT. Kodeko Timber, Kalimantan Selatan bertipe B). Curah hujan rata-rata tahunan 2934,195 mm/thn dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 131 hari/tahun (Tabel 6).

Tabel 6. Iklim dan curah hujan tiap HPH

No. HPH Tipe Iklim Curah Hujan

(mm/th)

Hari Hujan perthn

1 PT. Basuimex A 2544 102

2 PT. Belayan River Timber A 4753 224

3 PT. Daisy Timber A 1923 103

4 PT. Dharma Satya Nusantara A 2372 103

5 PT. Gunung Jati Rimba A 3450 154

6 PT. Hitayaq Alan Medang A 2522 134

7 PT. Jamaker A 1958 104

8 PT. Kemakmuran Berkah Timber A 3780 200

9 PT. Mugi Triman Inter Continental A 2604 119

10 PT. Ratah Timber Co. A 3748 123

11 PT. Rejosari Bumi A 1979 176


(42)

13

13 PT. Sumanlindo Lestari Jaya II A 3931 155

Tabel 6. Lanjutan

No. HPH Tipe Iklim Curah Hujan

(mm/th)

Hari Hujan perthn

14 PT. Sumalindo Lestari Jaya II seri II A 2884 182

15 PT. Sumalindo Lestari Jaya IV A 1730 201

16 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sekatak) A 4080 222

17 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sesayap) A 4080 222

18 PT. Kedungmadu Tropical Wood A 2105 120

19 PT. Barito Fasific Unit 3 (PT SBIP) A 3289 143

20 PT. Erna Djuliawati A 3449 228

21 PT. Fajar Kahayan A 2930 192

22 PT. Gunung Meranti A 2980 145

23 PT. Inhutani (III) (Hutan Emas) A 2824 200

24 PT. Inhutani (III) (Katingan) A 2670 120

25 PT. Inhutani (III) (Serawak) A 2494 165

26 PT. Sari Bumi Kusuma A 3311 126

27 PT. Sarmiento Parakantja Timber A 3167 145

28 PT. Sartmiento Parakantja Timber A 2978 144

29 PT. Sarmiento Parakantja Timber A 3340 154

30 PT. Sarmiento Parakantja Timber A 2929 137

31 PT. Halisa A 3363 206

32 PT. Harjohn Timber Limited A 3362 128

33 PT. Kurnia Kapuas Plywood A 2894 180

34 PT. Maragadaya Wood Works (PT BPT Unit I) A 3235 252

35 PT. Sari Bumi Kusuma A 3371 195

36 PT. Suka Jaya Makmur A 2761 184

37 PT. Emil Timber B 2527 145

38 PT. Hendratna Plywood A 2153 123

39 PT. Kodeko Timber B 2845 166

Sumber : Buku Risalah PUP tiap HPH

4.5 Penutupan Lahan

Penutupan lahan pulau Kalimantan diidentifikasi untuk melihat kesesuaian letak PUP dengan kondisi penutupan lahannya. Untuk keperluan tersebut penutupan lahan dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu : hutan primer atau sekunder tua, hutan sekunder atau sekunder muda, dan selainnya, misalnya hutan yang telah terdegradasi atau non hutan (Gambar 1).


(43)

14

SKALA 1 : 7.000.000

U

Keterangan

Gambar 1. Peta sebaran hutan di Pulau Kalimantan

Sumber : Foto Citra Saterlit tahun 2006

Hutan Sekunder Selainnya Hutan Primer


(44)

15

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Petak Ukur Permanen

Petak Ukur Permanen pada hutan alam merupakan petak pengamatan yang dimiliki oleh setiap HPH yang dibuat berdasarkan tahun tebang dengan ukuran 100 m x 100 m (1 hektar). PUP yang diamati tidak mendapatkan perlakuan silvikultur setelah penebangan. Tahun tebang bervariasi mulai sejak tahun 1976 – 1998, sedangkan saat pengukuran berkisar antara tahun 1994 – 2004 dengan rentang waktu pengukuran pada umumnya 1 tahun.

Total PUP yang diteliti berjumlah 106 dari total 116 buah yang berasal dari 39 Unit HPH. Untuk keseragaman, struktur tegakan yang dianalisis pada setiap PUP adalah kondisi tegakan 3 tahun setelah penebangan.

5.2 Vegetasi

Vegetasi dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Dipterocarpaceae dan kelompok Non-Dipterocarpaceae.

Tabel 7 . Komposisi tegakan Dipterocarpaceae dan Non-Dipterocarpaceae

Dipterocarpaceae

Non-Dipterocarpaceae Total HPH

N % N % N

PT. Basuimex 286 25,07 855 74,93 1.141

PT. Belayan River Timber 340 28,08 871 71,92 1.211

PT. Daisy Timber 340 28,08 871 71,92 1.211

PT. Dharma Satya Nusantara 133 30,09 309 69,91 442

PT. Gunung Jati Rimba 234 21,27 866 78,73 1.100

PT. Hitayaq Alan Medang 198 13,98 1.218 86,02 1.416

PT. Jamaker 938 57,44 695 42,56 1.633

PT. Kemakmuran Berkah Timber 221 19,80 895 80,20 1.116

PT. Mugi Triman Inter Continental 273 19,31 1.141 80,69 1.414

PT. Ratah Timber Co. 300 28,68 746 71,32 1.046

PT. Rejosari Bumi 342 35,85 612 64,15 954

PT. Sumalindo Lestari Jaya I 129 13,59 820 86,41 949

PT. Sumanlindo Lestari Jaya II 81 10,76 672 89,24 753 PT. Sumalindo Lestari Jaya II seri II 104 14,09 634 85,91 738 PT. Sumalindo Lestari Jaya IV 79 5,74 1298 94,26 1.377 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sesayap) 435 42,48 589 57,52 1.024 PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sekatak) 310 31,99 659 68,01 969


(45)

16

Tabel 7. Lanjutan

Dipterocarpaceae NonDipterocarpaceae Total HPH

N % N % N

PT. Kedungmadu Tropical Wood 130 30,37 298 69,63 428

PT. Barito Pasific Unit 3 (PT SBIP) 480 27,59 1.260 72,41 1.740

PT. Erna Djuliawati 250 19,83 1.011 80,17 1.261

PT. Fajar Kahayan 173 46,26 201 53,74 374

PT. Gunung Meranti 357 34,56 676 65,44 1.033

PT. Inhutan (III) (Hutan Emas) 181 94,27 11 5,73 192

PT. Inhutani (III) (Katingan) 270 50,28 267 49,72 537

PT. Inhutani (III) (Serawak) 287 72,47 109 27,53 396

PT. Sari Bumi Kusuma 63 5,22 1.145 94,78 1.208

PT. Sarmiento Parakantja Timber (I) 452 28,18 1.152 71,82 1.604 PT. Sarmiento Parakantja Timber (III) 447 35,96 796 64,04 1.243

PT. Halisa 100 10,32 869 89,68 969

PT. Harjohn Timber Limited 69 6,62 973 93,38 1.042

PT. Kurnia Kapuas Plywood 64 16,93 323 85,45 378

PT. Maragadaya Wood Works (PT. BPT I) 189 40,73 275 59,27 464

PT. Sari Bumi Kusuma 310 37,26 522 62,74 832

PT. Suka Jaya Makmur 79 6,10 1.217 93,90 1.296

PT. Emil Timber 185 46,25 215 53,75 400

PT. Hendratna Plywood 205 48,12 221 51,88 426

PT. Kodeko Timber 153 51,69 143 48,31 296

TOTAL 9.187 1.135,31 25.435 2.567,07 34.613

RATA-RATA 248,30 30,68 687,43 69,38 935,49

Sumber : Buku risalah PUP

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah pohon jenis Dipterocarpaceae (diameter > 10 cm) tertinggi terdapat dalam areal hutan PT. Jamaker dengan jumlah pohon sebanyak 938 batang dan yang terendah terdapat di areal PT. Sari Bumi Kusuma dengan jumlah pohon 63 batang. Untuk tegakan Non-Dipterocarpaceae, jumlah pohon terbanyak terdapat di areal PT. Sumalindo Lestari Jaya IV dengan jumlah pohon sebanyak 1298 batang, sedangkan jumlah terkecil terdapat di areal PT. Inhutani III Hutan Emas dengan jumlah pohon sebanyak 11 batang. Untuk kerapatan tertinggi terdapat di areal kerja PT. Barito Pacific Timber Unit III dengan jumlah pohon sebanyak 1.740 batang dan untuk


(46)

17

kerapatan terendah terdapat di PT. Inhutani III Hutan Emas dengan total jumlah pohon 192 batang

Menurut data penelitian yang pernah dilakukan di beberapa tempat menghasilkan nilai Indek Nilai Penting (INP) yang menyatakan bahwa potensi tegakan hutan alam setelah penebangan di Propinsi Kalimantan Timur untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae mencapai 26,06% dan Non-Dipterocarpaceae 73,94% (Nursetyanti, 2007)

5.3 Struktur Tegakan

Dalam penelitian ini, diameter pohon dibagi ke dalam 16 kelas dengan lebar kelas adalah 5 cm, di mana kelas diameter I untuk pohon berdiameter 10 – 14,99 cm, kelas diameter II untuk pohon berdiameter 15 – 19,99 cm dan seterusnya hingga kelas diameter 16 untuk pohon berdiameter 85 cm-up.

Tabel struktur tegakan yaitu tabel yang menggambarkan sebaran jumlah pohon perkelas diameter pada setiap PUP disajikan pada tabel - tabel Lampiran 2 (Kalimantan Timur), Lampiran 3 (Kalimantan Tengah), Lampiran 4 (Kalimantan Barat), dan Lampiran 5 (Kalimantan Selatan).

Berdasarkan data struktur tegakan, selanjutnya model struktur tegakan ditentukan untuk setiap PUP. Model struktur tegakan yang diperoleh disajikan pada tabel-tabel Lampiran 9 (kelompok Dipterocarpaceae), Lampiran 10 (kelompok Non-Dipterocarpaceae), dan Lampiran 11 (kelompok semua jenis)

.

5.3.1 Kelompok Dipterocarpace

Nilai No pada kelompok tegakan Dipterocarpaceae berkisar antara 2,637

(PT. HTL PUP 6) hingga 2909,0715 (PT. Sarmiento PUP 3/6). Nilai k untuk kelompok tegakan Dipterocarpaceae berkisar antara - 0,30169 (PT. Sarmiento PUP 3/6) hingga - 0,0112 (PT. Harjon PUP 6). Sedangkan besaran nilai R2 berkisar antara 0,253 (PT. Kurnia Kapuas 4) hingga 0,987 (PT. Jamaker PUP 6).

Dengan menggunakan kriteria No kecil (< 69,1438), No sedang ( 69,1438

No 135,6505), dan No besar (>135,6505) serta k-kecil (< 0,0376), k-sedang (


(47)

18

kelompok jenis Dipterocarpaceae dapat dikelompokan menjadi 6 tipe dari 9 kemungkinan tipe struktur tegakan (Tabel 8).

Tabel 8. Pengelompokan struktur tegakan jenis Dipterocarpaceae

K

Kecil Sedang Besar

Kecil

THtl6, RSj224, TKkp4, RSj214, THtl4, TKkp6, THal4, RSj15, RSj416, TBpt4, HIhu5, TSjm4, RKed5, RDsn4, NEmi4, TBpt6, NKod6, TBpt5, RDsn5, HIse6,

NEmi6, RGjr4

(N=22)

TKkp5, THtl5, RSj215, RKed4, RSj216, RSj16, RSj226, THal5, RSj415, RSj225, HFaj6, NEmi5, RRej4, THit6, HIka6, RKbt6, HIhu6, RBas4, RBrt6, HBpt4, HIhu4, NKod5, RRej5, HIse4, RBas6,

RRat5, TSbk4, HBpt6

(N=28)

HSbk5, HSbk6, RSj414, RKbt5, RKed6, HFaj5, RDai4, RHit4,THal6, RMug5, HSbk4, RGjr5, HSar14, TSbk6, RHit5,

RBrt4, HSar34

(N=17)

Sedang

RBas5, RRej6, HBpt5

(N=3)

HIka5, HIka4, RKbt4, RItk6, HGum5, RSj14, HFaj4, HGum4, RDai6, RRat4, HGum6, TSbk5, RGjr6, HErn4

(N=14) No

Besar

RIyp4, RMug6, HIse5, RJam4, RIyp6, RItk5, HErn5, RRat6,

HSar15, RMug4, HSar16, RItk4, RIyp5, HSar35, RJam5, RJam6, RBrt5, RDai5, HSar36

(N=19)

Tabel 8 menggambarkan penyebaran struktur tegakan dari kelompok jenis Dipterocarpaceae terbagi menjadi 6 (enam) pola yaitu pola No kecil dan k-kecil

(tipe I), No kecil dan k-sedang (tipe II), No kecil dan k-besar (tipe III), No sedang

dan k-sedang (tipe V), No sedang dan k-besar (tipe VI) sarta No besar dan k-besar

(tipe IX).

Berdasarkan hasil pengelompokan di atas dapat diketahui bahwa jumlah PUP yang masuk dalam tipe I adalah 22 buah atau 21,36%, tipe II adalah 28 buah atau 27,18%, tipe III adalah 17 buah PUP atau 16,50%, tipe V adalah 3 buah atau 2,91%, tipe VI adalah 14 buah atau 13,59%, dan tipe IX adalah 19 buah atau 18,45%.

Model-model pada kelompok jenis Dipterocarpaceae umumnya memiliki p-value 0,05 yang artinya pertambahan diameter berpengaruh terhadap jumlah pohon. Dalam kelompok jenis Dipterocarpaceae ini ditemukan 3 buah PUP yang


(48)

19

memiliki nilai p-value > 0,05 (pertambahan diameter tidak berpengaruh terhadap jumlah pohon) yaitu PT. SJM PUP 5, 6 dan PT. DSN PUP 5.

Gambar struktur tegakan dalam bentuk grafik yang mewakili setiap tipe struktur tegakan pada kelompok jenis Dipterocarpaceae disajikan pada Gambar 2.

Keterangan

Absis X : Kelas Ddh (cm) Tipe III : 16,50% (17 PUP) Absis Y : Jumlah Pohon per Ha Tipe V : 2,91% (3 PUP)

Tipe I : 21,36% (22 PUP) Tipe VI : 13,59% (14 PUP) Tipe II : 27,18% (28 PUP) Tipe IX : 18,45% (19 PUP)

Gambar 2. Struktur Tegakan Kelompok Dipterocarpaceae Bervariasinya titik awal pada Gambar 1 menunjukan bervariasinya jumlah pohon awal pada setiap PUP. Selanjutnya jumlah pohon per kelas diameter


(49)

20

menurun dengan tajam. Penurunan jumlah pohon yang tajam dengan semakin meningkatnya kelas diameter disebabkan oleh sedikitnya jumlah pohon jenis Dipterocarpaceae yang tersisa setelah kegiatan penebangan dari kelompok tiang dan pohon atau yang berdiameter >20 cm. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa keadaan tegakan jenis Dipterocarpaceae berada dalam kondisi yang sudah rusak.

5.3.2 Kelompok Non-Dipterocarpaceae

Nilai No kelompok Non-Dipterocarpaceae berkisar antara 7,366 (PT.

Inhutani III Serawak) – 3581,250 (PT. Mugi PUP 1 /4), nilai k berkisar antara - 0,2181 (PT. SBK PUP 5) hingga – 0,0238 (PT. Emil PUP 6). Sedangkan nilai R2 berkisar antara 0,324 (PT. Emil Timber PUP 6) hingga 0,998 (PT. Suka Jaya Makmur PUP 4).

Dengan menggunakan kriteria No kecil (< 296,0518), No sedang (296,0518

No 584,7677), dan No besar (> 584,7677) serta k-kecil (< 0,07045), k-sedang

(0,07045 k 0,11709), dan k-besar (> 0,11709) maka struktur tegakan untuk kelompok jenis Non-Dipterocarpaceae dapat dikelompokan menjadi 7 tipe tegakan (Tabel 9).

Tabel 9. Pengelompokan struktur tegakan jenis Non-Dipterocarpaceae

K

Kecil Sedang Besar

Kecil RDsn4,RDsn5,RDsn6,RRej4, RRej5,RSj214,RSj215,RSj216, RSj225,RKed4,RKed5,RKed6, HIka6,HIse4,HIse5,HIse6,TBpt4, TBpt5,TBpt6,THtl5,THtl6,TKkp4, TKkp5,TKkp6,NEmi4,NEmi5, NEmi6,NKod5,NKod6 (N=29) Bas6,RBrt4,RBrt5,RBrt6,RDai4 RGjr4,RGjr5,RItk5,RItk6,RIyp6 RJam5,RSj16,RSj226,HFaj6 HGum5,HIka4,HIka5,TSbk4 (N=18) RIyp5,HFaj5 (N=2)

No Sedang

RBas4,RDai6,RHit5,RHit6,RItk4 RIyp4,RKbt4,RKbt5,RKbt6 RRat4,RRat5,RRej6,RSj14 HBpt4,HErn5,HSar35,THal6,THtl4 (N=18) RJam6,RRat6,RSj15, RSj224,HFaj4,HSar34 THal5,TSbk5,TSbk6 (N=9) Besar RHit4,RSj414,HSar14, TSjm4,TSjm5 (N=5) RBas5,RDai5,RGjr6,RJam4, RMug4,RMug5,RMug6, RSj415,RSj416,HBpt5,HBpt6, HErn4,HGum4,HGum6, HSar15,HSar16,HSar36,HSbk4 HSbk5,HSbk6,THal4,TSjm6 (N=22)

Struktur tegakan pada kelompok Non-Dipterocarpaceae terpencar menjadi tujuh pola yaitu No kecil dan k-kecil, No kecil dan k-sedang, No kecil dan k-besar,


(50)

21

besar dan k-besar. Penyebaran pola struktur tegakan untuk kelompok Non-Dipterocarpaceae secara umum lebih merata jika ditinjau dari segi pengelompokan tipe tegakan (7 tipe dari 9 kemungkinan tipe struktur tegakan).

Berdasarkan hasil pengelompokan di atas dapat diketahui bahwa jumlah PUP yang masuk dalam tipe I adalah 29 buah PUP atau 28,16%, tipe II adalah 18 buah PUP atau 17,48%, tipe III adalah 2 buah PUP atau 1,94%, tipe V adalah 18 PUP atau 17,48%, tipe VI adalah 9 buah atau 8,74%, tipe VIII adalah 5 buah atau 4,85%, dan tipe IX adalah 7 buah atau 6,80%. Gambar struktur tegakan dalam bentuk grafik yang mewakili setiap tipe struktur tegakan pada kelompok jenis Non-Dipterocarpaceae disajikan pada Gambar 3.

Keterangan :

Absis X : Kelas Dbh (cm) Absis Y : Jumlah Pohon per Ha Tipe I : 28,16% (29 PUP) Tipe II : 17,48% (18 PUP) Tipe III : 1,94% (2 PUP) Tipe V : 17,48% (18 PUP) Tipe VI : 8,74% (9 PUP) Tipe VIII : 4,85% (5 PUP)


(51)

22

Gambar 3. Struktur Tegakan Kelompok Non-Dipterocarpaceae

Gambar 3 di atas menunjukan bahwa penyebaran tegakan sisa penebangan kelompok Non-Dipterocarpaceae tersebar cukup merata atau menempati 7 tipe dari 9 kemungkinan tipe struktur tegakan, dari 7 tipe tersebut jumlah paling banyak terdapat di tipe 1 dan terkecil terdapat di tipe VIII. Grafik di atas juga menjelaskan bahwa adanya variasi jumlah pohon awal per ha, tetapi secara umum terjadi penurunan jumlah pohon pada setiap kenaikan kelas diameter. Keadaan tersebut menjelaskan bahwa adanya indikasi kerusakan terhadap tegakan tinggal pada kelompok jenis Non-Dipterocarpaceae.

5.3.3 Kelompok semua jenis

Nilai No untuk kelompok tegakan semua jenis berada antara 10,226 (PT.

Inhutani III Hutan Emas) hingga 3683,4 (PT.Mugi PUP 1 /4). Nilai k untuk kelompok tegakan semua jenis berada antara - 0,21235 (PT Daisy PUP 5) hingga - 0,0221 (PT. Barito Unit I PUP 1/04). Sedangkan besaran nilai R2 berkisar antara 0,336 (PT. Barito Pacific Timber Unit I PUP 4) hingga 0,999 (PT. Sarmiento Parakantja Timber PUP 3/5).

Dengan menggunakan kriteria No kecil (< 396,8), No sedang (396,8 No

783,4), dan No besar (> 783,4) serta k-kecil (< 0,0636), k-sedang (0,0636 k

0,1051), dan k-besar (> 0,1051) maka struktur tegakan untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae dapat dikelompokkan menjadi 5 tipe tegakan (Tabel 10).

Menurut Meyer (1952) yang diacu Nursetyanti (2007), nilai ini menunjukan bahwa pada hutan tersebut pohon-pohon yang berdiameter kecil memiliki jumlah yang lebih banyak, sedangkan yang berdiameter besar berjumlah lebih sedikit, sehingga kurva yang dibentuk dari data tegakan masing-masing PUP tersebut menyerupai huruf “J”


(52)

23

Tabel 10. Pengelompokan struktur tegakan semua jenis K

Kecil Sedang Besar

Kecil RDsn4,RDsn5,RDsn6,RRej4, RSj216,RSj225,RKed4,RKed5, RKed6,HIhu5,HIhu6,HIka6,HIse4, HIse6,TBpt4,TBpt5,TBpt6,THtl5, THtl6,TKkp4,TKkp5,TKkp6,NEmi4 ,NEmi5,NEmi6,NKod5,NKod6 (N=27) RBas6,RBrt4,RBrt6,RDai4, RGjr4,RGjr5,RHit6,RItk5, RItk6,RIyp6,RRat5,RRej5, RSj16,RSj214,RSj215, RSj226,HBpt4,HFaj6,HIhu4, HIka4,HIka5,HIse5,THtl4, TSbk4 (N=24) HFaj4,HFaj5 HGum5,TSbk6 (N=4) Sedang RBas4,RBas5,RDai6,RHit4, RHit5,RIyp4,RJam5,RKbt4, RKbt5,RKbt6,RRat4,RRej6 RSj14,HBpt6,THal6,TSjm4 (N=16) RBrt5,RGjr6,RItk4,RIyp5, RRat6,RSj15,RSj224,Hern5 RSj414,HGum4,HGum6, HSar14,HSar34,TSbk5, HSar35,THal4,THal5,TSjm5 (N=18) No Besar RDai5,RJam4,RJam6, RMug4,RMug5,RMug6, RSj415,RSj416,HBpt5, HErn4,HSar15,HSar16 HSar36,HSbk4,HSbk5, HSbk6,TSjm6 (N=17)

Model struktur tegakan untuk kelompok semua jenis tersebar pada enam kelas yaitu No kecil dan k-kecil, No kecil dan k-sedang, No kecil dan k-besar, No

sedang dan k-sedang, No sedang dan k-besar, serta No besar dan k-besar.

Berdasarkan hasil pengelompokan di atas dapat diketahui bahwa jumlah PUP yang masuk dalam tipe I adalah 27 buah atau 25,47%, tipe II adalah 24 buah atau 22,64%, tipe III adalah 4 buah PUP atau 3,77%, tipe V adalah 16 PUP atau 15,09%, tipe VI adalah 18 buah atau 16,98%, dan tipe IX adalah 17 buah atau 16,04%.

Berdasarkan tabel struktur tegakan pada hutan bekas tebangan kelompok semua jenis di atas dapat dibuat grafik struktur tegakannya (Gambar 4) yang mewakili setiap tipe tegakan yang dinyatakan dalam persamaan ekponensial negatif berupa N = No e-kd.


(53)

24

Keterangan

Absis X : Kelas Ddh (cm) Tipe III : 3,77% ( 4 PUP)

Absis Y : Jumlah Pohon per Ha Tipe V : 15,09% (16 PUP)

Tipe I : 25,47% (27 PUP) Tipe VI : 16,98% (18 PUP)

Tipe II : 22,64% (24 PUP) Tipe IX : 16,04% (17 PUP)


(54)

25

Bervariasinya titik awal kurva pada Gambar 4 menunjukan bervariasinya jumlah pohon awal pada setiap PUP. Selanjutnya jumlah pohon per kelas diameter menurun dengan tajam. Penurunan jumlah pohon yang tajam dengan semakin meningkatnya kelas diameter disebabkan oleh sedikitnya jumlah pohon jenis Dipterocarpaceae dan Non-Dipterocarpaceae yang tersisa setelah kegiatan penebangan dari kelompok tiang dan pohon atau yang berdiameter >20 cm. Dari kondisi tersebut mengindikasikan bahwa keadaan tegakan jenis Dipterocarpaceae dan Non-Dipterocarpaceae (kelompok semua jenis) berada dalam kondisi yang sudah rusak.

Penurunan jumlah pohon pada kelas diameter besar mengindikasikan bahwa kondisi hutan sudah rusak karena tidak ditemukannya tegakan dari kelompok jenis (Dipterocarpace dan Non-Dipterocarpaceae) yang berdiameter besar.

Model struktur tegakan yang terbentuk dari persamaan N = No e-kddengan

d sebagai peubah bebasnya menunjukan bahwa besarnya nilai N akan dipengaruhi oleh besarnya nilai No dan k. Semakin besar nilai No maka akan semakin tinggi

pula kerapatan jumlah pohon maksimal yang akan tercapai pada saat diameter terkecil dalam luasan satu hektar. Sedangkan parameter k akan mempengaruhi berapa besar penurunan jumlah pohon per hektar saat kenaikan kelas diameter pohon tersebut, oleh karena itu nilai k akan menjadi penentu dan petunjuk bagi penurunan derajat jumlah pohon untuk setiap kenaikan kelas diameter.

Secara keseluruhan, kurva struktur tegakan hutan alam bekas penebangan di pulau Kalimantan memiliki bentuk huruf “J” terbalik dengan tingkat kecuraman yang berbeda - beda dari sangat landai hingga curam. Tingkat kecuraman yang tajam mengindikasikan bahwa keadaan hutan di Pulau Kalimantan secara umum sudah berada dalam kondisi yang memprihatinkan (rusak).

5.4 Penutupan lahan

Hasil pengolahan peta penutupan lahan menunjukkan bahwa dari 39 HPH yang dianalisis, ditemukan: 3 (7,69%) HPH terletak pada hutan primer atau


(55)

26

sekunder tua, 24 (61,54%) HPH terletak pada hutan sekunder atau sekunder muda, dan 12 (30,77%) HPH terletak pada kawasan selain hutan (Tabel 11)

Tabel.11. Sebaran HPH berdasarkan penutupan lahan

Primer Sekunder Selainnya

PT. Sari Bumi Kusuma (Kal-Bar) PT. Belayan River Timber PT. Basuimex

PT. Kemakmuran Berkah Timber PT. Daisy Timber PT. Dharma Satya Nusantara

PT. Hitayaq Alan Medang PT. Gunung Jati Rimba PT. Ratah Timber Co.

PT. Jamaker PT. Rejosari Bumi

PT. Mugi Triman Inter Continental PT. Sumalindo Lestari Jaya I

PT. Sumanlindo Lestari Jaya II PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sesayap)

PT. Sumalindo Lestari Jaya II seri II PT. Inhutani (III) (Hutan Emas)

PT. Sumalindo Lestari Jaya IV PT. Inhutani (III) (Serawak)

PT. Intracawood Manufacturing (Unit Sekatak) PT. Harjohn Timber Limited

PT. Kedungmadu Tropical Wood PT. Kurnia Kapuas Plywood

PT. Barito Fasific Unit 3 (PT SBIP) PT. Maragadaya Wood Works (PT BPT Unit I)

PT. Erna Djuliawati PT. Kodeko Timber

PT. Fajar Kahayan PT. Gunung Meranti PT. Inhutani (III) (Katingan) PT. Sari Bumi Kusuma (Kal-Teng) PT. Sarmiento Parakantja Timber (I) PT. Sarmiento Parakantja Timber (III) PT. Halisa

PT. Suka Jaya Makmur PT. Emil Timber PT. Hendratna Plywood

Letak HPH tersebut belum mengindikasikan kenyataan dari kondisi kawasan masing-masing HPH, karena titik koordinat beberapa HPH yang dimasukkan ke dalam peta penutupan lahan bukanlah koordinat luasan kawasan masing-masing HPH tetapi merupakan letak PUP-PUP tersebut.


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Struktur tegakan hutan alam bekas penebangan di pulau Kalimantan sangat beragam.

2. Pada kelompok jenis Dipterocarpaceae ditemukan 6 (enam) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 21,36% (22 buah), Tipe II 27,18% (28 buah), Tipe III 16,50% (17 buah), Tipe V 2,91% (3 buah), Tipe VI 13,59% (14 buah), dan Tipe IX 18,45% (19 buah).

3. Pada kelompok jenis Non-Dipterocarpaceae ditemukan 7 (tujuh) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 28,16% (29 buah), Tipe II 17,48% (18 buah), Tipe III 1,94% (2 buah), Tipe V 17,48% (18 buah), Tipe VI 8,74% (9 buah), Tipe VIII 4,85% (5 buah) dan Tipe IX 21,36% (22 buah).

4. Pada kelompok semua jenis ditemukan 6 (enam) tipe tegakan dengan persentase Tipe I 25,47% (27 buah), Tipe II 22,64% (24 buah), Tipe III 3,77% (4 buah), Tipe V 15,09% (16 buah), Tipe VI 16,98% (18 buah), dan Tipe IX 16,04% (17 buah).

5. Ditemukan: 3 (7,69%) HPH terletak pada hutan primer atau sekunder tua, 24 (61,54%) HPH terletak pada hutan sekunder atau sekunder muda, dan 12 (30,77%) HPH terletak pada kawasan selain hutan. 6.2 Saran

1. Mengharapkan kepada pengelola HPH untuk mempertahankan keberadaan PUP, mengingat pentingnya data yang dihasilkan untuk kelanjutan dalam perencanaan pengelolaan hutan

2. Mengharapkan kepada pengelola HPH untuk memperkaya tipe PUP yang dapat mewakili setiap kondisi tegakan di lapangan.

3. Adanya penelitian lanjutan terhadap keragaman stuktur tegakan yang diperoleh serta ditemukannya sistem pengelolaan hutan alam yang sesuai dengan kondisi hutan alam yang sudah mulai rusak.


(1)

63

Lampiran 12. Diagram dahan dan daun

DIPTEROCARPACEAE

Stem-and-Leaf Display: No

Stem-and-leaf of No N = 103 Leaf Unit = 1,0

15 0 233444566788999 30 1 112223334567888 38 2 00134579

49 3 01122344569 (8) 4 00125789 46 5 1377 42 6 134455 36 7 023456 30 8 338 27 9 677 24 10 9 23 11 88 21 12 21 13 1368 17 14 78 15 15 79 13 16 13 17 03 11 18 67 9 19 9 20 2

HI 239; 317; 338; 383; 458; 785; 1144; 2909

No

k

Maks

202,1571 0,0904

Min

2,6371

0,0112

(Mak-min)/3

66,5067

0,0264

Batas

Bawah

69,1438

0,0376

Batas Atas

135,6505

0,0641

kecil

67

22

sedang

17

31

besar

19

50

kecil

sedang

Besar

Kecil

22

28

17

Sedang

0

3

14

Besar

0

0

19

Stem-and-Leaf Display: K

* INCREMENT specified was too small

Stem-and-leaf of K N = 103

Leaf Unit = 10

2 0 55

3 1 1

8 1 77899

15 2 0012234

19 2 6889

25 3 001134

30 3 67788

38 4 00012333

43 4 56789

46 5 144

50 5 6999

(10) 6 1111123344

48 6 5669

44 7 0111123

37 7 56667

32 8 1223

28 8 666889

22 9 04

20 9 55558

15 10 023

12 10

12 11 01

10 11 9

9 12 123

6 12

6 13

6 13 5

5 14

5 14 9


(2)

64

Lampiran 13. Diagram dahan dan daun

NON DIPTEROCARPACEAE

Stem-and-Leaf Display: No

Stem-and-leaf of No N = 103

Leaf Unit = 10

23 0 01111111112222233334444

26 0 567

36 1 0122222334

42 1 578899

48 2 001112

53 2 55689

53 3 23344

48 3 56779

43 4 12444

38 4 67

36 5 11223

31 5 55789

26 6 1123

22 6 5567

18 7 2

17 7 8

16 8 2

15 8 7

14 9

14 9 7

13 10 2

12 10

12 11

12 11 9

11 12 00

HI 144; 163; 191; 202; 229; 234; 299; 313; 358

No

k

Maks

873,4835 0,163725

Min

7,3360

0,02382

(Maks - Min)/3

288,7159

0,04664

Batas Bawah

296,0518

0,07045

Batas Atas

584,7677

0,11709

kecil

49

29

sedang

27

41

besar

27

33

kecil

sedang

Besar

Kecil

29

18

2

Sedang

0

18

9

Besar

0

5

22

Stem-and-Leaf Display: K

Stem-and-leaf of k N = 103

Leaf Unit = 10

*10000

7 2 0134444

9 2 69

12 3 023

13 3 6

20 4 0111244

22 4 89

23 5 4

27 5 5677

28 6 4

32 6 7899

37 7 12344

37 7

38 8 3

43 8 57899

48 9 01244

(6) 9 555678

52 10 02234

47 10 55777

42 11 111233

36 11 5558

32 12 01234

27 12 566899

21 13 33

19 13 5

18 14 02334

13 14 56

11 15 02

9 15 9

8 16 3

7 16

7 17 2

6 17 8

5 18 4

4 18

4 19

4 19

4 20

4 20 59

2 21 3

1 21 8


(3)

65

Lampiran 14. Diagram dahan dan daun

KELOMPOK SEMUA JENIS

Stem-and-leaf of No N = 106

Leaf Unit = 10

24 0 122233333334444455567788

37 1 2344444577899

45 2 01144556

(10) 3 1245668889

51 4 22235688

43 5 023333356789

31 6 01233557899

20 7 158

17 8 2

16 9 2

15 10 26

13 11 77

11 12

11 13 02

9 14

9 15 6

8 16

8 17

8 18 2

7 19 47

5 20

5 21

5 22 3

4 23

4 24

4 25

4 26

4 27

4 28

4 29 8

3 30

3 31 7

2 32

2 33 6

1 34

1 35

1 36 8

No

k

Maks

1170

0,14664

Min

10,23

0,0221

(Maks - min)/3

386,6

0,04

Batas Bawah

396,8

0,0636

Batas Atas

783,4

0,1051

kecil

55

27

sedang

34

40

besar

17

39

106

106

kecil sedang besar

kecil

27

24

4

sedang

16

18

besar

17

Stem-and-Leaf Display: k

Stem-and-leaf of k N = 106

Leaf Unit = 10

1 2 2

3 2 68

9 3 012334

12 3 567

18 4 002334

20 4 79

22 5 13

27 5 55567

30 6 444

33 6 799

36 7 234

41 7 57889

43 8 11

48 8 56677

53 9 03334

53 9 56889

48 10 000123334

39 10 555777888

30 11 02344

25 11 5

24 12 0012223

17 12 58999

12 13 4

11 13 7

10 14 2

9 14 6

8 15

8 15 8

7 16

7 16 69

5 17

5 17

5 18 2

4 18

4 19

4 19

4 20

4 20 6

3 21 112


(4)

Lampiran 15.

Statistik Penghitungan grafik struktur tegakan kelompok jenis Dipterocarpaceae

No HPH PUP No Nilai k Nilai R² s Fhit p-value Ket

1 PT. Barito Pacific Timber Unit I I/ 05 14,8624 akecil -0,0235 kecil 0,3909 4,0966 8,9859 0,009596013 akecilkecil 2 PT. Basuimex I/ 06 49,7615 akecil -0,0590 sedang 0,9664 1,3129 402,5690 1,02967E-11 akecilsedang 3 PT. Sarmiento Parakantja Timber 3 / 4 65,6801 akecil -0,0712 besar 0,9012 2,5288 127,7444 2,0097E-08 akecilbesar 4 PT. Rejosari Bumi I / 06 97,9116 bsedang -0,0613 sedang 0,8927 4,8011 116,4697 3,60491E-08 bsedangsedang 5 PT. Gunung Meranti 1 / 6 118,5017 bsedang -0,0756 besar 0,9670 2,4354 410,4966 9,02121E-12 bsedangbesar

6 PT. Jamaker … /

06 383,0257 cbesar -0,0867 besar 0,9870 4,3016 1060,6996 1,34123E-14 cbesarbesar

KK KS KB SS SB BB

kd N kd n kd n kd n kd n kd N

12,5 11 12,5 24 12,5 27 12,5 45 12,5 46 12,5 130

17,5 10 17,5 18 17,5 19 17,5 33 17,5 32 17,5 84

22,5 9 22,5 13 22,5 13 22,5 25 22,5 22 22,5 54

27,5 8 27,5 10 27,5 9 27,5 18 27,5 15 27,5 35

32,5 7 32,5 7 32,5 6 32,5 13 32,5 10 32,5 23

37,5 6 37,5 5 37,5 5 37,5 10 37,5 7 37,5 15

42,5 5 42,5 4 42,5 3 42,5 7 42,5 5 42,5 10

47,5 5 47,5 3 47,5 2 47,5 5 47,5 3 47,5 6

52,5 4 52,5 2 52,5 2 52,5 4 52,5 2 52,5 4

57,5 4 57,5 2 57,5 1 57,5 3 57,5 2 57,5 3

62,5 3 62,5 1 62,5 1 62,5 2 62,5 1 62,5 2

67,5 3 67,5 1 67,5 1 67,5 2 67,5 1 67,5 1

72,5 3 72,5 1 72,5 0 72,5 1 72,5 0 72,5 1

77,5 2 77,5 1 77,5 0 77,5 1 77,5 0 77,5 0

82,5 2 82,5 0 82,5 0 82,5 1 82,5 0 82,5 0

87,5 2 87,5 0 87,5 0 87,5 0 87,5 0 87,5 0

92,5 2 92,5 0 92,5 0 92,5 0 92,5 0 92,5 0


(5)

Lampiran 16.

Statistik Penghitungan grafik struktur tegakan kelompok jenis Non-Dipterocarpaceae

No HPH PUP No Nilai k Nilai R² s Fhit p-value Ket

1 PT. Darma Setya RDsn5 33,3178 kecil -0,04429 kecil 0,848535 2,54237 78,4304 4,1139E-07 kecilkecil 2 PT. Jamaker RJam5 123,3604 kecil -0,09152 sedang 0,933932 2,935302 197,9023 1,1858E-09 kecilsedang 3 PT. Intraca Sesayap RIyp5 229,3947 kecil -0,1203 besar 0,927426 3,77013 178,9056 2,2955E-09 kecilbesar 4 PT. Rejosari Bumi RRej6 339,3599 sedang -0,08978 sedang 0,970455 5,734378 459,8606 4,1702E-12 sedangsedang 5 PT. Sarmiento HSar34 553,6590 sedang -0,12407 besar 0,993215 2,681421 2049,268 1,3913E-16 sedangbesar 6 PT. Sumalindo IV RSj414 661,5398 besar -0,11389 sedang 0,990571 4,357925 1470,717 1,3942E-15 besarsedang 7 PT. Mugi RMug4 3581,2504 besar -0,21326 besar 0,990658 6,273657 1484,66 1,3058E-15 besarbesar

KK KS KB SS SB BS BB

Kd n Kd n kd n kd n kd n kd n kd n

12,5 19 12,5 39 12,5 51 12,5 110 12,5 117 12,5 159 12,5 249

17,5 15 17,5 25 17,5 28 17,5 71 17,5 63 17,5 90 17,5 86

22,5 12 22,5 16 22,5 15 22,5 45 22,5 34 22,5 51 22,5 30

27,5 10 27,5 10 27,5 8 27,5 29 27,5 18 27,5 29 27,5 10

32,5 8 32,5 6 32,5 5 32,5 18 32,5 10 32,5 16 32,5 3

37,5 6 37,5 4 37,5 3 37,5 12 37,5 5 37,5 9 37,5 1

42,5 5 42,5 3 42,5 1 42,5 7 42,5 3 42,5 5 42,5 0

47,5 4 47,5 2 47,5 1 47,5 5 47,5 2 47,5 3 47,5 0

52,5 3 52,5 1 52,5 0 52,5 3 52,5 1 52,5 2 52,5 0

57,5 3 57,5 1 57,5 0 57,5 2 57,5 0 57,5 1 57,5 0

62,5 2 62,5 0 62,5 0 62,5 1 62,5 0 62,5 1 62,5 0

67,5 2 67,5 0 67,5 0 67,5 1 67,5 0 67,5 0 67,5 0

72,5 1 72,5 0 72,5 0 72,5 1 72,5 0 72,5 0 72,5 0

77,5 1 77,5 0 77,5 0 77,5 0 77,5 0 77,5 0 77,5 0

82,5 1 82,5 0 82,5 0 82,5 0 82,5 0 82,5 0 82,5 0

87,5 1 87,5 0 87,5 0 87,5 0 87,5 0 87,5 0 87,5 0

92,5 1 92,5 0 92,5 0 92,5 0 92,5 0 92,5 0 92,5 0


(6)

Lampiran 17.

Statistik Penghitungan grafik struktur tegakan kelompok semua jenis

No HPH PUP No Nilai k Nilai R² s Fhit p-value Ket

1 PT. Emil Timber

... /

05 44,77098 akecil -0,03217 akecil 0,582779 8,307392 19,55539 0,00057959 akecilakecil 2 PT. Belayan I/ 06 187,9178 akecil -0,07293 bsedang 0,979589 3,230983 671,9149 3,1192E-13 akecilbsedang 3 PT. Gunung Meranti 1 / 5 351,6721 akecil -0,10751 cbesar 0,991629 2,370997 1658,371 6,0575E-16 akecilcbesar 4 PT. Kemakmuran I / 05 452,33 bsedang -0,10048 bsedang 0,987411 4,12159 1098,078 1,0556E-14 bsedangbsedang 5 PT. Sarmiento 1 / 4 652,215 bsedang -0,10527 cbesar 0,99113 4,663132 1564,307 9,086E-16 bsedangcbesar 6 PT. Jamaker / 04 927,2152 cbesar -0,11419 cbesar 0,990147 6,131705 1406,946 1,8961E-15 cbesarcbesar

KK KS KB SS SB BB

kd n kd n kd n kd n kd n kd n

12,5 30 12,5 76 12,5 92 12,5 129 12,5 175 12,5 222

17,5 25 17,5 52 17,5 54 17,5 78 17,5 103 17,5 126

22,5 22 22,5 36 22,5 31 22,5 47 22,5 61 22,5 71

27,5 18 27,5 25 27,5 18 27,5 29 27,5 36 27,5 40

32,5 16 32,5 18 32,5 11 32,5 17 32,5 21 32,5 23

37,5 13 37,5 12 37,5 6 37,5 10 37,5 13 37,5 13

42,5 11 42,5 8 42,5 4 42,5 6 42,5 7 42,5 7

47,5 10 47,5 6 47,5 2 47,5 4 47,5 4 47,5 4

52,5 8 52,5 4 52,5 1 52,5 2 52,5 3 52,5 2

57,5 7 57,5 3 57,5 1 57,5 1 57,5 2 57,5 1

62,5 6 62,5 2 62,5 0 62,5 1 62,5 1 62,5 1

67,5 5 67,5 1 67,5 0 67,5 1 67,5 1 67,5 0

72,5 4 72,5 1 72,5 0 72,5 0 72,5 0 72,5 0

77,5 4 77,5 1 77,5 0 77,5 0 77,5 0 77,5 0

82,5 3 82,5 0 82,5 0 82,5 0 82,5 0 82,5 0

87,5 3 87,5 0 87,5 0 87,5 0 87,5 0 87,5 0

92,5 2 92,5 0 92,5 0 92,5 0 92,5 0 92,5 0