Lama Bekerja Pengawasan Pimpinan

merupakan kumpulan dari berpikir, keyakinan dan pengetahuan. Namun disamping itu memiliki evaluasi negatif maupun positif yang bersifat emosional yang disebabkan oleh komponen afeksi. Semua hal ini dengan sendirinya berhubungan dengan objek atau masalah. Pengetahuan dan perasaan yang ada dalam sikap akan menghasilkan tingkah laku tertentu Notoatmodjo, 2003. Penelitian yang dilakukan oleh Noviadi 2001 tentang penggunaan alat pelindung telinga menunjukkan bahwa sikap pekerja di bagian produksi Ammonia PT. PUSRI Palembang mengenai penggunaan APD telinga tergolong positif, yaitu sebesar 60. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa ada hubungan sikap pekerja di bagian produksi Ammonia PT. PUSRI Palembang dengan penggunaan APD telinga untuk mencegah gangguan pendengaran p=0,001. Penelitian lain oleh Kesuma 1998 tentang penggunaan APT pada tenaga kerja bagian produksi di PT. Krakatau Steel Cilegon menunjukkan bahwa sikap pekerjanya tergolong baik, yaitu sebesar 66,6.

f. Lama Bekerja

Lama kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan ditempat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang akan diperoleh sewaktu bekerja akan lebih banyak. Dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja pengalaman dalam memakai berbagai macam alat kerja secara aman tentunya akan semakin banyak pula. ILO 1989 menyatakan bahwa hasil studi di Amerika menemukan, kecelakaan kerja yang terjadi selain disebabkan oleh faktor manusia juga karena masih baru bekerja dan kurang dalam pengalaman. Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan oleh Noviadi 2001 tentang penggunaan alat pelindung telinga menunjukkan bahwa lama bekerja pekerja di bagian produksi Ammonia PT. PUSRI Palembang tergolong lama 19 tahun, yaitu sebesar 61,7. Semakin lama masa kerja, maka akan semakin memahami kondisi lingkungan kerja dari suatu pekerjaan. Selanjutnya, pekerja akan memiliki pengetahuan yang baik untuk mengendalikan risiko dari lingkungan kerja tersebut.

g. Pengawasan Pimpinan

Olishifski 1998 menyatakan bahwa pengawasan merupakan kegiatan rutin dalam bentuk observasi harian terhadap penggunaan alat pelindung diri yang dilakukan oleh pengawas yang ditunjuk dan umumnya dirancang sendiri untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kerja bawahannya. Tenaga kerja harus diawasi pada waktu mereka bekerja untuk memastikan bahwa mereka terus menerus menggunakannya secara benar Dalam Kusuma, 2004. Menurut Kelman 1958 perubahan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan compliance, identifikasi, kemudian baru menjadi internalisasi. Mula- mula individu mematuhi tanpa kerelaan melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman punishment ataupun sanksi, jika seseorang tersebut tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dapat mematuhi anjuran tersebut maka biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan dilakukan selama masih ada pengawas. Namun pada saat pengawasan mengendur perilaku itu pun ditinggalkannya lagi Dalam Elfrida, 2006. Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan oleh Noviadi 2001 tentang penggunaan alat pelindung telinga memperoleh hasil setengah pekerja menyatakan bahwa tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh manajemen bagian produksi Ammonia PT. PUSRI Palembang dalam mengawasi pemakaian APD telinga, yaitu sebesar 50. Bila pekerja tidak bekerja dalam pengawasan, maka mereka tidak akan merasa punya kewajiban untuk menggunakan APD telinga. Penelitian lain oleh Kesuma 1998 tentang penggunaan APT pada tenaga kerja bagian produksi di PT. Krakatau Steel Cilegon menunjukkan bahwa pekerja menyatakan tidak ada pengewasan dalam pemakaian APT di lokasi kerja tersebut, yaitu sebesar 62,5.

h. Peraturan Perusahaan