Ekskresi Amoniak TAN Nilai Hepatosomatic Index HSI

acid dan DHA docosahexaenoic acid yang lebih tinggi EPA=1337 mg100 g; DHA=742 mg100 g bahkan jika dibandingkan dengan salmon EPA=820 mg100 g; DHA= 492 mg100 g dan ikan tenggiri EPA=748 mg100 g; DHA=409 mg100 g Suitha 2008. EPA dan DHA merupakan asam lemak esensial yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

4.2.4. Ekskresi Amoniak TAN

Pada Tabel 11 terlihat ekskresi amoniak ikan yang diberi perlakuan rElGH melalui perendaman lebih rendah 25,11 jika dibandingkan dengan kontrol P0,05. Peran hormon pertumbuhanGH dalam menurunkan ekskresi amoniak TAN juga dilaporkan pada ikan nila transgenik Kobayashi et al. 2007 dan pada ikan striped bass Perca saxatilis yang dilaporkan oleh Farmanfarmaian Sun 1999. Dari hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan rGH juga mampu mengurangi buangan amoniak yang dapat mencemari wadah budidaya lebih ramah lingkungan. Optimalisasi dalam metabolisme nitrogen sangat menguntungkan pada ikan yang sebagian besar produksi energi dihasilkan hasil dari katabolisme protein, tidak seperti pada vertebrata lain selain ikan yang lebih memanfaatkan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi Kobayashi et al. 2007. Tingginya kemampuan meretensi protein nitrogen yang diamati pada ikan yang diberi rGH dibandingkan kontrol menunjukan bahwa GH mampu meningkatkan pemanfaatan lipid sebagai sumber energi PĂ©rez-Sanchez 2000. Kemampuan meretensi nitrogen yang lebih tinggi juga menyebabkan menurunnya nitrogen metabolit yang dihasilkan selama produksi energi yang diekskresikan oleh ikan dalam hal ini dalam bentuk TAN.

4.2.5. Nilai Hepatosomatic Index HSI

Nilai HSI pada ikan hasil perlakuan rElGH via perendaman + pakan lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan HSI diduga terjadi karena jumlah sel enterosit juga meningkat sehingga jumlah nutrien yang terakumulasi di hati meningkat. Semakin tinggi nilai HSI menunjukkan proses penyerapan dan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat lebih optimum Yandes et al. 2003. Peningkatan volume hati secara langsung akan medukung terjadinya peningkatan pertumbuhan ikan. Selain itu, telah dilaporkan secara luas bahwa GH juga dapat merangsang sintesis protein dan proliferasi sel melalui IGF-1 di teleosts. Ekspresi dan produksi IGF-1 dirangsang oleh GH pada organ target, terutama hati Moriyama et al. 2000; Reinnecke et al. 2005. Sebagai target utama tentunya hati akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat untuk mendukung pertumbuhan organ yang lain. Penelitian pada ikan salmon coho transgenik GH menunjukkan bahwa GH dapat menimbulkan terjadinya peningkatan nilai HSI sampai 1,3 kali dibandingkan kontrol Leggat et al. 2009. 4.2.6. Tingkat Ekspresi IGF-I. Dalam mempengaruhi pertumbuhan beberapa penelitian menunjukkan bahwa IGF-1 berperan dalam menstimulasi metabolisme protein, lemak, karbohidrat, dan mineral pada level selular pada proses pertumbuhan ikan, memacu sintesis protein, mendorong terjadinya diferensiasi dan proliferasi pada sel, membantu pemompaan osmotik secara mikro, memacu terjadinya sulfat uptake pada ikan, merangsang aktivitas multiplikasi fibroblast pada embrio dan memiliki aktivitas seperti insulin pada metabolisme jaringan adipose Moriyama et al. 2000 Dalam penelitian ini juga diukur level ekspresi IGF-I. Deteksi level ekspresi IGF-I dapat dijadikan penanda untuk melihat efektivitas pemberian rElGH terhadap ikan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level ekspresi IGF-I pada ikan sidat perlakuan meningkat sebesar 21,91 lebih tinggi daripada kontrol pada 24 jam setelah diberi pakan yang mengandung rElGH. Hal yang sama juga telah dilaporkan pada ikan salmon secara in vitro, dan in vivo pada ikan yellowtail Seriola quinqueradiata, perlakuan rGH dapat meningkatkan IGF-I dalam hati Pedroso et al. 2009. Pemberian GH secara oral pada ikan salmon juga meningkatkan plasma IGF-I sampai puncaknya pada 24 jam setelah pemberian. Level plasma IGF masih tinggi sampai 3 hari, kemudian kembali pada level normal Moriyama et al. 2000. Dalam penelitian ini juga terlihat terjadinya peningkatan level IGF-I pada 24 jam setelah pemberian, dan sudah kembali normal pada 5 hari setelah pemberian dalam hal ini ditunjukkan dari tingkat ekspresi jam ke-0 adalah ikan yang telah dipuasakan dari pakan perlakuan selama 5 hari. Namun untuk lebih tepatnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang fluktuasi IGF-1 akibat pemberian GH melalui pakan untuk mendapat kesimpulan yang lebih tepat, sehingga dapat dijadikan acuan untuk menentukan frekuensi pemberian rGH. 4.2.7. Perbandingan antar Metode Pemberian rElGH melalui Perendaman, Pakan dan Kombinasinya. Pemberian rGH dapat dilakukan dengan cara perendaman Moriyama Kawauchi 1990; Acosta et al. 2007; Syazili et al. 2011; Irmawati et al. 2012, penyuntikan Promdonkoy et al. 2004; Utomo 2010; Lesmana 2010, dan melalui pakan Moriyama et al. 1993; Jeh et al. 1998 ; Ben-Atia et al. 1999; Hardiantho et al. 2011. Pada semua penelitian yang dilakukan belum pernah ada yang mencoba mengkombinasikan antara metode yang sudah pernah dilakukan untuk memperbesar efek pada performa pertumbuhan. Pada penelitian ini, dengan mengkombinasikan pemberian rGH melalui perendaman pada ikan sidat glass eel belum mengkonsumsi pakan buatan dan dilanjutkan secara oralmelalui pakan pada ikan sidat yang berukuran lebih besar sudah mampu mengkonsumsi pakan buatan terbukti menghasilkan performa pertumbuhan terbaik dibandingkan kedua metode yang lain melalui perendaman saja dan secara oralmelaui pakan saja. Hasil di atas membuktikan bahwa pemberian rGH pada ikan perlu dilakukan secara berulang untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimum. Hasil ini juga diperkuat dengan data level IGF-1 ikan sidat 7 hari setelah diberhentikan pemberian rGH secara oral antara ikan sidat perlakuan dan kontrol 0 jam menunjukkan level yang sama, dan meningkat 24 jam setelah pemberian pakan yang mengandung rElGH Gambar 14. Pada ikan rainbow trout juga telah diteliti dengan menggunakan western blot, bahwa hormon pertumbuhan rekombinan yang diberikan secara oral tidak terdeteksi lagi pada darah, saluran pencernaan, otot, pada 90 menit setelah pemberian Haghighi et al. 2011. Pada ikan gurami juga telah diteliti bahwa level IGF-1 larva ikan gurami mengalami peningkatan setelah diredam dalam larutan yang mengandung rGH, dan puncaknya pada jam ke-24, dan kemudian menurun sampai kembali ke kondisi semula pada jam ke-48 Irmawati et al. 2012. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan pemberian rGH lanjutan untuk menghasilkan performa pertumbuhan yang lebih maksimum. Data tentang keberadaan rGH dan IGF-1 dalam tubuh ikan setelah diberi pelakuan rGH baik melalui perendaman maupun secara oral dapat dijadikan dasar pertimbangan keamanan pangan food safety produk ikan budidaya yang menggunakan perlakuan rGH. Dari beberapa penelitian tersebut dapat diduga bahwa ikan yang diberi rGH sudah aman dikonsumsi dengan menghentikan pemberiannya baik melalui perendaman, oral dan penyuntikkan 2-3 hari sebelum dipanen. Perlu dilakukan uji toksisitas dan alergisitas untuk membuktikan dugaan tersebut.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Pemberian rElGH dengan dosis yang tepat pada ikan sidat melalui perendaman, pakan maupun kombinasi keduanya via perendaman + pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan sidat secara signifikan. Dosis perendaman terbaik menghasilkan respons pertumbuhan dan SR tertinggi, serta FCR terendah adalah 12 mgL rElGH. Pada penelitian kedua pemberian rElGH secara oral melalui pakan, dosis terbaik adalah 30 mg rElGHkg pakan. Pada penelitian ketiga, respons pertumbuhan tertinggi didapatkan pada perlakuan kombinasi perendaman dan pakan. Pemberian rElGH mampu menghemat penggunaan pakan dengan menurunkan tingkat konversi pakan secara signifikan. Selain itu, pemberian rElGH juga dapat meningkatkan retensi protein, retensi lemak, hepatosomatic index HSI, tingkat ekspresi gen IGF-I dan mampu menurunkan ekskresi amoniak TAN.

5.2. Saran

Untuk menentukan feeding regime yang menghasilkan produksi optimum, pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan pemberian rGH dengan lama waktu pemberian berbeda, dan menggunakan ikan sidat berukuran lebih besar sampai melewati fase lambat pertumbuhan ikan sidat ukuran 50 gram.