Analisis Hepatosimatic Index HSI Analisis Ekskresi Amoniak TAN Analisis Proksimat Pakan dan Komposisi Tubuh AOAC 1984 Analisis Tingkat Ekspresi IGF-I

Efektivitas pemberian rElGH pada penelitian 3 ini membandingkan antara perlakuan perendaman saja, pakan saja, dan mengkombinasikan pemberian melalui perendaman pada fase glass eel yang dilanjutkan pemberian melalui pakan setelah ikan bisa makan pakan buatan ukuran elver. Parameter yang diamati meliputi biomassa panen, FCR, SR, retensi protein, retensi lemak, hepatosomatic index HSI, ekskresi amoniak, dan ekspresi IGF-1. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 60x45x50 cm, dimana setiap unit percobaanakuarium ditebar benih ikan sidat dengan padat tebar yang sama. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan dengan padat tebar 2 ekorliter sebanyak 45 ekorakuarium.

3.8. Analisis Hepatosimatic Index HSI

HSI diukur dengan menimbang bobot hati dibandingkan bobot tubuh pada ikan sidat hasil perlakuan terbaik dan kontrol pada penelitian ketiga. Pada akhir penelitian ketiga ikan sampel diambil sebanyak 10 ekor, kemudian dibius dengan minyak cengkeh dan ditimbang bobot tubuhnya. Kemudian ikan dibedah, diambil dan ditimbang bobot hatinya untuk dibandingkan dengan bobot tubuh penghitungan HSI. Setelah itu dilakukan analisis secara deskriptif.

3.9. Analisis Ekskresi Amoniak TAN

Analisis ekskresi amoniak dilakukan dengan mengukur total amonium nitrogen TAN pada media pemeliharaan ikan pada penelitian 3.5.c. Pengukuran awal dilakukan setelah ikan dipuasakan selama 1 hari dan media pemeliharaan diisi dengan air baru. Pengukuran akhir dilakukan 24 jam setelah ikan dilakukan pemberian pakan sebanyak 6 dari biomassa ikan. Jumlah amoniak total dihitung untuk setiap satuan biomassa ikan yang dipelihara selama 24 jam. Pengukuran TAN dilakukan menggunakan test kit NH 3 NH 4 + Tetra GmbH, Germany.

3.10. Analisis Proksimat Pakan dan Komposisi Tubuh AOAC 1984

Analisis proksimat dilakukan terhadap ikan dan pakan perlakuan yang meliputi kadar protein kasar dilakukan dengan metode Kjeldahl, kadar lemak kering dengan metode Soxhlet, kadar lemak basah dengan metode Folch, kadar abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600°C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven bersuhu 105- 110°C Takeuchi 1988.

3.11. Analisis Tingkat Ekspresi IGF-I

Sampel diambil pada akhir penelitian pada hasil perlakuan terbaik, dan kontrol. Setelah pemberian rElHP melalui pakan dihentikan selama seminggu, sampel diambil pada jam ke-0 sebelum perlakuan. Setelah sampel jam ke-0 diambil, ikan diberi pakan yang mengandung rElGH 30 mgkg pakan sebanyak 6 bobot biomassa. Sampel setelah perlakuan diambil 24 jam setelah pemberian pakan. RNA total diekstraksi menggunakan isogen Nippon Gen, Japan. Sintesis DNA komplementer cDNA dilakukan menggunakan kit Ready-To-Go-You- Prime First-Strand Beads GE Healthcare dengan prosedur sesuai manual. Tingkat ekspresi dianalisis menggunakan metode PCR semi-kuantiatif dengan primer F-eel IGF- I: 5’-GTKGACWCGCTGCARTTYGTGTG-3’, dan R-eel IGF- I: 5’-CCTTCGRCTSGWGT TCTTCTGATG-3’ yang didesain oleh Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik. Proses polimerisasi dijalankan pada mesin PCR dengan program: proses denaturasi pada suhu 94 o C selama 3 menit sebanyak 1 siklus; proses predenaturasi 94 o C selama 30 detik sebanyak 35 siklus, annealing 64 o C selama 30 detik sebanyak 35 siklus, ekstensi 72 o C selama 30 detik sebanyak 35 siklus, dan final ekstensi 72 o C selama 3 menit sebanyak 1 siklus. Hasil PCR dielektroforesis menggunakan agarosa 0,7 untuk melihat ekspresi gen IGF-1. Tingkat ekspresi IGF-1 dianalisis secara semi- kuantitatif, yaitu dengan melakukan perhitungan berdasarkan ketebalan pita IGF-1 dibandingkan dengan pita β-aktin menggunakan program komputer UN-SCAN- IT gel 6.1..

3.12. Analisis Statistik