Penggunaan Asam Amino Metionin Dan Lisin Dalam Ramsum Terhadap Karkas Broiler Umur 6 Minggu

(1)

PENGGUNAAN ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RAMSUM TERHADAP KARKAS

BROILER UMUR 6 MINGGU

SKRIPSI

Oleh:

TRIS NELLY TARIGAN 040306039

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGGUNAAN ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RAMSUM TERHADAP KARKAS

BROILER UMUR 6 MINGGU

SKRIPSI

Oleh:

TRIS NELLY TARIGAN

040306039/ILMU PRODUKSI TERNAK

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Skripsi : Penggunaan asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap karkas broiler umur 6 minggu

Nama : Tris Nelly Tarigan

Nim : 040306039

Departemen : Peternakan

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc) (Dra. Irawati Bachari)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan


(4)

ABSTRACT

Tris Nelly Tarigan “ Amino acid Methionin and Lysin Supplementation on broiler carcass age 6 weeks”, under supervised by Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc and Dra. Irawati Bachari.

This research was conducted in Biological Laboratory, Animal Husbandry Department, Agricultural Faculty of North Sumatera University since March until May 2009. The objective of the research were to know the effect of amino acid Methionin and Lysin supplementation on carcass of broiler age 6 weeks.

This research was used CRD (Completly Randomize Design) method with 4 treatment and 5 replications. Each replication consist of 5 head/plot where R0 as control, R1 feed without amino acid Methionin and Lysin), R2 feed with suplying amino acid Lysin 1,2 % on starter feed and 1,0 % on finisher feed and suplying Methionin 0,50 % on starter feed and 0,38 % on finisher feed), R3 feed with suplying amino acid Lysin 1,6 % on starter feed and 1,4 % on finisher feed, and Suplying Methionin 0,75 % on starter feed and 0,63 % on finisher feed). Parameters were sloughter weight, carcas weight, percentage of carcas and abdominal fat.

The result of this research were amino acid Methionin and Lysin gave significantly different of slougther weight (g) (20089; 1617,8 ; 1685,6 and 1654,6), respecsively, carcas weight 9 (g) (1677,84; 1283,86; 1316,32 and 1265,12), respecsively and weight of abdominal fat (g) (49,84; 35,36; 34,32 and 27,12). There was no significantly different of carcas persentage (%) (81,16; 77,64; 78,92 and 77,31).


(5)

ABSTRAK

Tris Nelly Tarigan, 2009 “Penambahan Asam Amino Metionin dan Lisin Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 6 Minggu”. Dilaksanakan di bawah bimbingan ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan ibu Dra. Irawati Bachari.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen Peternakan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dilaksanakan pada Maret 2009 sampai dengan Mei 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penambahan asam amino metionin dan lysin dalam ransum terhadap karkas ayam broiler umur 6 minggu.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yang terdiri atas 5 ekor tiap plot dengan perlakuan R0 (sebagai ransum kontrol menggunakan ransum komersil), R1 (ransum basal tanpa penambahan asam amino lysin dan methionin), R2 (ransum basal dengan penambahan asam amino lysin 1,2 % pada starter dan 1,0 % pada finisher dan methionin 0,50% pada starter dan 0,38 % pada finisher), R3 (ransum basal dengan penambahan asam amino lysin 1,6 % pada starter dan 1,4 % pada finisher dan methionin 0,75% pada starter dan 0,63 % pada finisher). Parameter yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa penambahan asam amino methionin dan lysin berpengaruh sangat nyata terhadap bobot potong (g) (2089; 1617,8; 1685,6 dan 1654,6), bobot karkas (g) (1677,84; 1283,86; 1316,32 dan 1265,12), serta bobot lemak abdominal (g) (49,84; 35,36; 34,32 dan 27,12), tetapi tidak berbeda nyata terhadap persentase karkas (%) (81,16; 77,64; 78,92 dan 77,31).


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan tanggal 3 September 1986 dari ayah Kumpulan Tarigan dan ibu Atelit Perangin-nangin. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Negeri, Kabanjahe dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Ilmu Produksi Ternak, Departemen Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Departemen Peternakan dan sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstra universitas sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di perusahaan peternakan CV. MILARAYA di Tandem Hilir, kabupaten Langkat dari tanggal 6 Juni sampai 28 Juli 2007.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penambahan Asam Amino Metionin dan Lisin Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 6 Minggu”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan ibu Dra. Irawati Bachari selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Civitas Departemen Peternakan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Maret 2010


(8)

DAFTAR ISI

hal

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Asam Amino... 4

Lysin... 5

Methionin ... 6

Broiler ... 6

Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler ... 7

Karkas ... 9

Persentase Karkas... 10

Lemak Abdominal... 11

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 13

Parameter Penelitian ... 15

Bobot Potong ... 15

Bobot Karkas ... 15

Persentase Karkas... 15

Lemak Abdominal ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Potong ... 17

Bobot Karkas ... 19

Persentase Karkas ... 21

Lemak Abdominal ... 22

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29


(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1.Ciri Broiler AA CP-707 ... 7

2. Kebutuhan zat makanan broiler fase starer dan fase finisher... 8

3. Kandungan asam amino lysin dan methionin dalam Ransum ... 9

4. Data Rataan bobot potong broiler umur 6 minggu (g)... 17

5. Analisis keragaman bobot potong broiler umur 6 minggu... 17

6. Hasil Uji BNT untuk bobot potong broiler umur 6 minggu ... 18

7. Rataan bobot karkas broiler umur 6 minggu (g) ... 19

. 8. Analisis keragaman bobot karkas broiler umur 6 minggu ... 20

9. Hasil Uji BNT untuk bobot karkas broiler umur 6 minggu ... 20

10. Rataan persentase karkas broiler umur 6 minggu (%) ... 21

11. Analisis keragaman persentase karkas broiler umur 6 minggu... 22

12. Rataan lemak abdominal broiler umur 6 minggu (g) ... 23

13. Analisis keragaman lemak abdominal broiler umur 6 minggu ... 23

14. Hasil Uji BNT untuk lemak abdominal broiler umur 6 minggu ... 24

15. Rataan persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu (g) ... 25

16. Analisis keragaman persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu ... 25

17. Hasil Uji BNT untuk persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu ... 26


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Formula ransum stater... 32

2. Formula ransum finisher ... 32

3. Data konsumsi ransum ... 33

4. Data pertambahan bobot badan... 34


(11)

ABSTRACT

Tris Nelly Tarigan “ Amino acid Methionin and Lysin Supplementation on broiler carcass age 6 weeks”, under supervised by Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc and Dra. Irawati Bachari.

This research was conducted in Biological Laboratory, Animal Husbandry Department, Agricultural Faculty of North Sumatera University since March until May 2009. The objective of the research were to know the effect of amino acid Methionin and Lysin supplementation on carcass of broiler age 6 weeks.

This research was used CRD (Completly Randomize Design) method with 4 treatment and 5 replications. Each replication consist of 5 head/plot where R0 as control, R1 feed without amino acid Methionin and Lysin), R2 feed with suplying amino acid Lysin 1,2 % on starter feed and 1,0 % on finisher feed and suplying Methionin 0,50 % on starter feed and 0,38 % on finisher feed), R3 feed with suplying amino acid Lysin 1,6 % on starter feed and 1,4 % on finisher feed, and Suplying Methionin 0,75 % on starter feed and 0,63 % on finisher feed). Parameters were sloughter weight, carcas weight, percentage of carcas and abdominal fat.

The result of this research were amino acid Methionin and Lysin gave significantly different of slougther weight (g) (20089; 1617,8 ; 1685,6 and 1654,6), respecsively, carcas weight 9 (g) (1677,84; 1283,86; 1316,32 and 1265,12), respecsively and weight of abdominal fat (g) (49,84; 35,36; 34,32 and 27,12). There was no significantly different of carcas persentage (%) (81,16; 77,64; 78,92 and 77,31).


(12)

ABSTRAK

Tris Nelly Tarigan, 2009 “Penambahan Asam Amino Metionin dan Lisin Dalam Ransum Terhadap Karkas Broiler Umur 6 Minggu”. Dilaksanakan di bawah bimbingan ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan ibu Dra. Irawati Bachari.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen Peternakan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dilaksanakan pada Maret 2009 sampai dengan Mei 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penambahan asam amino metionin dan lysin dalam ransum terhadap karkas ayam broiler umur 6 minggu.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yang terdiri atas 5 ekor tiap plot dengan perlakuan R0 (sebagai ransum kontrol menggunakan ransum komersil), R1 (ransum basal tanpa penambahan asam amino lysin dan methionin), R2 (ransum basal dengan penambahan asam amino lysin 1,2 % pada starter dan 1,0 % pada finisher dan methionin 0,50% pada starter dan 0,38 % pada finisher), R3 (ransum basal dengan penambahan asam amino lysin 1,6 % pada starter dan 1,4 % pada finisher dan methionin 0,75% pada starter dan 0,63 % pada finisher). Parameter yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa penambahan asam amino methionin dan lysin berpengaruh sangat nyata terhadap bobot potong (g) (2089; 1617,8; 1685,6 dan 1654,6), bobot karkas (g) (1677,84; 1283,86; 1316,32 dan 1265,12), serta bobot lemak abdominal (g) (49,84; 35,36; 34,32 dan 27,12), tetapi tidak berbeda nyata terhadap persentase karkas (%) (81,16; 77,64; 78,92 dan 77,31).


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permintaan terhadap komoditi daging semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, disertai makin meningkatnya daya beli dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengimbangi permintaan tersebut dengan jalan meningkatkan populasi maupun produksi ternak penghasil daging. Salah satu jenis ternak penghasil daging yang dapat diusahakan adalah ayam karena cepat dapat memenuhi kebutuhan protein hewani.

Pada saat ini, ternak ayam terutama dari jenis ayam ras pedaging merupakan salah satu unggas penghasil daging yang potensial dibandingkan dengan unggas lainnya, seperti itik, ayam kampung, kalkun, angsa, dan lain-lain, ataupun dari ternak besar, seperti sapi dan kerbau, dan ternak kecil, seperti domba, kambing, babi, dan lain-lain. Sebab jenis ayam ras pedaging (broiler) memiliki sifat genetik yang tinggi (unggul) sehingga memiliki pertumbuhan yang cepat untuk menghasilkan karkas (daging) yang berkualitas baik.

Pertumbuhan badan ayam pedaging sangat cepat dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, yaitu pada umur 5-6 minggu berat badannya dapat mencapai 1,3-1,8 kg (Cahyono, 2004). Disamping itu, ayam ras pedaging mempunyai kemampuan mengubah bahan makanan menjadi daging dengan sangat hemat, artinya dengan jumlah makanan


(14)

1

yang sedikit dapat diperoleh penambahan berat badan yang tinggi. Oleh karenanya


(15)

pengembangan ayam ras pedaging sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Produktivitas ayam pedaging yang maksimal akan tercapai apabila ayam tersebut mendapatkan pakan yang seimbang kandungan asam aminonya. Keseimbangan asam amino dapat diperoleh dengan jalan mencampur bermacam-macam sumber protein bahan pakan dan dapat pula ditambahkan asam amino sintesis, apabila ternyata masih kurang.

Widodo (2002) menyatakan bahwa umumnya pakan unggas yang berasal dari produk nabati mempunyai kekurangan asam amino Lisin dan Metionin, sehingga perlu disuplementasi ke dalam pakan dalam bentuk asam amino sintesis. Sementara itu, pakan yang diberikan kepada ternak harus memenuhi persyaratan nutrisi seperti energi, protein (asam amino), lemak, vitamin dan mineral. Ayam bukan membutuhkan protein kasar melainkan asam amino yang terkandung di dalamnya. Kandungan asam amino yang terbaik dan seimbamg hanya ada pada bahan makanan sumber hewani.

Asam amino - asam amino bahan makanan yang paling sulit untuk dilengkapi dalam jumlah seimbang adalah Lisin, Metionin, Sistin dan Triptofan. Asam amino – asam amino tersebut dinamakan asam amino esensial, karena itu perhatian khusus perlu diberikan untuk memenuhi kebutuhan bila menyusun ransum (Anggorodi, 1985).

Penambahan asam amino sintesis tidak bagitu saja dapat dilakukan, melainkan harus dikenal terlebih dahulu tentang beberapa konsep antagonisme, interaksi dan asam amino pembatas utama. Konsep antagonisme yaitu persyaratan


(16)

asam amino yang satu dapat menaikkan asam amino yang lain. Konsep interaksi yaitu asam amino yang satu dapat memenuhi asam amino yang lain. Konsep asam amino pembatas utama yaitu asam amino yang paling kurang pada suatu pakan, apabila ditambahkan asam amino pada pakan tersebut akan mendapat respon yang cepat pada ayam pedaging.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kandungan nutrisi bahan pakan dan penambahan asam amino (Lisin dan Metionin) dengan level tertentu pada bahan pakan yang akan disusun sendiri oleh peneliti dengan melakukan perbandingan dengan pakan buatan pabrik (komersil) terhadap karkas broiler.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan asam amino Lisin dan Metionin dalam ransum terhadap karkas broiler umur 6 minggu.

Hipotesis Penelitian

Pada tingkat persentase tertentu penggunaan asam amino Lisin dan Metionin dapat meningkatkan kualitas karkas.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi peneliti, kalangan akademis, maupun peternak khususnya peternak broiler mengenai penambahan asam amino Lisin dan Metionin terhadap karkas dalam ransum broiler umur 0-6 minggu.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Asam Amino

Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH2) pada posisi alfa dari

rantai karbon dan satu gugusan karboksil (-COOH). Kecuali Glisin, semua asam amoino mempunyai atom karbon yang asimetrik, sehingga dapat terjadi beberapa isomer. Kebanyakan asam amino dalam alam adalah konfigurasi L, tetapi dalam bakteria ada konfigurasi D. Sifat asam amino mempunyai gugus nitrogen dasar, umumnya gugus amino (-NH2) dan sebuah unit karboksil (-COOH) dan

kebanyakan gugus amino terikat pada karbon dengan posisi alfa; prolin mempunyai suatu pengecualian yaitu mempunyai gugus amino (-NH) dan bukannya amino (-NH2) (Tillman et al; 1986).

Fungsi asam amino sebagai komponen sruktur tubuh dapat merupakan bagian dari enzyme sebagai precursor regulasi metabolit dan berperan dalam proses fisiologis. Fungsi biokimia ini merupakan titik utama penelitian ilmu nutrisi (Austic 1986 dalam Widyani 1999). Ketidakseimbangan asam amino dapat mengakibatkan berkurangnya konsumsi pakan sehingga menurunkan kinerja karena asam amino dalam plasma berkurang sehingga asam amino yang ke otak sedikit (Cieslak and benevenga 1982 dalam Widyani 1999).

Rumus umum asam amino adalah sebagai berikut:


(18)

Lisin

Lisin merupakan asam amino penyusun protein yang dalam pelarut air bersifat basa, juga seperti Histidin , Lisin tergolong esensial bagi ternak. Biji-bijian serelia terkenal miskin akan Lisin. Sebaliknya biji polong-polongan kaya akan asam amino (Wiki, 2007).

Menurut Sundari et al (2004), Lisin merupakan asam amino esensial yang sangat berguna bagi tubuh. Lisin adalah prekusor untuk biosintesis karnitin, sedangkan karnitin merangsang proses β-oksidasi dari asam lemak rantai panjang yang terjadi di mitokondria. Penambahan Lisin ke dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat, sehingga mengakibatkan kadar lemak dan kolesterol daging rendah.

Rumus bangun Lisin (C6H14O2N2), adalah sebagai berikut:

NH2

H2N CH2 CH2 CH2 CH2 CH COOH

(

Rasyaf, 1994).

Lisin dibuat dari oksidasi fermentasi glukosa dengan reaksi enzymatik DL

α amino δ caprolactam, untuk 100 g/l menjadi L Lysine HCL dalam waktu 25 jam

dengan hasil 99,8 mol produk per mol substrat (Widyani, 1999). (Baker and Parson 1990 dalam Widyani 1999) menyatakan bila proses fermentasi

dengan mikroorganisme, maka konversi 140 g/l glukosa menjadi 56 g /l lysin dalam waktu 72 jam.


(19)

Metionin

Metionin adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menterjemahkan urutan basa Nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk Metionin sama dengan kode awal untuk satu rangkaian RNA. Asam amino ini bagi ternak bersifat esensial, sehingga harus dipasok dari bahan pangan. Sumber utama Metionin adalah buah-buahan, daging (ikan), sayuran (Jagung, kelapa), serta kacang-kacangan (kacang kedelai) (Wiki, 2008).

Rumus bangun Metionin adalah sebagai berikut: NH2

CH3 S CH2 CH2 C COOH

H (Rasyaf, 1994).

Bahan baku pembuatan metionin adalah methyl mercaptan, acrolei dan hydrocanic acid. Produk methionin dikemas dalam bentuk kering maupun cairan (Baker and Parson, 1990 dalam Widyani 1999). DL methionine tingkat kemurniannya 99% berwarna putih atau krem berbetuk tepung, mengandung nitrogen 9,4% atau kadaar protein kasarnya 58,78% (Widyani 1999).

Broiler

Broiler merupakan ayam ras yang memiliki karakteristik ekonomi sebagai penghasil daging, dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, konversi makanan irit, dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Broiler menghasilkan karkas dengan jaringan ikat lunak. Pada umumnya, ayam ini dipelihara sampai berusia 5-7 minggu dan berat tubuh sekitar 1,3 kg – 1,8 kg (Mutirdjo, 2005-7).


(20)

Menurut Cahyono (2004), yang menyatakan bahwa pada umumnya tiap strain atau galur dari broiler diberi nama tersendiri sesuai dengan perusahaan pembibitan (breeding farm) yang membentuk atau memproduksi strain final stock yang bersangkutan, sehingga dikenal berbagai macam galur atau strain ayam pedaging yang beredar di pasaran sesuai dengan nama-nama perdagangan yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan pembibitan. Dengan beredarnya berbagai macam strain ayam ras pedaging dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang beredar memiliki daya produktifitas relatif sama, artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali.

Salah satu strain broiler adalah strain Abror Acres CP-707. Dengan karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel. 1. Ciri Broiler AA CP-707

Data Biologis Satuan Bobot hidup umur 6 minggu 1,56 kg Konversi pakan 1,93 Berat bersih 70% Daya hidup 98% Warna kulit Kuning Warna bulu Putih

Sumber : Murtidjo (1992).

Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler

Rasyaf (1994) menyatakan bahwa bahan makanan memang sumber pertama kebutuhan nutrisi broiler untuk keperluan hidup pokok dan produksinya. Sayang tidak ada bahan makanan yang sempurna, satu bahan mengandung semua nutrisi. Disinilah dasar penggunaan bahan makanan dengan sistem kombinasi


(21)

bahan makanan dengan memanfaatkan kelebihan setiap bahan dan menekan kekurangan bahan-bahan yang dikehendaki.

Tujuan pemberian ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi maksimum dilakukan dalam jumlah cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang antara kandungan protein dengan energi dalam ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus diperhatikan. Sesuai dengan tujuan pemeliharannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah pemberian pakan tidak dibatasi (ad-libitum). Broiler selama masa pemeliharannya mempunyai dua macam pakan yaitu broiler starter dan broiler finisher (Kartadisastra, 1994).

Tabel 2. Kebutuhan zat makanan broiler fase starer dan fase finisher

Zat Nutrisi Starter Finisher

Protein Kasar (%) 23 20

Lemak Kasar (%) 4-5 3-4

Serat Kasar (%) 3-5 3-5

Kalsium (%) 1 0,9

Pospor (%) 0,45 0,4

EM (Kkal/kg) Lisin (%) Metionin (%) 3200 1.2 0.50 3200 1.0 0.38

Sumber : NRC (1984)

Rasyaf (1997) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang. Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Tujuan utama pemberian ransum kepada ayam untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Anggorodi, 1985).


(22)

Bahan-bahan makanan yang biasa dipergunakan dalam ransum unggas di Indonesia adalah: (1) jagung kuning; (2) dedak halus; (3) bungkil kelapa; (4) bungkil kacang tanah; (5) bungkil kacang kedelai; (6) tepung ikan; (7) bahan-bahan makanan berupa butir-butiran atau kacang-kacangan dan hasil ikutan pabrik hasil pertanian lainnya, dan daun-daunan sebangsa leguminosa (Wahyu, 1992).

Protein merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan anak broiler. Kebutuhan protein masa awal untuk anak ayam broiler di daerah tropis sebesar 23%, sedangkan untuk masa akhir sebesar 20-21% (Rayaf, 2000).

Sintesis protein jaringan tubuh dan telur memerlukan asam amino esensial. Defisiensi asam amino esensial di dalam pakan menyebabkan pembentukan protein jaringan dan tubuh terhambat atau tidak terbentuk. Asam amino esensial yang sulit terpenuhi kandungannya di dalam pakan seperti Sistin, Lisin dan Triptofan disebut sebagai asam amino kritis (Suprijatna et al., 2005).

Tabel 3. Kandungan asam amino Lisin dan Metionin dalam Ransum

Jenis Bahan Pakan Lisin Metionin

Jagung Kuning 0,18 0,20

Bungkil Kelapa 0,29 0,64

Dedak Halus 0,17 0,27

Bungkil Kacang Kedelai 0,72 3,20

Tepung Ikan 0,18 6,50

Sumber : NRC (1984)

Karkas

Karkas merupakan daging bersama tulang dari hasil pemotongan setelah dipisahkan kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, isi rongga bagian dalam serta darah dan bulu (Rasyaf, 1992).

Broiler selalu ditawarkan dalam bentuk karkas, yakni ayam yang telah disembelih dan dicabut bulunya, tanpa kaki, leher, kepala, dan jeroan. Karena


(23)

broiler termasuk ayam yang mudah loyo dan mati, ia nyaris tak pernah ditawarkan dalam bentuk hidup. Penawaran karkas broiler tanpa kepala ini sebenarnya menyesuaikan dengan standar internasional. Umumnya, orang Barat enggan makan kepala ayam, beserta jeroan dan cekernya. Sementara, penawaran karkas ayam kampung disesuaikan dengan selera orang Indonesia yang kebanyakan gemar makan kepala dan kaki ayam (Anonimous, 2006).

Menurut Soeparno (1994), faktor yang menentukan nilai karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas daging karkas yang bersangkutan. Nilai karkas dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin ternak yang menghasilkan karkas, umur ternak, dan jumlah lemak intramuskuler dalam otot. Komposisi karkas ayam dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, umur dan tingkat kepadatan kandang. Produksi karkas erat hubungannya dengan bobot badan. Selain faktor bobot badan, bobot karkas juga dipengaruhi genetis atau strain, umur, mutu ransum, tata laksana dan kesehatan ternak.

Persentase Karkas

Menurut Kartadisastra (1998) dalam Purba (2002) bahwa persentase karkas dapat diperoleh dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot kosong atau bobot tubuh ternak setelah dipuasakan.

Ayam ras pedaging (broiler) sudah dapat dipotong dan dikonsumsi pada umur 30 hari. Pada umur 30 hari rata-rata berat badan pada umumnya mencapai 1,22 kg, pada umur 35 hari berat badan sudah dapat mencapai 1,3 kg, pada umur 42 hari beratnya 1,75 kg, pada umur 49 hari beratnya 2,1 kg, dan pada umur 56 hari beratnya dapat mencapai 2,5 kg. Sedangkan rata-rata berat daging (karkas) adalah sekitar 65-75% dari berat hidup (Cahyono, 2004).


(24)

Lemak Abdominal

Lemak abdominal merupakan lemak yang terdapat disekitar perut atau juga disekitar ovarium. Lemak pada ayam terdiri dari lemak rongga tubuh dan lemak bawah kulit (subkutan). Lemak rongga tubuh terdiri dari lemak dinding

abdomen, lemak rongga dada dan lemak pada alat pencernaan (Kubena et al., 1974).

Wahyu (1992) menyatakan bahwa lemak karkas dapat meningkat seperti dalam keadaan kondisi akhir broiler untuk dipasarkan, dengan jalan mengurangi kadar protein dari ransum, sedikit di bawah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum dan meningkatkan energi di dalam ransum sampai suatu tingkat yang mendekati tingkat energi yang paling tinggi. Ini menyebabkan broiler yang berumur 7-8 minggu mengkonsumsi energi lebih banyak dari pada dipergunakan untuk pertumbuhan. Kelebihan energi ini dapat diubah menjadi lemak tubuh, sehingga mengahasilkan kondisi akhir dari broiler yang siap untuk dipasarkan.


(25)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. A. Sofyan No. 3, Medan, dengan ketinggian 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dimulai pada 30 Maret 2009 sampai 12 Mei 2009.

Bahan dan Alat Bahan

- 100 ekor DOC strain abor Acress-CP 707 non sexing

- Ransum perlakuan (basal) yang terdiri dari tepung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, dedak halus, bungkil kelapa, DCP, minyak nabati, top-mix, kapur

- Asam amino Metionin dan Lisin - Ransum komersil

- Air minum yang diberikan secara ad-libitum - Obat-obatan dan Vitamin

- Vaksin - Rodalon

- Formalin dan kalium permanganat (KMNO4) untuk fumigasi kandang


(26)

Alat

- Kandang dengan ukuran 1x 1 x 0,5 m sebanyak 20 buah - Tempat pakan dan minum sebanyak 20 buah

- Timbangan salter dengan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 0,01 gram - Bola lampu pijar 40 Watt sebanyak 20 buah (alat pemanas dan penerang) - Thermometer untuk mengetahui suhu kandang

- Kompor, panci dan plastik transparan - Pisau

- Telenan - Terpal plastik

- Buku data, alat tulis dan kalkulator

Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Dengan perlakuan sebagai berikut:

Fase Stater

R0 : Ransum Kontrol (ransum komersil Charoen Phokpan)

R1 : Ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin

R2 : Ransum basal + 1,2% Lisin + 0,50% Metionin

R3 : Ransum basal + 1,6% Lisin + 0,75% Metionin

Fase Finisher

R0 : Ransum Kontrol (ransum komersil Charoen Phokpan)

R1 : Ransum basal tanpa penambahan asam amino metionin dan lisin


(27)

R3 : Ransum basal + 1,4% Lisin + 0,63% Metionin

Sedangkan jumlah ulangan dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini :

t (n – 1) > 15 4 (n – 1) > 15 4n – 4 > 15 4n > 19 n > 4,75 n = 5

Dengan susunan perlakuan sebagai berikut : R01 R02 R03 R04 R05

R11 R12 R13 R14 R15

R21 R22 R23 R24 R25

R31 R32 R33 R34 R35

Model matematik yang digunakan berdasarkan Hanafiah (2003) yaitu: Yij = µ + αi + ∑ij

Dimana:

i = 1,2,3,...., t (perlakuan) j = 1,2,3,...., n (ulangan)

Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan perlakuan ke-j

μ = Nilai rata-rata (mean) harapan

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

∑ij = Pengaruh sisa pada satuan percobaan dalam kelompok ke-j yang mendapat perlakuan ke-i (Hanafiah, 2003).


(28)

Parameter Penelitian

1. Bobot Potong (g)

Diperoleh dari hasil penimbangan broiler yang berumur 6 minggu. Ayam terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam sebelum dipotong.

2. Bobot Karkas Broiler (g)

Diperoleh dari hasil penimbangan karkas yaitu hasil penimbangan dari daging bersama tulang ayam hasil pemotongan yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut, darah dan bulu.

3. Persentase Karkas (%)

Diperoleh dari bobot karkas segar dibandingkan dengan bobot potong dikalikan dengan 100%.

4. Lemak Abdominal (g)

Diperoleh dari hasil penimbangan lemak yang terdapat disekitar rongga perut dan sekitar ovarium.

Pelaksanaan Penelitian Kandang dan Peralatan

Kandang dipersiapkan seminggu sebelum DOC atau anak ayam umur satu hari masuk dalam kandang, terlebih dahulu kandang didesinfektan dengan rodalon dan difumigasi dengan formalin dan KMNO4 untuk membasmi kandang dari


(29)

didesinfektan dengan rodalon. Satu hari sebelum DOC tiba, alat penerang sudah dihidupkan untuk menstabilkan suhu kandang dan suhu tubuh ayam.

Penyusunan Ransum

Ransum disusun dengan perlakuan yang diteliti dan disusun seminggu sekali untuk mencegah ketengikan pada ransum, sehingga ransum terjaga mutunya.

Random Ayam

Sebelum DOC atau anak ayam umur satu hari dimasukkan kedalam kandang sesuai dengan perlakuan, dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal dari masing-masing DOC kemudian dilakukan random (pengacakan) pada DOC yang bertujuan memperkecil nilai keragaman. Lalu DOC dimasukkan kedalam kandang sebanyak 5 ekor per plot.

Pemeliharaan

Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum, penerangan diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk ayam.


(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong

Bobot potong diperoleh dari broiler yang berumur 6 minggu. Ayam terlebih dahulu dipuasakan selama 12 jam sebelum dipotong. Dari hasil penelitian diperoleh rataan bobot potong pada tabel berikut:

Tabel 4. Data Rataan bobot potong ayam broiler umur 6 minggu (g)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rataan

(g)

Standard Deviasi

R0 1910,00 2082,00 2189,00 2229,00 2039,00 10449,00 2089,80 126,67

R1 1645,00 1668,00 1668,00 1743,00 1635,00 8359,00 1671,80 42,34

R2 1715,00 1841,00 1656,00 1588,00 1628,00 8428,00 1685,60 98,40

R3 1721,00 1635,00 1660,00 1550,00 1707,00 8273,00 1654,60 68,02

Total 6991,00 7226,00 7173,00 7110,00 7009,00 35509,00 7101,00 335,43

Rataan 1747,75 1806,50 1793,25 1777,50 1752,25 8877,25 1775,25 83,86

Dari Tabel 4 dapat dilihat rataan bobot potong tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 2089,80 g/ekor, sedangkan rataan bobot potong terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 1654,60 g/ekor.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap bobot potong ayam broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Analisis keragaman bobot potong broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung

0,05 0,01 Perlk. 3 661184,95 220394,98 27,42** 3,24 5,29

Galat 16 128600 8037,5

Total 19 789784,95 Keterangan : ** = sangat nyata


(31)

Dari tabel analisis keragaman di atas diperoleh bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada ayam broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap bobot potong. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel 0,01.

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap bobot potong, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Hasil Uji BNT untuk bobot potong broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 2089 A

R1 1671,8 B

R2 1685,6 B

R3 1654,6 B

Bobot potong berkaitan erat dengan pertambahan bobot badan. Dimana dari hasil penelitian pertambahan bobot badan tertinggi di dapat pada perlakuan R0, sedang yang terendah pada perlakuan R3.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa bobot potong pada perlakuan R0 berbeda sangat nyata dengan bobot potong pada perlakuan R1, R2 dan R3. Sementara pada perlakuan R2 dan R3 tidak berbeda nyata dengan R1. Hal ini terjadi dikarenakan pada pakan komersil kandungan nutrisi dan proses pembuatan pakannya sudah lebih sempurna dan merata dibandingkan dengan yang dilakukan sendiri.


(32)

Akan tetapi pada perlakuan R2, meskipun tidak berbeda nyata dengan R1 dan R3, tetapi dalam bobot potong R2 lebih besar dibanding R1 dan R3, dimana R2 merupakan ransum basal dengan penambahan asam amino sesuai dengan kebutuhan pakan broiler. Hal ini sesuai dengan widodo (2002) yang menyatakan bahwa umumnya pakan unggas yang berasal dari produk nabati mempunyai kekurangan asam amino Lisin dan Metionin, sehingga perlu disuplementasi ke dalam pakan dalam bentuk amino sintetis.

Bobot Karkas

Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan karkas yaitu hasil penimbangan dari daging bersama tulang ayam hasil pemotongan yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut, darah dan bulu. Dari hasil penelitian diperoleh rataan bobot karkas pada tabel berikut:

Tabel 7. Rataan bobot karkas broiler umur 6 minggu (g)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total

Rataan (g)

Standard Deviasi

R0 1465,60 1665,60 1728,80 1804,80 1724,40 8389,20 1677,84 128,53

R1 1217,20 1333,60 1286,40 1333,60 1248,50 6419,30 1283,86 51,60

R2 1379,20 1377,20 1273,60 1190,00 1361,60 6581,60 1316,32 82,90

R3 1317,60 1212,00 1275,00 1189,00 1332,00 6325,60 1265,12 63,13

Total 5379,60 5588,40 5563,80 5517,40 5666,50 27715,70 5543,14 326,16

Rataan 1344,90 1397,10 1390,95 1379,35 1416,63 6928,93 1385,79 81,54

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 1677,84 g/ekor, sedangkan rataan terendah terdapat pada R3 yaitu sebesar 1265,12 g/ekor.


(33)

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap bobot karkas broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Analisis keragaman bobot karkas broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung

0,05 0,01 Perlk. 3 575351,29 191783,76 25,54** 3,24 5,29 Galat 16 120160,68 7510,04

Total 19 695511,97 Keterangan : ** = sangat nyata

kk = 2,33 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 8 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap bobot karkas. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, nilai F hitung lebih besar dari F tabel.

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap bobot potong, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Hasil Uji BNT untuk bobot karkas broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 1677,84 A

R1 1283,86 B

R2 1316,32 B

R3 1265,12 B


(34)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa bobot karkas pada perlakuan R0 (ransum komersil) berbeda sangat nyata dengan bobot potong pada perlakuan R1, R2 dan R3. Hal ini dikarenakan pada ransum komersil penyerapan bahan makanan lebih banyak terserap, dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah konsumsi pakan pada perlakuan R0 adalah lebih tinggi di banding R1, R2 dan R3. Hal ini sesuai dengan penuturan Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bahan makanan memang sumber pertama kebutuhan nutrisi broiler untuk keperluan hidup pokok dan produksinya. Selain itu juga menurut Soeparno (1994), produksi karkas erat hubungannya dengan bobot badan, dimana pada perlakuan R0 berbeda nyata dengan perlakuan R1, R2 dan R3.

Persentase karkas

Persentase karkas diperoleh dari perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikali 100%. Dari hasil penelitian diperoleh rataan persentase karkas pada tabel berikut:

Tabel 10. Rataan persentase karkas broiler umur 6 minggu (%)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rataan (%)

Standard Deviasi

R0 77,90 80,07 80,01 81,95 85,86 405,79 81,16 2,99

R1 75,77 80,11 78,74 76,40 77,16 388,18 77,64 1,77

R2 80,73 74,89 78,92 75,15 84,90 394,60 78,92 4,17

R3 76,52 75,83 78,52 77,40 78,29 386,56 77,31 1,14

Total 310,92 310,89 316,19 310,90 326,21 1575,12 315,02 10,07

Rataan 77,73 77,72 79,05 77,73 81,55 393,78 78,76 2,52

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan persentase karkas tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 81,16%, sedangkan rataan persentase terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 77,31%.


(35)

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap persentase karkas broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 11. Analisis keragaman bobot karkas broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung

0,05 0,01 Perlk. 3 45,67 15,22 1,976tn 3,24 5,29 Galat 16 123,27 7,705

Total 19 168,94 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata kk = 0,31 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 11 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada broiler tidak memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap persentase karkas. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Ini di karenakan strain ayam yang digunakan masih sejenis dengan bobot akhir yang tidak jauh berbeda. Dimana menurut Soeparno (1994) selain faktor bobot badan, bobot karkas juga dipengaruhi genetis atau strain, umur, mutu ransum, tata laksana dan kesehatan ternak. Selain itu persentase karkas ayam menurut Cahyono (2004) adalah sekitar 65 – 75 % dari bobot hidup.

Lemak Abdominal

Lemak abdominal diperoleh dari hasil penimbangan lemak disekitar rongga perut (abdomen) dan daerah disekitar kloaka. Dari hasil penelitian diperoleh rataan lemak abdominal pada tabel berikut:


(36)

Tabel 12. Rataan lemak abdominal broiler umur 6 minggu (g)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rataan (g)

Standard Deviasi

R0 45,60 45,60 48,80 54,80 54,40 249,20 49,84 4,54

R1 27,20 33,60 36,40 43,60 36,00 176,80 35,36 5,90

R2 39,20 37,20 33,60 30,00 31,60 171,60 34,32 3,83

R3 27,60 24,50 25,00 26,50 32,00 135,60 27,12 2,99

Total 139,60 140,90 143,80 154,90 154,00 733,20 146,64 17,26

Rataan 34,90 35,23 35,95 38,73 38,50 183,30 36,66 4,32

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rataan lemak abdominal tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 49,84 g/ekor, sedangkan rataan terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 27,12 g/ekor.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap lemak abdominal broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Analisis keragaman lemak abdominal broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung

0,05 0,01 Perlk. 3 1359,45 453,15 22,95** 3,24 5,29 Galat 16 315,98 19,75

Total 19 1675,43 Keterangan : ** = sangat nyata

kk = 0,73 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 13 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap lemak abdominal. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel.


(37)

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap lemak abdominal, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Hasil Uji BNT untuk lemak abdominal broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 49,84 A

R1 35,36 B

R2 34,32 B

R3 27,12 B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda nyata

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perlakuan R0 berbeda nyata terhadap perlakuan R1, R2 dan R3. Sedangkan perlakuan R2, tidak berbeda nyata dengan perlakuan R1 dan R3. Dimana hal ini di karenakan pada ransum finisher yang di gunakan kadar proteinnya dikurangi dari kadar protein starter. Menurut Wahyu (1992) bahwa lemak karkas dapat meningkat seperti dalam keadaan kondisi akhir broiler untuk dipasarkan, dengan jalan mengurangi kadar protein dari ransum.

Pada R3 yang penambahan asam amino Lisin terbesar dapat dilihat menghasilkan paling sedikit lemak abdominal, hal ini dikarenakan menurut Sundari et al (2004) penambahan Lisin ke dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat, sehingga mengakibatkan kadar lemak dan kolesterol daging rendah.


(38)

Tabel 15. Rataan persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu (%)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total

Rataan (g) R0 3,17 2,83 2,83 3,01 3,16 15,02 3,01 R1 2,42 2,53 2,88 3,36 2,84 14,05 2,81 R2 2,89 2,69 2,70 2,51 2,43 13,25 2,65 R3 2,11 2,04 1,94 2,23 2,41 10,75 2,15 Total 10,61 10,12 10,37 11,12 10,85 53,08 10,61 Rataan 2,65 2,530 2,59 2,78 2,71 13,27 2,65

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa rataan persentase lemak abdominal tertinggi terdapat pada perlakuan R0 (ransum komersil) yaitu sebesar 3,01%, sedangkan rataan persentase terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 2,15%.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino Metionin dan Lisin dalam ransum terhadap persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Analisis keragaman persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu

F.tabel Keragaman DB JK KT F. hitung

0,05 0,01 Perlk. 3 2,01 0,67 11,929** 3,24 5,29

Galat 16 0,90 0,056

Total 19 2,91

Keterangan : ** = sangat nyata kk = 0,07 %

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 16 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada ayam broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P > 0,01) terhadap persentase lemak abdominal. Hal ini dapat terlihat pada analisis keragaman, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel.


(39)

Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan ransum komersil, ransum basal tanpa penambahan asam amino Metionin dan Lisin dan ransum basal dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin terhadap persentase lemak abdominal, maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Hasil Uji BNT untuk persentase lemak abdominal broiler umur 6 minggu

Perlakuan Rataan(g) Notasi

R0 15,02 A

R1 14,05 B

R2 13,25 C

R3 10,75 D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda nyata

Dari Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan R0, R1, R2 dan R3 semuanya berbeda. Hal ini dikarenakan pada ransum broiler finisher dilakukan pengurangan jumlah proteinnya dari pada ransum broiler stater. Dimana protein yang berlebihan di dalam tubuh dan tidak terpakai dalam sistem metabolisme akan membentuk lemak tubuh.

Hal ini juga berkaitan dengan penambahan asam amino Metionin dan Lisin yang berbeda-beda jumlahnya pada setiap perlakuan. Pada R0 dan R1 tidak diberi penambahan asam amino Metionin dan Lisin, sedangkan pada R2 dan R3 diberi penambahan asam amino Metionin dan Lisin dalam jumlah yang berbeda-beda. Sehingga pada perlakuan R3 memiliki persentase lemak abdominal terendah. Hal ini sesuai dengan Sundari et al (2004) penambahan Lisin ke dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan terbentuknya karnitin, dengan demikian lemak tubuh yang mengalami β-oksidasi semakin meningkat, sehingga mengakibatkan kadar lemak dan kolesterol daging rendah.


(40)

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Tabel 18. Rekapitulasi hasil penelitian

Parameter Perlakuan Bobot Potong

(g)

Bobot Karkas (g)

Persentase Karkas (%)

Lemak Abdominal (g)

R0 2089A 1677,84A 81,16tn 49,84A

R1 1671,8B 1283,86B 77,64tn 35,36B

R2 1685,6B 1316,32B 78,92tn 34,32B

R3 1654,6B 1265,12B 77,31tn 27,12B

Dari Tabel 18 di atas dapat dilihat bahwa pada bobot potong, bobot karkas dan lemak abdominal, perlakuan R0 berbeda sangat nyata dengan R1, R2 dan R3. Sedangkan pada persentase karkas R0 tidak berbeda nyata dengan R1, R2 dan R3.


(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perbedaan penambahan asam amino Metionin dan Lisin pada perlakuan R0, R1, R2 dan R3 berpengaruh sangat nyata terhadap bobot potong, bobot karkas dan lemak abdominal, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas.

2. Dari keempat parameter (bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal), hasil yang tertinggi terdapat pada perlakuan R0.

Saran

Disarankan jika ingin mengurangi lemak abdominal pada broiler sebaiknya menggunakan ransum pada perlakuan R3 (pada level 0,75 % Metionin dan 1,6 % Lisin untuk ransum starter broiler dan 0,63 % Metionin dan 1,4 % Lisin pada ransum finisher broiler).


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, 2008. Asam Amino. www.Google.com. [31 Oktober 2008]. Anonimous, 2006. Ayam Broiler.

http://www.halalguide.info/content/view/574/38/

Anggorodi, R., 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. UI Press, Jakarta.

Austic. 1986. Amino Acid Interaction in Poultry. Dalam Persyaratan Asam Amino Pembatas Utama Pada Pakan Ayam Pedaging,ed. Widyani, R. 1999. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Baker and C.M Parson. 1990. Recent advances in Amino Acid Nutrition. Dalam Persyaratan Asam Amino Pembatas Utama Pada Pakan Ayam Pedaging,ed. Widyani, R. 1999. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Cahyono, B., 2004. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler).

Pustaka Nusatama,Yogyakarta.

Cieslak, D.G and N.J Benevenga. 1982. The Effect of Amino Acid Excess on Utilization by the Rat of The Limiting Amino Acid-Lysine. Dalam Persyaratan Asam Amino Pembatas Utama Pada Pakan Ayam Pedaging,ed. Widyani, R. 1999. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hanafiah, A. H., 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Fakultas

Pertanian Unoversitas Sriwijaya, Palembang.

Kartadisastra, H. R., 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta. Kartadisastra, H. R., 1998. Beternak Kelinci Lokal Unggul. Kanisius, Yogyakarta. Kubena, L. F., J. W. Deaton, T. C. Chen and F. N. Reece, 1974. Factors

Influencing The Quantity of Abdominal Fat in Broiler. Poult. Sci. Murtidjo, B A., 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Murtidjo, B A., 2007. Pemotongan dan Penanganan Daging Ayam. Kanisius,

Yogyakarta.

N.R.C; 1984. Nutrient Requirement of poultry. 8 th Ed. National Academy of Science.

Purba, D. W., 2002. Pengaruh Pemberian Tepung Buah Tanjung (Mimusops elengi) Terhadap Karkas Kelinci Lokal Jantan Umur 16 Minggu. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian USU, Medan.


(43)

Rasyaf, M., 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M., 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M., 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M., 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM-Press, Yogyakarta.

Sundari, L., , C, M Srilestari dan H, I, Wahyuni., 2004. Komposisi Lemak Tubuh Kelinci Yang Mendapat Pakan Pellet Dengan Berbagai Aras Lisin. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Suprijatna, E., Atmomarsono, U dan Kartasudjana, R., 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tillman. A. d., G. Hartadi, S. Reksohadipardjo, S. Prawirokusumo, S. Lepdosoekojo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar, Fakultas Peternakan, UGM-Press, Yogyakarta.

Wahyu, J., 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM-Press, Yogyakarta.

Widodo, W., 2002. Nutrisi Pakan Unggas Kontekstual. Fakultas Peternakan – Perikanan Universitas Muhammadiyah, Malang.

Widyani, R; 1999. Persyaratan Asam Amino Pembatas Utama Pada Pakan Ayam Pedaging. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Wiki., 2007. Lisin. http: id. Wikipwedia.org/Wiki Lisin.


(44)

LAMPIRAN

Tabel 19. Formula ransum stater

Tabel 20. Formula ransum finisher

Bahan Jumlah

Bahan Protein Energi SK Lemak Ca P Lysin Methionin

T. Jagung 54,7 4,7042 1843,39 1,094 2,128327 0,009945 0,004973 0,000985 0,0008752

T. Ikan 10 5,5 291 0,1 0,9 0,55 0,28 0,0065 0,0018

B. Kedelai 21 10,08 598,5 1,26 0,18439 0,061463 0,05122 0,006659 0,001434146

Dedak

Halus 5 0,6545 81,5 0,645455 0,645455 0,006364 0,009091 0,000382 0,000127273

B. Kelapa 5,8 1,044 176,0255 0,865538 0,722769 0,008923 0,035692 0,000375 0,000160615

DCP 0,4 0 0 0 0 0,092 0,072 0 0

Minyak

Nabati 1,3 0 114,4 0 0 0 0 0 0

Top Mix 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Kapur 0,8 0,32

Total 100 21,9828 3104 3,96499 4,58094 1,048696 0,45298 0,0149 0,00439723

Bahan Jumlah

Bahan Protein Energi SK Lemak Ca P Lysin Methionin

T. Jagung 55,3 4,7558 1863,61 1,106 2,151673 0,010055 0,005027 0,000995 0,0008848

T. Ikan 7 3, 85 203,7 0,07 0,63 0,385 0,196 0,00455 0,00126

B. Kedelai 19,5 9,36 555,75 1,17 0,17122 0,057073 0,047561 0,006183 0,001331707

Dedak Halus 8 1,047273 130,4 1,0322727 1,0322727 0,010182 0,014545 0,000611 0,000203636

B. Kelapa 5,5 0,99 166,9208 0, 820769 0,685385 0,008462 0,033846 0,000355 0,000152308

DCP 0,55 0 0 0 0 0,1265 0,099 0 0

Minyak Nabati 2 0 176 0 0 0 0 0 0

Top Mix 1,4 0 0 0 0 0 0 0 0

Kapur 0,75 0,3


(45)

Tabel 21. Data konsumsi ransum

MINGGU

Perlakuan

1 2 3 4 5 6

TOTAL RATAAN

R0

1 249,00 421,80 500,20 608,00 777,00 783,00 3339,00 556,50 2 246,80 427,20 491,00 679,60 516,40 870,00 3231,00 538,50 3 246,80 408,80 513,40 674,80 674,20 940,00 3458,00 576,33 4 247,60 413,20 501,20 690,00 540,00 955,00 3347,00 557,83 5 244,80 420,80 494,40 638,00 718,00 877,00 3393,00 565,50

R1 1 233,80 402,20 538,80 635,20 618,80 883,00 3311,80 551,97 2 235,60 398,40 539,00 616,40 636,60 713,00 3139,00 523,17 3 239,20 391,80 559,00 610,00 686,00 1017,00 3503,00 583,83 4 237,60 418,40 508,00 609,00 588,00 1107,00 3468,00 578,00 5 294,00 527,00 626,50 633,75 687,50 611,00 3379,75 563,29

R2 1 241,60 422,80 518,40 631,60 812,40 890,00 3516,80 586,13 2 234,40 399,60 560,00 630,80 660,20 955,00 3440,00 573,33 3 243,20 393,80 548,20 614,00 621,00 963,00 3383,20 563,87 4 206,00 433,00 535,00 630,40 577,60 927,60 3309,60 551,60 5 248,40 407,60 534,00 640,00 601,00 1044,75 3475,75 579,29

R3 1 211,60 444,40 486,00 634,80 601,20 853,00 3231,00 538,50 2 247,25 560,25 522,50 612,50 544,50 724,25 3211,25 535,21 3 277,50 532,50 521,25 655,00 822,50 730,00 3538,75 589,79 4 258,00 539,50 505,00 676,25 720,00 1193,75 3892,50 648,75 5 230,40 420,60 510,00 629,20 729,80 851,00 3371,00 561,83


(46)

Tabel 20. Data pertambahan bobot badan

MINGGU

Perlakuan

1 2 3 4 5 6

TOTAL RATAAN

R0

1 116,60 251,80 315,00 409,00 454,00 317,00 1863,40 310,57 2 133,00 269,00 373,00 455,00 483,00 305,00 2018,00 336,33 3 125,40 253,00 372,00 409,00 539,00 444,00 2142,40 357,07 4 114,80 235,00 371,00 450,00 554,00 402,00 2126,80 354,47 5 127,80 242,00 360,00 426,00 454,00 377,00 1986,80 331,13

R1

1 90,40 179,00 291,00 351,00 433,00 265,00 1609,40 268,23 2 93,40 178,20 314,00 342,00 423,00 288,00 1638,60 273,10 3 107,60 188,00 269,00 338,00 399,00 358,00 1659,60 276,60 4 111,60 215,00 267,00 349,00 445,00 315,00 1702,60 283,77 5 100,00 194,50 280,00 338,75 383,75 317,50 1614,50 269,08

R2

1 106,40 201,00 294,00 352,00 441,00 317,00 1711,4 285,23 2 112,20 203,00 318,00 378,00 436,00 331,00 1778,2 296,37 3 114,00 203,00 299,00 377,00 349,00 308,00 1650 275,00 4 56,40 182,60 242,00 395,00 392,00 221,00 1489 248,17 5 114,60 203,00 310,00 349,00 416,00 199,00 1591,6 265,27

R3

1 69,20 188,00 302,00 377,00 445,00 335,00 1716,20 286,03 2 48,80 140,50 280,00 406,25 395,00 355,00 1625,55 270,93 3 51,00 185,75 225,00 420,00 440,00 263,75 1585,50 264,25 4 64,00 103,50 195,00 377,50 436,25 318,75 1495,00 249,17 5 90,20 205,00 279,00 385,00 409,00 319,00 1687,20 281,20


(47)

Tabel 21. Data bobot badan akhir Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5

Total Rataan

R0

1 1840 1925 1735 1770 2275 9545 1909

2 2030 1690 2360 1960 2270 10310 2062

3 2375 2180 2340 2115 1930 10940 2188

4 2520 2035 2005 2305 1995 10860 2172

5 1940 1825 2165 2395 1835 10160 2032

R1

1 1340 1330 1830 1860 1910 8270 1654

2 1890 1470 1710 1610 1735 8415 1683

3 1395 1675 1930 1900 1620 8520 1704

4 1930 1850 1850 1355 1760 8745 1749

5 1690 1810 1745 1455 0 6700 1340

R2

1 1640 1925 1770 1900 1550 8785 1757

2 1790 1840 1805 1925 1755 9115 1823

3 1450 1950 1615 1530 1935 8480 1696

4 1610 1570 1475 1555 1465 7675 1535

5 1745 1615 1180 1650 2000 8190 1638

R3

1 1800 1515 1845 1910 1745 8815 1763

2 1750 1800 1390 1835 0 6775 1355

3 1810 1845 1800 1350 0 6805 1361

4 1600 1690 1630 1350 0 6270 1254


(48)

Gambar 1. Diagram batang rataan bobot potong


(49)

Gambar 3. Diagram batang rataan persentase karkas


(50)

(1)

Tabel 21. Data konsumsi ransum

MINGGU

Perlakuan

1 2 3 4 5 6

TOTAL RATAAN R0

1 249,00 421,80 500,20 608,00 777,00 783,00 3339,00 556,50 2 246,80 427,20 491,00 679,60 516,40 870,00 3231,00 538,50 3 246,80 408,80 513,40 674,80 674,20 940,00 3458,00 576,33 4 247,60 413,20 501,20 690,00 540,00 955,00 3347,00 557,83 5 244,80 420,80 494,40 638,00 718,00 877,00 3393,00 565,50

R1 1 233,80 402,20 538,80 635,20 618,80 883,00 3311,80 551,97 2 235,60 398,40 539,00 616,40 636,60 713,00 3139,00 523,17 3 239,20 391,80 559,00 610,00 686,00 1017,00 3503,00 583,83 4 237,60 418,40 508,00 609,00 588,00 1107,00 3468,00 578,00 5 294,00 527,00 626,50 633,75 687,50 611,00 3379,75 563,29

R2 1 241,60 422,80 518,40 631,60 812,40 890,00 3516,80 586,13 2 234,40 399,60 560,00 630,80 660,20 955,00 3440,00 573,33 3 243,20 393,80 548,20 614,00 621,00 963,00 3383,20 563,87 4 206,00 433,00 535,00 630,40 577,60 927,60 3309,60 551,60 5 248,40 407,60 534,00 640,00 601,00 1044,75 3475,75 579,29

R3 1 211,60 444,40 486,00 634,80 601,20 853,00 3231,00 538,50 2 247,25 560,25 522,50 612,50 544,50 724,25 3211,25 535,21 3 277,50 532,50 521,25 655,00 822,50 730,00 3538,75 589,79 4 258,00 539,50 505,00 676,25 720,00 1193,75 3892,50 648,75 5 230,40 420,60 510,00 629,20 729,80 851,00 3371,00 561,83


(2)

Tabel 20. Data pertambahan bobot badan

MINGGU

Perlakuan

1 2 3 4 5 6

TOTAL RATAAN R0

1 116,60 251,80 315,00 409,00 454,00 317,00 1863,40 310,57 2 133,00 269,00 373,00 455,00 483,00 305,00 2018,00 336,33 3 125,40 253,00 372,00 409,00 539,00 444,00 2142,40 357,07 4 114,80 235,00 371,00 450,00 554,00 402,00 2126,80 354,47 5 127,80 242,00 360,00 426,00 454,00 377,00 1986,80 331,13

R1

1 90,40 179,00 291,00 351,00 433,00 265,00 1609,40 268,23 2 93,40 178,20 314,00 342,00 423,00 288,00 1638,60 273,10 3 107,60 188,00 269,00 338,00 399,00 358,00 1659,60 276,60 4 111,60 215,00 267,00 349,00 445,00 315,00 1702,60 283,77 5 100,00 194,50 280,00 338,75 383,75 317,50 1614,50 269,08

R2

1 106,40 201,00 294,00 352,00 441,00 317,00 1711,4 285,23 2 112,20 203,00 318,00 378,00 436,00 331,00 1778,2 296,37 3 114,00 203,00 299,00 377,00 349,00 308,00 1650 275,00 4 56,40 182,60 242,00 395,00 392,00 221,00 1489 248,17 5 114,60 203,00 310,00 349,00 416,00 199,00 1591,6 265,27

R3

1 69,20 188,00 302,00 377,00 445,00 335,00 1716,20 286,03 2 48,80 140,50 280,00 406,25 395,00 355,00 1625,55 270,93 3 51,00 185,75 225,00 420,00 440,00 263,75 1585,50 264,25 4 64,00 103,50 195,00 377,50 436,25 318,75 1495,00 249,17 5 90,20 205,00 279,00 385,00 409,00 319,00 1687,20 281,20


(3)

Tabel 21. Data bobot badan akhir

Ulangan

Perlakuan

1

2

3

4

5

Total

Rataan

R0

1

1840

1925

1735

1770

2275

9545

1909

2

2030

1690

2360

1960

2270

10310

2062

3

2375

2180

2340

2115

1930

10940

2188

4

2520

2035

2005

2305

1995

10860

2172

5

1940

1825

2165

2395

1835

10160

2032

R1

1

1340

1330

1830

1860

1910

8270

1654

2

1890

1470

1710

1610

1735

8415

1683

3

1395

1675

1930

1900

1620

8520

1704

4

1930

1850

1850

1355

1760

8745

1749

5

1690

1810

1745

1455

0

6700

1340

R2

1

1640

1925

1770

1900

1550

8785

1757

2

1790

1840

1805

1925

1755

9115

1823

3

1450

1950

1615

1530

1935

8480

1696

4

1610

1570

1475

1555

1465

7675

1535

5

1745

1615

1180

1650

2000

8190

1638

R3

1

1800

1515

1845

1910

1745

8815

1763

2

1750

1800

1390

1835

0

6775

1355

3

1810

1845

1800

1350

0

6805

1361

4

1600

1690

1630

1350

0

6270

1254


(4)

Gambar 1. Diagram batang rataan bobot potong


(5)

Gambar 3. Diagram batang rataan persentase karkas


(6)