PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’AN PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

(1)

i

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’AN PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN BANTUL

YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

SKRIPSI Oleh Nashrullah Salim NPM: 20120720054

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN BANDONGAN TAHFIDZ QUR’ANPONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN KASIHAN

BANTUL YOGYAKARTA (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata Satu

pada prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Oleh: Nashrullah Salim NPM: 20120720054 FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv MOTTO

َ ذَ ل

َ ك

ََ لا

َ كَ ت

َ ب

َ

َ ل

َ َََ ي

َ ب

ََ ف

َ يَ هَ

َ َ د

َ لَى

َ ملَ ت

َ قَ ي

َ ن

)

۲

(

َ

Inilah Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan-keraguan di dalamnya bagi orang yang bertakwa


(6)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua ku yang tercinta yakni: Bapak Salim Karim dan Ibu Rukiah Mahmud yang selalu mencurahkan kasih-sayang, harapan, doa dan restunya. 2. Kakak-kakakku M Ikbal Salim, Abdul Karim Syauki, Mirwan Salim, dan

Husna Salim yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi. 3. Cindra Kusuma Wardani, seseorang yang selalu memberikan motivasi dan

semangat dalam hidup saya.

4. Keponokan-keponakan ku Fatih, Haikal, Raihan, Alif, Rizki, Nabila, Nadila, Dhani, dan Farhan yang selalu ceria bersama saya.

5. Teman-teman seperjuangan di UMY khususnya angkatan 2012, teman-teman seperjuangan di HMI yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk terus berkarya, dan almamaterku.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

َ ش أَ ل عَ م ا سلا و ةَ ا صلا وَ ن ي م لا ع لاَ بَ ََ هَ د م ح لاَ، م ي ح رلَ ن م حَ رلَ هَاَ م س ب

َ و ءا ي ب ن أاَ ف ر

َ ه للَ ل عَ وَ ن ي ل َ ر م لاَ

َ د ع بَا م أَ، ن ي ع م ج أَ ه ب ح صَ و

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang. Segala puji hanya milik Allah. Tuhan pemelihara alam semesta. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan nabi dan utusan yang paling mulia yaitu Nabi Muhammad saw, keluarganya, para sahabat, serta pengikut beliau yang selalu setia hingga akhir zaman nanti.

Atas limpahan rahmat dan hidayah Allah Swt, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul: “Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul Yogyakarta (study kasus Santri Salafiyah Wustho) 2016”.

Skripsi ini sebagai laporan penelitian yang diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata satu.

Keberhasilan skripsi ini bukanlah semata-mata hasil kerja penulis saja, melainkan banyak pihak yang telah berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan termima kasih kepada yang terhormat:


(8)

vii

2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid. M. Ag sebagai Ketua Jurusan PAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Dwi Santoso AB., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang dengan keikhlasan membimbing skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu menyediakan sarana dan prasarana bagi kelancaran penulisan skripsi ini.

5. Ustadz Amri Suaji, Lc selaku ketua pengurus Yayasan Hamalatul Qur’an yang

telah memberikan izin penelitian.

6. Para santri Salafiyah Wustho dan musrif yang membantu memberikan informasi dan data demi suksesnya penelitian ini.

7. Keluargaku dan teman-teman yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan doa nya dalam penulisan skripsi ini

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat imbalan di sisi Allah Swt sebagai amal ibadah. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya

Peneliti menyadari walaupun semua kemampuan yang ada telah peneliti curahkan namun peneliti mengakui bahwa masih banyak kekurangan dari skripsi ini,


(9)

viii

oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan sebagai masukan bagi peneliti.

Yogyakarta, 25 Maret 2016


(10)

ix DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL………...i HALAMAN JUDUL………...ii HALAMAN PERSETUJUAN………..………..…...iii PENGESAHAN……….………...iv PERNYATAAN KEASLIAN……….……….…….v MOTTO………..………...vi PERSEMBAHAN………..………..…...vii KATA PENGANTAR………..………..…....viii DAFTAR ISI………..………..………...x DAFTAR TABEL………..…xiv DAFTAR GAMBAR………...……....xv ABSTRAK………...………...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…….………...……….1

B. Rumusan Masalah………….……….6

C. Tujuan Penelitian……….………...……...6

D. Kegunaan Penelitian……….………...………...7

E. Sistematika Pembahasan…………..………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. Tinjauan Pustaka………...……….…...……9

B. Kerangka Teoritik……….…….………...…..………..13

1. Metode Pembelajaran Bandongan….……….13

2. Tahfidz Qur’an………...………...15

3. Santri Salafiyah Wustho ………..……….. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian………...….………...………..33

1. Pendekatan Penelitian…….………...………...33

2. Lokasi Penelitian………….………....……….……..33

3. Subyek Penelitian………….………..33

4. Teknik Pengumpulan Data….………....34

5. Langkah-Langkah dan Pengumpulan Data…..…...…………..…….35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….…...……….. 39

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis………...………... 39

b. Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul…………...…………..… 41


(11)

x

d. Visi dan Misi………..………..46

e. Kurikulum Pondok Pesantren……….……….….46

f. Kegiatan Pendidikan………...………. 48

g. Syarat Pendaftaran………...…………...53

h. Waktu dan Sistem Seleksi…………..……...………...53

i. Program Pendidikan……….…………....54

j. Standar Kelulusan………...………...54

k. Pembagian Mata Pelajaran……….………...56

l. Struktur Organisasi……….….……….57

m. Data Ustadz, Santri, dan Karyawan………..………..…..59

n. Program dan Kegiatan Santri………..………..60

o. Biaya Pendidikan………...………...62

p. Sarana Prasarana………...………...63

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan………...………..64

1. Deskripsi Data Penelitian ……….……….…...64

2. Deskripsi Subyek Penelitian………..….….64

3. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an pada Santri Salafiyah Wustho………..67

4. Sebab-sebab Santri Salafiyah Wustho Mudah Menghafal al-Qur’an Dengan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an…..….….84

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembalajaran Bandongan Tahfidz Qur’an………...……..88

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….…..92

B. Saran………..……..………...…..…93

C. Penutup………...…..94

DAFTAR PUSTAKA………..………95 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

xi

DAFTAR TABEL

a. Daftar Tabel 1.1……….………48

b. Daftar Tabel 2.1………...…..55

c. Daftar Tabel 2.2………...…..56

d. Daftar Tabel 2.3……….58

e. Daftar Tabel 3.1………...………..59

f. Daftar Tabel 4.1………...………..59

g. Daftar Tabel 5.1………...61


(13)

xii Daftar Gambar

1. Gambar 1………...……….69

2. Gambar 2 ………...………70

3. Gambar 3 ………...…………71

4. Gambar 4………72

5. Gambar 5 ………...73

6. Gambar 6………... 79


(14)

(15)

xv ABSTRAK

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul Yogyakarta. Maka dalam penelitian ini yang akan diungkap adalah sebab-sebab apa saja yang dapat menjadikan santri Salafiyah Wustho mudah menghafal al-Qur’an dengan metode pembelajaran Bandongan, apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an pada santri Salafiyah Wustho.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dengan subjek penelitian yakni pengajar (musrif) dan santri santri Salafiyah Wustho kelas VII, VIII, dan IX. Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, sehingga dalam hal ini peneliti berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.

Dari hasil penelitian peneliti menemukan (1) Proses pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di pondok pesantren Hamalatul Qur’an diantaranya: (a) metode pembelajaran Bandongan merupakan gabungan dari dua pembelajaran yakni ziyadah (menambah hafalan bau) dan murojaah (mengulang hafalan dimana pembelajaran murojaah terbagi menjadi tujuh bagian yakni: yaumiyah, fardiyah, tsunnaiyah, haloqatiyyah, tasmi’, imtihan usbu’iyah dan laznah juz’iyah pelaksanaan pembelajaran ziyadah dan murojaah dilaksanakan pada waktu pagi, siang, dan malam (b) santri mengikuti program tahsin Qur’an untuk membetulakan bacaannya dengan tajwid sebelum mengikuti metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an (c) adanya target hafalan pada setiap jenjang (d) proses evaluasi oleh musrif dan santri dengan menggunakan pembelajaran murojaah imtihan usbuiyah dan tasmi’, (2) sebab-sebab santri mudah menghafal al-Qur’an diantaranya: (a) target hafalan yang membuat santri termotivasi (b) penambahan hafalan baru dipagi hari karena diwaktu tersebut santri sangat mudah menyerap apa yang diterima (c) hafalan surah dari yang pendek ke yang panjang, (3) kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an yakni: (a) kelebihan: target hafalan yakni mengahafal 3 tahun harus selesai 30 juz dan prsoes evaluasi yang dilakukan oleh musrif dengan cara masing-masing, sedangkan kekurangannya: Fokus santri sering terbagi antara menambah hafalan baru dengan mengulang hafalan yang sudah dihafalkan sehingga terkadang santri kurang berkonsentrasi dalam menghafal.

Kata Kunci : Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an (study kasus santri Salafiyah Wustho).


(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Al-Qur’an adalah firman Allah Swt seru sekalian alam yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada penutup para nabi dan rasul, yaitu junjungan nabi Muhammad saw sebagai petunjukbagi seluruh umat manusia” (Ibrahim, 1986: 3).

Al-Hafizh (2010: 5) memandang al-Qur’an sebagai landasan hidup manusia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab yang lain. Beberapa keistimewaan tersebut antara lain:

1. Keistimewaan Tilawah (membaca)

Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang harus dibaca, bahkan sangat dianjurkan untuk dijadikan sebagai bacaan harian. Allah Swt menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang membacanya. Pahala yang Allah Swt berikan tidak dihitung per ayat atau per kata, melainkan per huruf, sebagaimana penjelasan Rasulullah SAW.

2. Keistimewaan Tadabbur (merenungkan)

Al-Qur’an mampu menjadi ruh (penggerak) bagi kemajuan kehidupan manusia

manakala selalu dibaca dan ditadabburkan makna yang terkandung dalam setiap ayat-ayatnya.Allah Swt berfirman:

ُنَم ِْْا ََ َو ُبَتِكُْا اَم ىِر ْدَت َتْنُك اَم اَن ِرْم َأ ْنِم اًح وُر َكْيَُ ِإ اَنْ يَح ْو َأ َكُِ َذَك َو

ْسم ٍط َرِص ََ ِإ ى ِدْهَ تَُ َكن ِإ َو اَن ِد اَبِع ْنِم ُء اَشَن ْنَم ِهِب ى ِدْه ن اًر ْاُ ن ُهَنْلَعَجْنِكََُو

ٍ ْيِقَت

ئراشُ اُ

:

۲۲

(

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu sebuah ruh (al-Qur’an) dengan perintah kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al kitab itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu?Tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.Dan sesungguhnya kami benar-benar memberi petunjuk

kepada jalan yang lurus.”(QS. As-syuara: 52) (Departemen Agama RI, 2010:

490)

ِهِتَيا َء ْا و ُرَ ب دَيُِ ٌك َرَ بُم َكْيَُ ِإ ُهَنُْ َزْ ن َأ ٌبَتِك

ْو ُأ َرك َذَتَيُِ َو

ِبَبُْ َْْ اا اُُ

)

۲٦

َ

Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburkan ayat-ayatNya dan supaya menjadi peringatan


(17)

2

bagi orang-orang yang berakal.”(QS. Shaad: 29) (Departemen Agama RI, 2010: 456)

3. Keistimewaan Hifzh (menghafal) al-Qur’an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal, dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri khas orang-orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolak ukur keimanan dalam hati seseorang.

ْاُمِلظُا َ إ اَنِتَي اَء ِب ُدَحََْ اَم َو َ ْلِعُْ ا اْاُ ت وُأ َنْي ِذُ ا ِر ْوُدُص ِِ ٌتَنِ يَ ب ُتَياَء َاُ ْلَب

ن

بكنعُ اُ

ا

ت

:

٩٦

(

“Sesunguhnya orang yang didalam dadanya terdapat sebagian ayat-ayat Kami

kecuali orang-orang yang dzalim.”(QS. Al-Ankabut: 49) (Departemen Agama RI, 2010: 403)

Ibrahim (1986: VIII) memandang al-Qur’an sebagai sarana praktis yang menghantarkan umat Islam kepada kehidupan dunia dan akhirat, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Al-Qur’an adalah kitabullah yang agung yang mengharuskan umat Islam menjaga dengan menghafalkan seluruhnya atau sebagian saja direlung hati dan melaksanakannya dengan cara para orang tua menganjurkan anak-anak mereka sejak kukunya masih lembek dengan menghafalkan surat-suratnya yang pendek, memaksa anak-anak remaja agar selalu membaca dan memahaminya, sebagaimana orang-orang dewasa tidak boleh bermalas-malasan untuk mengkaji dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka secara teoritis maupun praktis, karena al-Qur’an adalah kitab yang merupakan gudang-gudang ilmu yang bermanfaat disamping ia sebagai undang-undang dasar (dustur) yang menunjukan kepada jalan yang lurus dan bahwasannya mengikuti al-Qur’an secara tekstual dan spiritual adalah sarana praktis yang menghantarkan kepada kehidupan dunia dan akhirat.

Pendidikan dewasa ini sudah sangat beragam sehingga memunculkan banyak pilihan-pilihan yang akan ditempuh oleh para anak-anak usia SMP untuk menetapkan pilihannya dalam memilih sekolah dan pendidikannnya. Fenomena sekarang ini ada kecenderungan semakin sedikitnya anak-anak usia 10-14 tahun, yang kurang tertarik untuk menghafal al-Qur’an dengan berbagai alasan seperti: kesulitan dalam menghafal al -Qur’an, maupun kesulitan membagi waktu antara mempelajari ilmu agama dan ilmu umum.


(18)

3

Anak usia SMP adalah “masa awal remaja. Mereka banyak mengalami perubahan, baik jasmaniah maupun ruhaniah.Mereka yang sebelum masa remaja menurut perkataan orang tua, kini sering mulai suka membantah” (Khan, 2002: 69).

Anak usia SMP yang pada umumnya cenderung masih lebih mementingkan bermain dari pada belajar, mereka juga belum bisa menemukan jati diri dan juga belum bisa mengatur diri mereka sendiri sehingga mereka masih sangat perlu untuk mendapat bimbingan dari orang tuanya. Semua orang tua sangat jelas menginginkan sesuatu yang terbaik untuk anaknya, terutama dalam hal pendidikan.

Pesantren adalah “lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari” (Jamaluddin, 2005: 1). Untuk menunjang pendidikan santri maka banyak pesantren yang pendidikannya dilengkapi dengan membuka sekolah formal, santri tidak hanya mengaji, mempelajari ilmu-ilmu Islam di pondok, tetapi juga mengikuti sekolah umum sesuai dengan tingkatanya. Program dan metode pembelajaran yang ditawarkan sangat kreatif dan inovatif agar meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaganya.

Orang tua dalam memilih pendidikan terhadap anak cenderung mengalami benturan-benturan dengan kemauan si anak itu sendiri. Anak terkadang enggan dan tidak mau untuk melanjutkan pendidikannya selepas SD ke pendidikan pondok pesantren terlebih lagi pesantren yang berbasis Tahfidz Quran, hal ini dikarenakan anak merasa berat jika harus menghafal al-Qur’an dengan alasan akan lebih banyak memerlukan waktu untuk menghafal, kurangnya waktu bermain, serta terlalu banyak peraturan yang harus dijalani dalam pondok pesantren.


(19)

4

Menyikapi permasalahan ini, diperlukan suatu kajian atau penelitian tentang sebuah metode menghafal al-Qur’an yang kiranya bisa membuat anak atau para santri senang dan mau serta tidak merasa terbebani dalam menghafal al-Qur’an.

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an adalah pondok pesantren yang bertujuan untuk menjadikan kader-kader ulama yang menghafal Qur’an, memiliki ilmu keislman yang kuat, pelopor gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar serta penegak kejayaan Islam dalam menghadapi arus globalisasi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut Pondok Pesantern Hamalatul Qur’an menyelenggarakan pendidikan dengan kurikulum pesantren yang berfokus pada tahfidz Qur’an yang diintegrasikan dengan program wajib belajar selama 7 tahun kepada santri tingkat Salafiyah Wustho (SMP) selama 3 tahun, Salafiyah Ulya (SMA) selama 3 tahun, dan pengabdian yang digunakan santri untuk aplikasi ilmu yang diperoleh dan pengayaan individu selama 1 tahun. (http://hamalatulquran.com/tentang-kami).

Pesantren Hamalatul Qur’an lebih berfokus pada tahfidz Qur’an

yangmenggunakan metode bandongan, yakni hafalan Qur’an yang dihafal secara bersama -sama dan pelaksanaan dari metode pembelajaran tersebut dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.(wawancara dengan ustatdz Masnun pada tanggal 15 Oktober 2015, jam 08.45)

Dipilihnya pondok pesantren tersebut karena tertarik dengan santri Salafiyah Wustho, sebab pada tingkat SMP sudah mampu menghafal al-Qur’an pada usia remaja. Hal ini juga merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti dikarenakan anak yang berusia SMP sebagian besar cenderung bermain dari pada belajar dan juga mereka harus menempuh pembelajaran seperti di sekolah formal, dan metode pembelajaran bandongan bila di perbiasakan pada santri-santri usia SMP maka dapat merubah saraf-saraf pada diri anak dan menjadikan anak sangat mudah menghafal dan memahami al-Qur’an


(20)

5

Dari latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian ini adalah

“Pelaksanaan Metode Pembelajaran Bandongan Tahfidz Qur’an Pondok Pesantren

HamalatulQur’an Kasihan Bantul Yogyakarta (Studi Kasus Santri Salafiyah Wustho)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka ditetapkan tiga rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho?

2. Mengapa metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an dapat menjadikan santri Salafiyah Wustho menghafal al-Qur’an?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan

tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengapa metode pembelajaran Bandongan

tahfidz Qur’an dapat menjadikan santri Salafiyah Wustho menghafal al-Qur’an. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada

metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an pada santri Salafiyah Wustho usia sekolah menengah pertama


(21)

6 D. Kegunaan Penelitian.

Adapun kegunaan penelitian pada skripsi ini dapat di lihat dari dua aspek yaitu: 1. Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan keilmuan khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

2. Praktis

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan program pembelajaran tahfidz Qur’andi Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an supaya dapat meningkatkan kualitas nya menjadi lebih baik.

E. Sistematika Pembahasan

Secara singkat penulisan skripsi dibagi menjadi lima bab, yaitu BAB I, Pendahuluan: Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, sistematika pembahasan.

BAB II, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori: Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teorirelevan terkait dengan tema skripsi.

BAB III, Metode Penelitian: Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, defenisi konsep dan variabel, serta analisis data yang digunakan.

BAB VI, Hasil dan Pembahasan: Berisi (1) Hasil Penelitian, Klasifikasi bahasan disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya. (2) Pembahasan, Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan tersendiri


(22)

(23)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK

A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran, terdapat penelitian yang terkait dengan skripsi ini, diantaranya:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh M Kharir, dengan judul skripsi

“Integrasi Metode Bandongan dan Sorogan Dalam Peningkatan Keaktifan Belajar Santri

Di Pondok Pesantren Aswaja-Nusantra Mlangi, Sleman, Yogyakarta Tahun 2013”, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini berisi tentang: 1) pengintegrasian metode Bandongan dan Sorogan dalam meningkatkan keaktifan belajar santri, 2) implementasi integrasi metode bandongan dan sorogan terhadap keaktifan belajar santri di Pesantren Aswaja-Nusantara Mlangi Sleman. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa: Metode Bandongan dan Sorogan digunakan secara integratif. Hasil temuan menunjukan: (1) bahwa integrasi metode Bandongan dan Sorogan berupa paralelisasi, yaitu menyamakan konotasi metode Bandongan dan Sorogan yang berbeda; komplementatif, yaitu mengintegrasikan dua metode tersebut untuk menunjang satu sama lain; (2) dalam pelaksanaannya, bentuk integrasi ini berimplikasi pada keaktifan belajar santri. Hal ini ditunjukkan dengan keinginan, minat dan keberanian santri dalam mengikuti pembelajaran, usaha menyelesaikan proses pembelajaran dari awal sampai akhir, kebebasan atau keleluasaan santri dalam menyampaikan gagasan dan kritik, dan kemandirian belajar diluar jam pembelajaran.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Syarif Kharomain Anwar, dengan judul

Skripsi “Pembelajaran Maharah Qira’ah di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi (Studi Penerapan Metode Bandongan) tahun 2013”, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


(24)

10

Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Penelitian ini berisi tentang:1) pembelajaran Maharah Qiraah, 2) penerapan metode Bandongan dalam meningkatkan pembelajaran Maharah Qiraah, 3) faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pembelajaran Maharah Qiraah dengan metode Bandongan di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode Bandongan di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi telah mengalami modernisasi dan modifikasi. Yakni proses membaca dan menerjemahkan kitab kuning dilakukan dengan perkata dengan menyebutkan arti kata serta kedudukan dari masing-masing kata dari sisi sintaksis (Nahwu) serta morfologisnya (Sharaf). Penerapan metode Bandongan dalam peningkatan Maharah Qiraah didukung dengan kompetensi mengajar yang mumpuni, santri yang mayoritas alumni pesantren salaf , sarana-prasarana yang memadai, dan ghirah kuat dari pengasuh. Namun ada pula beberapa kendala yang ditemui dalam penerapannya, yaitu santri kurang memahami dengan baik tentang qawaid, kurangnya tenaga pengajar, pengajar yang kreatif dan inovatif, dan maraknya buku terjemahan.

Ketiga, Aldi Mirza Fahmi, dengan judul skripsi “Pengaruh Metode Bandongan

dan Sorogan Terhadap Keberhasilan Pembelajaran (Studi Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur) Tahun 2014, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini berisi tentang: 1) Implementasi metode Bandongan dan Sorogan, 2) Keberhasilan metode Bandongan dan Sorogan, 3) Pengaruh metode Bandongan dan Sorogan di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Pasuruan Jawa Timur. Adapun hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang sedang atau cukup antara metode Sorogan dan Bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai r hitung sebesar


(25)

11

0, 439 dan termasuk sedang atau kecukupan (nilai r hitung pada rentan 0,40 – 0,70) dengan interpretasikan bahwa taraf signifikan 5 % diketahui 0.439 > 0,349 (r hitung lebih besar dari r tabel). Dengan demikian terdapat pengaruh yang sedang atau cukup antara metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur.

1. Penelitian terdahulu yang pertama di lakukan oleh, M. Kharir dengan skripsi memiliki persamaan variabel dengan penelitian sekarang ini, yakni metode Bandongan dan persamaan pada jenis penelitian yang dipakai yakni penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu meneliti tentang integrasi metode Bandongan dan sorogan dapat meningkatkan keaktifan belajar santri sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang pelaksanaanmetode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang

diterapkan pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an.

2. Penelitian terdahulu yang kedua dilakukan oleh, Syarif Kharomain Anwar, dengan skripsi memiliki persamaan variabel dengan penelitian yang sekarang yakni metode Bandongan dan persamaan jenis penelitian yang dipakai yakni penelitian kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Sedangkan perbedaan yang dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang yaitu: penelitian terdahulu meneliti tentang konsep penerapan metode Bandongan dalam meningkatkan Maharah Qiraah, sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang diterapkan pada santri Salafiyah Wustho di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an. 3. Penelitian terdahulu yang ketiga di lakukan oleh, Aldi Mirza Fahmi, dengan skripsi

memeiliki persamaan variabel dengan penelitian sekarang ini yaknimetode Bandongan. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu: penelitian terdahulu meneliti tentang perbandingan antara pengaruh metode Sorogan dan


(26)

12

Bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi dan metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an yang diterapkan pada santri Salafiyah Wustho

di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an dan metode penelitian yang digunakan yakni

deskriptif kualitatif.

B. Kerangka Teori

1. Metode Pembelajaran Bandongan

a. Pengertian Metode

Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai “suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu” (Sutikno, 2013: 85).

b. Pengertian Pembelajaran

Ada beberapa defenisi tentang pembelajaran, diantaranya disebutkan

bahwa pembelajaran merupakan “kegiatan terencana yang

mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar sesuai dengan tujuan

pembelajaran”(Majid, 2013: 5).

Sedangkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Sadiman (1990) sebagaimana dikutip Sutikno (2013: 31) menyatakan bahwa pembelajaran

adalah ‘usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar

agar terjadi proses belajar dalam diri siswa’.

Subini (2012: 8) memandang pembelajaran merupakan suatu proses untuk memperoleh perubahan perilaku, sebagaimana dikemukakan bahwa:


(27)

13

Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari ke tiga pengertian diatas maka pembelajaran merupakan suatu rancangan dan rencana dalam menunjang proses belajar mengajar di kelas. Suatu pembelajaran dikatakan bermutu apabila siswa dapat mengerti dan dapat menangkap materi dalam proses belajar yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Pembelajaran bukan hanya didapatkan oleh siswa ketika di dalam kelas saja berupa pelajaran dari guru, tetapi pembelajaran juga bisa ditemui diluar kelas melalui lingkungan.Baik itu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun pengalaman-pengalaman berharga yang bisa dijadikan pelajaran oleh siswa. c. Pengertian Bandongan

Metode Bandongan atau Weton adalah “sistem pengajaran secara kolektif

yang dilakukan di pesantren” (Ismail, 2002: 67). Sedangkan pengertian Bandongan

menurut Abuddin Nata (2001) sebagaimana dikutip Djunaidatul Munawaroh

(2003: 177) menyatakan bahwa ‘Disebut Weton karena istilah ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu. Berlangsungnya pengajian itu merupakan inisiatif kiyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya. Disebut Bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari kiai dalam pengajian disebut halaqoh.

Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa metode Bandongan merupakan sebuah metode yang dilaksanakan secara berkelompok dan dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Metode bandongan pendekatannya lebih kepada sistim pembelajaran sosial yang dapat memberikan pengalaman yang beragam bagi para santri.


(28)

14

Baharudin (2014: 184) memandang pembelajaran sosial sebagai:

Budaya sekolah, dan ruang kelas yang memberi siswa peluang untuk menjadi bagian dari kelompok yang bermakna, memperoleh pengalaman memimpin, memperoleh penghargaan dari teman sebaya dan berpartisipasi dalam alturisme (merasa dihargai)

2. Tahfidz Qur’an

a. Pengertian Tahfidz Qur’an

Istilah Tahfidz Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitutahfidz dan al-Qur’an. “Kata tahfidz merupakan bentuk isim mashdar dari fiil madhi yang mengandung makna menghafalkan atau

menjadikan hafal” (Yunus, 2005: 324).

Al-Qur’an adalah “firman Allah Swt yang maha kuasa diturunkan kepada Rasulullah saw dan dihitung sebagai suatu ibadah, walaupun hanya membaca satu

ayat yang pendek sekalipun” (Abdullah, 2009: 137).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz Qur’an adalah menghafal firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang apabila dibaca dan dihafal akan bernilai ibadah walaupun hanya satu ayat yang pendek sekalipun.

b. Kaidah-Kaidah Menghafal Al-Qur’an

Kaidah-kaidah menghafal al-Qur’an yang dikemukakan oleh Muhsin dan As-Sirjani (2014: 33-60) menyebutkan bahwa kaidah-kaidah utama menghafal

al-Qur’an di antaranya adalah:

1) Tekad yang kuat dan bulat

Tugas menghafal al-Qur’an adalah tugas mulia dan besar, hanya mampu dilakukan oleh mereka yang punya tekad.Mereka yang punya tekad memiliki ciri utama yang jelas, secara sederhananya adalah tekad yang kuat.


(29)

15

Berdoa kepada Allah Swt dengan ikhlas maka dapat menjadikan seorang penghafal al-Qur’an ikhlas semata-mata karena Allah, dan memudahkan seseorang untuk mengamalkannya.

3) Memahami makna ayat dengan benar

Memahami makna-makna ayat yang dihafal, tentu akan mempermudahkan proses penghafalan. Seperti itu juga menghafal surah-surah yang berisi kisah, atau ayat-ayat yang ada sababun nuzul-nya, ayat-ayat yang berisi hukum fiqh, seperti kafarat sumpah, kafarat zhihar, puasa, diyat pembunuhan tidak sengaja dan hukum-hukum lain.

4) Menguasai ilmu tajwid yang benar

Membaca al-Qur’an dengan benar penting bagi orang yang membaca.Tak semua orang yang mengerti bahasa Arab bisa membaca al-Qur’an dengan benar, karena membaca al-Qur’an ada kaidah-kaidahnya tersendiri yang hanya diterapkan untuk al-Qur’an saja.

Menghafal al-Qur’an dengan tajwid yang benar dan tepat dapat mendatangkan pahala besar dari Allah Swt. Siapa pun yang mempelajari

al-Qur’an harus mencurahkan tenaga dan waktu untuk mempelajari kaidah-kaidah tajwid meski hal ini tersa berat, karena setiap usaha untuk mempelajari ilmu ini akan semakin meningkatkan pahala seorang mukmin.

5) Mengulang-ulang bacaan

Usahakan untuk menghatamkan al-Qur’an minial sebulan sekali, dan lebih baik lagi jika bisa khatam kurang dari sebulan.Sebagian besar sahabat khatam al-Qur’an dalam sepekan, dan ada sebagian yang khatam dalam tiga hari.


(30)

16

Terus mengulang-ulang bacaan akan memindahkan surah-surah dari memori jangka pendek ke jangka yang panjang. Salah satu memori jangka pendek adalah bisa menghafal dengan cepat, namun cepat lupa pula.Sementara memori jangka panjang memerlukan waktu yang cukup lama untuk memasukkan informasi, dan dalam saat yang bersamaan memori ini menyimpan segala informasi dalam jangka panjang.

6) Shalat dengan membaca ayat-ayat yang dihafal

Menyimak bacaan ayat-ayat yang anda hafal saat sholat akan

memperkuat hafalan. Bacalah ayat-ayat yang baru anda hafal sebelumnya. Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa kaidah-kaidah yang paling utama untuk menyempurnakan hafalan al-Qur’an ialah menguasai ilmu tajwid dengan benar dan mengulang-ulang bacaan al-Qur’an. Karena apabila sesorang menghafal al-Qur’an tetapi dia tidak bisa menguasai ilmu tajwid dengan benar maka akan sia-sia hafalannya, dan untuk lebih menguatkan hafalannya maka harus mengulang-ulang bacaan al-Qur’an dengan cara menghatamkan al-Qur’an, kemudian membacakan ayat-ayat yang sudah dihafal di dalam sholat agar nantinya hafalan yang sudah dihafal melekat didalam ingatan dan tidak mudah terlupakan. c. Faktor-Faktor Kemampuan Menghafal Al-Qur’an dalam Waktu Singkat

Faktor kemampuan menghafal al-Qur’an dalam waktu singkat sebagaimana Qasim (2015: 85-91) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat menjadikan seseorang mudah menghafal al-Qur’an dalam waktu yang singkat, di antaranya yaitu:

1) Menempuh upaya-upaya dalam rangka menghafal

Di antaranya adalah berusaha mengatur waktu dengan model dan cara apapun guna memberikan waktu yang cukup untuk menghafal.


(31)

17

2) Keyakinan bahwa Allah Swt telah memilih untuk menghafal kitab-Nya

Memiliki keyakinan bahwa Allah Swt telah memilih diri mereka untuk menghafal kitab-Nya, dan dengan mantap mereka meyakini bahwa Allah Swt telah memilih diri mereka di antara berjuta-juta kaum muslimin.Maka kebahagiaan mereka bertambah dan mereka lebih giat menghafal.

3) Berusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad. Bersusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad

mereka dan melemahkan kekuatan mereka dalam menempuh jalan menuju ridha Allah Swt, baik anak, orang tua, maupun rekan kerja. Begitu pula orang-orang yang menebar keraguan seputar manfaat menghafal al-Qur’an

4) Menetapkan batas waktu untuk menghatamkannya

Orang yang berhasil khatam menghafal al-Qur’an dalam waktu sangat singkat tersebut,mereka menetapkan satu batas waktu untuk mengkhatamkannya, pada jam sekian dan diwaktu tertentu.Tujuannya agar hal ini menjadi pemantik penyemangat, maupun sebagai tantangan.

Dari penjelasan tersebut dapat diambil pengertian bahwa faktor-faktor yang dapat membuat orang mampu menghafal al-Qur’an dalam waktu yang singkat harus mempunyai keyakinan dan husnudzon, dan berusaha menguatkan hati bahwa niat yang baik akan diberi kemudahan oleh Allah yakni menghafalkan ayat-ayat Allah. Disamping itu pula perlu adanya pembagian waktu untuk menghafal

al-Qur’an agar nantinya tidak menghambat aktivitas kegiatan yang lain agar

semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Orang yang menghafal al-Qur’an harus memiliki komitmen dan prinsip yang kuat agar tidak mudah terpengaruh dengan orang-orang yang menebar keraguan dalam menghafal al-Qur’an.


(32)

18

Metode menghafal al-Qur’an, sebagaimana Qosim (2015: 92) menyebutkan bahawa ada tiga metode dalam menghafal al-Qur’an yakni:

1) Menghafal ayat per ayat

Metode dengan menghafal ayat per ayat yakni menghafal dengan cara membaca satu ayat saja dengan bacaan yang benar, sebanyak dua atau tiga kali sambil melihat ke mushaf. Kemudian ia melanjutkan ke ayat kedua dan melakukan seperti pada ayat pertama. Akan tetapi setelah ituia membaca ayat pertama dan kedua tanpa melihat ke mushaf. Berikutnya, ia menghafal ayat ke tiga dengan cara yang sama. Yakni, membacanya sambil melihat ke mushaf, kemudian mengulangi ayat ketiga saja tanpa melihat ke mushaf, lalu dilanjutkan mengulangi ketiga ayat itu, dari ayat pertama, kedua dan ketiga tanpa melihat ke mushaf. Setelah itu, meneruskan ayat ke empat hingga akhir halaman. Kemudian ia mengulangi hafalan sebanyak tiga kali.

2) Membagi satu halaman menjadi tiga bagian

Yakni, satu halaman dibagi menjadi tiga bagian, lalu setiap bagiannya kita asumsikan sebagai satu ayat dan dibaca berulang-ulang beberapa kali sampai hafal. Kemudian kita menyambung antara ketiga bagian ini.

Melalui metode ini, penyambungan antara ayat-ayat dapat dilakukan dengan cara yang lebih akurat, selain juga menghemat waktu yang habis dipergunakan untuk mengulang ayat per ayat (dalam metode pertama). 3) Menghafal per halaman

Metode ini mirip dengan yang sebelumnya, hanya saja dalam metode ini langsung menghafal satu halaman penuh. Lebih jelasnya, orang yang ingin menghafal hendaknya membaca satu halaman penuh dari awal sampai akhir dengan bacaan yang pelan dan benar, sebanyak tiga atau lima kali, sesuai daya


(33)

19

tangkap dan kemampuan menghafalnya. Bila ia telah membacanya sebanyak tiga hingga lima kali, dengan bacaan yang diiringi dengan kehadiran hati, konsentrasi pikiran serta akal, dan bukan sekedar bacaan dilidah saja. Tapi ia memfokuskan hati serta pikirannya karena ia ingin menghafal dari bacaan ini.

Untuk mempermudah seseorang dalam menghafal al-Qur’an maka ada baiknya metode-metode tersebut diterapkan setiap hari dan dijga oleh orang lain apabila kita sedang menghafal al-Qur’an, sebab dalam menghafal al-Qur’an dengan metode tersebut harus ada yang mengawasi agar kita dapat mengetahui kekurangan baik dari kesalahan ayat, makharijul khuruf, dan tajwid.

e. Faidah-Faidah Bagi Penghafal Al-Qur’an

Ada beberapa faidah yang didapatkan oleh para penghafal al-Qur’an. Sebagaimana Az-Zawawi, (2010: 31) mengemukakan beberapa faidah-faidah orang yang menghafal al-Qur’an diantaranya yaitu:

1) Menolong para penghafal al-Qur’an

Sesungguhnya Allah Swt senantiasa mengeluarkan bantuan dan pertolongannya pada penghafal al-Qur’an.Oleh sebab itu mereka menjadi orang-orang yang kuat dan tabah.

Jika membaca kisah-kisah para sahabat terdahulu mereka adalah orang-orang yang keras terhadap orang-orang-orang-orang kafir dan menyayangi sesama muslim.

Dengan segala keterbatasan yang ada mereka sanggup mengalahkan orang-orang Quraisy, kemudian mengalahkan seluruh kabilah-kabilah (suku) kaum musyrikin.Setelah itu mereka memusatkan perhatian kepada Kisra (kekaisaran Persia) dan Kaisar (kekaisaran Romawi) hingga benar-benar menghancurkan dan melenyapkan keduanya.Dengan apakah?Dengan


(34)

20

Semua kekuatan itu bukan terletak pada besarnya badan dan kebesaran nama. Tetapi semua kekuatan itu adalah kekuatan hati, maka barangsiapa yang merasa ragu, hendaklah ia mendalami siraman Rasulullah dan kehidupan para sahabatnya.

2) Al-Qur’an memacu semanagat dan membuat lebih giat beraktivitas

Al-Qur’an merupakan kitab yang indah. Setiap kali seorang muslim membacanya, niscaya akan bertambah semangat dan keaktifannya dalam hal beribadah kepada Allah Swt SWT. Ketika shalat, dia termasuk diantara orang-orang yang paling dahulu sampai ke masjid.

Dengan demikian, berpegang teguhlah kepada al-Qur’an, agar Allah Swt mengaruniakan rasa semangat dan giat dalam beribadah kepada Allah.

3) Memberkahi para penghafal al-Qur’an

Sesungguhnya Allah Swt memberkahi setiap waktu dan keperluan para penghafal al-Qur’an.Penghafal al-Qur’an adalah orang yang paling banyak kesibukannya, mereka ialah orang-orang yang tidak menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat walaupun hanya sejenak.

Sesungguhnya ini adalah berkah al-Qur’an. Ketika mereka sibuk dengan al-Qur’an pada siang dan malam hari mereka, Allah Swt akan memberkahi waktu demi waktu yang mereka lalui, meskipun mereka sibuk dengan

menghafal, membaca, dan muraja’ah (mengulang) al-Qur’an

Bersamaan dengan itu, sebagaimana sebelumnya bahwa mereka tidak bermalas-malasan dalam setiap kesempatan apapun, dalam hal ini tidak mudah bagi setiap orang

4) Selalu menemani al-Qur’an merupakan salah satu sebab mendapatkan pemahaman yang benar


(35)

21

al-Qur’an adalah kitab Allah Swt. Setiap kali seorang muslim membaca, mencintai dan menghafalnya maka Allah Swt akan mengaruniakan kepadanya pemahaman yang benar. Pemahaman yang benar adalah nikmat dari Allah Swt. Dia tidak memberikannya kepada siapapun, namun Dia hanya memberikan kepada ahli Allah Swt (para wali Allah Swt), yang mereka itu adalah ahli al-Qur’an (para penghafal al-Qur’an), sebagaimana firman Allah Swt:

ّلِإ ُرّكَذَياَمَو اًرْ يِثَك ًاَْْج َ ِيْوُأ ْدَقَ ف َتَمْكِْْا َتْؤُ ي ْنَمَو ُءآَشَي ْنَم َتَمْكِْْا ِيْؤُ ي

َْْلْااُُْوُأ

ِبَبُْ

۲٩٦

“Allah Swt menganugrahkan Hikmah (kepahaman yang dalam tentang

Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugrahi hikmah, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banayak. Dan hanya orang-orang yang berakAllah Swt yang dapat mengambil

pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah 2: 269) (Departemen Agama RI, 2010: 3)

Maksud hikmah disini adalah pemahaman yang baik dan benar.

al-Qur’an merupakan sebaik-baik penolong untuk memahami materi-materi pelajarannya. al-Qur’an adalah cahaya yang mengungkap aib-aib serta kesalahan-kesalahan sehingga bisa menjauhi atau memperbaikinya.

5) Doa ahli al-Qur’an (orang-orang yang hafal al-Qur’an) tidak tertolak

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa doa seseorang yang banyak berdzikir kepada Allah Swt tidak tertolak, sedangkan orang-orang yang hafal al-Qur’an, mereka adalah orang yang paling banayak berdzikir kepada Allah. Mereka adalah para wali Allah.

Oleh sebab itu, doa-doa mereka dikabulkan dan keperluan-keperluan mereka dipenuhi.Allah Swt membukakakan pintu-pintu rezeki untuk mereka.Reezeki bukanlah hanya sekedar makanan, minuman, dan tempat


(36)

22

tinggal semata, tetapi sesungguhnya rezeki itu adalah adalah segala sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Dengan demikian, para penghafal al-Qur’an adalah orang-orang yang paling banyak rezeki dan manfaatnya didunia dan diakhirat.Orang yang hafal al-Qur’an selalu menjadi peringkat pertama dalam setiap bidang pelajaran. Hal itu karena mereka selalu meminta pertolongan kepada Allah Swt dalam belajar dan mengulangi pelajarannya.

6) Orang yang hafal al-Qur’an adalah orang yang memiliki perkataan yang baik. Rasulullah bukanlah seorang yang buruk (perkataannya), jorok, pelaknat, pencela, dan bukan pula seorang penghibah (orang yang suka membicarakan aib orang lain) kepada siapa pun. Beliau tidak pernah menyebutkan keburukan seseorang, lisannya terjaga, baik dan indah perkataannya.

Perkataan Beliau memiliki pengaruh yang besar kedalam hati, perkataan yang menggugah semangat (motivasi), indah dan menarik.Itu semua karena akhlak beliau adalah al-Qur’an.

Beliau senantiasa mengikuti dan melaksanakan ajaran-ajaran dan perisntah-perintah yang ada didalam al-Qur’an.Sesungguhnya, menyerupai (akhlak) Nabi merupakan kesuksesan dan prestasi.Pada hakekatnya, hal itu merupakan sebuah kemenangan besar.

Dari faidah-faidah tersebut dapat diambil pengertian bahwa dengan menghafal al-Qur’an, sangat banyak manfaat diantaranya: manfaat kebaikan, kemudahan, dan pertolongan yang datang dari Allah SWT. Bahkan tanpa disadari kebaikan-kebaikan itu timbul sendiri pada diri seseorang yang menghafal


(37)

23

seseorang untuk melakukan kegiatan aktivitas dengan mudah.Sudah saatnya kaum muslimin benar-benar memahami dan menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an dengan sungguh-sungguh.

3. Santri Salafiyah Wustho

Santri Salafiyah Wustho merupakan santri lanjutan menengah yang setara dengan siswa SMP dan Mts. Untuk mengetahui karakteristik Santri Salafiyah Wustho usia SMP dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangannya. Pada pembahasan ini akan lebih ditekankan pada perkembangan karakteristik Santri Salafiyah Wustho usia SMP.

a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah “perubahan secara fisiologis dari hasil proses kematangan dan fungsi-fungsi jasmanai sebagai akibat dari adanya pengaruh

lingkungan” (Baharuddin, 2014: 66). Sedangkan pengertian perkembangan

menurut Hawadi (2001) sebagaimana dikutip Desmita (2011: 9) menyatakan

bahwa ‘perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan

dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru.

Dari defenisi di atas dapat diambil pengertian bahwa pertumbuhan lebih mengarah pada perubahan dan kematangan fisik seperti tinggi badan sedangkan perkembangan lebih mengarah pada perubahan yang bersifat psikologis.

b. Masa Usia Sekolah Menengah

Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas dan perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu:


(38)

24

1) Masa praremaja (remaja awal)

Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relative singkat.Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada siremaja sehingga sering kali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, dan pesimistis. Secara garis besar sifat-sifat negatif ini dapat diringkas, yaitu:

a) Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun mental

b) Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).

2) Masa remaja (remaja madya)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala remaja

3) Masa remaja akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa. (Jahja, 2011: 236)

Dari penjalasan diatas dapat diambil pengertian bahwa anak usia SMP rata-rata berada pada masa praremaja (remaja awal). Pada usia tersebut anak belum bisa mengenal jati dirinya dan terkadang belum mempunyai keberanian untuk


(39)

25

mengemukakan pendapat. Anak SMP sebagian besar ada juga yang sudah memasuki masa remaja (remaja madya) pada usia tersebut anak laki-laki sering aktif meniru. Adapun pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengaggumi, dan memuja dalam khayalan

c. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia SMP

Aspek-aspek perkembangan anak usia SMP meliputi aspek perkembangan intelek dan intelegensi, bahasa, dan moral anak usia SMP. Dari ke tiga aspek tersebut maka akan dijelaskan dibawah ini:

1) Perkembangan intelek dan intelegensi

Istilah intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir aktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir. Sedangkan intelegensi merupakan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak.

Intelegensi pada masa remaja tidak mudah dukur karena perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat.Pada masa remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah.Pada awal remaja kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpipikr abstrak). Pada masa ini, ia telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal yang nyata.

2) Perkembangan bahasa

Pola bahasa yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang berkembang didalam keluarga, yang disebut bahasa ibu.

Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh bahasa masyarakat tempat mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan


(40)

26

kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya menyebabkan bahasa remaja lebih diwarnai oleh pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok masyarakat yang amat khusus. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masayrakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukan oleh pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah, misalnya, akan lebih menggunakan bahasa pasar, dengan istilah-istilah yang kasar. Sebaliknya, masyarakat terdidik yang umumnya memiliki status sosial lebih tinggi biasanya akan menggunakan stilah-istilah yang lebih halus dan intelek.

3) Perkembangan moral

Purwadarmito (1950) sebagaimana dikuti Fatimah (2010: 120)

menyatakan bahwa ‘moral merupakan ajaran tentang baik buruk suatu

perbuatan dan kelakuan, akhlak, dan kewajiban’. Micheal mengemukakan

empat perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu sebagai berikut.

a) Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak.

b) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.

c) Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani mengabil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya d) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa


(41)

27

Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa anak pada usia 12 tahun sudah berpikir abstrak. Disinilah peran lingkungan keluarga khususnya orang tua yang menjadi sekolah pertama bagi anak, perlu menanamkan moral dan akhlak kepada anak dilingkungan keluarga, agar nantinya ketika anak itu berada dilingkungan masyarakat dan menghadapi masalah anak itu sudah bisa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika berada diluar lingkungan keluarga.


(42)

33

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang dipakai pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupu secara kelompok (Sukmadinata, 2012: 60).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul

Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Alasannya ialah karena Pondok Pesantren

Hamalatul Qur’an memiliki santri Salafiyah Wustho (tingkat SMP) yang pada usia

remaja sudah bisa menghafal al-Qur’an lebih dari 10 juz dengan menggunakan metode pembelajaran Bandongan.

Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui cara dan penerapan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an sehingga santri Salafiyah Wustho dapat menghafal al-Qur’an.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian kali ini ialah pengurus Pondok Pesantren Hamalatul

Qur’an Bantul Yogyakarta seperti: tenaga pengajar (musrif) dan santri Salafiyah

Wustho. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan wawancara pada tenaga pengajar sebanyak 3 orang dan santri Salafiyah Wustho sebanyak 9 orang masing-masing berjumlah tiga orang dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX.


(43)

34 a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2012: 220).

Melalui observasi itulah dikenali berbagai macam kejadian, peristiwa, aktivitas, dan keadaan yang mempola dari hari ke hari ditengah masyarakat (Bungin, 2012: 65). Observasi yang peneliti lakukan terkait pengamatan pondok pesantren meliputi Pelaksanaan metode pembelajaran Bandongan tahfidz Qur’an, letak geografis, situasi, dan kondisi lingkungan Pondok Pesantren Hamalatul

Qur’an.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data dan fakta yang tersedia dalam bentuk surat-surat, catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya (Arifin, 2012: 171). Dengan dokumentasi, maka peneliti akan lebih mengetahui kehidupan sehari-hari para santri.

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moeleong, 2012: 186). Dengan wawancara kita bisa mengetahui pelaksanaan metode Pembelajaran Bandongan di Pondok Pesantren Hamalatul

Qur’an.

Adapun jenis wawancara yang dilakukan pada penelitian kali ini menggunakan wawancara terstruktur. Estenberg (Sugiyono, 2010: 233)


(44)

35

sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pewawancara telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya.

Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadiata, 2012: 216).

5. Langkah-Langkah dan Pengumpulan Data

Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya bisa disebut dengan strategi pengumpulan dan analisis data, tekhnik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang diperoleh.

Langkah-langkah dan pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut: a. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan peneliti yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data.Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data.Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif.


(45)

36

hubungan baik (rapport), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data.Peneliti mulai wawancara dengan beberapa informan yang dipilih. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi). Data tersebut selanjutnya dicatat, disusun, dan dikelompokkan agar memudahkan dalam analisis data.

c. Pengumpulan Data Dasar

Setelah peneliti terpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan” apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integrative. Setelah pola-pola dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang membutuhkan penguatan dalam fase penutup.

d. Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak menggunakan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti.Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi data baru.


(46)

37

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyususn fakta-fakta hasil temuan lapangan.Kemudian peneliti membuat diagram-diagram, table, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya.Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip (Sukmadinata, 2012: 144).


(47)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Letak Geografis

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an memiliki tanah seluas 1,3

hektar. Tanah ini bersertifikat pendirinya yaitu Ustadz Umar Budihargo, Lc. MA.Lokasi tanah pondok ini, berada di lereng bukit Gunung Sempu, sisi kanan kiri berbatasan dengan perkampungan warga dusun Kembaran, sisi atas berbatasan dengan perkuburan Cina Gunung Sempu.Dan sisi bawah bukit berbatasan langsung dengan sungai Koteng.Dari arah selatan Yogyakarta jarak tempuh lokasi sekitar 20 menit.Pesantren ini terletak di pinggir sungai Koteng, yang arealnya memiliki suasana asri dengan keberadaan pohon-pohon besar dan tinggi disekitarnya. Pondok yang berada di areal dusun Kembaran Rt 08 Tamantirto Kasihan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta ini sangat dirasakan oleh para pengunjung pesantren, seakan-akan menyatu dengan masyarakat sekitar karena sengaja pihak pesantren

tidak memasang tembok pembatas disekelilingnya. Hamalatul Qur’an bermakna

para penggembang al-Qur’an, pihak pesantren melihat bahwa kehadiran kader -kader ulama yang hafal al-Qur’an, memiliki keislaman, serta istiqomah dalam mendakwahkannya sangatlah dibutuhkan pada era kali ini.Kader-kader tersebut pada nantinya berperan sebagai pelopor gerakan amar ma’ruf nahi mukar serta penegak kejayaan Islam dalam menghadapi arus globalisasi.


(48)

40

Keakraban masyarakat di sekitar pondok sangat tampak dengan adanya pertemuan RT, rapat-rapat dusun, maupun pengajian-pengajian dan acara keagamaan.Selain itu, kerja bakti yang sering mereka lakukan tiap bulan, tidak ketinggalanpula para santripun turut serta dalam acara tersebut.Homogenitas yang amat beragam, turut menghiasi keindahan Bukit Gunung Sempu.Lantunan kalamullah saat fajar dan sore hari bertanda aktivitas pondok pesantren selalu dipenuhi dengan keramaian dan keceriaan para santri, Stratifikasi social masyarakat Gunung Sempu memiliki tingkat pendidikan, pendapatan dan agama yang amat beragam, namun demikian mereka tetap menjaga keharmonisan dan keakraban, demikian juga dengan pihak pondok pesantren.

Sedangkan secara umum keadaan ekonomi masyarakat sekitar komplek pondok pesantren, rata-rata bisa dikatakan baik, Karena didominasi oleh penduduk berpenghasilan menengah keatas.Semua ini bisa dilihat melalui kondisi rumah mereka, yang bertembok dan berlantai semen serta kramik, serta minimnya mereka duduk-duduk dirumah pada siang hari, layaknya orang yang tidak memiliki pekerjaan.Disekitar pondok pesantren juga tidak sedikit warga Negara berkebangsaan asing yang memiliki villa.Kebanyakan mereka memiliki istri dalam negri.Sedang rata-rata masyarakat bekerja di Pabrik Gula Madukismo, sebagai guru, kerja kantoran, pedagang, pengrajin dan sedikit dari mereka menjadi petani.Masyarakat sekitar pondok hampir 50% beragama Katolik dan lainnya Islam.Beberapa saja yang beragama Budha dan Hindu.

Keadaan pendidikan selayaknya masyarakat perkortaan, atau lebih tepat dikatakan masyarakat dekat perkotaan.Kebanyakan masyarakat sekitar


(49)

41

pondok berpendidikan baik. Anak-anak kecil mereka masukkan ke dalam PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), sementara yang lebih nesar dimasukkan ke SD, SMP, SMA dan tidak sedikit dari mereka meneruskan ke perguruan tinggi atau universitas. Anak-anak mereka jarang yang tidak bersekolah.Bahkan banyak yang telah memasukkan ke perguruan tinggi.Di samping itu, tentu tidak menutup mata, masih ada juga yang buta huruf, atau tidak bersekolah bagi sebagian generasi tua

mereka. (Dokumentasi, PP Hamalatul Qur’an, disusun oleh Ustadz Rahmanto Lc.,

27 Oktober 2010)

b. Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Kasihan Bantul Yogyakarta

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an mula-mula merupakan cabang PP Taruna Al-Qur’an Pusat yang berlokasi di sebelah timur Monumen Jogja Kembali, tepatnya di dusun Nglempongsari.Pondok Pesantren ini didirikan oleh Ustadz Umar Budihargo, Lc. MA.Sejak kecil beliau telah dibesarkan di dunia

akademik Islam. Beliau menamatkan studinya jenjang KMI (Kuliyyatul Mu’allimin

al-Islamyyah) di Gontor Jawa Timur dan melanjutkan studinya ke Madinah Saudi Arabia program S1 Lecture (Lc) dan program studi pasca-sarjana S2 di Pakistan dengan bidang yang sama yaitu Sastra Arab. Sendangkan tempuk kepemimpinan sekarang diampu oleh Ustadz Agus Andriyanto, Lc., beliau adalah alumni Universitas Islam Madinah Saudi Arabia jurusan Dakwah dan Ushuluddin.

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an adalah salah satu lembaga Islam yang berdiri diatas Manhaj Salaf Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Fahmi Salafush


(50)

42

cabang dari Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an, pertama Pondok Pesantren Asy -Syifa sekarang berada dalam naungan Yayasan Muhammadiyah berlokasi di Bambanglipuro Bantul, kedua Sarwa Bogor dengan nama L-KID (Lembaga Kader

Imam dan Da’i) dan yang ketiga dengan nama PP Hamalatul Qur’an hingga

sekarang. Sedangkan yang tersisa sebagai cabang binaan Taruna Al-Quran hanyalah L-Data (Lembaga Dakwah dan Taklim Taruna Al-Quran) yang bertempat di Karangkajen, yang awalnya bertempaty di Taruna Al-Qur’an Center sebelah timur Monumen Jogja Kembali. Karena kondisi yang mendesak dan kurang

kondusifnya proses pembelajaran maka untuk kelas Ma’had dialihkan hingga

sekarang.

Sedangkan Taruna Al-Quran pusat, dipakai khusus jenjang TKIT dan SDIT. Masing-masing cabang pondok pesantren ini berdiri dengan tujuan yang sama yaitu menghafal al-Qur’an dan mencetak para hafidz. Pondok ini berawal dari tanah wakaf haji KBIH Taruna Al-Qur’an pusat, yang berlokasi di Bukit Gung Sempu di wilayah Kabupaten Bantul, dengan luas tanah 12.000 meter persegi.Berawal dari sinilah PP Hamalatul Qur’an dirintis.Pada tahun 2002-2003 mulai dibangun satu unit gedung sebagai permulaan awal kegiatan atau aktivitas dakwah.Pada tahun ini pula kondisi pondok masih sangatlah sederhana termasuk keadaan kurikulum dan fasilitas lainnya.

Adapun staf pengajar dikala itu diampu oleh Ustadz Ulin Nuha Spd,i. Ustadz Musa dan dibantu binaan dari Taruna Al-Qur’an Pusat. Dengan kondisi awal proses pembelajarannya hanya semacam halaqoh-halaqoh kecil dengan fasilitas seadanya. Diantara materinya yaitu tahsin dan tahfidz al-Qur’an


(51)

43

dan kupasan sebuah kitab.Secara resminya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an

berdiri pada tahun 2010. Pesantren ini memiliki tujuan menyiapkan para penghafal al-Qur’an 30 juz, beraqidah ahlu sunnah dan berakhlaq mulia. Pada awalnya, pesantren ini bernama Pesantren Taruna Al-Qur’an III.

Kemudian seiring bergantinya yayasan, maka nama pondokpun disesuaikan dengan nama yayasan yang baru. Namun pada akhirnya dari tahun ke tahun, semua cabang Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an, memilih berdiri sendiri sehingga sekarang Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an tidak memiliki cabang, kecuali satu binaan yaitu L-data yang bertempat di Karangkajen. Alasannya, kebanyakan masing-masing cabang memilih demikian, agar memudahkan dalam mengurus berbagai hal yang terkait dengan kelangsungan akademik dan mencoba untuk dapat mandiri tanpa menggantungkan dari pihak pusat.Pada tahun 2005 mulailah adanya pemantapan di berbagai komponen, diantaranya; bidang kurikulum, kepondokan atau kesantrian dan bidang tahfidz.

c. Dasar dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an

Indonesia sekarang sedang dilanda multikrisis.Krisis ekonomi, pendidikan, politik, dan moral sedang mencengkram kuat zaman ini. Minimnya ulama yang paham benar terhadap ajaran Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam juga memperpanjang krisis ini. Padahal, kejayaan dan kemunduran suatu kaum tak lepas dari seberapa jauh kedekatan kaum tersebut kepada agamanya, yaitu Islam.

Dan para ulamalah yang berperan penting dalam menanamkan pemahaman ini kepada umat. Bahkan, ulama sepanjang sejarah Islam menjadi


(52)

44

tulang punggung umat dalam memperoleh kejayaannya. Dari hal inilah, Pondok

Pesantren Hamalatul Qur’an menyelenggarakan wadah pendidikan dengan niat

membentuk para genrasi Islam calon ulama yang taat terhadap agamanya, hafal al-Quran serta mengerti kandungan dan mengamalkannya, juga mengerti hukum-hukum agama Islam secara mendalam dan berusaha mengaplikasikannya dalam segala gerak dan tutur katanya. Selain itu juga memiliki keterampilan (life skill) yang mampu menjadi wasilah hidupnya dalam berdakwah menyebarkan agamanya. Kehadiran ulama saat ini sangatlah dirindukan, sebab mereka merupakan pionir-pionir yang akan membimbing umat pada kemuliaan. Oleh karenanya, diperlukan sebuah lembaga yang memiliki komitmen yang tinggi untuk mencetak kader ulama yang berpaham aqidah salafush-shalih.

Di sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan pada saat ini sudah menjadi ajang bisnis oleh beberapa umat Islam. Sehingga ada kesan di masyarakat bahwa pendidikan yang baik harus mahal.Kesan masyarakat ini berusaha dihapus

dengan didirikannya Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an, para calon santri telah

mendapatkan kelengkapan fasilitas secara Cuma-Cuma atau bebas biaya.Sehingga pendidikan bisa merata dari seluruh elemen masyarakat.

Dengan sistem asrama (boarding school), para santri terkontrol dan terbimbing 24 jam setiap hari. Mereka dididik dan ditanamkan untuk mencintai, memahami, dan mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai pemahaman salafush sholih. Selain itu, para santri juga dibina untuk menghafal al-Qur’an, ditanamkan akhlaqul karimah, juga secara intensif dibina agar aktif berbahasa Arab,


(53)

45

terampil berorganisasi, menguasai computer, berpidato, menterjemahkan naskah berbahasa Arab dan keterampilan lainnya

d. Visi dan Misi Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an

1) Visi

Mencetak calon ulama yang hafal al-Quran beraqidah ahlu

sunnah wal jama’ah dan berakhlak mulia.

2) Misi

a) Mencetak santri agar hafal al-Qur’an dan tafsirnya.

b) Menyelenggarakan pendidikan dengan kurikulum pesantren yang berfokus pada tahfidzul quran yang diinteregrasikan dengan jenjang pendidikan salafiyyah wustha dan madrasah Aliyah.

c) Membina santri agar menjadi Da’i yang berguna bagi

diri,keluarga,masyarakat,agama dan Negara.

d) Membina santri agar menjadi muslim yang shalih,yakni berakidah yang benar ,berakhlaqul karimah ,berakal cerdas ,serta fisik yang sehat dan kuat sebagai cermin kehidupan salafus shalih,agar kelak menjadi pembawa dan pembela al- Quran dan Sunnah dalam kancah dakwah.

e) Membekali keterampilan (life skill) bagi santri agar hidup mandiri dalam menghadapi persaingan global.


(54)

46

1) Sejarah Kurikulum

Pada tahun 2000 kurikulum PP Hamalatul Qur’an mulai

dirintis.Kondisi kurikulum masih amat sederhana, sebagaimana kurikulum bersifat sistem pendidikan klasik yaitu mulazmah dan semacam halaqah-halaqah kecil dengan jumlah santri kurang lebih 5 orang dan staf pengajar kurang lebih juga demikian.Pada tahun 2002-2005 PP Taruna al-Qur’an III (sekarang P.P Hamalatul

Qur’an), mulailah dibuka program tahassus setingkat SLTA yaitu berupa program tahsin Qur’an.Program ini sebagai pijakan dakwah dan roda awal madrasah mulai dikembangkan. Dari program tahassus maka dikembangkan lagi menjadi TMI (Tarbiyatul Mu’allimina al Islamiyah), denga masa pendidikan dibagi menjadi dua jenjang yaitu selama 6 tahun, dengan program fokus menghafal al-Qur’an dan bahasa Arab, pada tahun 2007-2010 lebih berkiprah dalam dunia akademik lagi, pihak pengurus yayasan mencoba berkolaborasi dengan MA dan MTs.

Namun kebijakan menjadi MTs, pihak yayasan kurang sependapat sehingga khusus jenjang MTs dirubah menjadi Salafiyah Wustho, dengan alasan kalau tidak menjadi Salafiyah Wustho, target materi yang ditetapkan di pondok pesantren tidak akan tercapai. Dengan pertimbangan demikian, pihak pengurus kepondokan tidak semuanya memenuhi idealnya kurikulum dari Kementrian Agama atau dari pemerintah.

2) Desain Kurikulum

Selain program utama, di samping santri menghafal

al-Qur’an dan mempelajari ilmu-ilmu agama kurikulum pondok pesantren, santri juga akan mempelajari ilmu umum dari kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah,


(55)

47

atau disini adalah dari Kementrian Agama. Dengan harapan, santri akan mendapat tiga maharah baik dari umum maupun dari kepondokan (ijazah kepondokan, ijazah tahfidz dan ijazah dari pemerintah).

f. Kegiatan Pendidikan

Kurikulum Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an

menggabungkan antara tiga kurikulum, yang masing-masing tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Maka santri yang lulus dari pondok akan mendapatkan tiga ijazah, yaitu ijazah Kementrian Agama, ijazah pondok pesantren dan ijazah tahfidz. Tiga kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kurikulum Tahfidz

Tahfidz al-Qur’an yang ditargetkan adalah 30 juz. Tiap-tiap jenjang harus sudah diselasaikan dalam jangka waktu maksimal 3 tahun dengan perincian sebgaiamana dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 KurikulumTahfidz


(56)

48

1 I I Tahsin bacaan al-Qur’an selama 3 bulan lalu dilanjutkan dengan menghafal(juz 30 dan 29)

2 I II Menghafal juz 1 sampai dengan juz 6 3 II I Menghafal juz 7 sampai dengan juz 12 4 II II Menghafal juz 13 sampai dengan juz

18

5 III I Menghafal juz 19 sampai dengan juz 23

6 III II Menghafal juz 24 sampai dengan juz 28 serta murojaah

Metode pengajaran tahfidz di Pondok Pesantren Hamalatul

Qur’an terbagi menjadi dua bagian besar yaitu tahsin dan tahfidz, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a) Tahsin

Pada tahun pertama sebelum santri memasuki tahap menghafal al-Qur’an santri diwajibkan memperbaiki bacaannya dengan ilmu tajwid terlebih dahulu.Waktu yang ditargetkan untuk perbaikan bacaan al-Qur’an adalah satu sampai dua bula pertama.Tahsin dimulai dengan membaca surah Ad-Duha sampai An-Nas, kemudian An-Naba’ sampai Al-Lail.Kemudian Al-Mulk sampai dengan Al-Mursalat.Dua juz ini dianggap telah mewakili huruf-huruf yang ada dalam al-Qur’an.


(57)

49

(1) Para santri membaca al-Qur’an di hadapkan ustadz pembimbing dua kali dalam sehari (pagi dan sore).

(2) Sebelum menghadap ustadz, santri sudah harus di tahsin terlebih dahulu oleh santri lama.

b) Tahfidz

Setelah selama dua bulan santri memperbaiki bacaan maka selanjutnya adalah menghafal al-Qur’an. Santri menghadap umusrif selama tiga kali dalam 1 sehari, yakni setelah subuh menambah nhafalan baru 1 halaman, pada siang hari mengulang hafalan yang dihafalkan 2 setengah halaman, dan setelah isya juga mengulang hafalan yang telah dihafalkan.

2) Kurikulum Pelajaran Pondok (Kitab Arab)

Struktur kurikulum MA Hamalatul Qur’an meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII.Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada MA Hamalatul Qur’an dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas satu program yaitu program keagamaan, khusus untuk MA.

Kurikulum MA Hamalatul Qur’an kelas X terdiri atas 18

mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak


(58)

50

dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Dalam perspektif pondok, pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh mudarris (guru).Pengembagan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspreksikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai kondisi madrasah.Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, mudarris, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui pengembangan konseling yang berkenaan dengan masalah pribadi, kehidupan sosial, masaalah belajar dan pengembangan karir peserta didik.

Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 45 menit. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Karena konsentrasi utama Pondok pesantren Hamalatul

Qur’an adalah menghafal al-Qur’an, maka kapasitas jam terbanyak adalah menghafal al-Qur’an. Sementara itu jam pelajaran pondok sebagian besarnya dimasukkan ke dalam jam pelajaran madrasah disiang hari. Artinya beberapa buku yang berasal dari kementrian Agama diganti dengan kitab yang berasal dari pondok.Aturan ini berlaku untuk semua jenjang di Pondok Pesantren Hamalatul


(59)

51

Qur’an.Sedangkan di kelas XII santri memakai buku-buku kurikulum dari Kementrian Agama untuk mempersiapkan UAS.

3) Kurikulum Pemerintah

Struktur dan muatan KTSP disesuaikan dari kementrian Agama RI, hanya saja ada sedikit revisi sebagai penambahan wawasan keilmuan dan meluruskan meteri keilmuan. Metode pengajaran untuk kurikulum pondok pesantren dan pemerintah, memakai metode ceramah, diskusi dan tanya jawab (dialog)

g. Syarat Pendaftaran 1) Laki-laki

2) Membawa ijazah SD/MI atau yang sederajat (Surat Keterangan Lulus Sekolah), jika ijazah belum keluar menggunakan surat keterangan telah lulus dari kepala sekolah.

3) Membawa foto berwarna hitam putih 2x3 dan 3x4 masing-masing sebanyak 2 lembar.

4) Membawa surat keterangan sehat dari dokter.

5) Datang dengan wali sendiri dan megisi blangko pendaftaran. 6) Mengisi surat pernyataan kesanggupan taat kepada peraturan dan

kebijakan pesantren dan menyelesaikan studi hingga selesai masa pengabdian selama 1 tahun (khusus kelas MA)


(1)

kondisi yang tenang, cara tersebut saya lakukan untuk mencapai target hafalan. metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an yang diterapkan disini sudah sangat bagus, saya dan teman-teman merasa termotivasi untuk menghafal al-Qur’an bahkan kami menghafal al -Qur’an lebih dari target yang ditentukan.

c. Kesulitan untuk saya selama mengikuti metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an tidak ada, tetapi untuk teman-teman yang lain mereka kurang berkonsentrasi ketika mengulang hafalan baru maupun mengulang hafalan yang lama.

d. Proses evaluasi disini sepreti biasa yakni yang mengevaluasi santri dan musrif sendiri. Kalau eveluasi dari musrif waktunya tergantung musrif serta cara mengevaluasi musrif disini juga berbeda-beda misalnya: ada yang menyambungkan ayat, serta ada yang. menyambungkan ayat pada sebuah kertas kemudian dikumpulkan, kalau evaluasi santri saya atau teman-teman menghafal al-Qur’an didepan teman-teman yang lain kemudian disimak. Apabila ada keselahan ayat maka yang menyimak akan membetulkan bacaannya.

e. Masuk dipondok pesantren merupakan dorongan saya sendiri untuk bisa menjadi seorang hafidz yang menghafal al-Qur’an 30 zuz.

6. Wawancara dengan Agus, santri Salafiyah Wustho kelas VIII umur 14 tahun pada tanggal 19-02-2015.


(2)

a. Pelaksanaan metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an dilaksanakan pada waktu pagi yakni menambah hafalan baru, pada waktu siang mengulang hafalan yang sudah di hafalkan serta pada waktu malam menyimak hafalan tersebut secara berdua degan teman.

b. Cara saya menghafal secara mandiri agar bisa mencapai target hafalan pada waktu malam, sebab pada malam hari sangat tenang dan nyaman untuk mengulang hafalan serta saya selalu mengulang hafalan minimal 2 lembar. Selain itu waktu yang juga efektif untuk menghafal kan al-Qur’an ialah diwaktu pagi hari, sebab pada waktu tersebut fikiran masih segar dan sangat cocok untuk menambah hafalan baru dengan pembelajaran Ziyadah.

c. Kesulitan yang saya rasakan sama seperti teman-teman yang lain, yakni kurang berkonsentrasi dalam mengulang hafalan yang baru dihafalkan serta mengulang hafalan yang sudah lama dihafalkan. d. Proses evaluasi yang kami laksanakan terabagi menjadi 2 evaluasi

yakni evaluasi pembelajaran murojaah imtihan usbuiyah yakni evaluasi yang dilaksanakan oleh musrif seminggu sekali serta evaluasi pembelajaran murojaah tasmi, murojaah ini merupakan bagian dari evaluasi, tetapi yang mengevaluasi bukan musrif melainkan semua teman-teman yang ada disini yang mengevaluasi.


(3)

e. sebelum masuk kesini saya belum berfikir untuk menghafalkan al-Qur’an tetapi saya melihat teman-teman disini rata-rata sangat giat menghafal al-Qur’an, akhirnya saya pun memaksa diri saya agar bisa menghafal al-Qur’an.

7. Wawancara dengan Wandi, santri Salafiyah kelas IX umur 16 tahun pada tanggal 19-02-2015

a. Metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an pelaksanaannya berbeda pada hari jum’at dibanding hari-hari yang lain. Pelaksanaan pada hari jumat pagi dilaksanakan dengan cara selalu menghafalkan al-Qur’an dengan pembelajaran murojaah haloqatiyah minimal 1 zuz dengan musrif kami masing-masing, para musrif juga turut serta menghafal al-Qur’an secara bergantian dengan kami lalu kemudian menyimak hafalan tersebut.

b. Cara saya menghafalkan al-Qur’an yakni selalu meluangkan waktu -waktu yang ada agar bisa menghafalkan al-Qur’an dengan keadaan yang tenang. Seperti pada malam hari saya harus bisa menghafal minimal 3 halaman, dengan cara membaca stengah halaman kemudian di hafalkan.

c. Kesulitan yang saya rasakan disini Alhamdulillah tidak ada, karena saya sebelum masuk kesini sudah menghafal al-Qur’an jadi saya tidak menemui hambatan serta kesulitan dalam menghafal al-Qur’an.


(4)

d. Menurut saya proses evaluasi disini sangat bagus karena evaluasi tersebut hanya dilakukan oleh musrif masing serta santri-santri yang lain juga dilibatkan dalam proses evaluasi.

e. Menghafal al-Qur’an memang cita-cita saya dari kecil, sebelum masuk kesini saya sudah menghafal 20 zuz dan ketika masuk ke pondok pesantren saya lebih memantapkan hafalan saya dan Alhamdulillah sekarang ini saya menghafal 30 zuz. Kedua orang tua saya sanga mendukung kemauan saya untuk menghafal al-Qur’an.

8. Wawancara dengan Hasan, santri Salafiyah Wustho kelas IX umur 15 tahun pada tanggal 19-02-2016

a. Pelaksanaan metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an yang kami lakukan dilaksanakan secara berkelompok dan pada waktu pagi dengan pembelajaran ziyadah, siang dengan pembelajaran murojaah yaumiyah, dan malam dengan murojaah sunnaiyah. Selain itu pula kami juga disuruh menyetorkan hafalan secara mandiri dengan murojaah fardiyah. Kemudian pada hari Jumat kami melakukan hafalan dipagi hari dengan pembelajaran murojaah haloqatiyyah. Kemudian diwaktu sore evaluasi dengan pembelajaran murojaah tasmi.

b. cara saya menghafal sendiri yakni, membuat target membaca 2 lembar sekaligus dihafal dan nantinya hafalan yang sudah dihafalkan tersebut tinggal dibaca dan dihafal sekaligus menambah hafalan baru 1 lembar


(5)

pada pembelajaran Ziyadah. Jadi target menghafal saya 3 halaman per hari.

c. Kesulitan yang saya rasakan sering salah membaca ayat-ayat yang sama. Karena ayat yang baru saya hafalkan hampir sama dengan ayat-ayat yang sudah lama saya hafal.

d. Proses evaluasi yang kami lakukan disini seperti biasa yakni evaluasi nya dilakukan oleh musrif masing-masing serta evaluasi dari santri. e. Menghafal al-Qur’an merupakan keinginan saya sendiri serta

dukungan dari orang tua.

9. Wawancara dengan Wawan, santri Salafiyah Wustho kelas IX umur16 tahun pada tanggal 19-02-2016

a. Pelaksanaan metode pembelajaran bandongan tahfidz Qur’an menurut saya sudah cukup bagus. Disini banyak sekali waktu yang bisa pergunakan untuk menghafal al-Qur’an dengan manambah hafalan baru serta mengulang hafalan yang sudah di hafalkan.

b. Cara saya dalam menghafal al-Qur’an ialah menghafal menjelang sholat Subuh atau setalah selesai sholat malam. Karena pada waktu tersebut hafalan yang dihafal mudah difahami dan di ingat, cara saya membaca serta menghafal al-Qur’an ialah 2 lembar penuh dibaca 3 kali kemudian dihafalkan.

c. Kesulitan dalam metode pembelajaran disini biasanya kami para santri fokus nya selalu terbagi antara mengulang hafalan yang baru serta


(6)

mengulang hafalan yang lama sehingga kami benar-benar harus membagi waktu khusus antara menghafalkan hafalan yang baru kami hafal dan hafalan yang sudah lama kami hafal.

d. Proses evaluasi disini kami lakukan dengan 2 cara yakni evaluasi yang dilakukan oleh musrif dengan cara nya sendiri, musrif saya sering melakukan evaluasi dengan cara nya sendiri yakni dalam bentuk selembar kertas yang berisikan potongan ayat kemudian kami disuruh untuk melanjutkan potongan ayat tersebut didalam kertas. Kemudian evaluasi yang berikutnya yakni evaluasi yang dilakukan oleh santri dengan cara menghafal didepan para santri kemudian hasilnya dilaporkan kepada musrif.

e. masuk ke pondok pesantren merupakan keinginan saya sendiri dan juga dukungan dari orang tua agar bisa menjadi seorang penghafal al-Qur’an

Yogyakarta, 19 February 2016


Dokumen yang terkait

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

KORELASI TAHFIDZ AL-QUR’AN DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB SANTRI DI SMP PONDOK PESANTREN Korelasi Tahfidz Al-Qur’an Dengan Prestasi Belajar Bahasa Arab Santri Di SMP Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an Daarul Qur’an Semester Gasal Sanggir Paulan

0 5 14

KORELASI TAHFIDZ AL-QUR’AN DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB SANTRI DI SMP PONDOK PESANTREN Korelasi Tahfidz Al-Qur’an Dengan Prestasi Belajar Bahasa Arab Santri Di SMP Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an Daarul Qur’an Semester Gasal Sanggir Paulan Co

1 7 18

MOTIVASI MENGHAFAL AL QUR’AN PADA MAHASANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIZHUL QUR’AN DI SURAKARTA Motivasi Menghafal Al Qur’an Pada Mahasantri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Di Surakarta.

0 3 15

PROBLEMATIKA PENERAPAN METODE Problematika penerapan metode sima’i pada bidang studi tahfidz al qur’an (studi kasus di pondok pesantren al abidin banyuanyar, surakarta).

0 1 10

A. Problematika penerapan metode sima’i pada bidang studi tahfidz al qur’an (studi kasus di pondok pesantren al abidin banyuanyar, surakarta).

1 11 14

SWAMEDIKASI DISMENORE PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN Swamedikasi Dismenore pada Santri Putri Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an Masjid Agung Surakarta.

0 1 16

SISTEM PENGAJARAN TAHFIDZ AL-QUR’AN PONDOK PESANTREN TAHFIDZ WA TA’LIMIL QUR’AN Sistem Pengajaran Tahfidz Al-Qur’an Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an Masjid Agung Surakarta.

0 10 14

PENDAHULUAN Sistem Pengajaran Tahfidz Al-Qur’an Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an Masjid Agung Surakarta.

1 15 17

Penerapan Metode Tahfidz Qur’an dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hasan Putri Patihan Wetan Babadan Ponorogo. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

0 0 99