Tim Produksi Penghargaan Film

Penghargaan: 1. Pada ajang Indonesian Box Office Movie Awards 2016 film “Surga yang Tak Dirindukan”menangkategori film box office terbaik . 2. Pada ajang Indonesian Box Office Movie Awards 2016 film “Surga yang Tak Dirindukan”menang kategori original sound track film terbaik. 3. Pada ajang Indonesian Box Office Movie Awards 2016 film “Surga yang Tak Dirindukan” menang kategori ensemble talent terlaris. BAB IV ANALISA DATA Film yang menjadi penelitian peneliti berjudul “Surga yang Tak Dirindukan”. Film yang berdurasi 126 menit ini, berkisah tentang keikhlasan seorang wanita yang bernama Arini yang dipoligami oleh suaminya yang bernama Pras. Awalnya Arini dan Pras hidup bahagia, namun ketika saat diperjalanan pras bertemu dengan Mei yang ingin menabrakan mobilnya karena kesal dengan hidupnya yang dia fikir tidak ada laki-laki yang mau dengannya. Mei telah dihamili oleh laki-laki yang berjanji akan menikahinya, akhirnya pras menolong Mei dan merasa kasihan dengan Mei hingga pras menikahi Mei tanpa sepengetahuan Arini. Namun pada akhirnya Arini mengetahui kejadian itu, awalnya Arini tidak menerima tapi akhirnya Arini menerima semuanya dengan ikhlas.

A. Analisis makna judul film “Surga yang Tak Dirindukan”

Judul film yang menjadi subjek penelitian ini adalah “Surga yang Tak Dirindukan” memiliki makna yang terdiri dari makna denotasi dan makna konotasi dan mitos, yaitu: 1. Makna denotasi “Surga yang Tak Dirindukan” Surga memiliki arti alam akhirat yang membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya dalam keabadian. 15 Rindu memiliki arti keinginan yang kuat untuk bertemu. 16 15 Poerwadarminta. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, h. 980. 16 Poerwadarminta. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, h. 1130. Surga adalah salah satu tempat alam akhirat yang dihuni oleh orang-orang yang saleh. Walaupun tempat ini hanya untuk orang-orang yang saleh, namun tempat ini sangat dirindukan oleh setiap manusia yang hidup. 2. Makna konotasi “Surga yang Tak Dirindukan” Surga merupakan tempat alam akhirat untuk orang-orang yang melakukan kebaikan di dunia, maka dari itu banyak manusia yang ingin melakukan kebaikan untuk mendapatkan surga. Namun, maksud dari surga yang tak dirindukan bertolak belakang dengan tujuan awal untuk mendapatkan surga tersebut. Judul film ini menggambarkan tentang kisah hidup seorang istri bernama Arini yang mengikhlaskan suaminya berpoligami. Awalnya Arini hanya ingin mendapatkan surga dengan taat terhadap suami tanpa adanya orang ketiga di dalam rumah tangganya, namun pada kenyataannya Arini mendapatkan surga dengan cara mengikhlaskan adanya wanita lain. Karena dengan ikhlas, dapat melatih kesabaran yang bisa menjadi salah satu penyebab masuk surga. Keikhlasan yang Arini lakukan dapat dilihat dari tanda-tandanya, yaitu: sabar, bersyukur, Gemar kepada amal yang lebih bermanfaat membantu orang lain, Menjadikan keridhaan dan kemurkaan karena Allah SWT bukan karena diri sendiri memaafkan orang lain, Tidak pelit memuji orang yang berhak memperoleh pujian, Menaruh keperhadap Ridha Allah SWT bukan ridha manusia tawakal, Kesamaan Amal dalam qiyadah kepemimpinan dan jundiyah keprajuritan, Peringatan Mengangap diri sendiri suci. 3. Mitos Film ini menegaskan mitos, jika kita ingin mendapatkan surga, maka kita harus berlaku baik selama di dunia, salah satu contohnya taat dengan suami misalnya dengan mengikhlaskan suami berpoligami. Sesuai sabda Rasulullah dari Annas Bin Malik R.A. beliau bersabda: ْﻦِﻣ ُﻞُﺧْﺪَﺗ ﺎَﻬَﺟْوَز ْﺖَﻋﺎَﻃَاَو ﺎَﻬَﺟْﺮَـﻓ ْﺖَﻈَﻔَﺣَو ﺎَﻫَﺮْﻬَﺷ ْﺖَﻣﺎَﺻَو ﺎَﻬَﺴَْﲬ ْﺖَﻠَﺻ اَذِا ُةَاْﺮَﻤْﻟَا ﻢﻴﻌﻧاﻮﺑا ﻩاور ِﺔﱠﻨَْﳉا ِباَﻮْـﺑَا ْﻦِﻣ ْﺖَﺋﺎَﺷ ٍبﺎَﺑ ﱢيَا Artinya: Seorang perempuan apabila melaksanakan sholat lima waktu, berpuasa sebulan puasa ramadhan, memelihara farjinya atau kemaluannya, dan menaati suaminya, maka akan masuk surga dari pintu mana yang ia kehendaki H.R. Abu Na’im. 16 F 17 Tetapi, untuk mendapatkan surga yang diimpikan dalam membangun bahtera rumah tangga tak semudah membalikan telapak tangan. Karena surga yang diimpikan dalam berumah tangga harus ada komitmen dari kedua belah pihak tanpa menyakiti salah satu dari mereka berdua. Seperti di dalam film “Surga yang Tak Dirindukan”, bila kita melakukan kebaikan di dunia, akan mendapatkan surga dan sebaliknya jika kita berbuat kejahatan di dunia, maka kita akan masuk ke dalam neraka. Berdasarkan firman Allah SWT:          Artinya: Dan Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal- amal yang dahulu kamu kerjakan. Qs. Az-Zukhruf43:72. …       Artinya: ….. masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan. Qs. An-Nahl16:32. 17 AlKhaibawi, Durratunnashihin Mutiara Mubalig, h. 172. Allah SWT menciptakan surga sebagai tempat kembali bagi orang-orang yang mendapatkan pahala sesuai dengan perbuatan masing-masing. Oleh karena itu, Allah SWT menciptakan surga bertingkat-tingkat. Jarak antara satu surga dan surga yang lainnya sama dengan jarak langit dan bumi, sebagaimana hadis Nabi: ِﰱ ِضْرَﻷاَو ِءﺎَﻤﱠﺴﻟا َْﲔَـﺑﺎَﻣ ٍﺔَﺟَرَد ُﺔَﻋ ﺎِﻣ ِﺔﱠﻨَﳉا “Sesungguhnya surga itu ada seratus tingkat. Setiap satu tingkat dan tingkat lainnya jaraknya sama dengan jarak langit dan bumi.” HR. Bukhari, Turmidzi dan Ahmad. 17F 18 Diantara tingkatan surga, adalah: surga firdaus, surga adn, surga na’im, surga ma’wa, surga Darussalam, surga darul muqomah , surga al-maqomul amin dan surga khuldi. Allah SWT sudah pernah memperlihatkan surga kepada nabi Adam agar ia dapat menceritakan kepada anak cucunya sehingga mereka seakan-akan sudah pernah melihatnya. Surga selalu digambarkan dengan indah dan menakjubkan penghuninya duduk dengan dipan yang bertahtahkan emas, ditemani dengan bidari-bidadari yang sangat cantik, buah-buah dapat dengan mudah dipetik dan rasanya begitu nikmat serta adanya taman-taman dan mata air yang mengalir jernih. Dengan gambaran surga yang begitu indah, setiap orang akan selalu mendambakan surga, sehingga mereka mempersiapkan diri dengan melakukan kebaikan selama di dunia. 18 AlKhaibawi, Durratunnashihin Mutiara Mubalig Semarang: Almunawar,1979, h. 132.