40
BAB III ANALISIS MAKNA VERBA UTSU DAN TATAKU
DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
Sebelumnya pada Bab II penulis telah memaparkan mengenai verba Utsu dan Tataku. Maka pada Bab III ini penulis mencoba menganalisis makna verba Utsu
dan Tataku yang diambil dari kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang terdapat pada beberapa majalah,tabloid dan komik seperti Nipponia, Japan Days, Komik
Ashita no Jyo vol : 10 serta artikel berbahasa Jepang lainnya yang dikutip dari internet, sesuai dengan pendapat dari beberapa ahli linguistik yang telah
dipaparkan sebelumnya.
3.1 Verba Utsu
Cuplikan 1 : 展望台から望む眼下のはるか先、大断崖が激しく波に打たれる
のが
見 え, 思わず足がすくむ。Nipponia No. 33, 2005: 31 Tenboudai kara nozomu ganka no harukasaki, daidangai ga hageshiku
name ni utareru Dari menara pengawas melihat kearah bawah, terlihatlah tebing yang sangat terjal
itu dihantam oleh ombak, dan tanpa sadar kaki menjadi gemetar. no ga mie, omowazu ashi ga sukumu.
Analisis: Kalimat pada cuplikan 1 di atas diambil dari wacana yang berjudul: 陸中
海岸 Rikuchuu Kaigan yang berarti Pantai Ditengah Daratan. Makna verba Utsu
Universitas Sumatera Utara
41
pada cuplikan di atas adalah dihantam atau ditubruk dengan keras, dan pemakaian verba Utsu pada cuplikan di atas sudah tepat. Pada wacana tersebut dijelaskan
bahwa tebing karang yang terjal dihantam dengan sangat kerasnya oleh ombak sehingga membuat kaki gemetar. Meskipun Utsu pada cuplikan diatas tidak
memiliki arti ‘pukul atau memukul’, namun makna kata ‘hantam atau dihantam’ yang tertera pada arti dari cuplikan di atas telah mewakili padanan makna yang
sesuai dengan verba Utsu tersebut. Cuplikan ini sudah tepat karena sesuai dengan pendapat dari Izuhara Shouji yang mengemukakan bahwa Utsu adalah hasil dari
menubrukkan benda secara kuat dengan sesuatu.
Cuplikan 2: 古都、京都に約一年間滞在。英会話学校で英語を教えながら、お寺や神社
を巡り歩き、日本の伝統武道である居合道( 刀を抜き、 で敵を切り、すぐに刀をさやに戻す剣術 )を学んだ。Nipponia No. 7,
一打ち
1999: 21 Koto, Kyooto ni yaku ichinenkang taizai. Eikaiwagakkou de eigo wo oshienagara,
otera ya jinja wo meguri aruki, nihon no dentou budou de aru iaidou katana wo nuki, hito uchi
Kota tua, saya telah tinggal di Kyoto selama 1 tahun. Sambil mengajar bahasa Inggris di sekolah percakapan bahasa Inggris, saya berkeliling ke kuil Budha dan
kuil Shinto, dan saya belajar bahwa di Jepang ada tradisi militer yang terjadi secara kebetulan, yaitu keahlian melepas pedang, membunuh musuh
dengan de teki wo kiri, sugu ni katana wo saya ni modosu kenjutsu wo
mananda.
sekali pukul, lalu langsung memasukkan kembali pedang ke sarungnya.
Universitas Sumatera Utara
42
Analisis : Cuplikan ke 2 di atas dikutip dari wacana yang berjudul 国際ビジネスに
真剣勝負で立ち向かう Kokusai Bijinesu Ni Shinkenshoubu De Tachi Mukau yang berarti Menghadapi Bisnis Internasional Dengan Pedang Yang Tajam
sepenuh hati . Cuplikan ini dikutip berdasarkan pengalaman seorang guru Bahasa Inggris di Jepang bernama Michael Henry yang berasal dari Kanada, yang
menjalankan bisnis di Jepang. Dia menceritakan bahwasanya di Jepang, ketika menjalankan bisnis, haruslah dijalankan dengan sepenuh hati, jangan takut untuk
mengambil resiko, namun tetap harus dengan perhitungan yang matang. Dan dia mengibaratkan seperti tradisi militer Jepang yang biasa dilakukan oleh para
samurai yaitu mengeluarkan pedang dan mengalahkan lawan dengan sekali pukul, lalu mengembalikan pedang ke sarungnya.
Pemakaian verba Utsu pada cuplikan di atas sudah benar, karena pemakaian Utsu pada cuplikan tersebut telah sesuai dengan pendapat dari Izuhara
Shouji yang menyatakan bahwa Utsu adalah hasil dari menubrukkan benda secara kuat dengan sesuatu dan juga merupakan gerakan yang menimbulkan perubahan,
aksi. Kata ‘menaklukkan musuh dengan sekali pukul’ menunjukkan bahwa ada gerakan atau aksi yang menimbulkan suatu perubahan, dimana dengan pukulan
tersebut, kondisi lawan yang mungkin tadinya berimbang atau belum kalah, berubah menjadi kalah ataupun sudah dikalahkan.
Cuplikan 3 : 「ロンクラ」と呼ばれる 競技に 参加する カヤポ 族。木の重い 棒で
ココナッツ 製 のボールを打つ Days Japan No. 11. 2005: 47
、ホッケーの 一種のような 競技 である。
Universitas Sumatera Utara
43
Ronkura to yobareru kyougi ni sankasuru Kayapo zoku. Ki no omoi bou de kokonatsu sei no booru wo utsu
Disebut pertandingan Ronkura oleh para suku Kayapo yang ikut bermain.
, hokkee no isshuu no youna kyougi de aru.
Memukul bola yang terbuat dari kelapa dengan menggunakan batang
kayu yang berat, mirip semacam pertadingan hoki.
Analisis : Cuplikan 3 di atas dikutip dari wacana yang berjudul 先 住 民 の 誇りの
ために Senjuumin no Hokori no Tameni yang berarti Demi Kebanggaan Rakyat Pribumi. Pada cuplikan ini diceritakan bahwa Nopember 2011 di Porto Seguro
Brasil diadakan sebuah Olimpiade Pribumi suku Kayapo. Suku Kayapo Portugis: Caiapo merupakan penduduk Indian asli Mato Grosso dan Par
ā di Brasil. Pada olimpiade ini, diadakan pertandingan semacam Hoki yang mereka
sebut dengan Ronkura. Permainan ini menggunakan buah kelapa sebagai bolanya. Pemakaian verba Utsu pada cuplikan di atas sudah benar. Pada cuplikan di
atas menjelaskan bahwasanya dalam permainan tersebut, mereka memukul bola menggunakan kayu selama pertandingan, hal itu sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Kindaichi bahwasanya Utsu adalah menubrukkan sesuatu benda dengan benda lain secara seketika. Dalam hal ini menubrukkan kayu besar ke
kelapa sebagai bola didalam permainan tersebut.
Cuplikan 4 あいつの 顔面 を 思いきり 打つまでは、顔面 を 打てる という 証拠
を見せるまでは 倒されない Ashita no Jyo Vol 10. 1971: 168
Universitas Sumatera Utara
44
Aitsu no ganmen wo omoikiri utsu made wa, ganmen wo uteru
Sampai aku to iu shouko wo
miseru made wa taosarenai. memuku l wajahnya sekuat tenaga, sampai aku bisa membuktikan
kalau aku bisa memukul wajahnya, aku tidak boleh tumbang.
Analisis Cuplikan kalimat tersebut dikutip dari komik Ashita no Jyo vol. 10
karangan Komori Chouyuu dan Chiba Tetsuya. Komik ini menceritakan tentang Jyo yang merupakan atlit tinju. Cuplikan di atas dikutip ketika Jyo sedang
bertarung diatas ring melawan Taiga Ozaki. Makna verba Utsu pada kalimat tersebut pada dasarnya adalah memukul, namun pemakaiannya kurang tepat.
Karena pada wacana tersebut tersirat nuansa yang menggebu dari Jyo untuk memukul wajah Taiga sekuat tenaga dan menjatuhkannya dalam pertarungan.
Sehingga pemakaian verba Utsu kurang tepat, karena verba Utsu tidak mencakup terhadap hal-hal yang memiliki nuansa emosional, amarah, ambisi, hasrat untuk
menjatuhkan atau mengalahkan seperti yang tertera didalam kutipan wacana di atas. Verba yang tepat untuk digunakan pada kalimat diatas adalah Tataku, karena
sesuai dengan pendapat Kindaichi yang menyebutkan bahwa Tataku adalah memukul dengan terus menerus. Memuku l lagi. Mengalihkan, lalu menghajar.
Memuku l sampai jatuh. Menghajar habis-habisan.
Universitas Sumatera Utara
45
3.2 Verba Tataku