KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN THE CRIMINAL POLICY FORMULATION AT LAW ENFORCEMENT PENAL FORESTRY

C. Kewenangan Lembaga Pencegahan Adapun yang menjadi dasar hukum

dan Pemberantasan Perusakan Hutan terlibatnya TNI dalam dalam pe-

(P3H), Kedudukan dalam Penang- nanggulangan tindak pidana di bidang

gulangan Tindak Pidana Kehutanan ke hutanan ini adalah sebagai berikut ;

Dalam melakukan penanggulangan tin-

a. Ketetapan Majelis Permusyawara- dak pidana kehutanan atau tindak pidana tan Rakyat Republik Indonesia

perusakan hutan melalui upaya pencegahan (MPR-RI) RI dengan TAP Nomor dan proses penegakan hukum (law enforce-

VI dan TAP Nomor VII/MPR/2000, ment) yang dilakukan tentu harus mem-

tentang pelibatan TNI dalam urusan perhatikan asas-asas hukum yaitu, dengan domestik Civic Mission.

memperhatikan ke adilan (gerechtigkeit), ke-

b. Instruksi Presiden Republik Indo- manfaatan (zweck massigkeit) dan kepastian nesia (INPRES) Nomor 4\Tahun hukum (recht ssicherheit), karena hukum 2005 tentang Pemberantasan Pe- bersifat umum dan mengikat semua orang nebangan Liar di Seluruh Wilayah selalu identik dengan keadilan. Negara Kesatuan Republik Indo- nesia. Termasuk memerintah kan

Amanat yang ada dalam Undang- TNI untuk melakukan pencegahan undang untuk melakukan pencegahan dan

dan penangkapan ter hadap terjadi- pemberantasan terhadap perusakan hutan

34 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Astan Wirya | Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana .......... atau tindak pidana dibidang kehutanan Kepolisian Negara Republik Indonesia,

selain lembaga atau instansi yang ada Kejaksaan Republik Indonesia, Komisi sebelumnya, diamanatkan juga oleh Pemberantasan Korupsi, PPNS, dan Polisi Undang- undang Nomor 18 Tahun 2013, Kehutanan. Lembaga atau instansi tersebut untuk pembentukan lembaga/badan baru menjadi penegak hukum yang terstruktur

yang disebut Lembaga Pencegahan dan dan terintegrasi 20 . Upaya untuk dapat Pemberantasan Perusakan Hutan (LP3H), mengoptimalkan pemberantasan perusakan hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal hutan yang terorganisir yang memiliki

54 ayat (1) dinyatakan bahwa; dalam karakter berbagai kepentingan ekonomi, rangka pelaksanaan pencegahan dan pem- sosial budaya dan politik. berantasan perusakan hutan, Presiden

1. Struktur Kelembagaan dalam Lembaga membentuk lembaga yang menangani Pencegahan dan Pemberantasan Per- pencegahan dan pemberantasan perusakan

usakan Hutan (LP3H)

hutan selanjutnya dalam ayat (2) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

a. Struktur Kelembagaan Lembaga/Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung

P3H

jawab kepada Presiden. Struktur pelaksanaan tugas kelembagaan

a. Kedudukan Lembaga Pencegahan dan dalam kegiatan pencegahan dan pem- Pemberantasan Perusakan Hutan (LP3H) berantasan perusakan hutan. Dalam ke-

tentuan pasal 55 ayat 1 Undang-undang Pembentukan Lembaga Pencegahan Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

dan Pemberantasan Perusakan Hutan, (LP3H), sebagai penegasan dari reformulasi Lembaga Pencegahan dan Pemberantasan sepertinya tidak memberikan efek jera

Perusakan Hutan dipimpin oleh seorang dan tidak efektinya pemberantasan tindak Kepala Lembaga/Badan dan dibantu oleh pidana perusakan hutan dari peraturan

seorang Sekretaris Jenderal dan beberapa sebelumnya, sehingga diamanatkan pem - orang Deputi. Dalam ketentuan yang bentukan kelembagaan Lembaga Pen-

terdapat pada Pasal 55 ayat 2 jabatan cegahan dan Pemberantasan Perusakan Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud Hutan (LP3H) untuk menjamin efektifitas

pada ayat 1 berasal dari unsur Pemerintah dan usaha pencegahan dan perusakan dan bertugas menyelenggarakan dukungan hutan. Pembentukan lembaga atau badan

administratif terhadap pelaksanaan tugas P3H, diatur dalam ketentuan yang terdapat dan tanggungjawab lembaga dimaksud. pada ketentuan BAB V, Pasal 54, 55 dan Pasal

56 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 Selanjutnya pada ketentuan Pasal 55 ayat tentang Pencegahan dan pemberantasan

3 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013, Perusakan Hutan. lembaga Pencegahan dan Pemberantasan

Perusakan dengan bantu dengan beberapa

b. Kerjasama antar lembaga penegak hukum deputi, sebagaimana pada ketentuan

Dalam upaya penanggulangan pe- Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 rusakan hutan, kerjasama dan koordinasi antar lembaga penegak hukum sangat 20 Terintegrasi adalah sistem informasi pemberan- di tasan perusakan hutan dapat diakses secara bersama perlukan. Lembaga penegak hukum

oleh lembaga-lembaga penegak hukum terkait dengan

yang dimaksud dalam penjelasan Pasal basis data yang terhubung satu sama lain, penjelsan Pas-

56 ayat 1 huruf a antara lain adalah al 57 ayat 1 huruf d UU Nomor 18 Tahun 2013 Tentang

P3H.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 35

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 19~41

tentang Pencegahan dan Pemberantasan lembaga/badan P3H, dapat optimal dalam Perusakan Hutan, membidangi antara lain melakukan tugas dan fungsi pencegahan

sebagai berikut 21 : dan pemberantasan perusakan hutan.

a. Bidang Pencegahan

2. Kewenangan, Tugas dan Fungsi Lembaga

b. Bidang Penindakan Pencegahan dan Pemberantasan Pe-

c. Bidang Hukum dan Kerja Sama, dan

rusakan Hutan (P3H)

d. Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.

Berdasarkan pada teori kewenangan authority, bahwa dasar kewenangan yang

Dalam upaya penanggulangan tindak ber sumber dari peraturan perundang-

pidana perusakan hutan, struktur atau undangan sebagimana disebut sebagai kelembagaan memiliki peranan strategis kewenangan atribusi. Kewenangan atribusi dalam pencegahan atau penanggulangan adalah bentuk kewenangan yang didasarkan perusakan hutan ataupun dalam hal atau diberikan oleh Undang Undang penindakan atau penegakan hukum ter- Dasar atau Undang-Undang kepada suatu hadap tindak pidana perusakan. lembaga negara atau pemerintahan. Dengan

b. Unsur-unsur dalam kelembagaan P3H demikian kekuasaan mempunyai dua aspek yaitu; aspek politik dan aspek hukum,

Dalam penanganan penanggulangan sedangkan kewenangan hanya beraspek

dan pencegahan tindak pidana perusakan hukum semata. Artinya, kekuasaan itu hutan, kelembagaan Lembaga Pencegahan dapat bersumber dari konstitusi, sedangkan

dan Pemberantasan Perusakan Hutan, kewenangan jelas bersumber dari Undang- sebagaimana dalam Pasal 53 ayat 3 Undang-

undang.

undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan

1. Ruang lingkup Tugas dan Fungsi Hutan, Lembaga P3H sebagaimana

1.1. Pencegahan

dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur- unsur antara lain :

Dalam rangka pencegahan perusakan

a. Unsur Kementerian utanan Republik hutan yang dilakukan baik oleh Indonesia

pemerintah melalui organ-organnya

b. Unsur Kepolisian Republik Indonesia yang memiliki tugas dan fungsi dalam

c. Unsur Kejaksaan Republik Indonesia; usaha pencegahan dan pencegahan dan

perusakan hutan yang dilakukan

d. Unsur lain yang terkait. 22 degan sarana hukum pidana (penal) atau diluar hukum pidana (non penal),

Pada ketentuan yang terdapat dalam dalam hal ini sesuai dengan ketentuan ayat (4) Pelaksanaan tugas lembaga pasal 6 Undang-undang Nomor 18 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tahun 2013 tentang Pencegahan dan dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Pemberantasan Perusakan Hutan, Undang-undang ini. Keberadaan organ pemerintah dan/atau pemerintah dengan struktur, komposisi dalam lembaga/ daerah berkewajiban membuat kebija- badan pencegahan dan pemeberantasan

kan berupa 23 :

perusakan hutan, menjadi kharapan bahwa

21 pasal 55 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tetang P3H

22 Pasal 53 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang P3H

23 Pasal 6 UU Nomor 18 Tahun 2013

36 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Astan Wirya | Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana ..........

a. Koordinasi lintas sektor dalam Dalam rangka untuk menanggulangi pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana kehutanan. Kegiatan perusakan hutan;

dengan pemberantasan perusakan hutan

b. Pemenuhan kebutuhan sumber daya yang dilakukan dengan cara menindak aparatur pengamanan hutan;

secara hukum atau penegakan hukum terhadap pelaku perusakan hutan.

c. Insentif bagi para pihak yang berjasa dalam menjaga kelestarian hutan;

Penegakan hukum dalam penang-

d. Peta penunjukan kawasan hutan gulangan tindak pidana kehutanan, dan/atau koordinat geografis sebagai

dalam hal melakukan 3 (tiga) unsur yang dasar yuridis batas kawasan hutan;

selalu harus diperhatikan yaitu; Kepastian dan

Hukum Keadilan dan Kemanfaatan

e. Pemenuhan kebutuhan sarana terhadap Perbuatan perusakan hutan atau dan prasarana pencegahan dan

tindak pidana yang dilakukan terhadap pemberantasan perusakan hutan.

hutan, kawasan hutan dan peredaran hasil hutan baik langsung, tidak langsung,

Kegiatan dalam rangka pencegahan perusakan hutan yang dilakukan oleh

maupun yang terkait lainnya.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai

1. Penyelidikan dan Penyidikan dengan kewenangannya menetapkan

sumber kayu alternatif ataupun kebutuhan

1.1. Penyeledikan.

lainnya adalah dengan mendorong Penyelidikan adalah serangkaian pengembangan hutan tanaman yang tindakan penyelidik untuk mencari produktif dan teknologi pengolahan dan menemukan suatu peristiwa termasuk melakukan kampanye anti per- yang diduga sebagai tidak pidana usakan hutan. Selain membuat kebijakan guna menentukan dapat atau tidaknya sebagaimana dimaksud diatas, upaya dilakukan penyidikan menurut cara pencegahan perusakan hutan dilakukan yang diatur dalam undang-undang melalui penghilangan kesempatan dengan ini 24 . Berkaitan dengan tindak pidana meningkatkan peran serta masyarakat yang menyangkut hutan, kawasan melalui kegiatan partisipasi dalam hutan dan hasil hutan. Proses pengelolaan dan pelestarian hutan. penegakan hukum melalui proses

Kegiatan atau upaya pencegahan hukum (litigasi), terhadap perbuatan perusakan hutan yang dilakukan seperti

perusakan hutan atau tindak tersebut di atas, adalah temasuk juga upaya

pidana kehutanan dilakukan dari pencegahan dengan sararan non penal atau

peyelidikan, penyidikan, penuntutan hukum pidana diantaranya juga melalui

samapi dengan pemeriksaan di sidang instrument lain termasuk hukum perdata

pengadilan, proses hukum tersebut maupun hukum administrasi negara

merupakan satu kesatuan dalam dalam hal penggunaan kawasan hutan

sistem peradilan pidana terpadu yang dan pemanaatan hasil hutan, guna untuk

dikenal dengan istilah (integreted pencegahan perusakan hutan.

criminal justice syistem), tahapan- tahapan dalam proses hukum tersebut

1.2. Penindakan atau Penegakan Hukum dijabarkan sebagai berikut ;

24 Pasal 1 angka 5 KUHAP

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 37

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 19~41

1.2. Penyidikan

a. Melakukan pemeriksaan atas ke- benaran laporan atau keterangan

Rangkaian dari hasil proses pe- berkenaan dengan tindak pidana nyelidikan

(crime investigation)

perusakan hutan

terhadap terjadinya suatu peristiwa

b. Melakukan pemeriksaan terhadap atau perbuatan yang temukan atau

orang atau badan hukum yang tertangkap tangan, melalui pelaporan diduga melakukan tindak pidana maupun adanya pengaduan yang

perusakan hutan

berkaitan dengan dugaan terjadi adanya

c. Meminta keterangan dan barang suatu tindak pidana, peristiwa pidana

bukti dari orang atau badan hukum atau delik, dan dengan ditemukan sehubungan dengan peristiwa adanya barang bukti atau alat bukti

tindak perusakan hutan cukup kuat untuk ditindaklanjuti ke

d. Melakukan pemeriksaan atas pem- proses Penyidikan. Dalam ketentuan

bukuan, catatan, dan dokumen lain yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 2 berkenaan dengan tindak pidana Kitab Undang-undang Hukum Acara

perusakan hutan.

Pidana (KUHAP) dijelaskan bahwa,

e. Melakukan pemeriksaan di tempat Penyidikan adalah serangkaian tinda-

tertentu yang diduga terdapat kan penyidik dalam hal dan menurut barang bukti, pembukuan, pen- cara yang diatur dalam undang-undang

catatan, dan dokumen lain serta ini untuk mencari serta mengumpulkan melakukan penyitaan terhadap bukti yang dengan bukti itu membuat

bahan dan barang hasil kejahatan terang tentang tindak pidana yang yang dapat dijadikan bukti dalam terjadi dan guna menemukan

25 tersangkanya. perkara tindak pidana perusakan

hutan

Dalam ketentuan Undang-undang

f. Melakukan penangkapan, penaha-

18 Tahun 2013, penyidik yang dapat nan, penggeledahan, dan penyitaan.

g. Meminta bantuan ahli dalam Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

melakukan Penyidikan 26 adalah pejabat

rangka pelaksanaan tugas penyidi- Indonesia dan Pejabat PPNS diberi

kan tindak pidana perusakan hutan wewenang khusus sebagai penyidik

h. Menghentikan penyidikan apabila sebagaimana dimaksud dalam Kitab

tidak terdapat bukti tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana,

adanya tindakan perusakan hutan sementara dalam ketentuan yang

i. Memanggil orang untuk didengar terdapat dalam Undang-undang Nomor

dan diperiksa sebagai tersangka

18 Tahun 2013 tentang Pencegahan

atau saksi.

dan Pemberantasan Perusakan Hutan, j. Membuat dan menandatangani sebagaimana dalam ketentuan Pasal 30,

berita acara dan surat-surat lain PPNS sebagaimana dimaksud dalam

yang menyangkut penyidikan Pasal 29 berwenang untuk sebagai

perkara perusakan hutan; dan berikut 27 :

k. Memotret dan/atau merekam melalui alat potret dan/atau alat

25 Pasal 1 ayat 2 KUHAP.

perekam terhadap orang, barang,

Pasal 29 Undang-undang Nomor 18 Tahun 3013 tentang P3H.

sarana pengangkut, atau apa saja

27 Pasal 30 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang P3H.

yang dapat dijadikan bukti tindak

38 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Astan Wirya | Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana .......... pidana yang menyangkut hutan, terpenting dari suatu proses peradilan,

kawasan hutan, dan hasil hutan. karena sebagai institusi lembaga pengadi- Dalam hal melaksanakan tugas dan lan merupakan institusi/lembaga kekua-

kewenangannya pada Pasal 31 Undang- saan kehakiman (yudikatif power) yang undang Nomor 18 Tahun 2013, ditentukan

memiliki kewenangan untuk menyatakan

wilayah hukum atau wilayah kerja dan memutuskan seseorang terbukti ber- Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil salah atau tidak bersalah melakukan suatu (PPNS) tersebut adalah wilayah hukum tindak pidana serta menjatuhkan sanksi atau wilayah kerja PPNS sebagaimana pidana sesuai dengan kesalahannya ber- dimaksud dalam Pasal 29 meliputi seluruh

dasarkan hukum dan sesuai dengan per -

wilayah Negara Kesatuan Republik aturan-perundangan yang belaku. Dalam Indonesia termasuk Wilayah Kepabeanan.

pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim yang memeriksa perkara senantiasa ber-

2. Penuntutan usaha untuk membuktikan perbutan yang

Rangkaian kegiatan penuntutan yang disangkakan atau didakwakan oleh jaksa dilakukan oleh jaksa sebagai penuntut ter- atau penuntut umum adalah : hadap perkara tindak pidana ke hutanan

a. Apakah benar suatu peristiwa telah ber dasarkan Undang-undang Nomor 18

terjadi

Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pem-

b. Apakah benar peristiwa tersebut me- berantasan Perusakan Hutan, ke wenangan rupakan suatu tindak pidana penuntut umum dalam penuntutan ter- kait dengan perbuatan perusakan hutan c. Apakah sebab-sebabnya peristiwa itu

selain mengacu pada Kitab Undang-Un- terjadi dang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

d. Siapakah yang bersalah melakukan diatur khusus juga dalam ketentuan dalam

tindak pidana tersebut. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013.

Dalam proses persidangan pembuktian Pada ketentuan yang terdapat dalam Pasal merupakan penentu berhasil tidaknya

1 angka 6 Kitab Undang-undang Hukum proses penuntutan dan dakwaan yang Acara Pidana (KUHAP), disebutkan diajukan oleh penuntut umum. Artinya penuntut umum adalah jaksa yang diberi jaksa selaku penuntut umum harus dapat wewenang oleh undang-undang untuk membuktikan semua unsur-unsur dalam melakukan penuntutan dan melaksanakan dakwaanya jika mengiginkan pelaku tindak penetapan hakim. Disisi lain jaksa diberikan pidana atau terdakwa dijatuhi hukuman. wewenang sebagai penuntut umum juga Dalam menjatuhkan sanksi pidana atau melaksanakan putusan pengadilan yang hukuman (punishment) hakim harus telah memperoleh kekuatan hukum tetap mendasarkan keputusannya pada sekurang- (incrahts) sebagai eksekutor.

kurangnya dua alat bukti dan keyakinan hakim. Dalam ketentuan Pasal 184 Kitab

3. Persidangan di Sidang Pengadilan Undang-undang Hukum Acara Pidana

Proses persidangan merupakan proses (KUHAP) 28 ditentukan alat bukti sebagai pe meriksaan dan pembuktian yang me- berikut : rupakan bagian dari sistem hukum dalam

a. Alat bukti Keterangan Saksi penanganan perkara pidana secara hukum

b. Alat bukti Keterangan Ahli (litigasi). Tahapan pemeriksaan perkara

di sidang pengadilan merupakan tahapan 28 Pasal 184 Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP)

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 39

J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 19~41

c. Alat bukti Surat bertempat tinggal di dalam dan/atau

d. Alat bukti Petunjuk berada disekitar kawasan hutan, korporasi dan pejabat pemerintah. Adapun sistem

e. Alat bukti Keterangan Terdakwa pemidanaannya dengan sanksi pidana

Berdasarkan alat bukti tersebut hakim penjara dan denda yang diancaman memperoleh kenyakinan bahwa terdakwa minimum khusus sampai dengan bersalah, telah melakukan tindak pidana maksimum khusus.

Kedua : Dasar kewenangan (authorty) bukti dimaksud, hakim dalam memutuskan Lembaga Pencegahan dan Pemberantasan

yang didakwakan kepadanya 29 . Dengan alat

suatu perkara dengan minimal 2 (dua) alat Perusakan Hutan (P3H) adalah ber sumber bukti dan keyakinan hakim.

dari kewenangan yang di amanatkan Undang-undang. Adapun bentuk, kedu-

SIMPULAN

dukan, ruang lingkup kewenangan, tugas dan fungsi lembaga P3H diatur pada BAB

Dari pembahasan di atas, dapat diajukan

V Pasal 54, 55, 56 Undang-undang Nomor kesimpulan adalah sebagai berikut : Pertama:

18 Tahun 2013, dalam penang gulangan Kebijakan fomulasi hukum pidana

tindak pidana kehutanan lembaga P3H dalam penanggulangan tindak pidana memiliki kewenangan pencegahan dan kehutanan, terdapat dalam ketentuan pemberantasan atau penindakan. Tugas Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan fungsi pencegahan dilakukan dengan (KUHP), Undang-undang Nomor 5 Tahun memenuhi sumber kayu alternatif atau- 1990 tentang Konservasi Sumber Daya pun kebutuhan lainnya dengan men- Alam Hayati dan Ekosistemnya, Undang- dorong pengembangan hutan tanaman undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang yang produktif dan teknologi pengolahan Kehutanan dan direformulasikan dalam serta kebijakan penghilangan kesempatan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 dengan meningkatkan peran serta ma- tentang Pencegahan dan Pemberantasan syarakat, partisipasi dalam pengelolaan Perusakan Hutan. Secara umum jenis dan pelestarian hutan, melakukan kam- tindak pidana kehutanan adalah panye anti perusakan hutan dan lainnya. berkaitan dengan penggunaan kawasan Sedangkan fungsi penindakan dilakukan hutan secara tidak sah dan pemanfaatan lembaga P3H, melalui penegakan hukum hasil hutan yang bertentangan dengan

(law enforcement) melalui penyelidikan, peraturan perundang-undangan, didalam- penyidikan, penuntutan sampai pros- nya diatur perbuatan yang dilarang

es pemeriksaan di persidangan, diatur atau jenis-jenis tindak pidana, subjek

dengan hukum acara tersendiri. Lembaga hukum pertanggungjawaban pidana dan P3H juga, memiliki fungsi koordinasi dan sistem pemidanaan atau sanksi pidana supervisi terhadap penanganan tindak yang diancam berbeda terhadap orang

pidana kehutanan.

perseorangan, orang perseorangan yang

Daftar Pustaka

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Raja

Grafindo Persada, Jakarta), 2012. Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, (Balai Penerbitan Universitas Diponegoro, Semarang), 2000.

J.E. Sahetapy dan Agustinus Pohan., Hukum Pidana, cet. III, (PT. Citra

29 Pasal 183 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

40 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Astan Wirya | Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana ..........

Aditya Bhakti), 2011 Rodliyah Hj., Pembaharuan Hukum Pidana Tentang Eksekusi Pidana Mati

Pokok-pokok pikiran Revis Undang-undang Nomor 2/Pnps/1964, (CV. Arti Bumi Intara Yogyakarata), 2011.

Suriansyah Murhaini, Hukum Kehutanan, Penegakan Hukum Kejahatan di Bidang Kehutanan, cet. II, (Laksbang Grafika, Yogyakarta) 2012.

Suryanto, et. al., Illegal Logging Sebuah Misteri dalam Sistem Pengrusakan Hutan di Indonesia, (Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan-Indonesia), 2005.

Sukaradi, Illegal Logging dalam Perspektif Politik Hukum Pidana (Kasus Papua), Universitas Atmajaya, Yogyakarta), 2005.

Anonim, Petunjuk Praktis Penegakan Hukum untuk Polisi Kehutanan, (Kerjasama antara Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan dengan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) Indonesian Office, Jakarta), 2013.

Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Udang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan diubah Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor

19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

Desertasi, Thesis, Jurnal dan Makalah Lalu Parman, Prinsip Individualisasi Pidana dalam Sistem Pidana Minimum

Khusus Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, (Desertasi Program Studi Doktoral Universitas Brawijaya), Mei 2014.

Muktar Amin Ahmadi, et.al, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Polisi Kehutanan Patroli Pengamanan Kawasan Hutan, (Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam - Freeland Foundation), Jakarta, 2012.

Internet dan Media M. Hariyanto, Tindak Pidana Kehutanan, http://blogmhariyanto. blogspot.

com, diposting pada tanggal, 18 juni 2009 jam 10.00 wita http://hukumonline.com. Perundang-undangan Indonesia, diakses pada

tanggal 10 Januari 2015, jam 11.00 wita. Romli Atmasasmita, Pengertian dan tujuan hukum, http://statushukum.

com, diposting pada tanggal, 24 Maret 2013, jam 09.50 wita.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 41

Dokumen yang terkait

PEMENUHAN HAK-HAK EKONOMI DAN MORIL MASYARAKAT ASLI ATAS PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MELALUI SISTEM HKI INDONESIA THE FULFILLMENT OF ECONOMIC AND MORAL RIGHTS OF INDIGENOUS PEOPLES ON TRADITIONAL KNOWLEDGE AND TRADITIONAL CULTU

0 1 21

THE GOVERNMENT CONTRACTUAL DISPUTE RESOLUTION TRUTH INTERNATIONAL COMMERCIAL ARBITRATION AND I'TS PROBLEMS

0 0 16

EKSISTENSI PERKAWINAN MASYARAKAT SUKU SASAK LOMBOK (MERARIQ) DALAM MUARA PLURALISME HUKUM EXISTENCE OF MARRIAGE IN THE SASAK TRIBE IN LOMBOK (MERARIQ) WITHIN THE ESTUARY OF LEGAL PLURALISM

2 2 18

PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE di Wilayah Hukum Polres Mataram

0 0 18

PEMBAHARUAN HUKUM KONTRAK DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA THE ASPECT OF THE CONTRACT LAW REFORM WITHIN THE REGULATION OF INDONESIA

0 0 17

UPAYA PAKSA PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT EFFORTS TO FORCE THE IMPLEMENTATION OF THE COURT RULING THE COUNTRY IN PROVIDING LEGAL PROTECTION TO THE COMMUNITY

0 0 13

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA (STUDI PERBANDINGAN DI INDONESIA DENGAN NEGARA- NEGARA COMMON LAW SYSTEM ) AUTHORITY OF THE BUSINESS COMPETITION SUPERVISORY COMMISSION (KPPU) IN CASE MANAGEMENT

0 0 20

SISTEM SYURO’ DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ISLAM SYURO’ SYSTEM ‘ IN THE ORGANIZATION OF THE ISLAMIC

0 0 10

PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

0 1 15

RECOVERY ASSET HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM ASPEK KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

0 0 19